Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MODAL SEDERHANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN (MPK)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok dalam Mata Kuliah Perilaku Konsumen Syariah Kelas
EI-4A

Dosen Pengampu :

Sherlly Rahmadani Rendhia Sukma, S.Pt., M.E

Disusun Oleh

Kelompok 10 :

Tasya Taqia Salsabila 3221005

Ridwan Febrian 3221008

Farras Arkan 3221033

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI

T.A 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perilaku masyarakat yang membutuhkan dan menginginkan produk
dengan merk. kualitas, harga serta desain baru yang ditawarkan pada tingkat
harga yang kompetitif merupakan potensi yang harus diperhatikan produsen
untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Untuk maju dan
berkembang dalam proses pemasaran perusahaan harus mampu memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen dimana kepada mereka nantinya produk
tersebut akan dipasarkan.
Oleh karenanya keputusan pembelian menjadi suatu hal yang penting
untuk diperhatikan karena hal ini tentu akan menjadi suatu pertimbangan
bagaimana suatu strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh perusahaan
berikutnya. Keberhasilan perusahaan dalam mempengaruhi konsumen dalam
keputusan pembelian sangat didukung melalui upaya membangun komunikasi
kepada konsumen dengan membangun merek kepada konsumen dengan
strategi pemasaran, serta melakukan inovasi untuk varians-varians baru pada
suatu produk.
Dengan memahami bagaimana perilaku konsumen akan memberi
sumbangsih bagi perusahaan untuk merumuskan strategi pemasaran yang
nantinya akan diimplementasikan dalam memperkenalkan dan
mempromosikan produk mereka ke pasar. Artinya ketika suatu produk hendak
diproduksi, jauh sebelumnya telah diketahui apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian pengambilan keputusan pembelian konsumen
2. Bagaimana langkah-langkah keputusan konsumen
3. Bagaimana implikasi pengambilan keputusan pada strategi pemasaran
1
4. Bagaimana taktik menghadapi konsumen pada era 4.0 dalam pengambilan
keputusan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan pembelian
konsumen
2. Untuk mengetahui langkah-langkah keputusan konsumen
3. Untuk mengetahui/1implikasi pengambilan keputusan pada strategi
pemasaran
4. Untuk mengetahui taktik menghadapi konsumen pada era 4.0 dalam
pengambilan keputusan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengamilan Keputusan Pembelian Konsumen

Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan


akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak
melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya. Keputusan pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian
masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam
memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang terdiri dari pengenalan kebutuhan
dan keinginan, pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian,
keputusan pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian.

Konsumen sebagai seorang manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan


yang harus dipenuhinya, dan sering kali dalam memenuhi kebutuhan ini
mereka harus melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang
harus dipenuhi manusia sedangkan keinginan adalah kebutuhan manusia yang
telah terbentuk sesuai dengan persepsinya. Perilaku konsumen sangat erat
hubunganya dengan keputusan pembelian. Baik keputusan pembelian yang
dilakukan oleh orang perorangan, kelompok dan organisasi dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan mereka baik terhadap kebutuhan terhadap barang
maupun terhadap jasa.1

Keputusan pembelian adalah suatu kegiatan membeli sejumlah barang dan


jasa, yang dipilih berdasarkan informasi yang didapat tentang produk, dan
segera disaat kebutuhan dan keinginan muncul, dan kegiatan ini menjadi
informasi untuk pembelian selanjutnya. Untuk pemasar tahap keputusan
pembelian ini adalah tahap yang sangat penting untuk dipahami karena akan
berhubungan dengan keberhasilan suatu program pemasaran.

1
Made Dana, Promosi Penjualan ( Jawa Tengah, PenerbitLakeisha, 2022)
3
Adapun menurut pendapat para ahli antara lain:

1. Helga Drumond (2003:68)


Keputusan membeli yaitu mengidentifikasikan semua
pilihan/1yang/1mungkin untuk memecahkan persoalan itu dan menilai
pilihan-pilihan secara sistematis dan obyektif serta sasaran-sasarannya
yang menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing.
2. Kotler dan Armstrong (2008:181)
Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang
paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi dua faktor bisa
berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian.
3. Schiffman, Kanuk (2006)
Keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih
alternative pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
membuat keputusan,/1haruslah tersedia beberapa alternative pilihan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan suatu


keputusan orang akan melalui suatu proses tertentu, demikian pula padahal
keputusan memilih produk atau merek mereka akan melaksanakan proses
terlebih dahulu mungkin karena mereka tidak mau menanggung resiko apabila
membeli produk tersebut,/1sehingga mereka akan penuh dengan pertimbangan-
pertimbangan.

