Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Perilaku Konsumen
"Pengambilan Keputusan Konsumen"

Dosen Pengampu : Dr. Rendra Wirawan, SE., MM.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Dwi Sri Arfiani (220124266)


2. Irkham Maulana Bila (220124238)
3. Muhamad Shauqil Abror (220124280)

5 Manajemen A6

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS
WIDYA GAMA LUMAJANG
September 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini tepat pada waktunya. Adapun judul
dari makalah ini adalah “Pengambilan Keputusan Konsumen”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah Perilaku Konsumen yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak yang berkepentingan pada
umunya.

Lumajang, 26 September 2022


Tertanda

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengambilan keputusan konsumen pada dasarnya merupakan proses pemecahan
masalah. Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa
keputusan. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua ataul lebih
alternatif tindakan (atau perilaku). Dalam pengambilan model keputusan, semua aspek
pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen, termasuk
pengetahuan, arti, kepercayaan, yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan
pemahaman yang terlibat dalam penerjemahan informasi baru dilingkungan. Keputusan
konsumen sendiri merupakan pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia
untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Lahirnya suatu keputusan tidak serta merta berlangsung secara sederhana begitu,
sebab sebuah keputusan itu selalu saja lahir berdasarkan dari proses yang memakan
waktu, tenaga dan pikiran hingga akhirnya terjadinya suatu pengkristalan dan lahirlah
keputusan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi dari keputusan dan keputusan konsumen?
2) Jelaskan mengenai informasi dan keputusan konsumen?
3) Jelaskan emosional dan keputusan konsumen?
4) Apa saja tahapan-tahapan dari pengambilan keputusan?
5) Perubahan apa saja yang terjadi dalam pengambilan keputusan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1) Mengetahui dan memahami definisi dari keputusan dan keputusan konsumen.
2) Mengetahui dan memahami penjelasan dari informasi dan keputusan konsumen.
3) Mengetahui dan memahami penjelasan dari emosional dan keputusan konsumen.
4) Mengetahui dan memahami tahapan-tahapan dari pengambilan keputusan.
5) Mengetahui dan memahami perubahan yang terjadi dalam pengambilan keputusan.
6) Mempermudah mahasiswa mempelajari, memahami dan mengetahui apa saja materi
tentang pengambilan keputusan konsumen dengan baik.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keputusan

Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi.
Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu begitu besarnya pengaruh yang akan
terjadi jika seandainya rekomendasi yang dihasilkan tersebut terdapat kekeliruan atau
adanya kesalahan-kesalahan yang tersembunyi karena faktor ke tidak hati-hatian dalam
melakukan pengkajian masalah.

Menganalisis Pemasaran
Meneliti dan Memilih Pasar Sasaran
Merancang Strategi Pemasaran

Merencanakan Program
Mengorganisasi,
PemasaranMelaksanakan, dan Mengawasi Usaha Pemasaran

2.2 Definisi Keputusan Konsumen

Keputusan konsumen merupakan tindakan konsumen dalam memutuskan sebuah produk


yang dianggap menjadi solusi dari kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut. Setiadi
(2003) mendefinisikan bahwa inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses
pengintegrasian yang mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku
alternatif atau lebih, dan memilih salah satu di antaranya.³) Hasil dari proses
pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan
berperilaku.⁴)

Ada catatan yang harus diingat bahwa sebuah keputusan konsumen berlaku yang
namanya proses artinya tidak setiap keputusan bisa terjadi begitu saja tanpa sebab yang
di latar belakangi oleh suatu keadaan dan dasar tertentu. Dimana semua itu hanya
konsumen tersebut yang paling mengetahui dan merasakan mengapa ia melakukan
keputusan tersebut. sehingga dalam konteks ini seorang pemasar harus memahami
dengan benar apa yang terdapat dalam benak konsumen.⁵)

