Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Kolaborasi Pemasaran dan Keuangan di Era 4.0 dan 5.0


(Collaboration Marketing and Finance di Era 4.0 dan 5.0)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kapita selekta

Disusun oleh :
1. Didan 194010099
2. Aditya Fakhrizal Sudrajat 194010101

Dosen Pengampu :
1. Dr. H. Undang Juju, SE., M.Si.
2. Muhammad Iqbal Baihaqi, SE., MM.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perlu kita ketahui, pemasaran tidak terbatas hanya dalam dunia bisnis saja.
Pemasaran ternyata dapat mempunyai banyak makna yang lebih luas, yang mencakup
makna kemasyarakatan. Untuk memahami itu, ada dalam definisi pemasaran yang
diberikan oleh Philip Kotler "Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada
usaha untuk memuaskan keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) melalui proses
pertukaran”.
Berdasarkan pada definisi di atas dapat disimpulkan bahwa titik tolak terletak
pada kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan dan keinginan manusia dapat
dipenuhi oleh adanya produk atau sumber-sumber (resources) atau alat pemuas
(satisfier). Produk tersebut dapat berupa benda, jasa, kegiatan (activity) orang (person),
tempat, organisasi, atau gagasan (idea). Seseorang yang ingin melenyapkan kesedihannya
dapat dipenuhi dengan merokok (benda), menonton film (jasa), melakukan jogging
(kegiatan), mengunjungi ahli terapi (orang), pergi ke Bali (tempat), ikut arisan
(organisasi), atau menekuni/ mengikuti/ menganut falsafah hidup tertentu (idea).
Apa yang dipasarkan, disamping berupa barang dan jasa, dapat pula misalnya
para pemberi dana untuk PMI, anggota serikat buruh, dan sebagainya. Pembeli (pasar
sasaran), dapat berupa pembeli yang ada atau pembeli potensial yang diharapkan akan
membeli di waktu yang akan datang. Dengan demikian maka konsep pemasaran, dengan
inti pokok "pertukaran", tidak hanya dapat diterapkan dalam organisasi bisnis saja, tetapi
mencakup ruang lingkup yang cukup luas dalam masyarakat. Pertukaran merupakan
salah satu diantara empat cara seseorang untuk dapat memperoleh produk yang mampu
memuaskan kebutuhan manusia. Ketiga cara lainnya ialah:
(1) memproduksi sendiri;
(2) melakukan paksaan, misalnya merampas;
(3) memohon/ meminta, misalnya mengemis.
Jadi jelas bahwa pertukaran merupakan inti pokok dari pada pemasaran.
Pemasaran akan menyangkut beberapa hal ; (1) pemasar; (2) apa yang dipasarkan; (3)
pembeli (pasar sasaran). Apabila ditinjau dari luang lingkup kemasyarakatan, maka ketiga
hal tersebut di atas hendaknya juga diberikan arti yang luas. Pemasar, disamping badan
usaha bisnis, dapat pula berupa organisasi universitas, serikat buruh, dan organisasi non
profit lainnya.
Adapun keuangan yang dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola
uang. Keuangan juga disebut sebagai pemberian uang pada waktu ketika dibutuhkan.
Fungsi keuangan adalah pengadaan dana dan efektif pemanfaatan di badan usaha. Konsep
keuangan meliputi modal, dana, uang, dan jumlah. Menurut Khan dan Jain, "Keuangan
adalah seni dan ilmu mengelola uang". Menurut kamus Oxford, kata 'keuangan'
berkonotasi 'pengelolaan uang'. Webster Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan
keuangan sebagai "ilmu pengelolaan dana termasuk pengelolaan dana sebagai sistem
yang mencakup peredaran uang, pemberian kredit, pembuatan investasi, dan ketentuan
fasilitas perbankan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan substansi revolusi indusrti dan society?
2. Apa itu pemasaran di era 4.0 dan 5.0?
3. Apa saja yang ada dalam keuangan di era 4.0 dan 5.0 ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan revolusi industri dan society
2. Menjelaskan pemasaran di era yang berbeda
3. Memaparkan hal-hal yang ada dalam keuangan di era nya
1.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Substansi Revolusi Industri dan Society


Pada umumnya, era industri 4.0 merupakan nama tren otomasi serta pertukaran
data terkini dalam teknologi pabrik. Industri 4.0 dirancang dengan empat prinsip guna
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario
industri. Prinsip tersebut antara lain: interoperabilitas, transparansi informasi, bantuan
teknis serta keputusan mandiri.