B. Langkah-Langkah Keputusan Konsumen


Langkah-langkah keputusan konsumen, Sangadji dan Sopiah (2013)
membagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Pengenalan kebutuhan dimaknai sebagai upaya untuk menganalisis
kebutuhan konsumen bahwasnya masalah akan muncul ketika konsumen
menghadapi satu kebutuhan sehingga muncul gagasan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya masalah yang dihadapi oleh

4
seorang karyawan adalah bahwa kantor dan tempat tinggalnya memiliki
jarak tempuh yang jauh, kondisi tersebut membangkitkan pengenalan
kebutuhan bahwa karyawan tersebut membutuhkan kendaraan atau
menyewa rumah di daerah sekitar kantornya.
2. Waktu dapat menyebabkan pengambilan keputusan konsumen, misalnya
seorang konsumen terbiasa makan pagi pukul 06.00 secara otomatis akan
merasa lapar lagi pada siang hari, sehingga waktu dapat mengaktifkan
kebutuhan fisiologis konsumen agar melakukan keputusan untuk
membeli makanan di siang hari.
3. Perubahan situasi, situasi berbeda yang dialami konsumen secara tidak
langsung dapat mempengaruhi keputusan konsumen.
4. Kepemilikan produk seringkali mengaktifkan kebutuhan yang lain,
misalnya seorang konsumen baru saja menempati rumah baru sehingga
menyadari produk lainya misalnya membutuhkan perabot rumah.
5. Konsumsi Produk dimaknai sebagai kegiatan rutin konsumen, misalnya
jika konsumen terbiasa menggunakan produk perawatan kecantikan,
ketika produk tersebut habis, maka akan mengaktifkan kebutuhan
konsumen untuk kembali melakukan pembelian.
6. Perbedaan Individu, kebutuhan muncul disebabkan karena konsumsi
produk konsumen biasanya sudah tidak dapat digunakan lagi, misalnya
seorang konsumen memutuskan untuk membeli telepon genggam
disebabkan oleh tuntutan pekerjaan yang mengharuskan konsumen untuk
membeli telepon genggam terbaru. Atau konsumsi telepon genggam
terbaru disebabkan seorang konsumen ingin selalu tampil trendi dengan
telepon genggam tersebut.
7. Pengaruh Pemasaran, promosi menjadi titik acuan bagi seorang konsumen
untuk melakukan keputusan pembelian, misalnya seorang konsumen
membutuhkan mesin cuci untuk membantu meringankan pekerjaan,
ketika konsumen tersebut melihat iklan mesin cuci dan diperagakan tata

5
cara penggunaannya maka konsumen akan menyadari bahwa mesin cuci
tersebut mampu meringankan pekerjaannya.
8. Pencarian informasi dilakukan oleh konsumen baik dari pencarian internal
maupun pencarian eksternal, ketika konsumen membutuhkan satu produk
konsumen secara spontan melakukan pencarian baik dari segi harga,
kualitas, beragam merek hingga pembayaran yang sesuai.
9. Pencarian internal mempunyai hubungan dengan pencarian informasi,
pencarian internal merupakan ingatan yang ada pada konsumen terkait
satu produk kebutuhan konsumen.
10. Pencarian eksternal, jika pencarian internal mengandalkan memori
konsumen, beda halnya dengan pencarian eksternal misalnya pencarian
informasi melalui produk dari beberapa teman.2

Menurut Philip Kotler (2000:251-252), yang dimaksud dengan keputusan


pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari
menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi,
penilaian sumbersumber seleksi terhadap alternatif pembelian, keputusan
pembelian, dan perilaku setelah pembelian.

Langkah-langkah umum dalam melakukan pembelian adalah antara lain


Suharno & Sutarso (2010), antara lain :

1. Pengenalan Masalah
Secara sederhana, sebelum pembelian terjadi, pelanggan harus
mempunyai alasan untuk berfikir bahwa apa yang mereka mau, atau apa
yang mereka cita-citakan berbeda dari apa yang sudah mereka miliki.
Keadaan bahwa keinginan berbeda dengan kenyataan menimbulkan
masalah pada pelanggan.

2
Dr. Fitria Ayuningtyas,S.Sos.,M.Si, Perilaku Konsumen Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi
(Jakarta: CV. Mitra Cendekia Media, 2022), hlm 35-37
6
2. Pencarian Informasi
Begitu pelanggan mengenal masalah yang dia miliki, dia akan
memulai untuk mencari informasi karena mereka ingin mendapatkan
solusi dari masalah yang dia miliki. Meningkatkan kredibilitas bekerja
sangat baik untuk pemasaran ditahap pencarian informasi dengan cara
menempatkan bisnis ditahapan pelanggan dan pesaing-pesaing.

