Anda di halaman 1dari 60

STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS HOLYWINGS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Krisis dan Strategi “PR”
yang di ampu oleh :
Dr. Ir. Yuni Dahlia Yoseph Mogot, M.Si., CPR.

Oleh : Kelompok 3
Nyimas Nabilah Zachwan 41819150
Zaghlul Irsyad Al Banna S 41819156

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN....................................................................
3.1. Tahapan Terjadinya Krisis.................................................................................
3.2. Penyebab Terjadinya Krisis................................................................................
3.3. Langkah-langkah Menghadapi Krisis................................................................
3.4. Langkah-langkah Setelah Melewati Krisis........................................................
3.5. Langkah-langkah Mencegah Krisis....................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perkembangan teknologi rupanya kian berpengaruh terhadap segala hal.
Tak hanya dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam dunia bisnis teknologi
bukan lagi mempengaruhi inovasi produk yang ditawarkan, tapi juga
kebiasaan-kebiasaan pemasaran di dalamnya. Kini sebuah perusahaan tidak
hanya mengandalkan kualitas dan harga untuk bisa bersaing dengan
kompetitor. Konsep pemasaran pun yang banyak terdengar dengan konsep 4P
(Product, Place, Price, Promotion) kini berkembang menjadi 7P mengikuti
zaman yang dipengaruhi oleh teknologi. Boom dan Bitner menambahkan
unsur Process, People, dan Physical Evidence sebagai Marketing Mix. Maka
teknologi kini memainkan peranan terbesar dalam sebuah perkembangan
perusahaan.
Teknologi bagai pisau dalam pepatah soal waktu. Jika tidak digunakan
dengan baik, akan menusuk sang pemilik. Teknologi jika digunakan dengan
benar akan memberikan banyak kemudahan dan kemajuan bagi perusahaan.
Hal ini juga dirasakan oleh para praktisi Public Relation yang tengah
beradaptasi dengan dunia siber. Public Relations dalam sebuah
organisasi/perusahaan memiliki fungsi manajemen yang membantu
menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan,
serta kerjasama antara instansi dengan publiknya.
Public Relations juga terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-
isu manajemen. Public Relations sebagai tangan kanan perusahaan dalam
menyampaikan informasi dan tanggap terhadap opiDAHULni publik. Public
Relations secara efektif membantumanajemen memantau berbagai perubahan
menurut Seitel dalam buku Dasar-Dasar Public Relations (Ardianto, 2008).
Menurut penjelasan The Public Relation Society of America, Public Relations
merupakan proses komunikasi yang secara strategis bertujuan membangun
hubungan mutualisme satu sama lain antara organisasi dan khalayak publik.
The Public Relation Society of America juga menjelaskan bahwa core atau
basic dari PR adalah untuk influence, engage, dan membangun relationship
dengan para key stakeholders melalui beragam platform, dengan tujuan untuk
membentuk persepsi publik terhadap organisasi. Publik ialah semua pihak
yang memiliki peran dalam mewujudkan keberhasilan perusahaan, baik di
dalam maupun luar perusahaan. Publik juga kerap disebut stakeholder. Ummi
Abdurrachman yang dikutip oleh Fajar menyatakan publik sebagai
sekelompok kecil atau besar dari individu dengan kepentingan dan tekad pada
hal yang sama, tersebar di mana-mana, tidak mengenal satu sama lain,
mengemukakan publik sebagai sekelompok individu yang mempunyai
kepentingan dan minat yang sama (Marhaeni, 2009).
Johnston dan Zawawi (Johnston & Zawawi, 2000) mendeskripsikan public
dengan lebih sederhana, yaitu sekelompok orang dengan kepedulian dan
kepentingan yang sama. Dari penjelasan itu, kita bisa lihat bagaimana luasnya
cakupan PR yang dapat diklasifikasikan ke tujuh tipe, yaitu :
1. Government Relations
2. Media Relations
3. Investor Relations
4. Customer Relations
5. Community Relations
6. Internal Relations
7. Marketing Communication

Para stakeholders atau publik tersebut masih dibagi lagi menjadi dua
jenis: publik internal dan eksternal. Publik internal biasanya terdiri dari para
karyawan, dan pemangku kepentingan (pressure group). Sedangkan publik
eksternal terdiri dari para pelanggan / konsumen, media, investor,
government, dan komunitas. Dan untuk menjangkau publik-publiknya, PR
terus berjalan dengan dua fungsi: konstruktif serta korektif yang kini, sejak
adanya teknologi, aktivitas baru PR disebut E-PR atau cyber Public Relation.
Definisi menyebutkan, Cyber Public Relations adalah kegiatan kehumasan
menggunakan media internet, mulai dari kegiatan publikasi sampai customer
relations management. Jadi, penerapan perangkat ICT (Information and
Communication Technologies) untuk keperluan PR adalah E-PR, atau cyber
public relations. E-PR dijalankan tentunya dengan media baru di internet.

Media baru sendiri adalah media yang terbentuk dari interaksi antara
manusia dengan komputer dan internet secara khusus. Contoh media baru
seperti blog, web, online forum, online social network, dan lain-lain yang
medianya menggunakan komputer. Dengan E-PR, pengertian publik
perusahaan kian bias. Semakin mudah informasi tersebar, publik kini sulit
untuk dinyatakan sebagai orang-orang yang memiliki kepentingan dan minat
yang sama pada suatu hal. Publik tidak lagi tersebar di mana-mana, karena
teknologi memudahkan penggunanya mengumpulkan publik dalam suatu
ruang maya.

Publik juga tidak lagi menjadi besar, namun sangat besar. Hampir setiap
perusahaan besar mengikuti perkembangan E-PR dengan memasuki platform-
platform digital media sosial untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Tak
terkecuali dengan Holywings. Holywings adalah grup usaha yang memiliki
tiga jenis usaha yakni bar, club dan restoran. Selain menjalankan bisnis food
and beverage (F&B), Holywings adalah tempat nongkrong yang dikemas
khusus untuk generasi milenial.Dengan jargon “Never Stop Flying”,
Holywings berencana membuka 100 cabang di Indonesia. Holywings telah
tersebar di berbagai daerah antara lain Jakarta, Medan, Bandung, Makassar,
Semarang, dan Bali.

Holywings kerap menghadirkan konser musik dengan mengundang


musisi papan atas di Indonesia seperti NOAH, Andra & The Backbone, Anji,
Andmesh dan masih banyak lagi. Holywings juga mempersembahkan
pertunjukan olahraga seperti tinju hollyyang sering diramaikan oleh selebritis
tanah air. Holywings kian dikenal masyarakat semenjak Hotman Paris
bersama artis Nikita Mirzani resmi bergabung menjadi investor di Holywings
pada Mei 2021 silam. Hotman Paris dan Nikita Mirzani melakukan
penandatanganan sebagai pemegang saham pada Jumat siang, tepatnya pukul
12.30 WIB di Holywings, The Breeze BSD City Unit Waterfront, Tangerang,
Banten.

Selain sebagai pemegang saham, Hotman Paris juga ditunjuk oleh


manajemen Holywings sebagai pengacara. Holywings terus mengembangkan
sayap usahanya dengan membuka cabang di beberapa daerah.  Di antaranya
Bali, Batam, dan Palembang. “Hotman di proyek Holywings Canggu Bali
yang diharapkan selesai bulan Juni. Bangunan berwarna kuning itu adalah
club untuk tempat berdansa yang terbesar. Jauh lebih besar dari Holywings
Gatsu,” tulis Hotman di Instagram,

Holywings sempat menghebohkan dunia Maya saat


menuai kontroversi dan menjadi perkara hukum karena tersangkut
masalah agama. Sebagai informasi, Holywings sempat heboh karena
rencana promo minuman beralkohol untuk mereka yang bernama Muhammad
dan Maria. Sehingga dampak dari kasus tersebut, enam orang
staf Holywings sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Dalam kasus itu Holywings dijerat pasal berlapis, yakni Pasal 14 Ayat 1


dan Ayat 2 UU RI No 1 Tahun 1946 dan juga Pasal 156 atau Pasal 156 a
KUHP.

Selain itu Holywings juga kena Pasal 28 Ayat 2 UU RI No 19 tahun 2016


tentang perubahan atas UU RI No 11 Tahun 2008 tentang ITE. Adapun
ancaman maksimal 10 tahun kurungan penjara.

Pada akhir tahun 2021, Holywings ramai diperbincangkan publik


lantaran melanggar aturan PPKM di tengah tingginya kasus Covid-19. Tak
cukup hanya sekali, salah satu cabang Holywings yang berada Kemang,
Jakarta Selatan tercatat telah melakukan pelanggaran sebanyak tiga kali.

Berdasarkan catatan Pemprov DKI, Holywings pelanggaran pertama


terjadi pada Februari 2021, kemudian Maret 2021, serta yang terakhir pada 4
September. Buntut dari kasus itu, Pemprov menutup sementara Holywings
Resto and Bar, Kemang, Jakarta Selatan, selama pelaksanaan PPKM Level 3
dan menjatuhkan denda sebesar Rp50 juta. Ketua Satpol PP Provinsi DKI
Jakarta Arifin menyebut ada sejumlah pelanggaran yang ditemukan. Yakni,
pelanggaran ketentuan pembatasan jam operasional dan kapasitas
pengunjung, hingga tidak terdapat jaga jarak antar pengunjung.

Pada awal tahun 2022, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tak
mengizinkan pembukaan Holywings di wilayahnya jika menjual minuman
beralkohol di atas lima persen. Bima tidak mau anak-anak muda keluar dari
Holywings dalam keadaan mabuk seperti yang terjadi di kota-kota lain. Selain
itu, ia juga mewanti-wanti manajemen Holywings agar tidak memakai konsep
seperti di cabang kota lain.

Tidak hanya disitu 12 outlet Holywings yang berada di Jakarta juga


ditutup. Pemprov DKI menjelaskan penutupan gerai tersebut lantaran
rekomendasi dan temuan pelanggaran pelanggaran izin dari Holywings
Indonesia. Salah satunya dikarenakan beberapa outlet Holywings di Ibu Kota
belum memiliki sertifikat standar KBLI 56301 atau jenis usaha Bar yang telah
terverifikasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat kami
simpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana opini dan sikap masyarakat menanggapi kasus Holywings
diatas?
2. Bagaimana peran Public Relations Holywings dalam menangani kasus
Holywings diatas?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Public Relation

Public Relations (PR) merupakan salah satu kegiatan komunikasi interpersonal.


Dalam penyelenggaraannya, bahkan Public Relations melibatkan publik sebagai
target audiens. Tentu saja hal ini dapat ditunjukkan langsung dari pengertian
harfiah Public Relation itu sendiri. Publik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) merupakan sebuah kata benda berarti orang banyak (umum). Sedangkan
relations diambil dari Bahasa Inggris yang berarti hubungan. Hubungan sendiri
dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata kerja “hubung” yang diberi akhiran “-
an” hingga menjadi kata benda bermakna baru. KBBI menyebutkan empat
definisi hubungan, yaitu keadaan berhubungan; kontak; sangkut paut;
ikatan/pertalian. Jika ditambahkan dengan “antar individu” akan menjadi sebuah
frasa baru yang berarti jaringan sosial yang terwujud karena interaksi antara
individu tertentu. Sedang jika diberi tambahan kata “masyarakat” akan
menciptakan sebuah frasa yang merupakan terjemahan dari Public Relations itu
sendiri. Hubungan masyarakat menurut KBBI ialah bagian lembaga pemerintah
atau swasta yang melakukan kegiatan mencari dukungan publik bagi usaha-
usahanya.