2.3 Lingkungan Pemasaran dan Keputusan Konsumnen

Lingkungan pemasaran (marketing environment) suatu perusahaan terdiri dari para


pelaku dan kekuatan-kekuatan di pemasaran yang mempengaruhi kemampuan
manajemen pemasar untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang sukses
dengan pelanggan sasarannya.⁶)Bagi seorang pebisnis memahami lingkungan pemasaran
(marketing) menjadi sangat penting, termasuk pembagian lingkung pemasaran beserta
aktivitas ruang lingkupnya. Secara umum lingkungan pemasaran ada 2 (dua) yaitu:⁷)
1. Lingkungan mikro adalah kekuatan-kekuatan yang dekat perusahaan yang
mempengaruhi kemampuannya melayani pelanggan perusahaan, pemasok, perusahaan
jalur pemasaran, pasar pelanggan, pesaing, dan masyarakat.⁸)

2. Lingkungan makro adalah kekuatan sosial yang lebih besar yang mempengaruhi
lingkungan mikro-kekuatan demografis, ekonomi alam, teknologi, politik, dan budaya.⁹)

Kedua lingkungan ini bersifat saling mempengaruhi dan mendukung satu sama lain.
Artinya pembentukan lingkungan mikro juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan makro
dan lingkungan makro juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan mikro. Sehingga jika
pembentukan analisis di lihat hanya dari satu perspektif saja maka artinya terjadi
kepincangan dalam menganalisis suatu lingkungan pemasaran, boleh menganalisis secara
terpisah namun harus melihatnya sebagai satu kesatuan yang utuh.

Efek pemahaman dari kedua bentuk lingkungan tersebut tergambarkan dalam


pengambilan keputusan. Artinya keputusan dibuat berdasarkan pada analisis dan asumsi
kedua sisi lingkungan mikro dan makro. Kedua lingkungan ini membentuk pola
perilakunya (behaviour pattern) masing-masing. Setiap waktu atau periode pasti berbeda-
beda, misalnya era tahun 1970-an, 1980an, 1990-an dan 2000-an. Lingkungan periode
tahun tersebut saling berbeda-beda, ini terlihat dari penciptaan produk pada setiap era
yang berbeda-beda. Termasuk pada konsep penggunaan iklan yang dipakai.

Suatu studi meneliti pemakaian yang berubah dari daya tarik yang berorientasi pada
waktu antara tahun 1890 dan 1988 dengan menganalisis iklan-iklan dalam "Ladies Home
Journal", selama periode tersebut.¹⁰) Pada akhir tahun 1980-an sekitar 50 persen
periklanan meliputi daya tarik yang berorientasi pada waktu sebagai komponen utama.¹¹)
Suatu contoh dapat dijumpai dalam periklanan untuk Hunt's Manwich (dari tahun 1986)
yang berjudul "Bila waktunya makan malam dan waktunya padat", ¹²)

Dalam iklan bisnis real estate juga pengubahan konsep yang dahulunya pernah di konsep
jika rumah yang baik itu adalah jauh dari kota maka sekarang mulai dibangun konsep
back to city atau kembali ke kota, yaitu dengan menawarkan model-model apartemen
dengan posisi di tengah kota. Sehingga jika ingin bekerja tidak dipusingkan dengan
macet dan berbagai keterlambatan kerja serta berbagai situasi lainnya. Termasuk konsep
model perumahan minimalis yang dianggap memiliki nilai representative tinggi untuk
dimiliki yaitu lebih murah dan sangat cocok untuk pasangan muda atau keluarga kecil

Lingkungan pasar memang sering berubah untuk mencari bentuk yang sesuai dengan
perilaku (beluviour) dari komunitas masyarakat setempat. Pebisnis diajak untuk mampu
memahami pola tersebut secara baik sehingga keputusan yang dibuat memiliki nilai
representative tinggi untuk diterapkan. Dalam konsep bisnis dikenal istilah "di dunia ini
tidak ada yang abadi karena yang abadi itu hanya perubahan". Karena itu siapa yang bisa
memahami perubahan maka ia yang akan mampu unggul dan bertahan di pasar yang
kompetitif tersebut.