3. Evaluasi Beberapa Alternatif


Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian
dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian
berdasarkan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian bagi masingmasing
konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan
kebutuhannya. Ada konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk
meningkatkan prestasi, ada yang sekedar ingin memenuhi kebutuhan
jangka pendeknya dan sebagainya.
4. Keputusan untuk membeli
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses pembelian
yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap dimuka dilakukan maka konsumen
harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila konsumen
memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai serangkaian
keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual,
kuantitas, waktu pembelian, dan cara pembayarannya. Perusahaan perlu
mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang
menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan pembeliannya.
5. Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level
kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk
dibeli, melainkanberlanjut hingga periode pasca pembelian. Pemasar
harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian,
dan pemakaian produk pasca pembelian. Keputusan seseorang pembeli

7
juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian, termasuk usia, pekerjaan, dan
keadaan ekonomi.
6. Evaluasi paska pembelian
Keselurahan proses belum berakhir setelah pembelian terjadi.
Fakta menunjukkan bahwa semua bisnis dapat dengan sangat mudah
kehilangan pendapatan dan pelanggan. Setelah pembelian, seseorang
pelanggan akan masuk dalam masa evaluasi apakah pelanggan
mengangap keseluruhan memuaskan atau tidak. Jika pelanggan
beranggapan bahwa telah mengambil keputusan yang salah dengan
membeli produk, dia akan mengembalikan barang tersebut. Namun
kepuasan pelanggan saat ini belum cukup untuk menjamin apakah
pelanggan tersebut akan kembali untuk membeli barang tersebut.

C. Implikas Pengambilan Keputusan Pada Strategi Pemasaran

Memahami konsumen dan proses keputusan konsumen adalah sangat


penting bagi pemasar agar dapat merumuskan strategi pemasaran dan perilaku
konsumen, inilah penjelasannya. Matin Khan (2006) mengemukakan dalam hal
8 dan 9 bahwa Marketing Strategy and Consumer Behavior mencakup
pembahasan topik-topik berikut: 3

1. Pengetahuan perilaku konsumen diterapkan dalam Manajemen


Pemasaran. Sebuah pemahaman mengenai perilaku konsumen adalah
penting untuk keberhasilan jangka panjang setiap program pemasaran.
Hal ini adalah ujung tombak dalam konsep pemasaran yang menekankan
pada keinginan dan kebutuhan konsumen, pemilihan target pasar,
pemasaran terpadu dan keuntungan melalui kepuasan konsumen.
2. Perilaku konsumen juga penting dalam organisasi non-profit dan
organisasi social seperti organisasi dalam lembaga pemerintahan,
organisasi keagamaan, organisasi universitas danamal.

3
Matin Khan.2006.Consumer Behavior and Advertising Management.New Age International (P)
Ltd., Publishers. New Delhi, hal 6-7.
8
3. Perilaku konsumen diterapkan untuk meningkatkan kinerja instansi
pemerintah. Misalnya, kinerja pergerakan pemerintah dianggap kurang.
Metode ini bisa ditingkatkan dengan mengetahui kebutuhan dan
keinginan konsumen. Mendapatkan pengecekan dari mereka untuk suka
atau ketidaksukaan mereka. Yang sama dapat diterapkan pada organisasi
lain seperti universitas dan organisasi amal.
4. Perilaku konsumen juga membantu dalam pemasaran berbagai barang
adalah barang langka. Orang disadarkan bahwa gas, bahan bakar, air dan
sumber daya alam barang langka. Konsumen didorong untuk mengurangi
konsumsi komoditas tersebut.
5. Manfaat konsumen dari penyelidikan perilaku mereka sendiri. Ketika
konsumen belajar banyak variabel yang mempengaruhi perilakunya. Dia
akan dididik dan memahami berdiri lebih baik bagaimana efek
perilakunya sendiri. Apa yang dipelajari tentang prilaku/1konsumen juga
menguntungkan konsumen dalam arti formal.

Konsumen mengharapkan mendapatkan nilai pelanggan dari produk


barang dan jasa yang dibutuhkannya. Melalui pemahaman seperti itu maka
perusahaan harus mampu memberikan nilai pelanggan yang lebih besar dari
nilai yang diberikan oleh pesaingnya sebagai salah satu cara agar perusahaan
tersebut mampu bertahan dilingkungan yang memiliki persaingan yang sangat
tinggi. Perusahaan harus memahami apa yang bernilai bagi konsumen, dan
manfaat apa yang diperoleh, dengan pemahaman yang tepat maka perusahaan
dapat membuat barang dan jasa yang sesuai dibutuh akan oleh konsumen.

Pemahaman seperti ini mengharuskan perusahaan untuk mampu


memberikan nilai pelanggan yang lebih baik dari pesaingnya. Pemahaman
yang tepat dari nilai pelanggan berdasarkan perspektif konsumen adalah sangat
penting, sehingga perusahaan dapat merumuskan suatu produk yang tepat.
Perusahaan harus mampu mengantisipasi dan mendeteksi apa kebutuhan laten
yang ada pada diri konsumen. Dengan pemahaman seperti ini maka perusahaan

9
akan mampu memberikan nilai tambahan yang lebih besar disbandingkan
pesaingnya./1Bagaimana hubungan antara strategi pemasaran dan prilaku
konsumen, inilah penjelasannya. Perbahasan topik-topik berikut:

Matin khan (2006) mengemukakan dalam 8 dan 9 bahwa marketing


strategy and consumer behavior mencakup, antara lain :