The British Institute of Public Relations mengartikan humas sebagai usaha untuk
menciptakan dan mempertahankan perngatian antara organisasi dengan publiknya
(Morissan M. , 2010). The Public Relations Society of America (PRSA) juga
pernah membuat “Official Statement on Public Relations” (Pernyataan Formal
tentang Public Relations) dengan formal pada November 1982. Upaya itu
dilakukan

agar anggotanya memiliki sebuah definisi public relations yang tepat. Untuk
mengafirmasi bahwa public relations berkontribusi pada masyarakat. Sebagai
tambahan aspek konseptual di dalam definisi, panel menyimpulkan bahwa
aktivitas, hasil, dan pengetahuan diperlukan dalam praktik public relations. Fraser
P. Seitel, Senior Vice President dan director of Public Relations Affairs The
Chase Manhattan Bank, dalam bukunya The Practice of Public Relations, telah
merangkum berbagai macam definisi Public Relations menjadi berikut:

Public Relations is a distinctive management function which help establish and


maintain mutual lines of communications, understanding, acceptance, and
cooperation between and organization and its publics, involves the management
problems or issues, helps management to keep informed on and responsive to
public opinion, defines emphasized responsibility of management to serve the
public interest helps management keep abreast of and effectively utilize change,
serving as an early warning system to help anticipate trends, and uses research
and sound and ethical communication techniques as its principal tools.

Menurut penelitian yang pernah diadakan di Amerika Serikat pada 2000 pelaku
Public Relations telah membuat definisi tentang PR. Mereka menganggap
diantaranya bahwa PR adalah suatu ilmu suatu sistem, seni, fungsi, proses,
profesi, metode, kegiatan, dan sebagainya. Kemudian dipilih tiga definisi terbaik:

a. J.C. Seidel, direktur PR, Division of Housing, State New York mengatakan
PR adalah usaha yang kontinu dalam sebuah proses manajemen untuk
memperoleh goodwill (kemauan baik) dan pengertian dari pelanggan, pegawai,
dan publik yang lebih luas.
b. W. Emerson, Direktur PR Universitas Colgate mengatakan PR adalah
lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi
kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga
tersebut memperoleh

kepercayaan dan goodwill dari publik serta menjamin adanya pengertian dan
penghargaan yang menyeluruh.

c. Howard, Wakil Ketua Palang Merah Nasional Amerika Serikat menyatakan


PR Adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik yang
dapat memperdalam kepercayaan publik yang lebih baik agar dapat memperdalam
kepercayaan public terhadap suatu individua tau organisasi (Abdurrachman,
2001).

Public Relations merupakan fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan


saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu
organisasi/perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani
masalah-masalah atau isu-isu manajemen. Public Relations membantu manajemen
dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap opini publik.

Public Relations Sebagai Solusi Komunikasi Krisis tulisan Silviani (Silviani,


2020) mendefinisikan “publik” sebagai sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang
sama. Public dalam PR bisa berupa grup kecil atau grup besar. Penggunaan
“relations” dalam PR mengandung arti adanya hubungan timbal balik, atau dalam
Ilmu Komunikasi biasa disebut dengan two-way communication. Dalam buku
tulisan Dr. Irene Silviani juga disebutkan sebuah pernyataan “As publicity is a
tool of public relations, so public relations is a tool of marketing. Publisitas
adalah alat dari Public Relations (menjalin hubungan dengan masyarakat), begitu
pula seorang Public Relations juga sebagai alat dalam hal pemasaran.” Terkadang
memang sulit dibedakan antara PR dan Marketing. Ditambah kehadiran
Periklanan. Hal ini menurut penulis sendiri merupakan segitiga cinta perusahaan.
Marketing yang

mana indikator targetnya berupa jumlah penjualan suatu produk, tidak dapat lepas
dari citra baik dan kedekatan dengan pelanggan yang dikuasai oleh ilmu PR.
Sedang Periklanan merupakan alat baik bagi Marketing maupun bagi PR. The
British Institute of Public Relations mendefinisikan Public Relations yaitu untuk
mengelola komunikasi antara organisasi dan publiknya.

Menurut Theaker (Silviani, 2020) Public Relations memiliki beberapa pengertian.


PR adalah fungsi manajemen khusus yang membantu membangun dan
memelihara saling jalur komunikasi, penerimaan pengertian, dan kerjasama antara
organisasi dan publik yang melibatkan pengelolaan masalah atau persoalan,
membantu manajemen untuk tetap memperoleh informasi dan responsif terhadap
opini publik; mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk
melayani kepentingan umum; membantu manajemen tetap mengikuti dan
memanfaatkan perubahan secara efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan dini
untuk membantu mengantisipasi kecenderungan dan menggunakan penelitian dan
teknik komunikasi yang etis sebagai alat utamanya.

Praktisi PR berlaku sesuai dengan salah satu teori organisasional, yakni boundary
role. Itu yang disampaikan Grunig dan Hunt. Maksudnya, para praktisi PR ini
memiliki fungsi di garis batas perusahaan atau organisasi mereka untuk
menghubungkan public internal dengan eksternalnya. Ardianto, Elvinaro dan
Soemirat, Soleh (Ardianto S. d., 2008) mengatakan dalma artian lain, praktisi PR
berdiri dengan satu kaki di dalam perusahaan dan satu kaki di luar perusahaan.
The Public Relation Society of America mengatakan bahwa core atau dasar dari
PR adalah untuk influence, engage, dan membangun relasi dengan para
stakeholders

melalui beragam platform. Usaha tersebut bertujuan akhir untuk membentuk


persepsi publik terhadap perusahaan.

Sampai di sini, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Public Relations pada
intinya adalah kegiatan komunikasi suatu lembaga atau perusahaan untuk
membangun dan memelihara hubungan dengan publiknya dan menghasilkan
persepsi publik. Ditinjau dari fungsinya, Harlow mendefinisikan salah satu dari
dua definisi Public Relations dalam Building a Public Relations sebagai
perwujudan (state of being) (Muslimin, 2004). Hal ini menunjukkan pembentukan
suatu divisi, bagian, atau seksi yang menjalankan kegiatan Public Relations itu
sendiri. Hal ini membuktikan bahwa hubungan dengan publik perlu sedemikian
dijaga agar perusahaan tetap dinilai baik oleh publiknya, baik itu publik internal
maupun eksternal. Kesimpulannya, keberadaan PR dalam sebuah perusahaan
adalah untuk menjamin keberlangsungan opini publik positif bagi perusahaan.
Layaknya ilmu sosial, sebuah hubungan dalam PR yang menempatkan manusia
sebagai objeknya adalah hal yang dinamis. Sehingga memerlukan penyesuaian
yang memakan waktu cukup lama.
PR secara umum, memiliki dua fungsi utama Public Relations:

1. Fungsi Konstruktif, berarti PR turut serta mendukung tercapainya visi misi


perusahaan melalui terciptanya opini publik yang baik. Dalam fungsi ini PR
memiliki andil besar untuk menentukan program-program ke depan yang sesuai
dengan tujuan organisasi/perusahaan.

2. Fungsi Korektif, berarti PR sedang diuji dengan masalah yang menyangkut


publiknya, seperti yang tengah terjadi pada Eiger Adventure. Masalah timbul
apabila kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga Eiger perlu
menjalankan fungsi korektifnya untuk memperbaiki keadaan. Dalam artian bahwa
perusahaan tengah mengalami krisis. Ketika situasi genting ini terjadi, PR harus
menjalankan fungsi korektifnya dengan memberikan klarifikasi atau meluruskan
opini yang tengah beredar. Tentunya sambil mempersiapkan serangkaian program
pemulihan nama baik usai krisis terjadi.

Public Relations dalam organisasi memiliki peranan yang berkaitan dengan


fungsi-fungsi manajemen perusahaan (Ruslan, 2012). Menurut F. Rachmadi
fungsi utama Public Relations adalah menumbuhkan dan mengembangkan
hubungan baik antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, intern maupun
ekstern, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan
partisipasi dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang
menguntungkan lembaga atau organisasi (Silviani, 2020). Cutlip and Center juga
mengemukakan tiga fungsi Public Relations dalam bukunya berjudul Effective
Public Relations yakni:

1. To ascertain and evaluate public opinion as it relate to his organization


(menjamin dan menilai opini publik organisasinya). Bisa dikatakan bahwa opini
publik positif adalah indikator keberhasilan manajemen PR. Hal tersebut
mengartikan bahwa hubungan yang dibangun dengan publiknya membawa kesan
yang baik untuk perusahaannya. Silviani menyebutkan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi terbangunnya opini, diantaranya : jangkauan wilayah
yang ingin dicapai, besar kecilnya jumlah khalayak yang ingin disasar, media
yang digunakan, serta penggunaan tokoh publik untuk mendapatkan kepercayaan
(Silviani, 2020).

2. To counsel executives on way of dealing with public opinion as it exist (untuk


menasehati eksekutif cara menghadapi opini publik yang ada).
3. To use communication to influence public opinion. (berkomunikasi untuk
mempengaruhi publik).

Cutlip, Center and Broom menjelaskan rumus yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan sebuah program PR yakni rumus 7C, yaitu :

1. Credibility (kredibilitas). Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling


percaya. Penerima harus percaya kepada pengirim informasi dan menghormati
kompetensi sumber informasi terhadap topic informasi.
2. Context (konteks). Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan
lingkungan. Komunikasi yang efektif membutuhkan lingkungan sosial yang
mendukung, yang sebagian besar dipengaruhi media massa.
3. Content (isi). Pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus
sesuai dengan sistem nilai penerima. Pesan harus relevan dan dapat bermanfaat
bagi penerima.

4. Clarity (kejelasan). Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana dan kata-
katanya harus bermakna sama menurut pengirim dan penerima. Organisasi harus
berbicara dengan satu suara, tidak banyak suara.
5. Continuity and Consistency (kontinuitas dan konsistensi).

Komunikasi adalah proses tanpa akhir dan membutuhkan repetisi agar bisa masuk
serta beritanya harus konsisten.

6. Channel (saluran) Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan dan
pemilihannya harus sesuai dengan public sasaran.
7. Capability of the audience (kemampuan khalayak). Komunikasi harus
mempertimbangkan kemampuan audiens. Komunikasi akan efektif apabila tidak
banyak membebani penerima untuk memahaminya. Kemampuan ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti waktu, kebiasaan, kemampuan membaca dan
pengetahuan khalayak.

2.1.1. E-PR atau Cyber Public Relation

Di Indonesia kegiatan ini lebih akrab dengan Cyber Public Relation. Cyber Public
Relation atau E-PR adalah inisiatif PR yang menggunakan media internet sebagai
sarana publisitasnya (Onggo, 2004). Jika diartikan secara harfiah satu persatu,
maka akan berarti :

1. E adalah electronic. Dalam hal ini sama konteksnya dengan e- mail dan e-
commerce yang prakteknya juga menggunakan perangkat elektronik dan
memerlukan jaringan internet. Atas

popularitas dan multifungsi media internet, serta kemudahannya, hal ini tentu saja
turut dimanfaatkan pelaku PR menjalankan kegiatannya.