Perekonomian saat ini telah bergerak menuju ekonomi digital yang dianggap
dapat memberikan kemakmuran yang terus menerus. Hal ini membuat peluang bisnis
terbuka lebar. Teknologi telah memberikan banyak kemudahan dan membuat proses
produksi, pemasaran, distribusi dan sebagainya menjadi lebih efisien dan efektif,
memberikan hubungan bagi pelaku bisnis agar terhubung dengan akses-akses modal dan
pasar yang baru. Saat ini dunia pendidikan khususnya sekolah atau madrasah telah
banyak yang menggunakan strategi pemasaran ini. Persaingan antar lembaga pendidikan
yang cukup ketat menuntut pengelola lembaga pendidikan harus dapat memanfaatkan
pelanggan dan semua pihak terkait agar mau bekerjasama meningkatkan brand
awareness secara online dan offline.
Dalam revolusi industri 4.0 tentunya terdapat dampak yang berbeda. Terbagi
kedalam dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatif diantaranya ialah
masyarakat lebih rentan terhadap serangan siber (dunia maya), hal ini dikarenakan proses
produksinya menggunakan mesin teknologi, oleh sebab itu sangat penting untuk memiliki
sistem keamanan yang baik. Berdampak juga untuk lingkungan, hal ini dikarenakan
dengan penggunaan mesin yang ada dapat menghasilkan polusi udara, limbah dalam
jumlah besar, serta hal negatif lainnya yang dapat merusak lingkungan. Selain dampak
negatif, ada juga dampak positif bagi revolusi industri ini. Diantaranya ialah kemudahan
dalam mengakses informasi dikarenakan dapat menggunakan gadget maupun teknologi
lainnya.
Revolusi industri muncul pada abad ke 18 terus mengalami perkembangan,
hingga dekade ini telah mencapai era 5.0 atau dikenal dengan era society. Berbeda
dengan era 4.0 yang lebih menekankan pada digitalisasi, di era 5.0 konsepnya bagaimana
memanusiakan manusia dengan teknologi. Konsep ini muncul petama kali di Jepang
dengan didasari bahwa jika mengedepankan teknologi tanpa memikirkan sisi
kemanusiaan maka dampaknya sangat berbahaya. Menurut Shinzo Abe di World
Economic Forum bahwa “society 5.0 bukan hanya model, tetapi data yang
menghubungkan semuanya, membantu mengisi kesenjangan antara kelas atas dan
kelas bawah dari bidang kedokteran hingga pendidikan.
Pada dasarnya konsep revolusi industry 4.0 dan 5.0 tidak terdapat perbedaan
yang jauh. Jika revolusi industri 4.0 ditandai dengan kemudahan manusia mengakses
maupun menyebar informasi melalui media internet, maka society 5.0 ditandai
dengan semua teknologi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Terlihat hampir
tidak ada perbedaan dari keduanya, karena masing-masing memanfaatkan kecerdasan
buatan untuk kepentingan kehidupan manusia. Namun yang jadi penanda era society
5.0 adalah dimana manusia dan mesin bekerja sama dalam peningkatan sarana dan
efisiensi suatu pekerjaan.
Kemajuan zaman ke era society 5.0 memungkinkan terjadinya perubahan
peradaban dengan cepat, mengingat tujuan utama dari era tersebut adalah membuka
sekat akses teknologi kepada semua masyarakat dunia tanpa memandang status sosial.
Akses terhadap perekonomian, kesehatan dan pendidikan akan lebih mudah di era ini.
2.2 Pemasaran di Era 4.0 dan 5.0
Pemasaran digital/digital marketing merupakan suatu usaha (metode) yang
digunakan untuk mempromosikan produk menggunakan media digital untuk memperluas
jangkauan konsumen. Sebagian besar media digital yang digunakan adalah internet, atau
yang biasa kita kenal dengan cara berjualan dan mempromosikan produk secara online.
Selain itu, media digital juga bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan para
konsumen. Media digital dapat diakses dari banyak hal, seperti: website, blog dan juga
media sosial (Facebook, Instagram, Whatsapp, Line, dsb).
