Oleh:
"Karena perilaku konsumen telah berubah ke arah digital, maka mau tidak
mau para pelaku iklan, baik media atau agensi, harus memiliki kreativitas
lebih agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Perubahan ini juga
disebabkan oleh kehadiran web 2.0 yang memungkinkan komunikasi di
dunia digital berjalan dua arah.
Kemajuan di era digital saat ini, berdampak pada pola hidup masyarakat sebagai
konsumen. Dulu orang membeli barang harus berangkat ke toko, sekarang makin
dimudahkan dengan cara pembelian secara online. Tentu perubahan ini harus
diantisipasi para pebisnis, agar bisa tetap menarik minat konsumen.
Pemahaman ini, kalau dalam perilaku konsumen, bukan hanya ketika mereka
melakukan pembelian tapi sejak mereka memilih produk, menyeleksi produk,
menggunakannya sampai mereka membuang barang itu. Kita harus mampu
mempelajari itu. Kalau tidak bisa memahami mereka dengan baik, bagaimana kita
bisa menjalin hubungan jangka panjang? Apalagi terjadi perubahan pada
lingkungan yang membawa dampak pada perilaku.
Era digital yang membawa perubahan adalah era di mana perputaran informasi
dan pengetahuan sangat tinggi. Sehingga, baik produsen maupun konsumen bisa
memiliki informasi yang sama besarnya. Maka, kemajuan ini harus bisa
dimanfaatkan untuk menjalin hubungan jangka panjang seperti yang dimaksud di
atas. Bukan malah sebaliknya.
Informasi yang diakses konsumen bukan hanya dari media seperti tv, koran,
internet, tapi juga dari sesama konsumen. Jadi komunikasinya semakin komplek,
sehingga produsen harus lebih kreatif agar lebih diperhatikan konsumen. Itulah
tantangannya, bagaimana bisa low budget high income bagi produsen.
Ketika konsumen telah menggunakan produk, produsen harus terus memantau
dan mengevaluasi. Kalau sampai terjadi ketidakpuasan atau negative word of
mouth pada konsumen, sekarang bisa langsung dishare ke internet, lewat jejaring
sosial, misalnya, efeknya akan berlipat ganda. Kalau produsen tidak hati-hati,
tidak mengikuti apa yang terjadi dengan produknya setelah dibeli konsumen, bisa
berbahaya.
Nah, bila dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan yang rasional seperti
ini, produsen harus melakukan banyak hal. Seperti bagaimana mampu
memberikan informasi yang tepat, menarik, tapi efektif bagi konsumen. Dan, tak
ketinggalan, bagaimana evaluasi pasca pembeliannya agar kalau terjadi negative
worm tidak sampai tersebar luas di internet, tapi langsung ke pengaduan
perusahaan.
b. SMART
c. DUMB
d. ENTREPRENEUR
Golongan ini mulai muncul pada era digital seperti saat ini. Golongan ini
menjadi lebih kreatif untuk menemukan jawaban dan aktivitas pada era
digital. Pada era sebelumnya untuk menjadi pengusaha atau enterpreneur
dapat dikatakan sudah ada namun lebih susah dibandingkan sekarang.
Saat ini, setiap orang yang mengikuti perkembangan digital dapat menjadi
pengusaha atau enterpreneur. Perkembangan internet ini mampu
membuat konsumen membuka usaha melalui e-commerce. Sekarang para
enterpreneur dapat bergabung dengan e-marketplace maupun membuat
online shop sendiri.
Brick-and- mortar dianggap lebih nyata karena memiliki lokasi dan bangunanfisik yang dapat
dikunjungi konsumen dan dapat memenuhi kebutuhan limapanca indera konsumen. Sedangkan
toko online memiliki lokasi yang virtual,dipisahkan jarak, dan interaksi dilakukan dengan
mesin. Saat ini sangatmudah unntuk menemukan toko online yang menawarkan produknya
melaluisitus pribadi, jaringan social seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, Blog, e-mail,
mailing list (Milis), situs komunitas seperti Kaskus dan melalui situs jualbeli seperti Tokobagus.
Dengan mengetikkan kata kunci tertentu di mesinpencari, pengguna internet dapat dengan
mudah menemukan informasiproduk dan harga dari beberapa penjual sekaligus (Jiang, 2002).
Beragamproduk dapat dibeli melalui media internet, diantaranya pakaian, tas, sepatu,buku, tiket
pesawat, sampai barang
–
barang elektronik. Penelitian ini secarakhusus bertujuan untuk meneliti atau melakukan riset
terhadap perilakukonsumen pada online shopping, dimana online shopping merupakan trenbaru
yang berlangsung beberapa tahun terakhir ini, dan sudah ada sebagiankonsumen yang
mengadopsi metode belanja ini ; sementara masih ada pulayang mempertahankan metode belanja
konservatif atau tradisional denganmembeli langsung di toko fisik atau melalui sales / katalog
fisik / MLM.
Buying process
Secara umum, keputusan adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan (Schiffman &
Kanuk, 2000:437). Dengan kata lain untuk membuat keputusan harus terdapat alternatif pilihan.
Sebaliknya jika konsumen tidak memiliki alternatif untuk memilih maka tidak dapat
dikategorikan sebagai pengambilan keputusan.
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau
lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan,
haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada
bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses
pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan
produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang
rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing
misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
Unplanned Purchase
baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog
dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat
mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001,
pp.127-128)
Kesimpulan
Perilaku konsumen yang didasari oleh proses rasional dalam mengkonsumsi suatu produk. Suatu
pembelian dikatakan rasional apabila :
Sebuah tindakan dalam berbelanja dikatakan tidak irasional bila seorang konsumen memutuskan
untuk membeli barang tanpa pertimbangan yang baik.
Budaya mencakup keseluruhan pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, kebiasaan dan
kapabilitas lainnya serta kebiasaan-kebiasaan yang kompleks, dan dikuasai oleh individu sebagai
anggota masyarakat (Hawkins, et al., 2013:40)
2. Faktor sosial
2) Faktor Sosial
a) Kelompok Acuan
Kelompok ini sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku dan opini yang memiliki dampak
pada gaya hidup yang dipilih seseorang.
Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh secara
langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok tersebut
merupakan kelompok keanggotaan yang terdiri dari:
Kelompok Sekunder Cenderung lebih formula dan intensitas interaksinya tidak begitu
sering. Sebagai contoh: kelompok keagamaan, professional dan asosiasi perdagangan.
Mereka menciptakan tekanan untuk mematuhi apa yang mungkin mempengaruhi pillihan
produk dan merek aktual seseorang.
Kelompok Dissosiatif, yaitu kelompok dengan nilai atau perilaku yang ditolak oleh
seseorang.
b) Keluarga
Keluarga dianggap sebagai salah satu kelompok yang paling berpengaruh dari semua kelompok
acuan yang ada karena perilaku terhadap toko dan produk dikembangkan didalam rumah tangga.
Dalam kehidupan pembeli, keluarga dapat dibedakan menjadi:
Keluarga Orientasi
Terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapat
orientasi atas, agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta.
Keluarga Prokreasi
Yaitu pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian seseorang, seperti pasangan
dan anak-anak seseorang.
Hawkins, D.I, amd David L. Mothersbaugh. (2010). Consumer Behavior: Building Marketing
Strategy, 11 ed, Mc Graw Hill: USA.