2. P adalah public. Publik dalam PR bukan berarti sekumpulan orang banyak


(umum). Namun pengertian publik dalam PR menyetujui pendapat Irene Silviani
dalam bukunya Public Relations Sebagai Solusi Komunikasi Krisis, “publik”
sebagai sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama,
mempunyai minat dan kepentingan yang sama (Silviani, 2020). Publik dalam PR
juga dibagi menjadi dua : publik internal dan eksternal. Publik internal yaitu
orang-orang yang berada dalam perusahaan atau organisasi, seperti para
karyawan. Sementara publik eksternal adalah orang-orang yang berada di luar
perusahaan, seperti konsumen, media, government, investor, dan komunitas.
3. R adalah relation. Berasal dari Bahasa Inggris yang berarti
hubungan. Hubungan yang perlu dipupuk dan dirawat dengan baik antara
perusahaan atau organisasi dengan publiknya. Ini adalah inti kegiatan dari PR itu
sendiri. Yang membuat menarik dari menjalin hubungan melalui internet adalah
hubungan dapat dibangun one-to-one secara cepat. Artinya komunikasi yang
dilakukan akan terasa lebih personal dan intim, sehingga publik dapat merasa
diperlakukan lebih eksklusif.

E-PR dipilih sebagai alternatif baru yang bahkan kini menjadi opsi utama tiap
perusahaan dibanding melalui cara konvensional. Hal ini dikarenakan sifatnya
yang mudah, cepat, low cost hingga menghemat pengeluaran perusahaan, dan jitu.
Selain itu, faktor utamanya adalah pada publik sebagai objek kegiatan PR ini
sendiri. Hubungan yang dibangun perusahaan dengan publiknya yang merupakan
sekumpulan manusia tentulah tidak pasti, sebab manusia adalah organisme
dinamis. Manusia yang kebiasaannya selalu berubah-ubah, mengikuti tren dan
perkembangan zaman. Maka bila kebanyakan publik, atau bahkan hampir
semuanya beralih menggunakan alat-alat elektronik dan jaringan internet,
menggunakan media baru, media sosial, PR haruslah adaptif untuk mengikuti
keinginan publik. Maka hal ini akan menjadi sistem yang efisien pula dalam
perusahaan.

2.1.2. Publik dalam Public Relation

Publik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sebuah kata
benda berarti orang banyak (umum). Dalam PR, publik sering juga disebut
stakeholder, yaitu semua pihak yang berada di dalam maupun di luar perusahaan
yang mempunyai peran dalam mencapai keberhasilan perusahaan. Menurut Ummi
Abdurrachman yang dikutip oleh (Marhaeni, 2009) mengemukakan publik
sebagai sekelompok individu yang mempunyai kepentingan dan minat yang sama
pada hal yang sama, publik tersebar dimana-mana, tidak saling mengenal, bisa
kecil, bisa besar. Sedangkan Zawawi (Johnston & Zawawi, 2000) memiliki
pengertian sederhana mengenai publik yakni sekelompok orang yang memiliki

kepentingan atau kepedulian yang sama. Frank Jefkins yang dikutip oleh
(Marhaeni, 2009) mengatakan bahwa publik adalah kelompok atau orang- orang
yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun
eksternal.
Mengapa publik harus dikenali oleh setiap praktisi PR? Alasan pertama adalah
agar PR dapat mengidentifikasi khalayak dari setiap programnya. Kedua, seorang
PR juga harus bisa menentukan sasaran prioritasnya berdasarkan sumber daya
perusahaan. Serta mengenali publik akan berguna bagi PR dalam menentukan
media dan teknik komunikasi yang akan digunakan.

Dikutip dari (Ardianto S. d., 2008), publik dalam Public Relations dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu :

1. Publik Internal dan Eksternal

a. Publik Internal adalah publik yang berada di dalam


perusahaan, seperti karyawan dan pemangku kepentingan (pressure group).
b. Publik Eksternal adalah publik yang berada di luar
perusahaan seperti para investor, media, government, dan pelanggan, dan
komunitas.
2. Publik Primer, Sekunder, Marjinal

a. Publik Primer adalah publik yang paling penting dan


sangat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan.
b. Publik Sekunder adalah publik yang tidak memiliki
pengaruh secara langsung pada perusahaan.

c. Publik Marjinal adalah publik yang bisa diabaikan.

3. Publik Tradisional dan Masa Depan

a. Publik Tradisional adalah publik yang saat ini sudah


memiliki hubungan dengan perusahaan seperti pelanggan, karyawan, dan investor.
b. Publik Masa Depan adalah publik yang berpotensi
memiliki hubungan dengan perusahaan.
4. Proponents, Opponent, dan Uncommitted

a. Proponents adalah publik yang loyal dan memihak dengan


perusahaan.
b. Opponent adalah publik yang tidak memihak / menentang
terhadap perusahaan.
c. Uncomitted adalah publik yang tidak peduli dengan
perusahaan.
5. Silent Majority dan Vocal Minority

Pada kategori ini, pengelompokkan dilihat dari bagaimana mereka mengajukan


komplain atau dukungan perusahaan. Publik penulis di surat kabar umumnya
adalah the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun
jumlahnya tak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tidak
kelihatan suara atau pendapatnya (Kasali, 1994).

Berdasarkan penggolongan tersebut, kegiatan PR pun kerap dibagi menjadi


Internal Public Relations dan External Public Relations. Hal ini juga

akan memudahkan praktisi PR dalam membuat program-program PR yang dapat


meningkatkan hubungan perusahaan dengan publiknya.

2.1.3. Opini Publik

John Dewey mengatakan bahwa publik dalam organisasi ialah sekelompok orang
yang memilih berlaku dan bekerja bersama secara sadar untuk menghadapi suatu
isu dan masalah serupa (Butterick, 2012). Menurut Iriantara publik juga dibagi
dalam dua kategori yaitu publik internal dan publik eksternal (Iriantara, 2004).
Publik internal adalah publik yang berada di dalam organisasi atau perusahaan
seperti karyawan dan investor. Sedangkan publik eksternal adalah mereka yang
berada di luar organisasi seperti pemasok, pelanggan, pemerintah, media, dan
komunitas.
Para public berhubungan dan berinteraksi dalam sebuah ruang yang disebut ruang
public. Jurgen Habermas (Ihlen, 2009) menyatakan bahwa ruang publik dapat
terbentuk saat para anggota masyarakat/publik saling berkomunikasi, baik secara
face to face maupun melalui saluran komunikasi yang sifatnya massal. Mereka
mengekspresikan opini mereka tentang isu-isu umum dan membawanya ke dalam
diskusi yang rasional. Disrupsi teknologi ini secara nyata telah mengadakan
ruang-ruang publik baru bagi masyarakat dengan memiliki karakteristik yang
lebih fleksibel, tidak terbatas ruang dan waktu dan mudah dijangkau siapa saja.

Publik memegang kontrol dalam proses komunikasi dan dapat mengadopsi


perilaku yang lebih proaktif. Hal ini bisa terjadi sebab karakteristik media baru
yang memungkinkan publik untuk:

1. Mudah mencari, memilih, dan mengakses informasi.

2. Melakukan kontak langsung dengan organisasi maupun


individu lainnya secara online.
3. Menyuarakan pendapat maupun pandangan mereka
secara futuristik dan bertahan lama (membuat dan menyimpan konten secara
online). Eskalasi ini mampu memberikan kekuasaan bagi opini publik untuk
mengendalikan alur komunikasi di ruang publik, termasuk dalam proses interaksi
dengan organisasi.

Konsep dari PR adalah untuk memahami dan mengevaluasi berbagai opini publik
atau isu publik yang berkembang terhadap suatu organisasi atau perusahaan.
Opini publik adalah pendapat suatu kelompok masyarakat atau sintesis dari
pendapat dan didapatkan dari suatu diskusi sosial dari pihak yang terkait dan
memiliki kepentingan. Opini public dijumpai di antara public atau sekelompok
orang yang berkomunikasi atas kepentingan yang sama. Mereka secara kolektif
menganut pandangan tentang suatu isu, mengapa isu itu menjadi perhatian, dan
apa yang harus dilakukan dalam situasi itu (Cutlip, Center, & Broom, 2006).
Dikatakan pula menurut Cutlip, Center, dan Broom opini merupakan pernyataan
penilaian tentang sebuah objek dalam situasi tertentu atau dalam keadaan tertentu.
Opini cenderung merefleksikan sikap individu, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek
dari situasi yang ada. Apakah public akan menunjukkan sikap keberpihakan
kepada perusahaan atau organisasi tertentu, atau penolakan. Istilah opini public
popular dalam bahasan komunikasi politik, sebab era awal teori opini public di
penghujung abad 18 yang memandang legitimasi atau pertentangan akibat adanya
perubahan sosial

politik yang saat itu mulai berkembang di Amerika Serikat dan Eropa. PR
memberi masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan manajemen yang
berhubungan dengan opini atau isu publik yang tengah berkembang. Dalam
pelaksanaannya, PR menggunakan komunikasi untuk memberitahu,
mempengaruhi, dan mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku publik
sasarannya. Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan PR pada intinya adalah:
good image (citra baik), goodwill (itikad baik), mutual understanding (saling
pengertian), mutual confidence (saling mempercayai), mutual appreciation (saling
menghargai), dan toleransi. Maka ketika tujuan-tujuan tersebut tidak tercapai, ada
sebuah masalah yang harus dievaluasi.

Pada kasus Surat Keberatan Eiger Adventure, PR Eiger secara cepat dinilai publik
tidak dapat memenuhi semua tujuan yang seharusnya dicapai dari publiknya. Atas
terkirimnya Surat Keberatan kepada para youtuber, opini public terhadap Eiger
menjadi tidak mendukung konten kreator dengan tidak memberikan toleransi atas
kualitas video, Eiger jelas-jelas tidak memiliki itikad baik untuk mengapresiasi
balik para konten kreator yang telah memberikan review atas produk Eiger. Eiger
telah kehilangan kepercayaan Eigerian.

2.1.4. Manajemen Krisis dalam PR

Nova menyebut krisis berasal dari bahasa Yunani, artinya keputusan (Nova,
2009). Ketika krisis terjadi, perusahaan harus menentukan langkah yang harus
diambil. Sementara krisis dalam bahasa Cina berarti “bahaya” dan “peluang” pada
pengucapan We – Ji. Krisis memang menyeramkan, tapi bisa

saja krisis menjadi titik balik perusahaan dari sebuah permasalahan menuju arah
yang baik, menurut Kasali (Kasali, 2005). Krisis bisa mencetak korban di
perusahaan tapi juga dapat membawa keberuntungan bagi yang berperan dalam
penangan krisis. Krisis bersifat inevitable, yang berarti krisis dapat tetap terjadi
meski pencegahan telah dilakukan. Maka dari itu krisis jadi satu bagian yang terus
melekat pada proses pertumbuhan perusahaan (Kriyantono, 2015).

Penyebab krisis bisa dari dua factor: internal dan eksternal. Beberapa darinya
memang di luar dugaan. Saat situasi krisis ini muncul, peran PR amat dibutuhkan
dalam kegiatan perencanaan level manajemen. PR harus siap atas segala
kemungkinan, baik, maupun buruk. Sementara itu, setiap respon yang dikeluarkan
harus tetap baik. Tidak sedikit yang gagal mengatasi situasi ini, sebab tidak
mengetahui apa yang harus diperbuat.