Manfaat dari dilakukannya teknik digital marketing sangatlah besar sekali, yakni
untuk memperkenalkan produk/jasa perusahaan ke ranah publik, untuk menawarkan
hingga memasarkan produk/jasa yang dijual, sehingga para konsumen pun menjadi
merasa tertarik akan setiap hal yang ditawarkan.
Pemanfaat social media sebagai pemasaran di era society ini sangat penting.
Dikarenakan adanya kemajuan tehnologi didunia digital semakin berkembang. Pada
pemasaran produk bisa dilakukan melalui media social sebagai pemasarannya.Cara
sederhana agar pemasaran menggunakan media social dengan efektif yaitu :
1. Media sosial bisa mengurangi seluruh biaya pemasaran, pertama yang sangat
penting kemampuan posting ke media social yang sangat menarik dan lebih
efektif daripada mengirimkan biaya iklan. Jadi, flayer yang dibuat dengan
menyebutkan varian rasa dan gambar bisa diposting ke media social agar
masyarakat tahu.
2. Media sosial bisa menjadi customer service yang baik, admin customer
mencari cara untuk menampung dan menjawab komentar, pertanyaan, saran
dan kritik pelanggan, pemanfaatan adalah jawaban yang paling tepat.
Pelanggan yang menggunakan media social seperti facebook, instagram,
youtobe ataupun marketplace seperti shopee ini, mempermudah komunikasi
dan memungkinkan admin merespon komentar pelanggan, serta pelanggan
lain melihatnya.
3. Media sosial memungkinkan untuk mendapatkan keunggulan yang kompetitif,
jika penggunaan media sosail secara benar, maka media social dapat
meningkatkan tingkat penjarian bisnis dapat meberikan layanan pelanggan
terbaik. Sehingga konsumendapat tertarik untuk melakukan pembelian pada
produk tersebut.
Melakukan pemasaran lewat media digital tak melulu harus sekian jam sekali membuat
status di media sosial, karena bisa melakukan promosi serta pemasaran dengan
memasang iklan, membuat brosur online dan masih banyak lagi yang lainnya.
2.3 Keuangan di Era 4.0 dan 5.0
Kehadiran revolusi industri 4.0 adalah sebuah bentuk dorongan untuk terus
berinovasi pada layanan keuangan digital. Misalnya pembayaran online, pinjaman
digital, cryptocurrency, dan kegiatan keuangan lainnya yang mengandalkan dukungan
internet dan software.
Ciri dari revolusi industri 4.0 adalah penggunaan otomasi digital pada semua
kegiatan bisnis. Masyarakat seringkali merasakan perubahan ini sebagai bentuk
kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan. 
Melakukan inovasi dan mengikuti perubahan tidak selalu mudah. Industri 4.0 bisa
diartikan sebuah peluang dan ancaman dalam satu waktu. Berikut ini adalah dampak dari
industri 4.0 pada sektor jasa keuangan di Indonesia. 
1. Menghadirkan Fintech Sebagai Bentuk Transaksi Digital
Fintech atau financial technology merupakan hasil dari revolusi industri
4.0 pada sektor jasa keuangan. Istilah fintech digunakan untuk merujuk pada
inovasi digital di bidang keuangan dengan bantuan teknologi. 
Konsep fintech merupakan perpaduan antara sistem keuangan dengan
perkembangan teknologi sehingga membuat transaksi keuangan jadi lebih
praktis, aman, dan modern. Tidak heran jika saat ini budaya konvensional
telah berubah menjadi budaya digital.
2. Memangkas Produksi Layanan Jasa Keuangan
Revolusi industri 4.0 mampu memangkas biaya produksi pada layanan
jasa keuangan.  Biaya transportasi, komunikasi, dan perdagangan akan
terpangkas sehingga logistik dan rantai pasokan global menjadi lebih efektif.
Inovasi ini membidik sisi penawaran konsumen dengan keuntungan efisiensi
dan produktivitas jangka panjang. 
Layanan otomasi dalam bidang keuangan membuat semua proses transaksi yang panjang
menjadi sangat sederhana dan efektif. 