2.4 Informasi dan Keputusan Konsumen

Setiap perusahaan selalu berusaha mendorong konsumen dapat menentukan


keputusan pembelian pada setiap produk yang ditawarkan. Kenyataannya, situasi
pembelian atau konsumsi tanpa pilihan agak jarang terjadi. Artinya dengan beragam
produk yang ditawarkan tetap akan mendorong konsumen menentukan pilihan terhadap
produk yang akan dipilihnya, apalagi jika alternatif pilihan produk tidak ada yaitu hanya
ada satu pilihan produk maka tentunya produk tersebut akan menjadi pilihan utama dari
konsumen tersebut.
Jika seorang konsumen ragu dalam menentukan keputusan pembelian produk yang di
inginkannya, maka dalam kasus seperti ini menjadi kewajiban dari pihak manajemen
perusahaan khususnya bagian marketing untuk mampu memecahkan permasalahan ini
dengan menawarkan berbagai solusi konkrit, seperti:
 Penyampaian informasi yang luas melalui media cetak dan elektronik serta even
acara yang menampilkan penawaran produk tersebut. Termasuk memberikan
informasi mouth to mouth atau dari mulut ke mulut.

 Melakukan revaluation terhadap konsep periklanan (advertizing) yang diterapkan


selama ini, termasuk dengan menerapkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

 Melakukan survey pasar dan riset pasar ke lokasi-lokasi yang dianggap terjadi
penurunan penjualan.

Salah satu tanggungjawab bagian marketing adalah mampu memecahkan setiap


permasalahan yang dihadapi dari ketidakpastian konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian produk. Pada konteks ini kompetensi dari manajer marketing menjadi begitu
diuji, dan ingin dilihat pengaruh dari kebijakani manager marketing dalam mendukung
pembentukan keputusan konsumen.

Seberapa mendalam tugas pemecahan masalah konsumen bergantung pada seberapa


baik kriteria pemilihan yang telah ditetapkan. Seberapa banyak informasi yang telah
dipunyai mengenai setiap merk yang sedang dipertimbangkan, dan seberapa terbatas
rangkaian merk yang akan dipilih jelas bahwa untuk pemecahan masalah konsumen
harus mencari informasi yang lebih banyak untuk melakukan yang pilihan, sedangkan
untuk perilaku respon yang rutin hanya sedikit informasi tambahan yang dibutuhkan luas
Pada umumnya, komunikasi pemasaran perusahaan dirancang agar konsumen
mengetahui adanya produk tersebut, mendorong pembelian atau komitmen,
menimbulkan sikap yang positif terhadap produk, memberikan arti simbolis kepada
produk, atau menunjukkan bagaimana komunikasi ini dapat lebih baik memecahkan
masalah konsumen daripada produk (atau jasa) pesaing.
Ada adagium yang berlaku dalam ilmu pemasaran bahwa pemasar yang baik adalah
pemasar yang mampu mengkomunikasikan setiap pesan secara jelas kepada para
konsumen, dan pemasar yang tidak baik adalah pemasar yang tidak mampu
mengkomunikasikan dengan jelas setiap pesan kepada konsumen.

Pengirim (sumber) Pesan Saluran (Medium) Penerima (Konsumen)

Umpan balik

2.5 Emosional dan Keputusan Konsumen


Emosional dan Keputusan Konsumen Ada banyak dasar latar belakang yang
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian produk yang
ditawarkan oleh perusahaan, namun analisis pembelian konsumen dari sudut emosional
selalu menjadi bagian yang paling menarik untuk dikaji dan didiskusikan, tidak hanya
secara jangka pendek namun juga secara jangka panjang juga menjadi layak untuk di
pelajari

Sisi emosional konsumen dipengaruhi oleh faktor suasana hati dari konsumen
tersebut. Dengan kata lain marketing yang handal harus mengetahui bagaimana suasana
hati dari konsumen yang menjadi segmentasi produk yang akan ditawarkan tersebut.

Suasana hati kelihatan penting bagi pengambilan keputusan konsumen, karena


mempengaruhi kapan konsumen berbelanja di mana mereka berbelanja, dan apakah
mereka berbelanja sendirian atau dengan orang lain. Dalam konteks ini sehingga kita
juga menjadi perlu memahami perilaku pengambilan keputusan konsumen dari segi
pendekatan model manusia.

Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan empat macam perspektit model


manusia (model of man) Model manusia yang maksud adalah suatu model tingkah laku
keputusan dari seorang individu berdasarkan empat perspektif, yaitu manusia
ekonomi(economic man), manusia pasif (passive man), manusia kognitif (cognitive
man), dan manusia emosional (emotional man).