Divisi PR sebuah perusahaan atau organisasi memainkan peran penting ketika


krisis terjadi. Jika terjadi krisis akan berdampak negatif terhadap gambaran
perusahaan atau organisasi. Inilah mengapa PR merupakan fungsi yang esensial,
dalam arti sebagai fungsi manajemen strategis. Peran PR harus langsung berada di
bawah kepemimpinan puncak untuk memaksimalkan tujuan strategis PR.
Sehingga PR memiliki kewenangan penuh untuk menangani krisis secara efisien.

Terdapat sebuah rancangan strategi komunikasi krisis yang diimplementasikan


Public Relations sebagai berikut:

1. Menekan risiko munculnya kepanikan public.

2. Menurunkan kecemasan yang dirasakan public.

3. Menyurutkan dugaan-dugaan khususnya di awal-awal


krisis.
4. Melindungi perusahaan dari kritik-kritik hipotesis, yang
biasanya muncul di media massa.
5. Bersifat dapat dipercaya (accountability), terbuka
(disclosure), dan komunikasi berbasis keseimbangan kepentingan (symmetrical
communication).
6. Dibuat untuk meminimalkan kerusakan pada citra
organisasi (Kriyantono, 2012).
Berikut terdapat beberapa strategi komunikasi krisis yang disebutkan Kriyantono
(Kriyantono, 2015), di antaranya:

1. Mengusahakan informasi yang bersifat satu sumber


suara (crisis center). Dapat dilakukan dengan satu juru bicara, guna mencukupi
kebutuhan informasi publik dan mencegah tersebarnya rumor.
2. Memulai komunikasi lebih dengan publik terkait.
Publik diberi penawaran berpartisipasi atas sebuah kerja sama, tentu saja public
diberi penghargaan atas tindakan kooperatif mereka.
3. Mengamati hal-hal yang menyebabkan krisis dengan
teliti.

Apabila diketahui seseorang atau sekelompok sebagai penyebabnya, maka yang


perlu dilihat selanjutnya ialah motivasi dari tindakan tersebut. Jangan sampai
berusaha

membuat pihak lain terlihat salah dan mencari kambing hitam, atau pun
menggunakan jalur hukum.

Di samping itu, menurut Suwanto (Suwanto, 2018) ada sejumlah hal yang patut
dihindari oleh PR ketika menangani krisis. Larangan-larangan tersebut ialah:

1. Mengatakan “no coment” kepada public dan media atas


isu yang sedang bertebaran, atau tidak memberikan tanggapan apa pun. Hal ini
menghindari spekulasi yang berkembang di kalangan public, sebab pernyataan
“no comment” membuat public dan media memperkirakan situasi yang terjadi
berdasarkan sudut pandang masing-masing.
2. Mendebat subye. Yang terjadi justru masalah makin
tampak gelap tanpa jalan keluar.
3. Berusaha menyalahkan. Usaha ini membuat perusahaan
tampak seperti tidak ingin terlihat salah satu dan disalahkan. Padahal, masalah
lebih baik dihadapi dan diselesaikan dengan cepat.
4. Berlebihan dalam memberikan reaksi serta membesar-
besarkan masalah. Seorang PR akan dinilai lebih atas sikap tenangnya, sembari
menganalisis situasi untuk mendapatkan solusi.
5. Melanggar kebijakan perusahaan atau prosedur
penanganan krisis yang telah disetujui.

6. Membuat pernyataan “off the record”, sebab biasanya


media akan tetap mengeksposnya.

Seorang PR harus mengambil langkah-langkah strategis untuk memenuhi posisi


ini, termasuk Media Relations (hubungan pers), Government Relations (hubungan
pemerintah), Opinion Leader Relations (hubungan dengan pemimpin opini), dan
Marketing Relations (hubungan dengan pemimpin perdagangan, hubungan
perdagangan) (Ardianto & Soemirat, 2008).

Tugas-tugas berikut yang dianjurkan di awal kepada para praktisi PR dalam


menghandel sebuah krisis:

1. Mencari fakta, termasuk pencarian dan pengumpulan bukti,


termasuk data sebab akibat.
2. Membuat pusat sumber daya.

3. Menunjuk juru bicara yang cakap dan berpengalaman.


Penunjukan ini juga perlu didukung dengan data-data yang akan disampaikan
detail dan akurat untuk disampaikan jubir.
4. Memberi pers rincian yang memadai, konsisten, dan akurat
sehingga mereka dapat melakukan tugasnya.
5. Membuat dokumentasi kejadian tersebut berupa foto, tape
atau video sebagai data.
6. Memperbarui data-data pers dari waktu ke waktu.

7. Memberitahukan operator bahwa untuk tidak mengizinkan


orang selain juru bicara untuk memberikan keterangan.

8. Memenuhi kebutuhan informasi yang diminta pers secepat


mungkin.

2.1.5. Tipe dan Karateristik Krisis PR

Ketika menghandel sebuah krisis, PR harus terlebih dahulu memahami tipe atau
jenis krisis yang akan ditangani. Karena PR ini akan memudahkan PR untuk
memutuskan langkah yang tepat. Otto Lerbinger (1997) dalam kutipan Morissan
(Morissan, 2008) membagi krisis menjadi delapan tipe. Dari delapan tersebut,
semuanya telah mencakup factor internal (seperti yang disebabkan kesalahan
manajemen) dan factor eksternal (dipengaruhi kejadian lingkungan, seperti krisis
alami, teknologi, konfrontasi, kedengkian, nilai manajemen yang telah
menyimpang, sikap menajemen yang tidak etis, dan penipuan seta krisis bisnis
dan ekonomi).

Sedangkan menurut Rachmat Kriyantono krisis mempunyai tujuh jenis


(Kriyantono, 2015), antara lain:

1. Krisis Teknologi, berarti krisis disebabkan oleh


kesalahan penggunaan teknologi tertentu dalam operasional organisasi
/ perusahaan. Misalnya, kesalahan dalam mendesain pesawat, kesalahan
pengeboran yang dilakukan lapindo di Sidoarjo, dan lain sebagainya.
2. Krisis Konfrontasi, krisis ini sebagai dampak dari
hubungan buruk antara public dengan perusahaan / organisasinya. Ketika public
mulai mengekspresikan kemarahannya atas ketidakpuasan terhadap kinerja
perusahaan sehari-hari.

3. Krisis Malevolence. Krisis ini disebabkan seseorang


atau kelompok yang memiliki keinginan untuk menjatuhkan dan mencederai
perusahaan atau organisasi, seperti sabotase atau pengeboman yang terjadi di
Word Trade Center, Amerika Serikat.
4. Krisis Manajemen dan Perilaku Karyawan. Krisis ini
jelas berlangsung sebab gagalnya kelompok manajemen menunaikan tanggung
jawabnya. Contoh sederhana, korupsi yang dilakukan manajemen perusahaan.
5. Kekerasan di lingkungan kerja. Krisis ini jelas timbul
dari korban kekerasan yang dilakukan oleh pihak manajemen maupun karyawan
secara sengaja. Misalnya, penyekapan karyawan oleh manajemen.
6. Krisis Bencana Alam. Ini merupakan factor eksternal
yang paling alami. Bencana alam tidak akan pernah memiliki persiapan dalam
sebuah perusahaan atau organisasi.
7. Krisis Produk. Ada beberapa jenis masalah produk
yang dapat mengakibatkan sebuah krisis terjadi, antara lain kredibilitas produk
dan product tampering. Jika produk membahayakan konsumen seperti sakit,
keracunan, hingga meninggal, dapat menyebabkan krisis terhadap perusahaan
terkait.

Usaha serius harus dikerahkan pada tipe-tipe krisis yang dibagi oleh Claudia
Reindhart (1987) dalam (Morissan, 2008). Mereka membuat kategori krisis
berdasarkan waktu:

1. Krisis bersifat segera (immediate crises). Tipe krisis


yang paling ditakuti karena terjadi begitu tiba-tiba, tidak terduga dan tidak
diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Krisis jenis
ini membutuhkan konsensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak untuk
mempersiapkan rencana umum (general plan) mengenai bagaimana bereaksi jika
terjadi krisis yang bersifat segera agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik
dan penundaan dalam menangani krisis yang muncul.
2. Krisis baru muncul (emerging crisis). Tipe krisis ini
masih memungkinkan praktisi humas untuk melakukan penelitian dan
perencanaan terlebih dahulu, namun krisis dapat meledak jika terlalu lama tidak
ditangani. Tantangan bagi praktisi humas jika terjadi krisis jenis ini adalah
meyakinkan manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum
krisis mencapai tahapan kritis.
3. Krisis bertahan (sustained crisis) adalah krisis yang
tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun telah
dilakukan upaya terbaik oleh pihak manajemen perusahaan atau organisasi untuk
mengatasinya.

2.1.6. Anatomi Krisis

Dalam kutipan Kasali (Kasali, 2005), Steven Fink, seorang konsultan krisis
terkemuka dari Amerika melebarkan konsep anatomi krisis. Fink mengibaratkan
krisis seperti sebuah penyakit yang menyerang manusia. Maka dari itu, Fink
membagi tahap-tahap dalam satu krisis menggunakan bahasa (terminology)
kedokteran yang biasa digunakan untuk memantau stadium suatu penyakit.
Berikut tahap-tahap yang telah dikembangkan Fink:

1. Tahap Prodromal

Pada tahap ini, banyak terjadi keluputan. Sebab, dalam Kasali krisis pada tahap ini
mulai muncul (Kasali, 1994). Makanya sering juga disebut dengan warning stage
sebab tahap ini membunyikan tanda bahaya untuk segera mengatasi simtom-
simtom. Bila luput, tahap prodromal juga titik balik sebuah krisis. Krisis akan
menjadi lebih serius (tahap akut), atau selesai. Para eksekutif juga sering
memenggil tahap ini dengan tahap sebelum krisis (pre crisis). Namun, sebutan ini
hanya berlaku bila krisis berhasil memasuki tahap akut secara keseluruhan. Pada
tahap ini, akan tampak salah satu bentuk dari bentuk-bentuk di bawah:
a. Jelas sekali. Simtom-simtom awal sanat tampak jelas.

b. Samar-samar. Simtom yang muncul tampak samar-


samar sebab sulit menginterpretasikan dan memperkirakan luasnya suatu
kejadian. Ketika gejala ini mulai terasa, berarti perusahaan membutuhkan analisis
para ahli sebelum termakan ombak krisis.

c. Sama sekali tidak kelihatan. Simtom-simtom ini bisa


saja benar-benar tak tampak. Perusahaan melihat semua berjalan baik-baik saja.
Bahkan para ahli, umumnya akan berpendapat sama, yakni walaupun pada tahap
ini krisis tampak ringan, pemecahan dini secara tuntas sangat berpengaruh. Ketika
masih mudah ditangani, krisis berpotensi kecil masuk tahap akut, lalu meledak
dan menimbullkan komplikasi.
2. Tahap Akut

Dalam Kasali, pada tahap inilah orang-orang baru mengatakan sedang terjadi
krisis (Kasali, 1994). Padahal ada tahap prodromal, tahap sebelum krisis menjadi
akut, namun karena gejala yang tampak di awal sangat samar, dan bahkan tidak
terlihat, orag baru menyadari berada di tengah krisis. Dalam banyak hal, krisis
yang akut sering disebut sebagai the point of no return. Maksudnya, sekali gejala
di tahap prodromal tidak ditangkap dengan baik, perusahaan tidak akan bisa
keluar dari tahap akut. Kerusakan mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan,
isu menyebar luas. Tetapi, besaran kerugian akibat dar krisis bergantung pada
manajer krisis. Salah satu hambatan terbesar dalam menghadapi krisis pada tahap
akut – sekalipun sangat siap – adalah intensitas dan kecepatan serangan yang
datang dari berbagai pihak. Faktor kecepatan ditentukan oleh jenis krisis yang
menerpa perusahaan,

sedangkan intensitas ditentukan oleh kompleksnya permasalahan. Tahap ini


disebut juga tahap antara, waktunya paling pendek di antara semua tahap. Bila
perusahaan terlewat, tahap akut akan menjadi tahap kronis.
3. Tahap Kronis

Kasali menyebut pada tahap ini the clean up phase atau the post mortem (Kasali,
1994). Umumnya, yakni tahap recovery (pemulihan) atau self analysis. Dalam
perusahaan, tahap kronis ditandai dengan adanya perubahan pada struktur
perusahaan. Seorang krisis manajer harus bisa memotong waktu krisis sependek-
pendeknya, sebab semua orang telah mencapai kelelahan maksimal. Tanda ini
juga diperkuat dengan pers yang mulai jenuh. Maka dengan bantuan krisis
manajer yang handal, perusahaan akan melewati tahap ini dengan baik.