1. Analisis Pemasaran
a. Konsumen
b. Perusahaan
c. Kompetisi
d. Kondisi
2. Segmentasi pemasaran
a. Mengidentifikasi kebutuhan produk terkait pelanggan
b. Group dengan set kebutuhan yang sama
c. Jelaskanmasing-masing kelompok
d. Pilih target pasar
3. Strategi Pemasaran
a. Produk
b. Harga
c. Distribusi
d. Komunikasi
e. Layanan
4. Proses Keputusan Konsumen
a. Pengakuan Masalah
b. Informasi pencarian internal, eksternal
c. Evaluasi Alternatif
d. Pembelian
e. Gun
f. Akan
g. Evaluasi

10
5. Hasil
a. Kepuasan pelanggan
b. Penjualan
c. Produk / Merek Image

Tahap pertama adalah melakukan analisis pasar yaitu analisis konsumen,


analisis lingkungan, analisis bersaing dan analisis perusahaan. Setelah
memahami pasar maka selanjutnya konsumen melakukan segmentasi pasar.
Setelah memahami pengelompokan pasar maka selanjutnya konsumen
merumuskan strategi pemasaran dalam perspektif pemasaran, yaitu bauran
pemasaran dengan merumuskan produk, harga, distribusi, promosi. Strategi
pemasaran bertujuan untuk mempengaruhi proses keputusan yang akan
dilakukan oleh konsumen. Keputusan konsumen ini tentu/1bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan individu sehingga mencapai kesejahteraannya dan
perusahaan pun harus mampu memberikan kesejahteraan kepada perusahaan
dan masyarakat. Merumuskan strategi pemasaran dimulai dengan menganalisis
pasar. Analisis pasar mengharuskan sebuah perusahaan menganalisis
kemampuan organisasinya, kelemahannya, dan kekuatannya dari para pesaing.
Kekuatan ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi masa dan siapa saja
pelanggan potensial pasar.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh konsumen selanjutnya


perusahaan mengidentifikasi sekelompok orang, rumah tangga, atau
perusahaan yang memiliki kebutuhan yang sama. Pengelompokan pasar atau
segmen konsumen ini digambarkan sesuai perspektif dan demografi, referensi
media, lokasi tempat tinggal, atau geografis dan sebagainya. Selanjutnya
perusahaan akan memilih satu atau lebih segmen konsumen sebagai sasaran
pasar berdasarkan kemampuan pasar dibandingkan dengan pesaing.
Selanjutnya strategi pemasaran akan dirumuskan. Strategi pemasaran
menyediakan pelanggan dengan memberikan nilai lebih dibandingkan
pesaingnya namun tetap menghasilkan laba bagi perusahaan. Strategi

11
pemasaran dirumuskan dengan menyusun bauran perusahaan, yaitu
menentukan fitur produk, menetapkan harga, melakukan komunikasi dengan
pelanggan, mendistribusikan barang dan jasa tersebut, dan memberikan
pelayanan, sehingga konsumen mendapatkan nilai yang sangat tinggi. Konsep
ini dikenal sebagai total produk. Total produk ditawarkan kesasaran pasar,
sasaran pasar/1tersebut melakukan proses pengambilan keputusan yang
bertujuan agar pelanggan dapat mempertahankan atau meningkatkan gaya
hidupnya sebagai individu atau rumah tangga atau mereka mempertahankan
kinerjanya sebagai pebisnis atau organisasi lainnya.

Analisis pelanggan adalah bagian penting yang melandasi strategi


konsumen. Referensi konsumen kepada produk akan menentukan sukses atau
gagalnya sebuah strategi. Sebelum kita memahi secara rinci perilaku
konsumen, kita akan menjelaskan strategi pemasaran secara detail. Analisis
pasar mengharuskan memahami kemampuan diri sendiri dari sebuah
perusahaan dan memahami kemampuan pesaing dimasa depan maupun masa
sekarang serta harus memahami proses konsumsi dari pelanggan potensial,
serta mampu memahami lingkungan ekonomi, lingkungan fisik dan lingkungan
teknologi keseluruhan sebagai tempat dimana akan berinteraksi. Apa yang
dibutuhkan konsumen atau pelanggan, maka perusahaan harus mampu
memahami konsumen dengan rinci. Memahami kebutuhan pelanggan terkini
adalah sebuah proses yang rumit namun pemahaman ini akan mudah dicapai
kalau kita melakukan penelitian pasar.

D. Taktik Menghadapi Konsumen Pada Era 4.0 Dalam Pengambilan


Keputusan

UMKM Pada Era Revolusi Industri 4.0 Era revolusi Industri 4.0 ditandai
dengan digunakannya computer dan robot serta internet sebagai penunjang
fasilitas bisnis yang sangat canggih. Para pelaku bisnis terutama UMKM
(Usaha Mikro Kecil Menengah).

12
Dituntut adaptif terhadap perubahan lingkungan bisnis dari konvensional
kearah digital,yang diikuti dengan perubahan perilaku konsumen. Bagi UMKM
yang tidak mengikutitrend perubahan akan tergilas dengan perubahan itu
sendiri. Terlebih lagi dalam situasipasar persaingan sempurna, banyak pelaku
bisnis UMKM yang kelimpungan sebagai akibat terjadinya hyper kompetisi
diantara sesama pelaku usaha. Mencermati situasi tersebut, para pengelola
bisnis dituntut untuk terus berupaya menemukan sumber-sumberkeunggulan
bersaing (competitiveadvantages) baru yang sulit ditiru oleh perusahaan lain
atau kompetitor.

