Anda di halaman 1dari 9

A. Taktik Menghadapi Konsumen Pada Era 4.

0 Dalam Pengambilan Keputusan


UMKM Pada Era Revolusi Industri 4.0 Era revolusi Industri 4.0 ditandai dengan
digunakannya computer dan robot serta internet sebagai penunjang fasilitas bisnis yang
sangat canggih. Para pelaku bisnis terutama UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

Dituntut adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis dari konvensional kearah digital,
yang diikuti dengan perubahan perilaku konsumen. Bagi UMKM yang tidak mengikuti
trend perubahan akan tergilas dengan perubahan itu sendiri. Terlebih lagi dalam situasi
pasar persaingan sempurna, banyak pelaku bisnis UMKM yang kelimpungan sebagai
akibat terjadinya hyperkompetisi diantara sesama pelaku usaha. Mencermati situasi
tersebut, para pengelola bisnis dituntut untuk terus berupaya menemukan sumber-sumber
keunggulan bersaing (competitive advantages) baru yang sulit ditiru oleh perusahaan lain
atau kompetitor.
Terdapat beberapa karakteristik perubahan perilaku konsumen pada era global
seperti sekarang ini. Pertama, Perubahan siklus hidup produk (product life cycle) yang
cenderung menjadi semakin pendek, disebabkan perilaku konsumen yang semakin cerdas
seiring dengan kemajuan teknologi dan sistem informasi yang mengglobal. Konsumen
cepat bosan dan cenderung untuk selalu mencari kebaruan dan kepraktisan dari produk
yang mereka perlukan. Kedua, perubahan gaya hidup dan tingkat pendapatan masyarakat
yang semakin baik. Tak dapat kita pungkiri saat ini kita berada pada zaman tanpa batas
jarak dan waktu, Sehingga semua informasi cepat diperoleh dari manapun dan kapanpun
yang membuat gaya hidup masyarakat bersifat volately dan cepat berubah. Prinsip Amati
Tiru dan Modifikasi (ATM) sebagai bagian dari upaya mengikuti perkembangan zaman
terkini. Ketiga, perubahan selera konsumen yang cepat. Trend kaum milenial dalam
menyikapi perubahan zaman sungguh sangat sulit diantisipasi oleh para pelaku bisnis.
Terlebih lagi kini konsumen dapat menerabas informasi secara terbuka, sehingga
pengetahuan mereka tentang suatu produk dapat diperoleh dengan cepat dan murah.
Keempat, sumber daya yang semakin langka, dan semakin ketatnya persaingan disertai
dengan munculnya pesaing-pesaing baru yang masuk ke dalam industri merupakan
sebuah tantangan berat bagi para pelaku bisnis pada era sekarang ini.
Secara umum UMKM di Indonesia dan khususnya di Provinsi Riau masih belum
1
mempersiapkan diri menghadapi era revolusi Industri 4.0. yang ditandai belum
terbiasanya UMKM menggunakan teknologi digital dalam mengelola bisnisnya. Mereka
belum menggunakan sistem computer, internet dan berbagai aplikasi yang terhubung
dengan ponsel pinter untuk operasional usahanya. Bahkan banyak diantara mereka masih
sangat konvensional dalam mengelola bisnisnya, sehingga belum bisa melakukan
Efisiensi. Akibatnya UMKM yang belum berbasis teknologi digital dalam pemasaran dipastikan terasa sulit
bersaing dengan UMKM lain yang sudah menggunakan teknologi untuk operasional dan pemasaran
usahanya.

Siap atau tidak siap era revolusi digital 4.0 akan tiba, bahkan sudah dapat dirasakan perubahannya yang
ditandai dengan banyaknya UMKM yang menyediakan layanan digital marketing yang bisa diakses dengan
cara online. Bagaimana nasib mereka yang tidak menyediakan fasilitas belanja untuk produk produk atau
jasa usahanya secara online? Sulit kita bayangkan perkembangan dan pertumbuhan usahanya jika mereka
tidak mau melakukan perubahan sistem bisnisnya dan tetap mempertahankan bisnis secara konvensional,
maka kita akan ditinggal konsumen. Karena karkter konsumen di era digital 4.0 beserta ciri generasi
konsumen yang ada dan pola belanja untuk tiap generasi mengalami perubahan.