4. Tahap Resolusi

Ini ialah tahap terakhir dalam krisis menurut Kasali (Kasali, 1994). Meski krisis
telah berlalu, jangan mudah percaya sebab hasil penelitian selalu menunjukkan
krisis tidak akan berhenti begitu saja di tahap ini. Umumnya krisis sama dengan
sebuah siklus, yang akan membawa keadaan kembali seperti awal (prodromal
stage).

Lalu ada lagi tahapan komunikasi krisis yang disarikan dari Coombs dalam
(Kriyantono, 2012).

Disarikan dari Coombs (2010) dalam (Kriyantono, 2012)

Tahap
Krisis
Manajemen Krisis Komunikasi Krisis
Pra Mendeteksi sinyal-sinyal Perusahaan, khususnya bagian
Krisis krisis, melakukan llangkah internal mempelajari krisis untuk
pencegahan, menyiapkan menyamakan persepsi di antara
persiapan. anggota.

Krisis Mengerti peristiwa-peristiwa Memengaruhi perspepsi public


penyebab krisis beserta tentang krisis, persepsi public tentang
responnya, masih berusaha perusahaan, serta semua usaha
menahan kerusakan (damage perusahaan menyelesaikan krisis
containment). (initial response, corrective &
reaction).

Pasca Recovery, Memperbaiki reputasi


Krisis dan
learning, memantau mengembalikan reputasi yang sempat
informasi dengan publik, hilang akibat krisis (evaluation).
kerja sama untuk investigasi,
berupaya kembali normal.

Di antara model komunikasi krisis saringan (Duke & Masland, 2002), terdapat
kesamaan. Persamaan tersebut berada pada crisis preparedness, atau rencana
komunikasi untuk mengantisipasi krisis. Langkah-langkah

yang dilakukan seperti mengumpulkan dan menganalisis fakta-fakta,


menyampaikan press release, berkomunikasi dengan key opinion leader,
corrective & reaction, yang disesuaikan dengan situasi krisis yang sednag terjadi,
serta evaluation yang telah dilakukan, termasuk strategi yang udah dijalankan.
Menurut Kasali ada enam langkah yang perlu dilakukan seorang PR ketika
menghadapi sebuah krisis (Kasali, 1994). Berikut langkah- langkahnya:

1. Identifikasi Krisis. Krisis diidentifikasi dengan


melangsungkan penelitian. Namun, karena sifat krisis terjadi dengan cepat, maka
proses identifikais melalui penelitian secara kilat dan tidak harus dilakukan secara
formal.
2. Analisis Krisis. Praktisi PR tidak hanya mengandalkan
aksi dan menjadi teknisi. Sebelum melakukan komunikasi, PR harus melakukan
analisis atas masukan yang diperoleh. Analisis ini memiliki jangkauan luas, mulai
dari analisis parsial sampai analisis integral yang saling berkaitan.
3. Isolasi Krisis. Krisis adalah penyakit. Beberapa krisis
lebih dari sekedar penyakit biasa - penyakit menular. Untuk mencegah krisis
menyebar kian luas ia harus diisolasi sebelum tindakan serius dilakukan.
4. Pilihan Strategi. Sebelum menentukan dan menerapkan
langkah-langkah komunikasi untuk mengendalikan krisis,

perusahaan harus terlebih dahulu menetapkan strategi generik yang akan diambil.

5. Program Pengendalian. Program pengendalian ialah


langkah penerapan yang dilangsungkan menuju strategi generik yang dirumuskan.
Umumnya strategi generik dapat dirumuskan jauh-jauh hari sebelum krisis timbul.
Berarti, strategi generic yang dimaksud sebagai panduan untuk memudahkan para
eksekutif mengambil langkah yang tepat. Bila strategi generic digunakan sebagai
panduan pengambilan keputusan, maka program pengendalian disusun di
lapangan ketika krisis muncul.

2.1.7. Strategi Krisis PR / Mengelola Krisis

Dalam Public Relations dan sebuah komunikasi pemasaran, dua indikator yang
menjadi penilaian implementasi sebuah strategi dan program, adalah perbuatan
dan pesan. Program yang kuat dibangun atas perbuatan yang solid dan konsisten.
Keduanya harus berjalan beriringan, melengkapi satu sama lain. Kasali
membeberkan tiga strategi generik yang bisa dilakukan dalam pengelolaan krisis
(Kasali, 1994):

1. Defensive Strategy (Strategi Defensif) adalah strategi


pembantahan atau penolakan, seperti mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa,
dan membentengi diri dengan kuat.
2. Adaptive Strategy (Strategi Adaptif) adalah strategi
yang berkompromi dengan keinginan public, seperti mengubah

kebijakan, modifikasi operasional, kompromi, dan meluruskan citra.

3. Dynamic Strategy (Strategi Dinamis) strategi ini sudah


bersifat agak makro (keputusan yang diambil) dan dapat mengakibatkan
berubahnya karakter perusahaan, seperti merger dan akuisisi, investasi baru,
menjual saham, meluncurkan produk baru/menarik peredaran produk lama,
menggandeng kekuasaan, dan melempar isu baru untuk mengalihkan perhatian.

Pada tahun 1994, Hifni Alifahmi menjelaskan dalam bukunya Marketing Public
Relations terdapat empat sifat strategi yang dapat digunakan berbagai isu dan
situasi (Alifahmi & Abadi, 1994).

1. Pasif. Strategi ini biasa digunakan untuk isu yang masih


umum. Artinya tidak spesifik menunjuk individu, produk, atau perusahaan
tertentu. Sehingga tanpa perlu melakukan hal-hal yang berlebihan, atau bahkan
tidak berbuat apa-apa, isu diperkirakan dapat teredam dengan sendirinya. Namun
perusahaan atau organisasi tetap patut memperhatikan setiap respon atau
komentar yang dikeluarkan baik berkesinambungan dengan isu maupun tidak,
karena akan sangat rentan mempertajam situasi.
2. Reaktif. Strategi ini dapat menjadi opsi saat gejala
mulai tampak mengarah pada isu umum maupun spesifik. Dampaknya berpotensi
menjadi besar. Maka strategi ini bila

dijalankan akan diperkirakan menenangkan publik dan menjernihkan


permasalahan yang sebenarnya.
3. Aktif. Strategi ini patut dilakukan jika isu sudah mulai
spesifik pada suatu individu atau organisasi tertentu. Dampak yang diakibatkan
krisis cukup luas dan diperkirakan isu akan makin membesar. Namun, strategi
aktif akan meredakan suasana dan justru membuat publik makin simpati.
4. Proaktif. Saat isu masih laten, namun berpotensi
menjadi isu sentral, strategi proaktif layak dijalankan. Dampak isu yang masih
terpendam ini bisa berkembang ke arah yang agak sulit diduga. Sehingga, langkah
antisipasi akan menetralkan suasana dan isu bisa berbalik positif.

Sementara itu Ronald D. Smith melengkapi penjelasan Hifni Alifahmi terkait


empat sifat strategi, dalam buku Ronald, Strategic Planning for Public Relations.
Terdapat dua strategi yang mendasari tindakan penanganan sebuah krisis, yaitu
Reaktif dan Proaktif. Berikut penjelasan lebih lengkapnya (Smith, 2017).

1. Strategi Proaktif

Sebuah strategi dimana perusahaan mengambil inisiatif untuk melibatkan


publiknya. Semua program yang telah ditetapkan perusahaan dalam sebuah
kondisi tertentu beserta waktu-waktu pelaksanaannya, untuk kepentingan
perusahaan adalah eksekusi dari

Strategi Proaktif. Ada dua jenis strategi proaktif, action strategies

dan key communication strategies.

a. Action Strategies. Strategi ini bisa jadi adalah strategi


paling ampuh, sebab sifatnya yang sangat aktif. Artinya, program-program di
bawah Action Strategies diimplementasikan sesuai dengan perencanaan
perusahaan, bukan oleh kebutuhan untuk menanggapi tekanan dan harapan dari
eksternal.
b. Key Communication Strategies. Strategi ini juga
diprakarsai oleh perusahaan. Setiap kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh
perusahaan, seperti Publicity, Presentation of Newsworthy Information, dan
Transparent Communication.
2. Strategi Reaktif

Berkebalikan dari Strategi Proaktif, Strategi Reaktif dilakukan dalam rangka


menanggapi pengaruh dan peluang dari eksternal. Strategi ini bersifat merespon.
Dan respon tersebut meliputi tindakan pre-emptive, offensive response, defensive
response, diversion (pengalihan), commiseration (simpati), rectifying behavior
(memperbaiki perilaku), dan strategi inaction.

Selain itu, Thomas L. Harris juga memaparkan beberapa strategi yang banyak
digunakan untuk menangani berbagai isu dalam sebuah

perusahaan. Walau ini adalah strategi Marketing Public Relations, namun strategi
ini juga kerap diaplikasikan kepada perusahaan yang sedang ditimpa krisis bisnis
atau ekonomi hingga mengalami penurunan omzet. Maka strategi Marketing
Public Relation menjadi siasat yang strategis untuk memulihkan nama baik
sekaligus mengembalikan return perusahaan. Dikenal dengan Three Ways
Strategy, berikut adalah penjelasannya (Harris, 2006):

1. Pull Strategy adalah strategi yang direncanakan untuk


menarik minat konsumen. Melalui Pull Strategy Public Relations memiliki dan
harus mengembangkan kekuatan untuk menarik perhatian publik. Untuk menarik
minat tersebut perlu dilakukannya komunikasi melalui berbagai cara seperti
komunikasi tatap muka (face to face), via telepon, media online, poster, spanduk,
booklet, dan brosur. Maka strategi ini memang cukup memakan dana jumlah
besar untuk mempunyai iklan dan promosi ke konsumen sebagai upaya
menciptakan permintaan konsumen.
2. Push Strategy adalah strategi yang dilakukan untuk
mendorong hasrat dan minat perhatian konsumen terhadap produk dan
perusahaan. Pada strategi ini Public Relations dinilai memiliki kekuatan untuk
mendorong berhasilnya pemasaran. Push Strategy yang dipergunakan gugus
penjualan dan promosi perdagangan untuk mendorong

produk melalui saluran pemasaran seperti diskon dan promo.