Dalam remainng society 5.0, lembaga keuangan perlu memiliki fokus digital yang
cetakan dalam membangun diaolog interaktif dan memanfaatkan teknologi. Perusahaan
juga perlu membangun ekosistem untuk memberikan interaksi lebih empatik dan
personal. Untuk itu, setiap pelanggan perlu diperlakukan lebih dari sekedar klien menjadi
individu dengan prefensi unik. Adapun jawaban dari tantangan dalam penerapan
keamanan digital dan serangan siber ialah menerapkan sistem manajemen keamaan,
keamanan informasi, keamanan layanan, dan perlindungan data pribadi.
2.3.1 Dompet digital (e-wallet)
Dompet digital adalah suatu layanan yang bersifat elektronik
dengan fungsi menyimpan data dan juga instrumen dari pembayaran
diantaranya yaitu sebagai alat pembayaran melalui kartu serta uang
elektronik, menampung dana serta bisa digunakan untuk melakukan
pembayaran.

Dompet Digital atau e-wallet kini semakin populer di kalangan


masyarakat karena kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan. Terlebih
lagi sejak merebaknya Covid-19 yang membuat transaksi digital terus
meningkat. Hal tersebut selaras dengan adanya perubahan gaya hidup
masyarakat yang lebih sering beraktivitas dari rumah. 
Menanggapi hal ini bahkan pemerintah sudah menerbitkan aturan
terkait dengan legalitas transaksi serta penggunaan uang elektronik supaya
pengguna aman dalam proses transaksi. Hal ini juga tentu sebagai proses
untuk adaptasi teknologi di zaman digital seperti saat ini.
Ada beberapa aplikasi e-wallet atau dompet digital yang cukup
populer di Indonesia diantaranya seperti : Go-pay, Ovo, Dana, Shopee pay,
isaku, Jenius. Ada beberapa kelebihan saat menggunakan ewallet ini
diantaranya adalah bisa terhindar dari uang palsu, transaksi menjadi lebih
cepat serta terhindar dari penyebaran virus atau bakteri seperti di masa
pandemi ini. Di mana aktivitas disarankan untuk dilakukan dari rumah
saja.
2.4 Fintech & E-Commerce Didorong Kolaborasi
Perkembangan industri Financial Technology (fintech) dan e-commerce saat ini
menjadi industri yang paling menjanjikan. Untuk e-commerce tetap dapat berkontribusi
besar terhadap ekonomi digital. Sedangkan di industri fintech, khususnya untuk Fintech
Pendanaan Bersama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat di akhir Oktober 2021 ini,
penyaluran pinjaman Fintech Pendanaan Bersama ke masyarakat telah mencapai Rp
272,43 triliun dan  nilai pendanaan yang masih berjalan (outstanding pinjaman) adalah
Rp 27,91 triliun. Momentum pertumbuhan dari dua industri tersebut diproyeksi akan
terus meningkat pada 2022 dan diyakini dapat mendorong percepatan pemulihan 
ekonomi Indonesia setelah masa pandemi.
Saat ini fintech berkontribusi penuh terhadap pemulihan ekonomi, karena fintech
memberikan layanan keuangan kepada pasar yang tidak tersentuh oleh keuangan
tradisional/ konvensional yang banyak  memiliki persyaratan dan memakan prosedur
yang lama. Fintech juga dapat dikatakan sebagai game changer, yang merubah cara
berpikir, satu hal lagi,  fintech juga merupakan penggerak utama ekonomi, yang bisa
menolong ekonomi Indonesia yang sedang terpuruk-puruknya saat pandemi dalam
Pemulihan Ekonomi Nasional.
Kehadiran e-commerce tak dipungkiri menjadi salah satu elemen penting dalam
mendorong pemulihan ekonomi, kehadirannya pada era pandemi telah mengubah
perilaku masyarakat dalam berbelanja, pola konsumsi konvensional bergeser kepada cara
yang lebih praktis dan cepat, salah satunya adalah pemanfaatan internet melalui
smartphone. Perilaku ini mengakibatkan menjamurnya toko-toko online, e-commerce dan
marketplace. Perputaran uang lewat platform ini juga cukup fantastis.
Sekarang banyak orang sudah punya akses ke internet dan juga berusaha mengerti
kebutuhan mereka serta mengedukasi bagaimana cara mengembangkan modal usaha
dengan Fintech dan mengelola hutang dengan baik. Fintech adalah institusi yang mudah
beradaptasi, penggunaan teknologi kita harus tinggi dan mendalam untuk mengenali
masyarakat yang kita layani. Hal Ini memegang peran penting untuk mempermudah jalan
menuju ke pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2022.