Seiring dengan hal tersebut maka UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) pada saat ini disamping dituntut
untuk memahami digital marketing, juga ada keharusan untuk berinovasi sepanjang waktu. Untuk bertahan
atau menjadi pemenang membutuhkan kepiawaian pebisnis dalam berinovasi, sehingga memiliki
kemampuan dan daya saing melebihi dari organisasi lainnya. Pertanyaannya, sudahkah UMKM memiliki
daya saing? Terlebih lagi saat ini dunia bisnis mengalami realita baru yang diakibatkan oleh terjadinya
perubahan lingkungan yang begitu cepat bahkan cenderung radikal. Oleh karena itu organisasi pada era
persaingan global ini harus mampu berubah lebih cepat dan bergerak lebih efektif dari para pesaingnya yang
menciptakan keunggulan bersaing berkelanjutan.

Keunggulan bersaing adalah kemampuan perusahaan untuk memformulasi strategi pencapaian peluang
profit melalui maksimalisasi penerimaan dari investasi yang dilakukan. Sekurang-kurangnya ada dua prinsip
pokok yang perlu dimiliki perusahaan untuk meraih keunggulan bersaing yaitu dari sudut pandang adanya
nilai pelanggan dan keunikan produk. Pertama, Sudut Pandang Nilai Pelanggan. Keunggulan bersaing akan
terjadi apabila terdapat pandangan pelanggan bahwa mereka memperoleh nilai tertentu dari transaksi
ekonomi dengan perusahaan tersebut. Untuk itu syaratnya adalah UMKM harus fokus pada kebutuhan dan
harapan pelanggan. Hal demikian baru terwujud ketika suara pelanggan diperhatikan melalui survey
kebutuhan pelanggan. Barang/jasa seperti

2
Apa yang diperlukan dan diinginkan oleh pelanggan. Yang pasti tuntutan pelanggan adalah: cepat
mendapatkan produk yang diinginkan, murah harganya dan bagus kualitasnya. Kedua, Sudut Keunikan.
Keunikan dicirikan oleh barang dan jasa yang dihasilkan UMKM, yang tidak dapat mudah ditiru oleh
pesaing. Anda para pelaku usaha dituntut mampu menciptakan sesuatu yang unik yang sulit ditiru pesaing
Anda, strategi inovasi menitikberatkan pada diferensiasi melalui penciptaan operasi, metode manajemen dan
teknologi atau produk/jasa baru. Dengan penerapan konsep strategi keunggulan bersaing tersebut
diharapkan UMKM akan mampu meningkatkan daya saing ditengah- tengan era persaingan global yang
sulit dibendung dan dibatasi. Semoga UMKM indonesia mampu menjadi UMKM 4.0 yang mampu dan siap
menghadapi datangnya revolusi industri 4.0.4

1. Implementasi Marketing 4.0

Menurut Philip Kottler (dalam Krisnawati, 2018) bahwa teori pemasaran 4.0 atau pemasaran digital dengan
pendekatan pemasaran baru untuk membantu pamasar dalam mengantisipasi dan mengelola dampak
teknologi. Konsep tersebut mengkombinasikan interaksi online dan interaksi offline antara perusahaan
dengan pelanggan karena pada kenyataannya justru disaat dunia online berkembang, sentuhan offline
menjadi titik diferensiasi yang kuat strategi marketing 4.0 pada era industri 4.0.

Memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada namun menurut marketing 4.0 interaksi secara offline tetap
diperlukan. Hal ini dikarnakan untuk menarik konsumen sampai pada tindakan menganjurkan untuk
muncul, maka tetap dibutuhkan sentuhan dari produsen untuk menghasilkan pelayanan yang maksimal.
Karena itu, konsep marketing 4.0 sendiri tidak bertujuan untuk menjatujkan marketing offline yang mungkin
sudah terbentuk (Kartajaya, 2017)

Menurut Kartajaya (2019) konsep marketing 4.0 mengaplikasikan modifikasi dari Empat A (Aware,
Attitude, Ask, Act Again) menjadi Lima A (Aware, Appeal, Ask, Act, Advocate) pada tahap awal aware
konsumen menghadapi daftar panjang merek dari pengalaman masa lalu, komunikasi pemasaran, dan/atau
anjuran orang lain.

4 Amiruddin Tumanggor & Machasin, Strategi Pemasaran Dan Pemberdayaan Umkm Pada Masa Covid-19,
3
(Yogyakarta, K-Media, 2018) Hal.8-10

Faktor informasi merupakan merupakan factor yang sangat penting hal ini akan mempengaruhi konsumen
bergerak pada tahap berikutnya yaitu ask (bertanya). Pertanyaan konsumen pada saat ini dilakukan dengan
cara fisik dan non fisik, yaitu perpaduan digital (online) dan fisik (Offline). Oleh sebab itu perusahaan harus
memakai saluran yang populer dengan demikian mampu akan mampu melayani pertanyaan-pertanyaan
konsumen. Apabila konsumen merasa puas terhadap informasi yang disampaikan, sudah dipastikan
konsumen akan memutuskan untuk bertindak (act). Pihak perusahaan dalam tahap ini hanya memastikan
kalau pelanggan mendapat apa yang diinginkan sesuai dengan hasil pencarian mereka pada saat berada di
tahap bertanya. Setelah konsumen mendapatkannya di tahap Act, maka konsumen akan langsung masuk
pada tahap berikutnya yaitu tahap advocate (menganjurkan). Setelah melewati tahapan-tahapan sampai
tahapan advocate, Tanpa dimintapun konsumen akan merekomendasikan pada orang lain baik melalui
saluran social yang dimilikinya atau menceritakan langsung setelah apa yang didapatkan dari semua
tahapan.

a. Konsep Marketing 4.0 dan Cara Kerjanya

Seperti yang telah di bahas pada bab sebelunnya mengenai marketing 4.0 bahwa marketing 4.0 mengacu
pada perilaku pembelian konsumen yang pada saat ini lebih dikenal dengan kerangka kerja 5A yaitu, Aware,
Appeal, Ask, Act, dan Advocate. Marketing 4.0 berisi panduan tentang bagaimana cara memahami pasar
yang semakin dinamis, marketing 4.0 juga memberikan insight baru yang perlu dipertimbangkan para
pemasar. Diantaranya adalah paradoks online dan offline. Walaupun pembelian sudah beralih serba online
tetapi bukan berarti produk offline diabaikan, konsumen masih tetap memerlukan sentuhan fisik, bahkan
masih tetap menjadi aspek penting.

Calon konsumen dengan begitu mudahnya mendapatkan berita secara online yang tersebar pada semua
media, tetapi mereka juga tetap memverivikasi kebenaran dari berita – berita tersebut lebih mendalam. Salah
satu penyebab banyaknya gerai offline tutup dengan adanya merketplace tetapi market online tetap
menghabiskan biaya cukup banyak untuk beriklan di media konvensional. Dapat dikatakan, marketing 4.0
tidak hanya menjadikan konsumen mengenal

4
Produk melalui merek, menyukai kemudian mencari tahu tentang produk tersebut lalu membelinya tetapi
konsumen merekomendasikannya pada orang lain.

b. Tips Mengaplikasikan Marketing 4.0 yang Efektif

Berikut beberapa Tips dalam mengaplikasikan Marketing 4.0 yang Efektif

1) Pergunakan berbagai macam saluran pemasaran

Banyaknya saluran pemasaran bertujuan agar tercipta pengalaman konsumen yang terarah serta konsisten
dengan banyaknya pilihan saluran. Dengan demikian konsumen lebih mengenal serta mengakses terhadap
informasi produk atau jasa.