Terdapat beberapa karakteristik perubahan perilaku konsumen pada era


globalseperti sekarang ini. Pertama, Perubahan siklus hidup produk
(productlifecycle) yangcenderung menjadi semakin pendek, disebabkan
perilaku konsumen yang semakin cerdasseiring dengan kemajuan teknologi
dan sistem informasi yang mengglobal. Konsumencepat bosan dan cenderung
untuk selalu mencari kebaruan dan kepraktisan dari produkyang mereka
perlukan. Kedua, perubahan gaya hidup dan tingkat pendapatan
masyarakatyang semakin baik. Tak dapat kita pungkiri saat ini kita berada
pada zaman tanpa batasjarak dan waktu, Sehingga semua informasi cepat
diperoleh dari manapun dan kapanpunyang membuat gaya hidup masyarakat
bersifat volately dan cepat berubah. Prinsip Amati Tiru dan Modifikasi
(ATM) sebagai bagian dari upaya mengikuti perkembangan zaman terkini.
Ketiga, perubahan selera konsumen yang cepat. Trend kaum milenial dalam
menyikapi perubahan zaman sungguh sangat sulit diantisipasi oleh para
pelaku bisnis. Terlebih lagi kini konsumen dapat menerabas informasi secara
terbuka, sehingga pengetahuan mereka tentang suatu produk dapat diperoleh
dengan cepat dan murah. Keempat, sumber daya yang semakin langka, dan
semakin ketatnya persaingan disertai dengan munculnya pesaing-pesaing baru
yang masuk ke dalam industri merupakan sebuah tantangan berat bagi
parapelaku bisnis pada era sekarang ini.
Secara umum UMKM di Indonesia dan khususnya di Provinsi Riau
13
masih belum mempersiapkan diri menghadapi era revolusi Industri 4.0 yang
ditandai belum terbiasanya UMKM menggunakan teknologi digital dalam
mengelola bisnisnya. Mereka belum menggunakan sistem computer, internet
dan berbagai aplikasi yang terhubung dengan ponsel pinter untuk operasional
usahanya. Bahkan banyak diantara mereka masih sangat konvensional dalam
mengelola bisnisnya, sehingga belum bisa melakukan efisiensi. Akibatnya
UMKM yang belum berbasis teknologi digital dalam pemasaran dipastikan
terasa sulit bersaing dengan UMKM lain yang sudah menggunakan teknologi
untuk operasional dan pemasaran usahanya.
Siap atau tidak siap era revolusi digital 4.0 akan tiba, bahkan sudah dapat
dirasakan perubahannya yang ditandai dengan banyaknya UMKM yang
menyediakan layanan digital marketing yang bisa diakses dengan cara online.
Bagaimana nasib mereka yang tidak menyediakan fasilitas belanja untuk
produk produk atau jasa usahanya secara online? Sulit kita bayangkan
perkembangan dan pertumbuhan usahanya jika mereka tidak mau melakukan
perubahan sistem bisnisnya dan tetap mempertahankan bisnis secara
konvensional, maka kita akan ditinggal konsumen. Karena karkter konsumen
di era digital 4.0 beserta ciri generasi konsumen yang ada dan pola belanja
untuk tiap generasi mengalami perubahan.
Seiring dengan hal tersebut maka UMKM (Usaha Mikro Kecil
Menengah) pada saat ini disamping dituntut untuk memahami digital
marketing, juga ada keharusan untuk berinovasi sepanjang waktu. Untuk
bertahan atau menjadi pemenang membutuhkan kepiawaian pebisnis dalam
berinovasi, sehingga memiliki kemampuan dan daya saing melebihi dari
organisasi lainnya. Pertanyaannya, sudahkah UMKM memiliki daya saing?
Terlebih lagi saat ini dunia bisnis mengalami realita baru yang diakibatkan
oleh terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat bahkan cenderung
radikal. Oleh karena itu organisasi pada era persaingan global ini harus
mampu berubah lebih cepat dan bergerak lebih efektif dari para pesaingnya
yang menciptakan keunggulan bersaing berkelanjutan.