Namun, peran ini tentu saja tidak dapat dipegang oleh perusahaan Fintech saja,
akan tetapi harus melibatkan semua pelaku di ekosistem pasar dan keuangan digital
Indonesia, sehingga kolaborasi antar pihak sangat penting, baik untuk pendanaan,
pengalaman berjualan UMKM, dan pengalaman berbelanja konsumen di ruang digital.
Kolaborasi merupakan satu bagian tak terpisahkan dari ekosistem ekonomi digital
Indonesia. Adapun komponen di dalamnya antara lain marketplace atau e-commerce,
sistem dan platform pembayaran digital, dan logistik.
2.5 Kolaborasi pemasaran dan keuangan di era 4.0 dan 5.0
Era Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat
pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Era Society
5.0 yang sebenarnya juga tidak lepas dari perkembangan teknologi, akan tetapi dalam
revolusi ini lebih mengarah pada tatanan kehidupan bermasyarakat, di mana setiap
tantangan yang ada dapat diselesaikan melalui perpaduan inovasi dari berbagai unsur
yang terdapat pada Era Revolusi Industri 4.0.
Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi
dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet
dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas
manusia dan mesin.
Konsep revolusi industri 4.0 dan society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh.
Revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan (artificial intellegent) sedangkan
society 5.0 memfokuskan kepada komponen manusianya. Konsep society 5.0 ini, menjadi
inovasi baru dari society 1.0 sampai society 4.0 dalam sejarah peradaban manusia.
Society 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga membagikan informasi di
internet. Society 5.0 adalah era di mana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu
sendiri. Internet bukan hanya sebagai informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.
Society 5.0 menawarkan masyarakat yang berpusat pada manusia yang membuat
seimbang antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem
yang sangat menghubungkan melalui dunia maya dan dunia nyata. Jika Revolusi Industri
4.0 menggunakan AI, dan kecerdasan buatan yang merupakan komponen utama dalam
membuat perubahan di masa yang akan datang. Sedangkan Society 5.0 menggunakan
teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.
Dalam hal ini pemasaran dan keuangan pun berdampak cukup besar pada era 4.0
dan juga 5.0. seperti yang telah di paparkan pada penjelasan diatas, efektivitas
produktifitas pemasaran dan keuangan meningkat drastis setelah digitalisasi. Dengan
begitu, Jumlah SDM dan jam kerja dapat ditekan. Meskipun digital mempermudah
jalannya pekerjaan, sumber daya manusia pun tak dapat digantikan sampai kapanpun.
Salah satu profesi di bidang keuangan yaitu Akuntan publik, yang merupakan
profesi yang memberikan pelayanan bagi masyarakat umum khususnya di bidang audit
yang disediakan bagi pemakai laporan keuangan. Akuntan publik dituntut dapat
memberikan opini audit yang berkualitas bagi klien.
Untuk meningkatkan kualitas yang baik maka auditor harus melaksanakan
tugasnya sesuai dengan independensi, etika profesi dan kepuasan kerja auditor. Akuntan
merupakan sebuah profesi yang berkembang dari abad ke-abad dan telah mengalami
pasang surut dalam mempertahankan eksistensinya.
Teknologi informasi digunakan oleh para profesi akuntan untuk mekanisasi tugas-
tugas departemen akuntansi, seperti pelaporan dan pengumpulan data. Profesi akuntan
harus dapat memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi kedalam cara yang
dapat memberi nilai tambah kepada profesinya. Jika dikaitkan dengan pemasaran, maka
seorang akuntan publik harus mampu bertugas mencari clientnya dengan marketing
digital yang telah ada. Seperti, menggunakan media social dalam mempromosikan
layanan jasa nya. Pemanfaatan teknologi tersebut, mampu menarik perhatian masyarakat
secara luas.
Strategi marketing yang dapat digunakan di era 5.0 adalah tahapan 5A, yakni
Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate.
 Aware : pada tahap ini masyarakat mengetahui adanya jasa layanan akuntan
publik.
 Appeal : masyarakat mulai tertarik dengan jasa layanan akuntan publik yang ada.
 Ask : masyarakat berusaha mencari tahu mengenai kualitas pelayanan akuntan
publik.