2) Berikan solusi pada calon konsumen

Semakin banyaknya strategi pemasaran yang berupa iklan yang ditemui menuat bosan dan jemu untuk itu
usahakan pesan yang disampaikan jangan berfokus pada penjualan saja, tetapi berikanlah solusi apa yang
diinginkan dan dibutuhkan pelanggan.

3) Mempraktikkan Antropologi Digital

Pada poin ketiga ini menitikberatkan pada sentuhan konsumen secara manusiawi digabungkan dengan
kecanggihan teknologi, yaitu bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain secara digital. Disini dapat
dilihat bagaimana konsumen berintegrasi dalam kontek teknologi lalu bagaimana cara menggunakannya
dalam berinteraksi satu sama lainnya.

Dengan hadirnya ekonomi digital secara langsung menjanjikan peluang bisnis begitu luasnya sehingga
menjadikan kemakmuran bagi penggunanya. Karna dengan teknologi bisa membuat atau memproses
produksi, pemasaran, pendistribusian dan sebagainya, menjadi lebih efektif serta efisien, menjembatani bagi
pelaku bisnis agar terhubung dengan akses-akses modal pada pasar yang baru dengan semua ini seakan
teknologi menyediakan berbagai kemudahan.5

2. Strategi Menghadapi Pesaing Dalam membangun usaha produktif

5
Strategi Menghadapi Pesaing Dalam membangun usaha produktif di zaman teknologi yang semakin canggih
dan menuntut adanya kreatifitas tanpa

5Rinnanik, Ilmu Manajemen Di Era 4.0, (Indramayu, Penerbit Adab, 2021). Hal. 92- 94

Batas diperlukan strategi-strategi jitu dalam menghadapi persaingan di era industry 4.0 serta memahami
produk apa yang dijual sehingga sesuai dengan selera konsumen yang terus berubah. Jika anda. Tidak
mempunyai strategi yang tepat dalam menjalankan usaha anda, maka bisa jadi usaha yang anda jalankan
akan tenggelam. Lalu bagaimana cara menghadapi persaingan yang ketat dalam membangun usaha yang
produktif? Berikut adalah strategi-strategi yang dapat dipahami dalam membangun usaha produktif.

a) Strategi diferensiasi produk

Diferensiasi produk (product differentiation) adalah proses pembedaan suatu produk atau jasa untuk
membuatnya lebih menarik terhadap suatu pasar sasaran tertentu. Jadi, lebih sederhananya strategi ini
bertujuan agar membuat produk kita bedadan unik untuk dijual di pasar. Lalu, untuk membuat produk yang
beda agar bisa sukses di pasar maka perlu : (1) menghasilkan nilai pelanggan, artinya produk yang
dihasilkan punya harga jual. (2) memunculkan pengenalan produk yang bernilai khas dan baik serta (3)
tampil sebagai wujud berbeda yang sulit untuk ditiru. Dengan memperhatikan dan membaca uraian diatas,
sekilas kamu pasti berpikir untuk melakukannya berarti harus membuat keunikan perbedaan pada
produknya saja. Sebenarnya tidak demikian, kamu dapat menetapkan perbedaan pada berbagai hal yang
berkaitan langsung maupun tidak langsung terhadap produk tersebut.

