ABSTRAK
Adanya Revolusi Industry 4.0 yang mengubah dunia industri menyebabkan perubahan gaya
hidup hampir seluruh masyarakat di dunia. Perubahan tersebut mampu memengaruhi perilaku
konsumen yang menyebabkan perubahan pada dunia pemasaran. Pada dunia pemasaran,
perubahan yang mencolok saat ini adalah munculnya e-commerce yang memberikan kemudahan
bagi penjual dan konsumen. Beberapa model pendekatan pasar dijadikan sebagai acuan dalam
memengaruhi perilaku konsumen seperti melalui riset, informasi dan lainnya. Pada diri
konsumen, perilaku dari konsumen tersebut dipengaruhi oleh beberapa strategi seperti afeksi,
kognisi, perilaku konsumen. Sedangkan pada manajer pemasaran ataupun perusahaan,
diperlukan tahapan pengembangan strategi untuk memengaruhi perilaku konsumen. Untuk
mencapai tujuan tersebut, manajer berfokus pada memengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku
konsumen. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan artikel ini adalah untuk memberikan
penjelasan lebih jauh mengenai perilaku konsumen secara terbuka, pendekatan untuk
memengaruhi perilaku konsumen secara terbuka, pengembangan strategi pengaruh perilaku
konsumen, serta loyalitas terhadap e-commerce pada generasi Z dan generasi Alpha sesuai
dengan fenomena Industry 4.0 yang terjadi saat ini.
PENDAHULUAN
Perilaku konsumen adalah suatu tindakan dimana seseorang menunjukkan pembelian,
mengkonsumsi, dan membuang suatu barang maupun jasa. Perilaku konsumen merupakan suatu
proses dimana seseorang berkaitan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, dan penggunaan
produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Revolusi 4.0 banyak mengubah gaya
hidup masyarakat, terutama dalam hal perilaku konsumen. Dalam perkembangan teknologi yang
semakin meningkat dan tingginya tingkat persaingan di antara perusahaan – perusahaan dalam
menciptakan produk baru yang mana akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Salah satunya yaitu teknologi internet yang menjadikan perusahaan mampu melakukan kegiatan
bisnis tanpa dibatasi jarak dan waktu. Selain itu, dengan kehadiran e-commerce juga akan
memudahkan baik perusahaan maupun konsumen melakukan proses pembelian atau transaksi
lain dengan cepat dan dapat dilakukan di mana saja dengan koneksi internet. Pendekatan kepada
konsumen dibutuhkan dalam menjalin hubungan kerjasama dengan konsumen, dengan adanya
pendekatan maka pemasar akan lebih memahami permasalah apa yang sedang dihadapi oleh
konsumen dan juga bisa membantu konsumen mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.
Dengan melakukan pendekatan maka hal tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak baik
pemasar maupun konsumen. Pengembangan strategi juga sangat dibutuhkan dalam perilaku
konsumen. Strategi itu diterapkan dengan tujuan untuk memengaruhi konsumen. Selain itu
tujuan lain yang ingin dicapai biasanya adalah mempertahankan atau meningkatkan penjualan.
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Revolusi Industri 4.0 atau revolusi industri keempat adalah sebuah revolusi yang
menggabungkan tekhnologi cyber dan juga tekhnologi otomatisasi. Konsep otomatisasi menajdi
pusat penerapan yang dilakukan oleh teknologi tanpa adanya tenaga kerja manusia dalam proses
pengaplikasiannya. Pada hal ini akan menambah nilai efisiensi pada suatu lingkungan kerja
dimana manajemen waktu akan dianggap sebagai sesuatu yang akan sangat dibutuhkan oleh para
pemain industri. Selain itu, jika secara eksponensial mempunyai manajemen waktu yang baik
maka akan berdampak baik juga pada kualitas tenaga kerja serta biaya produksinya.
Disruptive innovation pertama kali dicetuskan oleh seorang ekonom dari Hardvard
Business School yaitu Clayton M. Christensen pada tahun 1995. Dikatakannya bahwa inovasi
disruptif dapat mencapai bidang industri dari teknologi, platform baru hingga termasuk model
bisnis baru. Inovasi disruptif atau disruptive innovation merupakan inovasi yang dapat
membangun pasar baru, maupun menggantikan pasar lama menggunakan ide bisnis yang segar
dan juga inovasi yang sesuai atas kebutuhan konsumen. Inovasi yang radikal ini malah dapat bisa
mengganggu dan juga merusak pasar yang telah ada. Pada akhirnya, inovasi ini menghasilkan
pasar lama turun sehingga harga menjadi semakin terpuruk. Pada saat kehadiran revolusi industri
4.0 yang ditandai dengan era disrupsi telah mengganti tatanan ekonomi dunia dengan sistem
ekonomi digital serta teknologi digital juga telah mengalami perubahan yang amat sangat
mendasar sehingga beberapa perusahaan besar menghadapi kebangkrutan dan harus menutup
perusahaannya.
GENERASI Z DAN GENERASI ALPHA
Generasi Z adalah mereka yang lahir setelah Generasi Y yang diartikan sebagai orang-orang
yang lahir pada periode tahun 1995-2010. Sedangkan Generasi Alpha adalah mereka yang lahir
setelah atau bersamaan sengan Generasi Z yang berarti mereka adalah anak-anak dari Generasi Z
yang lahir pada periode tahun 2010-2025.Generasi Z lahir saat teknologi sedang berkembang
pesat. Umumnya Generasi Z saait ini masih berusia remaja dan belum bekerja.
Lahirnya Generasi Z sangat berpengaruh pada perkembangan Indonesia di masa yang akan
datang. Karena dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat hal ini menyebabkan
Generasi Z sangat cepat beradaptasi dengan teknologi yang sedang berkembang saat ini.