14
Keunggulan bersaing adalah kemampuan perusahaan untuk
memformulasi strategi pencapaian peluang profit melalui maksimalisasi
penerimaan dari investasi yang dilakukan. Sekurang-kurangnya ada dua
prinsip pokok yang perlu dimiliki perusahaan untuk meraih keunggulan
bersaing yaitu dari sudut pandang adanya nilai pelanggan dan keunikan
produk. Pertama, Sudut Pandang Nilai Pelanggan. Keunggulan bersaing akan
terjadi apabila terdapat pandangan pelanggan bahwa mereka memperoleh
nilai tertentu dari transaksi ekonomi dengan perusahaan tersebut. Untuk itu
syaratnya adalah UMKM harus fokus pada kebutuhan dan harapan pelanggan.
Hal demikian baru terwujud ketika suara pelanggan diperhatikan melalui
survey kebutuhan pelanggan. Barang/jasa seperti apa yang diperlukan dan
diinginkan oleh pelanggan.. Pasti tuntutan pelanggan adalah: cepat
mendapatkan produk yang diinginkan, murah harganya dan bagus
kualitasnya. Kedua, Sudut Keunikan. Keunikan dicirikan oleh barang dan jasa
yang dihasilkan UMKM, yang tidak dapat mudah ditiru oleh pesaing. Anda
para pelaku usaha dituntut mampu menciptakan sesuatu yang unik yang sulit
ditiru pesaing Anda, strategi inovasi menitikberatkan pada diferensiasi
melalui penciptaan operasi, metode manajemen dan teknologi atau
produk/jasa baru. Dengan penerapan konsep strategi keunggulan bersaing
tersebut diharapkan UMKM akan mampu meningkatkan daya saing ditengah-
tengan era persaingan global yang sulit dibendung dan dibatasi. Semoga
UMKM indonesia mampu menjadi UMKM 4.0 yang mampu dan siap
menghadapi datangnya revolusi industri 4.0 4
1. Implementasi Marketing 4.0
Menurut Philip Kottler (dalam Krisnawati, 2018) bahwa teori
pemasaran 4.0 atau pemasaran digital dengan pendekatan pemasaran baru
untuk membantu pamasar dalam mengantisipasi dan mengelola dampak

4
Amiruddin Tumanggor & Machasin, Strategi Pemasaran Dan Pemberdayaan Umkm Pada Masa
Covid-19, (Yogyakarta, K-Media, 2018) Hal.8-10

15
teknologi. Konsep tersebut mengkombinasikan interaksi online dan
interaksi offline antara perusahaan dengan pelanggan karena pada
kenyataannya justru disaat dunia online berkembang, sentuhan offline
menjadi titik diferensiasi yang kuat strategi marketing 4.0 pada era industri
4.0.
Memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada namun menurut
marketing 4.0 interaksi secara offline tetap diperlukan. Hal ini dikarnakan
untuk menarik konsumen sampai pada tindakan menganjurkan untuk
muncul, maka tetap dibutuhkan sentuhan dari produsen untuk
menghasilkan pelayanan yang maksimal. Karena itu, konsep marketing 4.0
sendiri tidak bertujuan untuk menjatujkanmarketingoffline yang mungkin
sudah terbentuk (Kartajaya, 2017)
Menurut Kartajaya (2019) konsep marketing 4.0 mengaplikasikan
modifikasi dari Empat A (Aware, Attitude, Ask, ActAgain) menjadi Lima
A (Aware, Appeal, Ask, Act, Advocate) pada tahap awal aware konsumen
menghadapi daftar panjang merek dari pengalaman masa lalu, komunikasi
pemasaran, dan/atau anjuran orang lain.

Faktor informasi merupakan merupakanfactor yang sangat penting


hal ini akan mempengaruhi konsumen bergerak pada tahap berikutnya
yaitu ask (bertanya). Pertanyaan konsumen pada saat ini dilakukan dengan
cara fisik dan non fisik, yaitu perpaduan digital (online) dan fisik (Offline).
Oleh sebab itu perusahaan harus memakai saluran yang populer dengan
demikian mampu akan mampu melayani pertanyaan-pertanyaan
konsumen. Apabila konsumen merasa puas terhadap informasi yang
disampaikan, sudah dipastikan konsumen akan memutuskan untuk
bertindak (act). Pihak perusahaan dalam tahap ini hanya memastikan kalau
pelanggan mendapat apa yang diinginkan sesuai dengan hasil pencarian
mereka pada saat berada di tahap bertanya. Setelah konsumen
mendapatkannya di tahap Act, maka konsumen akan langsung masuk pada
tahap berikutnya yaitu tahap advocate (menganjurkan). Setelah melewati
16
tahapan-tahapan sampai tahapan advocate, Tanpa dimintapun konsumen
akan merekomendasikan pada orang lain baik melalui saluran social yang
dimilikinya atau menceritakan langsung setelah apa yang didapatkan dari
semua tahapan :