Sebagai penguat pemahaman bagi para pembaca kiranya dapat kita lihat pada
penjelasan sebagai berikut :

1. Manusia ekonomi (economic man). Manusia dipandang sebagai individu yang


memutuskan secara rasional.
2. Mamusia pasif (passite man). Model ini menggambarkan manusia berlangsung melalui
intelligence, design, choice, dan sebagai individu yang mementingkan diri sendiri dan
menerima berbagai macam promosi yang ditawarkan pemasar.

3. Manusia kognitif (cognitive man). Model manusia kognitif menggambarkan


konsumen sebagai individu yang berfikir untuk memecahkan masalah (a thinking
problem solver).

4. Manusia emosional (emotional man). Model ini menggambarkan konsumen sebagai


individu yang memiliki perasaan mendalam dan emosi yang mempengaruhi pembelian
atau kepemilikan barang-barang tertentu. Perasaan seperti rasa senang takut, cinta,
khawatir, fantasi, atau kenangan sangat mempengaruhi konsumen.

2.6 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan


Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap yang bisa
mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun tahap-tahap tersebut
adalah:
1. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk
dimengerti.

2. Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas
dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.

3. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih
memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.

4. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang


kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang mudah
dipakai.

5. Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.

Di sisi lain Simon (1960) mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui


empat tahap, yaitu :
a. Intelligence
b. Design
c. Choice, dan
d. Implementation

Secara lebih dalam beliau menegaskan bahwa, "Intelligence adalah proses pengumpulan
informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap
perancangan solusi terhadap masalah. Biasanya pada tahap ini dikaji berbagai macam
alternatif pemecahan masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan
dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik. Implementation
adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakanya.

2.7 Perubahan dalam Keputusan


Saat pengambilan keputusan adalah saat dimana kita sepenuhnya memilih kendali
dalam bertindak sedangkan saat kejadian tak pasti adalah saat dimana sesuatu di luar diri
kita lah yang menentukan apa yang akan terjadi artinya kendali di luar kemampuan kita.
Selanjutnya yang dianggap penting adalah pertanggungjawaban dari keputusan itu
sendiri kepada pihak yang berkepentingan.
Menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter proses pengambilan keputusan
merupakan serangkaian tahap yang terdiri dari delapan langkah yang meliputi
mengidentifikasi masalah, memilih suatu alternatif, dan mengevaluasi keputusan, adapun
proses pengambilan keputusan itu dapat dilihat pada gambar (lihat gambar proses
pengambilan keputusan).