Kehidupan Generasi Z sangat bergantung dengan teknologi. Generasi Z sangat suka dan lebih
sering berkomunikasi melalui jejaring sosial seperti Instagram, Facebook, dan lain sebagainya.
Sehingga hal tersebut menyebabkan sebagian besar dari Generasi Z cenderung kurang dalam
berkomunikasi secara langsung dan cenderung memiliki sifat individualis.
Generasi Alpha merupakan generasi termuda yang ada didunia saat ini. Generasi Alpha
merupakan anak-anak dari Generasi Z yang lahir pada periode tahun 2010-2025. Kebanyakan
dari mereka saat ini masih memasuki fase anak-anak. Saat mereka lahir, teknologi sudah sangat
dikenalkan bahkan sudah berpengalaman dalam menggunakannya. Besar harapannya untuk
Generasi Alpha agar dapat tumbuh menjadi generasi yang lebih baik dan pintar dibandingkan
generasi-generasi sebelumnya. Pola pikir Generasi Alpha akan sangat lebih terbuka
dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
LOYALITAS PELANGGAN E-COMMERCE
Perkembangan teknologi internet yang dapat merubah cara manusia berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Pada kenyataannya teknologi internet mampu
mempengaruhi bentuk dan cara dalam pelaksanaan di dunia bisnis. E-commerce merupakan
salah satu bentuk bisnis yang dipengaruhi oleh teknologi. E-commerce diartikan sebagai bentuk
konsep baru yang ditawarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan konsumen. Teknologi internet
menjadikan perusahaan mampu melakukan kegiatan bisnis tanpa dibatasi jarak dan waktu. Selain
itu, kehadiran e-commerce juga memudahkan bagi konsumen yang memiliki kesibukan tinggi
karena proses pembeliannya yang cepat dan dapat dilakukan di mana saja dengan koneksi
internet.
Penciptaan loyalitas terhadap konsumen merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan
karena sangat penting dan mutlak dilakukan secara terencana dan sistematis agar konsumen tidak
beralih ke produk atau jasa lainnya. Pembelian ulang (re-purchase) merupakan salah satu bentuk
loyalitas konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang berarti mereka menyukai dan puas
dengan produk atau jasa. Pembelian ulang mampu membuat perusahaan mendapatkan profit.
Bagi pelanggan yang loyal mereka akan mereferensikan produk kepada lingkungan sekitarnya
(Puspitasari, Kumadji, & Sunarti, 2013:3). Beberapa hal yang mempengaruhi loyalitas konsumen
terhadap suatu produk atau jasa yaitu seperti kemudahan akses, kelengkapan produk atau jasa,
harga produk atau jasa, metode pembayaran, dan tampilan dari produk atau jasa.
OVERT CONSUMER BEHAVIOR
Kemajuan teknologi digital membawa kita pada revolusi industri gelombang keempat
atau Revolusi Industri 4.0, trend terkini di dunia teknologi canggih tersebut. Konsep pemasaran
memang harus berkembang dari pemasaran yang digerakkan oleh produk (Pemasaran 1.0),
bergerak menuju pemasaran yang berpusat pada pelanggan (Marekting 2.0), ke pemasaran yang
berpusat pada manusia (Pemasaran 3.0) Saat ini lanskap bisnis adalah bergerak menuju era
ekonomi digital yang menciptakan berbagai kemudahan yang tidak pernah dirasakan oleh
generasi sebelumnya.
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang terlibat langsung dalam perolehan,
konsumsi, dan penyelesaian produk / jasa, termasuk proses-proses yang mendahului dan
mengikuti tindakan tersebut. Perilaku konsumen berbeda karena terdapat hal-hal yang
mempengaruhinya, salah satunya adalah kemajuan teknologi.
Didalam perilaku konsumen, terdapat Overt Consumer Behaviour yang mengacu pada
apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan konsumen terhadap segala sesuatu yang
memengaruhi mereka. Akan tetapi, perilaku konsumen yang terbuka memiliki arti tertentu yaitu
mengacu pada tanggapan atau tindakan konsumen yang dapat diamati dan diukur. Jadi perilaku
terbuka berbeda dari pengaruh dan kognisi karena bersifat eksternal dan dapat diamati secara
langsung daripada menjadi proses psikologis internal yang harus disimpulkan.
Fakta bahwa perilaku terbuka mengacu pada tindakan eksternal yang dapat diamati
membuat banyak analis berpikir bahwa ini adalah fenomena sederhana. Misalnya pada perilaku
pembelian, perilaku belanja, atau perilaku penggunaan pemasar sering menganggap hal tersebut
seolah olah hal yang sederhana
OCB sangatlah penting karena didalam OCB, kesuksesan strategi pemasaran bergantung
pada cara mengelola dan mengubah OCB. Terdapat 3 alasan penting:
1. Meskipun dalam banyak kasus yang memengaruhi afeksi dan kognisi ha ini dapat
menyebabkan perilaku terbuka, namun hal tersebut bukanlah jaminan. Sikap positif
mengenai produk sering kali dimiliki oleh konsumen, akan tetapi tidak jarang juga
konsumen yang enggan membeli produk tersebut.
2. Terkadang perilaku terjadi sebelum adanya afeksi dan kognisi. Dalam hal ini, konsumen
bisa mencoba produk yang disukainya terlebih dahulu. Kemudiaa, konsumen bisa
memutuskan apakah menyukai produk tersebut atau tidak, dan akan membelinya lagi
untuk produk berharga murah dan keterlibatan rendah.
3. Sebagian besar strategi pemasaran tidak dapat berhasil tanpa memengaruhi perilaku
konsumen secara terbuka dan membuat strategi pemasaran untuk mempertahankan
atau meningkatkan penjualan produk atau jasa