a. Konsep Marketing 4.0 dan Cara Kerjanya


Seperti yang telah di bahas pada bab sebelunnya mengenai
marketing 4.0 bahwa marketing 4.0 mengacu pada perilaku pembelian
konsumen yang pada saat ini lebih dikenal dengan kerangka kerja 5A
yaitu, Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate. Marketing 4.0 berisi
panduan tentang bagaimana cara memahami pasar yang semakin
dinamis, marketing 4.0 juga memberikan insight baru yang perlu
dipertimbangkan para pemasar. Diantaranya adalah paradoks online
dan offline. Walaupun pembelian sudah beralih serba online tetapi
bukan berarti produk offline diabaikan, konsumen masih tetap
memerlukan sentuhan fisik, bahkan masih tetap menjadi aspek
penting.
Calon konsumen dengan begitu mudahnya mendapatkan berita
secara online yang tersebar pada semua media, tetapi mereka juga
tetap memverivikasi kebenaran dari berita – berita tersebut lebih
mendalam. Salah satu penyebab banyaknya gerai offline tutup dengan
adanya merketplace tetapi marketonline tetap menghabiskan biaya
cukup banyak untuk beriklan di media konvensional. Dapat dikatakan,
marketing 4.0 tidak hanya menjadikan konsumen mengenal Produk
melalui merek, menyukai kemudian mencari tahu tentang produk
tersebut lalu membelinya tetapi konsumen merekomendasikannya
pada orang lain.
b. Tips Mengaplikasikan Marketing 4.0 yang Efektif
Berikut beberapa Tips dalam mengaplikasikan Marketing 4.0 yang
Efektif
1. Pergunakan berbagai macam saluran pemasaran
17
Banyaknya saluran pemasaran bertujuan agar tercipta
pengalaman konsumen yang terarah serta konsisten dengan
banyaknya pilihan saluran. Dengan demikian konsumen lebih
mengenal serta mengakses terhadap informasi produk atau jasa.
2. Berikan solusi pada calon konsumen
Semakin banyaknya strategi pemasaran yang berupa iklan
yang ditemui menuat bosan dan jemu untuk itu usahakan pesan
yang disampaikan jangan berfokus pada penjualan saja, tetapi
berikanlah solusi apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan.
3. Mempraktikkan Antropologi Digital
Pada poin ketiga ini menitikberatkan pada sentuhan
konsumen secara manusiawi digabungkan dengan kecanggihan
teknologi, yaitu bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain
secara digital. Disini dapat dilihat bagaimana konsumen
berintegrasi dalam kontek teknologi lalu bagaimana cara
menggunakannya dalam berinteraksi satu sama lainnya.
Dengan hadirnya ekonomi digital secara langsung
menjanjikan peluang bisnis begitu luasnya sehingga menjadikan
kemakmuran bagi penggunanya. Karna dengan teknologi bisa
membuat atau memproses produksi, pemasaran, pendistribusian
dan sebagainya, menjadi lebih efektif serta efisien, menjembatani
bagi pelaku bisnis agar terhubung dengan akses-akses modal pada
pasar yang baru dengan semua ini seakan teknologi menyediakan
berbagai kemudahan.5
2. Strategi Menghadapi Pesaing Dalam membangun usaha produktif
Strategi Menghadapi Pesaing Dalam membangun usaha produktif di
zaman teknologi yang semakin canggih dan menuntut adanya kreatifitas
tanpa batas diperlukan strategi-strategi jitu dalam menghadapi persaingan

5
Rinnanik, Ilmu Manajemen Di Era 4.0, (Indramayu, Penerbit Adab, 2021). Hal. 92- 94

18
di era industry 4.0 serta memahami produk apa yang dijual sehingga sesuai
dengan selera konsumen yang terus berubah. Jika anda. Tidak mempunyai
strategi yang tepat dalam menjalankan usaha anda, maka bisa jadi usaha
yang anda jalankan akan tenggelam. Lalu bagaimana cara menghadapi
persaingan yang ketat dalam membangun usaha yang produktif? Berikut
adalah strategi-strategi yang dapat dipahami dalam membangun usaha
produktif.
a. Strategi diferensiasi produk
Diferensiasi produk (productdifferentiation) adalah proses
pembedaan suatu produk atau jasa untuk membuatnya lebih
menarik terhadap suatu pasar sasaran tertentu. Jadi, lebih
sederhananya strategi ini bertujuan agar membuat produk kita
bedadan unik untuk dijual di pasar. Lalu, untuk membuat produk
yang beda agar bisa sukses di pasar maka perlu : (1) menghasilkan
nilai pelanggan, artinya produk yang dihasilkan punya harga jual.
(2) memunculkan pengenalan produk yang bernilai khas dan baik
serta (3) tampil sebagai wujud berbeda yang sulit untuk ditiru.
Dengan memperhatikan dan membaca uraian diatas, sekilas kamu
pasti berpikir untuk melakukannya berarti harus membuat
keunikan perbedaan pada produknya saja. Sebenarnya tidak
demikian, kamu dapat menetapkan perbedaan pada berbagai hal
yang berkaitan langsung maupun tidak langsung terhadap produk
tersebut.
Setidaknya ada 3 hal yang dapat kamu bedakan pada
produk yang kamu jual agar mampu mengungguli
pesaing.perangkat tersebut dinamakan: content, context, dan
infrastructure. (1) Konten berkaitan dengan “apa yang kamu
tawarkan” (whattooffer). (2) Konteks berkaitan dengan “bagaimana
kamu menawarkan produk tersebut” (howtooffer). (3) Infrastruktur
berkaitan dengan “ikhtiar (fasilitas) pendukung agar diferensiasi

19
content dan context di atas berjalan dengan baik”. Contoh dari
konten, konteks, dan infrastruktur adalah anggap saja Anda
memiliki usaha martabak manis gerobak pinggir jalan.