3. Pass Strategy adalah strategi yang digunakan untuk


mempengaruhi dan menciptakan opini publik yang positif terhadap citra
perusahaan. Pass Strategy sering dilakukan jika perkembangan lingkungan
pemasaran yang semakin kompleks atau bermasalah, hingga membutuhkan
strategi khusus sampai penyelesaiannya untuk menembus pasar yang diblok dan
pasar diproteksi oleh kelompok pihak gatekeeper dan berpengaruh lainnya.
Biasanya, upaya untuk menciptakan citra yang positif di mata publik yaitu
melakukan kegiatan yang bersifat kemasyarakatan. Di sini Public Relations
memiliki kekuatan untuk menciptakan dan mempengaruhi opini publik yang dapat
menguntungkan perusahaan.

Selanjutnya model-model public relations yang disebut Grunig dapat pula


menjadi sebuah strategi Public Relations di sebuah perusahaan dalam
menjalankan program-programnya. Sebelumnya, model-model Public Relations
adalah cara untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana dan mengapa
sebuah praktek public relations dilakukan oleh praktisi tersebut (Grunig, 1992).
Empat model tersebut yakni press agentry, public information, two-way
asymmetrical, dan two-way symmetrical. Setiap perusahaan memiliki perbedaan
dalam mempraktekkan model-model public relations tersebut. Hal itu dipengaruhi
oleh kekuatan dan kekuasaan

yang dimiliki oleh koalisi dominan dalam organisasi tersebut (Grunig, 1992).
Koalisi dominan mempengaruhi model public relations yang dipraktekkan dalam
organisasi melalui tiga aspek, yakni budaya organisasi, potensi dari departemen
public relations, dan skema public relations yang dianut oleh perusahaan.
Sehingga, model-model public relations Grunig dan Hunt adalah salah satu tool
yang dapat digunakan untuk melihat hubungan yang terjalin antara organisasi dan
publiknya, serta bagaimana praktisi public relations berperan didalamnya. Maka
dari itu, dengan mengetahui model PR yang digunakan dalam sebuah perusahaan,
kita juga dapat mengetahui strategi yang sedang berjalan.

1. Press Agentry atau Publicity. Apabila melihat


sejarahnya, abad ke-19 dan di awal abad ke-20 merupakan masa dimana praktek
public relations dikenal sebagai sebuah usaha publisitas. Phineas T. Barnum
merupakan salah satu publisis yang paling terkenal melalui aktivitas promosi
pertunjukan sirkusnya kepada publik di Amerika yang sangat gencar dan
menggunakan segala cara hingga ia dikenal dengan slogannya yang berbunyi
“there’s no such thing as bad publicity” (Butterick, 2012).
Model ini merupakan model public relations atau kehumasan yang pada
aktivitasnya berdasarkan pada kerja agen pers dan publisitas untuk mendapatkan
pemberitaan sebanyak mungkin (Butterick, 2012). Cutlip, Center, dan Broom juga
mengungkapkan bahwa publisitas merupakan

strategi utama mereka, untuk berusaha menarik perhatian publik untuk melakukan
tindakan tertentu sesuai apa yang diinginkan oleh organisasi (Cutlip, Center, &
Broom, 2006).

2. Public Information. Selanjutnya pada awal abad ke-20,


praktek public relations mengalami perubahan dari publisitas menjadi public
information (Butterick, 2012). Awal abad ke- 20, menurut J. Grunig dan Hunt,
model kedua public relations, model informasi public khususnya yang
dikembangkan . Hal tersebut terjadi karena pada masa itu hubungan antara dunia
bisnis dengan media massa mengalami pergolakan akibat dari minimnya
informasi yang diberikan oleh perusahaan kepada publik, sehingga menimbulkan
kecurigaan bagi media massa terhadap praktek bisnis perusahaan yang selanjutnya
membuat perusahaan menerapkan pendekatan yang dikenalkan oleh Ivy Lee yakni
perusahaan dianggap lebih baik ketika berterus terang kepada publik daripada
melakukan aksi diam yang dapat menimbulkan berbagai spekulasi negatif
(Butterick, 2012). Meskipun praktisi model informasi publik ini umumnya
memilih untuk menulis hanya hal-hal baik tentang organisasi mereka, informasi
yang disampaikan melalui laporan secara umum adalah benar dan akurat (Grunig,
1992). Proses tersebut ditandai oleh sebuah deklarasi yang berjudul Declaration
of Principles, dirilis oleh Ivy Lee sebagai

sebuah standar hubungan antara pebisnis, pers, dan publik, dimana kemudian
menandai perubahan konsep di era publisitas yakni “the public be fooled”
menjadi “public be informed” (Grunig, 1992). Yakni adanya aktivitas atau
kegiatan di mana informasi dikirim keluar oleh sebuah organisasi. Sama halnya
dengan model press agentry, komunikasi yang digunakan dalam model ini adalah
satu arah (one-way), yakni dari organisasi kepada publiknya (penerima). Model
ini memiliki tujuan untuk mempersuasi publiknya tanpa adanya usaha untuk
memperalat publiknya dan informasi yang disampaikan oleh organisasi kepada
publik adalah jujur dan akurat serta cenderung menggunakan media sebagai alat
komunikasi dengan publiknya (Grunig, 1992).

Grunig dan Hunt (Butterick, 2012) juga mengungkapkan bahwa model public
information merupakan cara yang diterapkan oleh public relations yang memiliki
karakteristik dari sektor publik dan sukarelawan, organisasi pendidikan, dan
organisasi non-profit dalam berkomunikasi melalui rilis-rilis berita, surat kabar,
buku panduan, atau pun menggunakan media komunikasi elektronik seperti
website.

3. Two-Way Asymmetrical. Model two-way asymmetrical


ini memiliki beberapa persamaan dengan press agentry, karena

komunikasi dalam model ini masih asimetris dari organisasi ke publiknya, yakni
komunikasi dua arah dimana adanya ketidakseimbangan (imbalanced effect) pada
tataran komunikasinya. Perbedaannya terletak pada tujuan persuasi ilmiah yang
diterapkan dalam model dua arah asimetris ini. Tujuannya untuk mempersuasi
publiknya agar melakukan suatu tindakan tertentu dan mengubah suatu perilaku
agar berubah menjadi perilaku lain, dimana komunikator dalam model ini
mendapatkan tanggapan dari publik dan kemudian mengaplikasikan teori
komunikasi dalam persuasi untuk mempersuasi publik agar menerima sudut
pandang organisasi (Butterick, 2012).
Matthee juga mengungkapkan bahwa model ini juga menggunakan riset untuk
mengubah sikap publik agar sesuai dengan tujuan atau sasaran dari organisasi.
Riset tersebut terdiri atas dua bentuk yakni formatif dan evaluatif. Riset formatif
digunakan untuk merencanakan aktivitas yang dilakukan dan menetapkan sasaran
atau tujuan yang akan dicapai, sedangkan riset evaluatif digunakan ketika sasaran
tersebut telah dicapai dan hasilnya digunakan untuk mengubah sikap publik yang
mendukung tujuan organisasi dan menentukan pesan-pesan persuasif yang lebih
baik. Model yang disebut sebagai persuasi ilmiah ini juga

umumnya berfokus pada perubahan sikap jangka pendek dan berusaha untuk
memiliki publiknya.

4. Two-Way Symmetrical. Model ini memiliki karakter


yang jauh berbeda dengan model-model sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh
karakter utama model ini yang mana organisasi melakukan dialog langsung
dengan pemangku kepentingan (Butterick, 2012). Organisasi dalam model ini
tidak hanya bertujuan membujuk, tetapi juga mendengarkan, mempelajari, dan
mengadaptasi perilaku sebagai hasil proses komunikasi. Grunig dan Grunig
(Grunig, 1992) dan Butterick (Butterick, 2012) mengungkapkan bahwa model
yang komunikasinya bersifat dua arah ini, dimana ditunjukkan dengan adanya
proses interaksi timbal balik dan antara pelaku yang terlibat dalam prosesnya
memiliki posisi yang sama (balanced effect), dilakukan dengan komunikasi jujur
dua arah, saling memberi dan saling menerima, saling menghargai, dan fokus
pada kesamaan pemahaman antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
Butterick juga mengungkapkan bahwa elemen juga yang penting dalam proses
model two-way symmetrical ini yakni negosiasi dan kemauan pihak-pihak yang
terlibat dalam proses komunikasi untuk mau beradaptasi dan berkompromi agar
tercipta suatu keadaan saling pengertian (mutual understanding).

Setelah menentukan strategi yang akan digunakan untuk meredam krisis, dalam
pelaksanaannya praktisi PR juga dilarang melakukan beberapa hal yang akan
membuat krisis menjadi runyam. Seperti yang disampaikan Cutlip dkk dalam
kutipan Morissan (Morissan, 2008) kesalahan yang sering dilakukan praktisi PR
saat dihadapkan krisis antara lain:

1. Sikap ragu-ragu (hesitation). Bila PR menunjukkan


keraguan-raguan dalam setiap tindakan dan ucapannya, khalayak akan menilai
dengan kata-kata bingung, tidak kompeten, tidak memiliki persiapan, hingga tidak
berperasaan, dan lain-lainnya.
2. Menghindari pertanyaan (equivocation). PR yang bila
ditanya bukannya memberikan jawaban, justru mengalihkan pembicaraan akan
menimbulkan masalah yang lebih besasr. Ini disebabkan isu dan rumor yang terus
berkembang tak terkendali, karena PR tidak memberikan pernyataan yang jelas.
3. Sikap konfrontasi. Sikap ini membuat isu mendapat
pengakuan. Sebab, praktisi PR justru membuat isu berkembang karena
mendapatkan tempat berpijak.
4. Menyerang balik (retaliation). Dampak yang dihasilkan
bukannya menurunkan ketegangan, justru meningkatkan ketegangan serta emosi.
5. Sikap menyombongkan diri (pontification). PR malah
menujukkan kelemahan diri sendiri atas sikapnya yang

arogan. Perusahaan terlihat cepat menolak isu, tidak berusaha untuk meneliti
terlebih dahulu sebelum menangani isu.

2.2. Media Baru dan Media Sosial

Media baru atau juga akrab dengan New Media adalah berbagai bentuk media
yang menyatukan tiga unsur C, yaitu : computing and information technology
(IT), communication network, dan convergence (digitalized media and
information content) (Flew, 2005). Menurut West and Turner, disebutkan dalam
buku Komunikasi Pemasaran Terpadu: Pendekatan Tradisional hingga Era
Media Baru media baru pada dasarnya ialah teknologi berbasis komputer, antara
lain internet, e-mail, telepon seluler, dan kabel digital (West & Lynn H, 2008).
Maka hal ini masih akan terus berkembang, mengingat perkembangan teknologi
yang kian cepat dan penuh inovasi. Rozario dalam buku yang sama bahkan
mengatakan bahwa ini hanya soal teknis untuk mengkategorikan menjadi media
baru. Media baru yang sejak kemunculan internet dinilai memiliki beberapa
karakteristik, diantaranya : mudah dimanipulasi, berjejaring, padat, mudah
diperkecil, terdesentralisasi, memberikan interaktivitas dan partisipasi publik yang
lebih besar serta sulit dikendalikan dan seolah tidak punya pemilik. Media baru
memiliki berbagai macam bentuk. Perlu diingat bahwa media baru berbeda
dengan media sosial, sebab media sosial adalah bagian dari media baru. Internet
sendiri sebagai media komunikasi dan pertukaran informasi, berpeluang
merevolusi sistem, struktur dan proses demokrasi yang selama ini kita kenal
(Firmanzah, 2008). Kehadiran media baru membawa perubahan gaya hidup yang
sangat cepat dan besar dalam industri media dan cara masyarakat menikmati dan
menggunakan media.