 Act : masyarakat mulai tertarik untuk menggunakan layanan jasa akuntan publik.
 Advocate : jika puas dengan pelayanannya, lalu ia akan merekomendasikan
layanan jasa tersebut ke publik.
Hal ini mengisyaratkan bahwa profesi akuntan harus peduli dengan
perkembangan terakhir dalam teknologi dan mampu mengadopsi teknologi tersebut untuk
meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Menurut Kepala Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan Sekretariat Jendral Kementerian Keuangan, bahwa kemungkinan profesi
akuntan tergantikan oleh robot adalah 95 persen. Besaran persentase tersebut dikarenakan
perkembangan robotics and data analytics (big data) yang mengambil alih pekerjaan
dasar yang dilakukan oleh akuntan (mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah
transaksi).
Dampak dari revolusi industri yaitu menimbulkan banyak anggapan bahwa profesi
akuntan akan tergantikan dengan adanya big data dan cloud computing. Anggapan yang
seringkali terbesit yakni sebagian besar tugas akuntan sudah tergantikan oleh
kecanggihan teknologi maka tidak perlu merekrut terlalu banyak akuntan.
Namun juga ada yang beranggapan bahwa adanya big data dan cloud computing
justru memudahkan pekerjaan para akuntan. Karena dengan adanya big data dan cloud
computing membuat akuntan untuk berinovasi guna menghadapi perkembangan jaman,
dan meningkatkan efesiensi.
Maka bagi seorang akuntan dengan adanya revolusi tersebut mejadikan tantangan
yang perlu diperhatikan. Salah satu tantangan yang timbul adalah perkembangan aplikasi
baru yang menjadikan peran akuntan tidak dibutuhkan lagi. Persaingan antara pekerja
akuntan untuk berlomba-lomba membuat inovasi baru guna mempertahankan posisi
mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar,
perbedaan mendasar antara 4.0 dan 5.0 adalah fakta bahwa revolusi industri 4.0 berfokus
pada aspek melakukan pekerjaan secara otomatis. Sementara itu, era society 5.0 lebih
menekankan pada perluasan prospek kerja serta mengoptimalkan tanggung jawab jam
kerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Keduanya sama-sama bertujuan untuk
menyejahterakan kehidupan manusia, namun dengan pendekatan yang berbeda.
Kolaborasi dapat didefinisikan sebagai proses partisipasi sekelompok orang, dan
atau organisasi yang bekerja sama untuk mencapai hasil yang diinginkan, dengan
menyelesaikan visi secara bersama, dengan memberikan hasil positif bagi konsumennya,
dan membangun sistem yang saling terkait untuk mengatasi masalah dan peluang.
Kolaborasi akan melibatkan berbagi sumber daya dan tanggung jawab yang bersama-
sama merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program-program untuk mencapai
tujuan bersama, dimana seluruh anggota kolaborasi harus bersedia untuk berbagi visi,
misi, kekuatan, sumber daya dan tujuan.
Penerapan kolaborasi dalam kegiatan operasional perusahaan sehari hari dapat
memberikan nilai tambah dengan mengurangi biaya dan alur kerja secara signifikan.
Kolaborasi dalam penerapan dalam kegiatan bisnis dapat diterapkan untuk mewujudkan
karyawan yang mobile, sehingga mereduksi biaya perjalanan, lebih ramah lingkungan
karena menghemat pemakaian kertas, emisi gas buang, serta meningkatkan kecepatan
dengan mengurangi beberapa alur operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyama, F. (2021). Pemasaran Pendidikan Menuju Era Revolusi Industri 5.0. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 11(1), 24-25.
Sofia, N. N. (2019). SEGMENTASI PEMASARAN PENDIDIKAN DI ERA 4.0 DI
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 4 KEBUMEN. An-Nidzam: Jurnal Manajemen
Pendidikan dan Studi Islam, 6(2), 21-30.
Ana Wijandari, S. M. (2022). Manajemen Keuangan. (M. Dewi, Ed.) Surabaya: Cipta Media
Nusantara.
Warnadi, S. M. (2019). Manajemen Pemasaran. (S. M. Hj. Ivalaina AstarIna, Ed.) Yogyakarta:
Deepublish Publisher.
http://www.serambiupdate.com/2021/08/skill-akutansi-di-era-40-menuju-50.html

Anda mungkin juga menyukai