Setidaknya ada 3 hal yang dapat kamu bedakan pada produk yang kamu jual agar mampu mengungguli
pesaing.perangkat tersebut dinamakan: content, context, dan infrastructure. (1) Konten berkaitan dengan
“apa yang kamu tawarkan” (what to offer). (2) Konteks berkaitan dengan “bagaimana kamu menawarkan
produk tersebut” (how to offer). (3) Infrastruktur berkaitan dengan “ikhtiar (fasilitas) pendukung agar
diferensiasi content dan context di atas berjalan dengan baik”. Contoh dari konten, konteks, dan
infrastruktur adalah anggap saja Anda memiliki usaha martabak manis gerobak pinggir jalan.

b) Kepemimpinan harga
6
Kepemimpinan harga atau Price leadership adalah lazim dalam oligopoli, seperti industri penerbangan, di
mana pemimpin harga menetapkan harga dan semua pesaing lainnya merasa terpaksa menetapkan harga
mereka berdasarkan harga pemimpin. Ini adalah pengamatan yang dilakukan dari perilaku bisnis
oligopolistik di mana satu perusahaan, biasanya sering dominan di antara beberapa, memimpin jalan dalam
menentukan harga, yang lain segera menyusulnya. Jadi kepemimpinan harga adalah situasi di mana
pemimpin pasar menetapkan harga suatu produk atau jasa dan pesaing merasa terpaksa untuk mencocokkan
harga itu. Tujuan utamanya adalah untuk menghindari ketidakpastian dalam hal mendapatkan keuntungan,
ketidakpastian dalam hal berada di pasar atau bertahan di pasar.

Seperti contoh produk air mineral “Aqua”, siapa yang tidak kenal dengan produk air mineral satu ini?
Hampir semua masyarakat Indonesia ketika membeli air minum dalam kemasan, kata pertama yang mereka
sebut ialah “Ada Aqua?” meskipun penjual tidak selalu memberikan produk air minum dalam kemasan
dengan merek Aqua. Aqua adalah salah satu contoh perusahaan oligopolistik yang berdiri sejak tahun 1973.
Aqua adalah merek AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) dengan penjualan terbesar di Indonesia dan
merupakan salah satu merek AMDK yang paling terkenal di Indonesia, sehingga telah menjadi seperti
merek generik untuk AMDK. Jadi, untuk hal kepemimpinan harga Aqua menjadi pemimpin utama dalam
menentukan harga produk jualnya di pasar Indonesia. Kemudian lambat laun para pesaing produk sejenis
mulai bermunculan sehingga menjadi pengikut “follower” dalam menentukan harga. Hal menarik yang bisa
kita ambil dari penjelasan diatas, untuk mulai menjalankan bisnis adalah ketika kita harus mengerti dan
paham strategi menentukan harga sebagai pemula, mengerti selera pasar, mengerti tren pasar, dan terutama
mengerti strategi menentukan harga dari perusahaan yang menjadi leader.

c) Strategi responsif Untuk memahami keinginan konsumen yang semakin hari semakin berubah
dibutuhkan ketanggapan yang baik. Strategi responsif adalah proses untuk mencapai perubahan
positif dengan menggeser keadaan

Saat ini dari hal-hal dan pandangan konsumen. Karyawan atau persaingan (penerima) menuju strategis yang
menguntungkan untuk bisnis, yang memungkinkan perusahaan dengan lancar melaksanakan kebijakan
mereka. Strategi respons terhadap permintaan pelanggan mendefinisikan bagaimana suatu perusahaan akan
memberikan tanggapan atau respons terhadap permintaan konsumen. Merespon permintaan konsumen yang
cepat akan meningkatkan kepuasan pelanggan.6

7
6 Umi Nariamawati, Women Leadership In Technopreneurship, Surabaya: Media Nusantara (2022) Hal.
223-225

8
DAFTAR PUSTAKA

Komaryatin, Nurul (2022) " Modul Ajar Implementasi Pemasaran". Sumatra Barat: CV. Mitra
Cendikia Media.

Narimawati, Umi (2022) " Women Leadership In Technopreneurship". Surabaya: Media


Nusantara.

Rinnanik. (2021) " Ilmu Manajemen Di Era 4.0". Jawa Barat: CV. Adanu Abimata.

Anda mungkin juga menyukai