Banyak media konvensional yang turut mengikuti perubahan teknologi dengan


mendigitalisasi produk-produknya. Contoh kecil, koran cetak yang saat ini juga
melebarkan sayapnya dengan membuat koran online pada website perusahaan
masing-masing.

Teori New Media menyebutkan beberapa karakteristik khusus pada media baru
(Lister & al., 2009), antara lain:

1. Digital, berarti data yang ada pada media baru memiliki


formula yang lebih baik penggunaannya dalam segi kecepatan dan kebenaran
ketimbang data analog.
2. Interaktivitas, adalah karakteristik favorit media baru.
Interaktivitas memungkinkan penggunanya untuk menghemat waktu dalam
melakukan komunikasi dua arah secara langsung.
3. Hypertextual, yaitu teks yang dapat mengizinkan kita untuk
mengakses teks-teks lain. Bila pengguna mengklik suatu teks, akan terdapat link
di dalamnya, sehingga para pengguna dapat terhubung dengan halaman lain
dengan isi teks yang berbeda.
4. Dispersal, maksudnya karakteristik media baru yang
memungkinkan proses produksi, distribusi dan konsumsi tidak terpusat. Media
baru membuat setiap penggunanya sesuka hati menjadi produsen, distributor atau
hanya sekedar konsumen (personal freedom).
5. Virtuality, adalah persepsi terhadap objek-objek immaterial,
sebab media baru juga memiliki unsur presence atau wujud dari kehadirannya.
Meskipun buka berbentuk fisik, kehadirannya sering

disebut dengan dunia maya. Hal ini menjadi pemicu terbentuknya karakter budaya
baru, yakni budaya virtual.

Media social menjadi salah satu formula media jejaring di internet yang dapat
membuat jejaring komunitas virtual, seperti Facebook dan Twitter. Sebuah
platform kursus internasional bernama Coursera mengadakan program Facebook
Social Media Marketing bagi siapapun yang ingin mendalami pemasaran dan
branding melalui media baru, khususnya media sosial Facebook dan keluarga
besarnya. Meliputi Instagram, Messenger, dan Whatsapp (yang paling populer).
Dalam program yang peneliti ikuti tersebut, dikatakan bahwa media sosial sendiri
terbagi menjadi dua jenis jika dibedakan menurut fungsinya : connect dan create.
Ada beberapa media yang memiliki hanya fungsi pertama, fungsi kedua, atau
keduanya. Connect berarti media tersebut dapat menghubungkan penggunanya
untuk pertama kali dan membuat keduanya berinteraksi lebih jauh. Create berarti
media mampu membuat sebuah konten digital berupa gambar, tulisan, atau audio-
visual, hingga membagikan konten tersebut untuk dapat dinikmati pengguna lain.

Media sosial sendiri ialah aplikasi berbasis internet yang memudahkan


konsumennya berbagi opini, wawasan, pengalaman, serta perspektif. Ini
dikarenakan empat karakteristik komunikasi di internet menurut Leonard
Shedletsky (Shedletsky, 2004), yakni:

1. Kecepatan, karena sistemnya yang tidak terbatas jam, alias 24 jam,


komunikator bisa mengirim dan komunikan bisa menerima pesan secepat
mungkin.

2. Jangkauan, mengacu pada kemampuan internet untuk menjangkau orang-


orang dengan tempat yang berbeda-beda sekaligus, tentunya dengan waktu yang
cepat pula.
3. Keadaan tanpa nama (anonym), menerangkan perilaku manusia yang
menciptakan identitas online, membuat karakter baru yang bisa saja berbeda 180o
dari kenyataannya. Inilah mengapa kredibilitas pesan yang terdapat pada internet
sering dipertanyakan.
4. Interaktivitas, mengacu pada kemampuan komunikan untuk memberikan
feedback atas pesan yang dikirimkan komunikator secara cepat.

Kecepatan, jangkauan, dan interaktivitas adalah poin-poin yang sangat diperlukan


PR untuk melakukan sebuah komunikasi pada publiknya, membangun sebuah
hubungan untuk mempengaruhi publik hingga melahirkan kesan yang baik bagi
perusahaan.
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kasus Hollywings terus bergulir. Puluhan outlet di seluruh Indonesia resmi


ditutup. Imbasnya, selain  enam orang tim kreatif yang mendapat ancaman 10
tahun penjara, ribuan karyawan juga dirumahkan. Perusahaan hiburan malam
terbesar di Indonesia ini gulung tikar karena konten promosi yang “kebablasan”.

Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah DKI (MES DKI) Tito Maulana


menjelaskan, cara promosi yang dilakukan holywings dengan promosi minuman
beralkohol gratis khusus untuk pelanggan bernama 'Muhammad' dan 'Maria' yang
berujung pada tindakan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan atau SARA.

"Kasus yang terjadi pada holywings membuat masyarakat ekonomi syariah DKI
Jakarta mengingatkan agar tidak terjadi lagi kedzaliman dan menghalalkan segala
cara dalam semua aktifitas ekonomi termasuk marketing campaign yang berujung
kepada tindakan SARA," kata Tito dalam rilisnya, Senin (27/6/2022).

Menurutnya, bagi umat islam, Muhammad bukan sekedar 'whats in a name' tetapi
berasal dari sosok manusia terbaik utusan Allah bagi seluruh umat. Sedangkan
Maria juga sosok wanita suci di dalam Islam bahkan menjadi nama satu surah di
Alquran.

"Dilihat dari sudut pandang ekonomi syariah sebagai ekonomi yang berdaulat,
berkeadilan dan terbuka sesuai dengan maqosith syariah berdasarkan alquran dan
sunnah. Prinsipnya adalah selalu mengedepankan keberkahan dan menentang
kezhaliman, zhalim itu sendiri adalah semua hal yang tidak menempatkan sesuatu
pada haknya," ujar dia.

Oleh karena itu, MES DKI mengimbau agar semua pihak tetap tenang dan bijak
menyikapi persoalan ini dan menyerahkan semua penyelesaian kasus ini kepada
pihak yang berwajib, dan berharap tidak ada terjadi lagi kasus seperti ini yang
berpotensi menyebabkan konflik seluruh masyarakat dapat bersama sama
mengantisipasi hal-hal serupa dimasa mendatang.

Kasus yang kemudian jadi bahan pembicaraan publik ini berawal dari promo
minuman beralkohol gratis yang diberikan untuk orang dengan nama tertentu.
Setidaknya dalam promo yang sempat beredar tersebut, ada dua nama yang
‘berhak’ mengklaim promo.

Namun demikian respon masyarakat justru sebaliknya. Alih-alih muncul


antusiasme, promo ini justru memicu gugatan akibat rasa tak nyaman yang
dirasakan golongan masyarakat tertentu.

Gugatan kemudian dilayangkan, dan menghasilkan penahanan pada staf


Holywings yang merencanakan dan mengeksekusi promo tersebut hingga
diluncurkan ke media sosial.

Tindakan cepat yang diambil aparat dirasa tepat dalam meredam kejengkelan
publik dan melokalisir permasalahan agar tidak semakin melebar. Namun tentu
diharapkan kejelasan dari setiap pihak, agar masalah ini semakin terang dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan adil.

3.5 Tahapan Terjadinya Krisis

Nama Holywings lagi-lagi menjadi sorotan publik. Kali ini Holywings dianggap
melakukan penistaan agama lewat promosi minuman keras (miras) yang tersebar
di media sosial.

Bukan sekali ini saja Holywings mencetak kontroversi dan membuat geram
publik. Bar sekaligus tempat hiburan malam itu bahkan sempat dilarang
beroperasi lantaran melanggar peraturan yang ditetapkan dalam Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) beberapa waktu lalu.

Berikut ini beberapa kontroversi yang melibatkan Holywings dan berhasil


dihimpun oleh Redaksi IDN Times.
1. Melanggar Aturan PPKM
Pada awal September 2021, publik dikejutkan oleh video razia protokol
kesehatan yang terjadi di Holywings Tavern, Kemang, Jakarta Selatan.
Dalam video yang viral di media sosial tersebut, kerumunan jelas terjadi di
tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh
pemerintah sebagai imbas dari pandemik COVID-19.
Satpol PP DKI Jakarta pun akhirnya menutup restoran Holywings Tavern
tersebut, lantaran terbukti menimbulkan kerumuman dan melanggar
PPKM Level 3.

“Tempat Usaha Holywing Kemang, dikenakan sanksi Penutupan


Sementara 3x24 jam oleh Petugas Satpol PP DKI Jakarta, Minggu
(5/9/2021), setelah ditemukan terjadi pelanggaran ketentuan PPKM Level
3 pada Sabtu Malam (4/9/2021),” demikian pernyataan tertulis Satpol PP
di akun Twitter @SatpolPP_DKI, Senin (6/9/2021).
Bukan hanya cabang di Kemang, Holywings Tebet juga terkena razia
Satpol PP DKI Jakarta pada Oktober 2021. Hasil razia tersebut
membuahkan sanksi penutupan selama sepekan Holywings Tebet, karena
dianggap melanggar aturan PPKM Level 3 kala itu.
Selain sanksi penutupan, Satpol PP DKI Jakarta juga menjatuhkan sanksi
denda sebesar Rp50 juta terhadap Holywings Tebet.

Holywings Tebet ditindak karena melewati batas jam operasional selama


PPKM Level 3, yaitu maksimal pukul 24.00 WIB. Namun, Hollywings
Tebet ditemukan masih beroperasi hingga pukul 00.20 WIB.

2. Jadi lokasi penganiayaan yang dilakukan oleh polisi


Kontroversi berikutnya terjadi di Holywings Yogyakarta. Dua anggota
Polres Sleman diduga melakukan penganiayaan terhadap seorang
pengunjung bernama Bryan Yoga Kusuma di Holywings Yogyakarta, pada
awal Juni tahun ini.
Kabid Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kombes Pol
Yuliyanto mengatakan, peristiwa itu terungkap melalui pemeriksaan
Subdit Paminal Propam Polda DIY terhadap 17 saksi yang diduga
mengetahui peristiwa penganiayaan Bryan Yoga Kusuma, di HolyWings
Yogyakarta.
Saksi-saksi tersebut terdiri atas warga sipil dan para anggota yang bertugas
piket ketika Bryan dibawa ke Polres Sleman.

"Saksi itu terdiri dari 4 masyarakat umum dan 13 orang anggota Polri.
Anggota Polri ini adalah personel yang sedang bertugas piket atau berada
di kantor pada hari itu," kata Yuli.

Yuli menekankan, insiden penganiayaan yang diduga melibatkan


anggotanya ini telah menyedot atensi Kapolda DIY Irjen Pol Asep
Suhendar. Kapolda memerintahkan kepada Kabid Propam untuk
memproses hukum dua anggota terduga pelanggar sesuai dengan jenis
kesalahannya.