Mengidentifikasi Masalah

2.8 Perubahan dalam Keputusan


Dalam proses berlangsungnya suatu keputusan tentu tidak selamanya berlangsung
sesuai dengan rencana yang diharapkan. Secara umum dampak perubahan keputusan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok perubahan, yaitu
1. Incremental changes, merupakan dampak perubahan keputusan yang dapat
diperkirakan atau ditaksir berapa persentase perubahan yang akan terjadi ke depannya
tentu berdasarkan data-data yang terjadi di masa lalu (historis).
2. Turbulence cange merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi perubahan yang
sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana alam. perubahan kondisi politik,
demonstrasi buruh, dan sebagainya Walaupun data-data tersebut ada namun kejadian
seperti itu belum tentu memiliki kesamaan kondisi dan situasi seperti dulu. Seperti
jatuh dan bergantinya presiden di Irak baik sebelum Saddam Hussein maupun pada
saat Saddam Hussein ditangkap atau diturunkan posisinya dari Presiden Irak secara
paksa oleh tentara Amerika dan sekutunya.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pengambilan keputusan
konsumen umumnya cenderung lebih menyukai keputusan yang menghindari risiko
ke depannya. Pada consumer product, orang lebih mau mencoba sampel karena
resikonya lebih kecil. Artinya product sampel menjadi ukuran untuk menyatakan
product tersebut layak atau tidak untuk dikonsumsi sebelum lebih jauh konsumen
tersebut menyatakan menjadi loyal atau tidak pada product tersebut.
Perlu kita pahami bahwa data keputusan yang terlalu lama sulit untuk di jadikan
sebagai data prediksi ke depan, dan jika ke depan terlalu jauh untuk diprediksi maka
ketepatan atau tingkat akurat prediksi juga menjadi bagian yang diragukan hasilnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan Karta jaya, 2006, Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan Persaingan Global,
Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 298.
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, 2013, Manajemen Pemasaran, Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada. Hlm. 50.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, 2013, Perilaku Konsumen; Pendekatan Prakti Disertai
Himpunan Jurnal Penelitian, Yogyakarta, Andi Offset. Hlm. 121.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, ibid.
Memahami apa yang ada dalam benak konsumen dapat dipahami dengan melakukan research
dengan cara penerapan pencarian data secara pendekatan kualitatif yaitu interview dan
penyebaran kuesioner dan juga secara kuantitatif dengan melihat data penjualan dari sebuah
produk di supermarket atau di kantor statistik
Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2001, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1, Jakarta,
Erlangga, (terjemahan). Hlm. 95.
Secara referensi ada banyak referensi yang menjelaskan tentang lingkungan pemasaran dan
pembagiannya namun penulis mengambil dari buku Philip Kotler dan Gary Armstrong,
karena buku ini saat ini dianggap sangat fleksibel dan begitu mudah dimengerti oleh para
pembaca, namun jika para pembaca ingin penjelasan yang lebih jauh kiranya dapat membaca
berbagai buku lainnya sebagai penguat pemahaman agar terbentuk suatu konsep yang lebih
realistis serta aplikatif dan menguat.
Philip Kotler dan Gary Armstrong, ibid.
Philip Kotler dan Gary Armstrong, ibid.
John C. Mowen dan Michael Minor, 2002, Perilaku Konsumen, Jakarta, Erlangga,
(terjemahan). Hlm. 150.
John C. Mowen dan Michael Minor, ibid.
Barbara L. Gross dan Jag dish N. Sheth, "Time-Oriented Advertising A. Content Analysis of
United States Magazine Advertising, 1890-1988, "Journal of Marketing, Vol. 53 (Oktober
1989), hlm.76-83. Dalam John C. Mowen dan Michael Minor, 2002, Perilaku Konsumen,
Jakarta, Erlangga, (terjemahan), Hlm. 150.
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, 2008, Perilaku Konsumen, Edisi Ketujuh,
Jakarta, Indeks, (terjemahan). Hlm. 485.
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, op. cit., hlm. 487.
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, ibid.
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, op. cit., hlm. 254.
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, op. cit., hlm. 253.
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, 2008, Perilaku Konsumen, Edisi Ketujuh,
Jakarta, Indeks, (terjemahan). Hlm. 491.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, op. cit., hlm. 121.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, ibid.
Penjelasan disini penulis angkat dari sumber yang sama dengan diatas dengan diatas dengan
tujuan agar para pembaca menjadi lebih detil dan dalam, sehingga dengan begitu menjadi
mudah dipahami, adapun sumber tersebut adalah, Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, 2013,
Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis: Disertai Himpunan Jurnal Penelitian, Yogyakarta,
Andi Offset. Hlm. 121. Namun bagi pembaca yang ingin memahami secara lebih dalam dapat
membaca dari berbagai sumber buku lainnya yang dianggap layak untuk dipelajari.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, ibid.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, op. cit, hlm. 122.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, ibid.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, op. cit., hlm. 123.
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, ibid.
Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk, op. cit, hlm. 491.
Eko Nugroho, 2008. Sistem Informasi Manajemen: Konsep Aplikasi dan Perkembangannya,
Adi, Yogyakarta. Hlm. 75.
Pemikiran ini bersumber dari S. P. Siagian, 1994, Teori dan Praktek Pengambilan
Keputusan, Jakarta, CV. Haji Mas agung. Hlm. 25.
Johannes Supranto, 1998, Teknik Pengambilan Keputusan, Jakarta. PT Rineka Cipta. Hlm.
366.
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, 1999, Manajemen, PT Prenhallindo, Jakarta.
(terjemahan). Hlm. 172.
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, ibid.
Pemikiran ini hasil dari berbagai rujukan referensi termasuk apa yang di kemukakan oleh Eko
Nugroho, 2008, Sistem Informasi Manajemen: Konsep Aplikasi dan Perkembangannya, Adi.
Yogyakarta. Hlm, 75.

Anda mungkin juga menyukai