b. Kepemimpinan harga
Kepemimpinan harga atau Priceleadership adalah lazim
dalam oligopoli, seperti industri penerbangan, di mana pemimpin
harga menetapkan harga dan semua pesaing lainnya merasa
terpaksa menetapkan harga mereka berdasarkan harga pemimpin.
Ini adalah pengamatan yang dilakukan dari perilaku bisnis
oligopolistik di mana satu perusahaan, biasanya sering dominan di
antara beberapa, memimpin jalan dalam menentukan harga, yang
lain segera menyusulnya. Jadi kepemimpinan harga adalah situasi
di mana pemimpin pasar menetapkan harga suatu produk atau jasa
dan pesaing merasa terpaksa untuk mencocokkan harga itu. Tujuan
utamanya adalah untuk menghindari ketidakpastian dalam hal
mendapatkan keuntungan, ketidakpastian dalam hal berada di pasar
atau bertahan di pasar.
Seperti contoh produk air mineral “Aqua”, siapa yang tidak
kenal dengan produk air mineral satu ini? Hampir semua
masyarakat Indonesia ketika membeli air minum dalam kemasan,
kata pertama yang mereka sebut ialah “Ada Aqua?” meskipun
penjual tidak selalu memberikan produk air minum dalam kemasan
dengan merek Aqua. Aqua adalah salah satu contoh perusahaan
oligopolistik yang berdiri sejak tahun 1973. Aqua adalah merek
AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) dengan penjualan terbesar
di Indonesia dan merupakan salah satu merek AMDK yang paling
terkenal di Indonesia, sehingga telah menjadi seperti merek generik
untuk AMDK. Jadi, untuk hal kepemimpinan harga Aqua menjadi
pemimpin utama dalam menentukan harga produk jualnya di pasar

20
Indonesia. Kemudian lambat laun para pesaing produk sejenis
mulai bermunculan sehingga menjadi pengikut “follower” dalam
menentukan harga. Hal menarik yang bisa kita ambil dari
penjelasan diatas, untuk mulai menjalankan bisnis adalah ketika
kita harus mengerti dan paham strategi menentukan harga sebagai
pemula, mengerti selera pasar, mengerti tren pasar, dan terutama
mengerti strategi menentukan harga dari perusahaan yang menjadi
leader.
c. Strategi responsif Untuk memahami keinginan konsumen yang
semakin hari semakin berubah dibutuhkan ketanggapan yang baik.
Strategi responsif adalah proses untuk mencapai perubahan positif
dengan menggeser keadaan
Saat ini dari hal-hal dan pandangan konsumen. Karyawan
atau persaingan (penerima) menuju strategis yang menguntungkan
untuk bisnis, yang memungkinkan perusahaan dengan lancar
melaksanakan kebijakan mereka. Strategi respons terhadap
permintaan pelanggan mendefinisikan bagaimana suatu perusahaan
akan memberikan tanggapan atau respons terhadap permintaan
konsumen. Merespon permintaan konsumen yang cepat akan
meningkatkan kepuasan pelanggan.6

6
Umi Nariamawati, Women Leadership In Technopreneurship, Surabaya: Media Nusantara
(2022) Hal. 223-225

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan


pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak
melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-kegiatan
sebelumnya.

Langkah-langkah umum dalam melakukan pembelian adalah antara lain


Suharno & Sutarso (2010), antara lain : Pengenalan Masalah, Pencarian
Informasi, Evaluasi Beberapa Alternatif, Keputusan untuk membeli,
Pembelian, Evaluasi paska pembelian.

Konsumen mengharapkan mendapatkan nilai pelanggan dari produk


barang dan jasa yang dibutuhkannya. Melalui pemahaman seperti itu maka
perusahaan harus mampu memberikan nilai pelanggan yang lebih besar dari
nilai yang diberikan oleh pesaingnya sebagai salah satu cara agar perusahaan
tersebut mampu bertahan dilingkungan yang memiliki persaingan yang sangat
tinggi. Perusahaan harus memahami apa yang bernilai bagi konsumen, dan
manfaat apa yang diperoleh, dengan pemahaman yang tepat maka perusahaan
dapat membuat barang dan jasa yang sesuai dibutuh akan oleh konsumen.

B. Saran

Demikian makalah Perilaku Konsumen Syariah dengan judul “Model


Sederhana Pengambilan Keputusan (MPK)”. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini./1

22
DAFTAR PUSTAKA

Dana, M. (2022). Promosi Penjualan. Jawa Tengah: Lakeisha.

Dr. Fitria Ayuningtyas, S. (2022). Perilaku Konsumen Dalam Prespektif Ilmu


Komunikasi. Jakarta: CV. Mitra Cendekia Media .

Khan, M. (2006). Consumer Behavior and Advertising Management New Age


Internasional (P) Ltd . New Delhi: Publishers.

Machasin, A. T. (2018). Strategi Pemasaran dan Pemberdaya UMKM Pada Masa


Covid-19. Yogyakarta: K-Media.

Nariamawati, U. (2022). Women Leadership In Technopreneurship. Surabaya:


Media Nusantara.

Rinnarik. (2021). Ilmu Manajemen Di Era 4.0. Indramayu: Penerbit Adab.

23

Anda mungkin juga menyukai