"Sehingga dalam waktu dekat anggota yang terlibat akan dilakukan sidang
KEPP atau Kode Etik Profesi Polri," pungkas Yuli.

3. Promo miras untuk yang bernama Muhammad dan Maria


Kontroversi lainnya baru saja terjadi beberapa waktu lalu. Melalui akun
media sosialnya yang kemudian dihapus, Holywings membuat promo
bertuliskan ajakan kepada orang-orang bernama Muhammad dan Maria
untuk datang ke Holywings.

"DICARI! yang punya nama Muhammad & Maria KITA KASIH


GORDON'S DRY GIN ATAU GORDON'S PINK GRATIS," tulis promo
yang tersebar di Twitter.
Konten tersebut sontak membuat publik geram dan menuntut Holywings
memberikan penjelasan dan meminta maaf. Setelah mendapatkan tekanan
warganet, Holywings menghapus unggahan promosi miras tersebut dan
kemudian membuat permintaan maaf terbuka seperti berikut:
“ Terkait dengan viralnya unggahan kami (Holywings Indonesia)
menyangkut promosi dengan menggunakan nama “Muhammad &
Maria”, kami telah menindaklanjuti pihak tim promosi yang membuat
promosi tersebut tanpa sepengetahuan manajemen Holywings Indonesia
dengan sanksi yang sangat berat.
Tidak sampai maksud hati kami untuk mengaitkan unsur agama kedalam
bagian dari promosi kami, oleh karena itu kami meminta maaf yang
sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Terimalah permohonan maaf kami dan izinkanlah kami untuk
memperbaiki hal ini serta menjadi lebih baik lagi kedepannya.”

Motif promosi itu kemudian terungkap setelah pihak kepolisian turun


tangan dalam kasus tersebut. Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol
Budhi Herdi Susianto pun mengungkapkan motif Holywings Indonesia
melakukan promosi tersebut
"Mereka membuat konten tersebut untuk menarik pengunjung datang ke
outlet, ke Holywings khususnya di outlet yang persentase penjualannya di
bawah target 60 persen," kata Budhi di Jakarta, Jumat (25/6/2022) malam.
Polisi pun kemudian menetapkan enam orang sebagai tersangka atas kasus
penistaan agama lewat promosi miras tersebut.
"Semuanya bekerja di Holywings," kata Budhi.

3.5 Penyebab Terjadinya Krisis

Alasan terbesar penyebab Holywings ditutup. Tempat hiburan malam Holywings


kini menjadi sorotan usai memberikan promosi minuman bernama Muhammad
dan Maria. Sontak masyarakat muslim Indonesia yang melihat pun langsung
mengecam tempat tersebut. Mereka menyebut kalau Holywings telah melakukan
pelecehan agama islam pada konten promosinya.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencabut


izin usaha 12 outlet Holywings di Jakarta. Adapun pencabutan izin usaha 12 outlet
Holywings di Jakarta berdasarkan arahan Gubernur DKI Jakarta yakni Anies
Baswedan.

Berdasarkan catatan Okezone, Rabu (29/6/2022), alasan ditutupnya 12 outlet


Holywings di Jakarta karena belum memiliki sertifikat standar KBLI 56301 jenis
usaha bar yang telat terverifikasi. Adapun sertifikat tersebut harus dimiliki oleh
operasional usaha bar.Selain itu, Holywings juga melanggar ketentuan dari Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (DPPKUKM)
Provinsi DKI Jakarta.

Di mana, Holywings Group menjual minuman beralkohol. Sebagai informasi,


Holywings didirikan oleh sebuah perusahaan bernama PT Aneka Bintang Gading.
Tempat hiburan ini sudah berdiri sejak 2014. Adapun ptersebut diketahui
memiliki tiga produk, yakni Holywings Bar, Holywings Club dan Holywings
Restaurant.

Untuk bentuk fisik Holywings akhirnya berdiri secara resmi pada 2015 silam.
Holywings kini telah memiliki cabang di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Bekasi, Bandung, Serpong, Surabaya, Medan dan Makassar.

Kasus Hollywings terus bergulir. Puluhan outlet di seluruh Indonesia resmi


ditutup. Imbasnya, selain  enam orang tim kreatif yang mendapat ancaman 10
tahun penjara, ribuan karyawan juga dirumahkan. Perusahaan hiburan malam
terbesar di Indonesia ini gulung tikar karena konten promosi yang “kebablasan”.

Rabu, 22 Juni 2022 menjadi mala petaka bagi bisnis Food, Beverage, and
Entertainment tersebut. Berawal dari konten Instagram @holywingsindonesia dan
@holywingsbar yang berisi:
“Dicari yang punya nama Muhammad & Maria. Kita kasih Cordon’s Dry Gin atau
Cordon’s Pink” demikian bunyi promosi tersebut.

Sesaat setelah diunggah, konten tersebut menuai banyak komentar dan kecaman.
Pihak manajemen segera menghapus unggahan tersebut. Tapi jejak digital dan the
power of netizen tidak bisa diremehkan.

Menarik dari kasus ini ketika General Manager Project Company Holywings,


Yuli Setiawan mengatakan bahwa mereka (baca: manajemen) adalah korban. Ia
mewakili perusahaan meminta maaf kepada masyarakat usai perusahaannya
membuat gaduh promosi miras berbau Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan
( SARA ). Menurutnya, promosi miras dengan nama Muhammad dan Maria,
tanpa diketahui manajemen.

Konten promosi tersebut dibuat oleh staf atau tim kreatif, tanpa ada koordinasi
dengan manajemen terlebih dahulu. Bahkan katanya para staf yang kini menjadi
tersangka adalah karyawan baru, yang bergabung kurang lebih 3-4 bulan.

3.5 Langkah-langkah Menghadapi Krisis

Di setiap krisis, ada tiga upaya yang berusaha dilakukan oleh organisasi, yakni
meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa tidak ada krisis yang terjadi,
meminimalisir asumsi negatif berlebihan atas krisis, dan mengingatkan kembali
sisi positif organisasi pra-krisis.

Demi mewujudkan tiga upaya tersebut, Coombs (1998) memetakan tujuh strategi
komunikasi krisis, yakni :

1. Pertama,menyerang penuduh (attack the accuser) yakni melakukan


konfrontasi pada individu atau kelompok yang klaim bahwa terjadi krisis.
Tingkat ekstremnya strategi ini bisa dimulai dengan melakukan gugatan
hukum hingga ancaman pada penuduh.
2. Strategi kedua ialah menyangkal (denial), yang umumnya dilakukan ketika
organisasi meyakini tidak ada krisis yang terjadi dengan penjelasan-
penjelasan logis.
3. Strategi ketiga adalah mengakui adanya krisis disertai alasan (excuse)
manakala krisis yang terjadi berada di luar kontrol organisasi.
4. Strategi keempat berfokus pada justifikasi yang berpusat pada sisi positif
yang tampak dari krisis.
5. Strategi kelima yaitu bersikap dan berlaku baik (ingratiation) agar
pemangku kepentingan tetap menyukai organisasi.
6. Strategi keenam adalah aksi-aksi untuk mencegah krisis yang sama
terulang kembali (corrective action).
7. Terakhir, strategi meminta maaf secara menyeluruh (full apology) dan
umumnya menunjukkan keseriusan permintaan maaf dengan memberikan
kompensasi bagi yang terdampak atas krisis tersebut.

Melihat penjelasan dari tujuh strategi di atas, secara kasatmata Holywings


menerapkan strategi denial dan permintaan maaf. Meski demikian, melihat
perkembangan kasus yang masih terjadi, kedua strategi yang diambil masih belum
efektif meredam krisis yang terjadi.

Coombs dan Holladay (1996) menjelaskan bahwa krisis tidak hanya dibatasi pada
kasus semata, melainkan juga persoalan intepretasi dari para pemangku
kepentingan. Masyarakat umum adalah salah satu pemangku kepentingan yang
tentunya memiliki pandangan atas kasus Holywings. Misalnya saja, bisa timbul
kesan cuci tangan pimpinan Holywings terhadap para pekerjanya.

Dalam penangangan krisis di level organisasi seperti Holywings, sisi internal tidak
bisa ditinggalkan begitu saja. Rasa persatuan (morale) dari para karyawan di
Holywings juga perlu mendapat perhatian karena mereka juga termasuk salah satu
pemangku kepentingan.

3.5 Langkah-langkah Setelah Melewati Krisis

Holywings Minta Maaf

Usai dikecam, Holywings kemudian menyampaikan permintaan maaf terbuka


melalui akun Instagramnya, @holywingsindonesia, pada Kamis, 23 Juni 2022
dengan beralasan bahwa pihak promosi lah yang membuat promosi tersebut tanpa
sepengetahuan manajemen Holywings Indonesia.

Enam Staf Jadi Tersangka

Usai kecaman dan digruduk, enam tim kreatif Holywings kemudian diperiksa
sebagai saksi oleh Polres Metro Jakarta Selatan pada Jumat (24/6/2022). Tak
butuh waktu lama, di hari yang sama, keenam staf yang diperiksa sebagai saksi
tersebut kemudian ditetapkan sebagai tersangka.

Keenam tersangka yakni EJD (27), NDP (36), DAD (27), EA (22), AAB (25), dan
AAM (25). EJD merupakan direktur kreatif Holywings.
EJD bertugas mengawasi 4 divisi yakni kampanye, production house, graphic
designer, dan media sosial. NDP menjadi kepala tim promosi serta desainer
program. Hasil yang diproduksi oleh tim NDP diteruskan ke tim kreatif.

DAD, desainer grafis, memiliki peran sebagai orang yang mendesain promo
miras. Sementara EA adalah admin tim promosi yang mengunggah hasil promosi
ke media sosial.

AAB, seorang perempuan, merupakan social media officer yang bertugas


mengunggah konten terkait Holywings. Sedangkan AAM adalah admin tim
promo yang bertugas mengajukan permintaan ke tim kreatif dan memastikan
sponsor untuk acara-acara di Holywings.

Holywings Kembali Minta Maaf


Semakin terpojok, Holywings kembali menyampaikan permintaan maaf.
Dalam pernyataannya, Holywings menyinggung soal nasib 3.000
karyawannya yang bergantung pada usaha food and beverage tersebut.

Selain itu, Holywings juga meminta dukungan dari masyarakat Indonesia


agar perkara bermuatan unsur SARA itu segera diselesaikan secara hukum.
Bahkan, salah satu pemegang saham Holywings, Hotman Paris, juga ikut
minta maaf atas promosi itu. Ia mengungkapkan apa yang dilakukan
Holywings memang kebablasan dan diakuinya ini pertama kalinya brand ini
menyinggung SARA. 

Hotman pun rela menyambangi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang
Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, untuk sampaikan permintaan maaf
kepada umat Islam.  Cholil mengatakan bahwa permintaan maaf diterima, namun
dirinya menegaskan bahwa proses hukum harus tetap berjalan. Pria yang juga
menjabat sebagai Rais Suriah PBNU ini mengharapkan penegakan hukum
dilakukan secara adil sehingga menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak.

Outlet Holywings Disegel

Setelah enam staf jadi tersangka, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lantas


melakukan penyegelan secara serentak terhadap 12 outlet Holywings yang ada di
DKI Jakarta pada Selasa (28/6/2022).

Outlet Holywings di jalan Boulevard Kelapa Gading Jakarta Utara Ketika Disegel
Satpol PP DKI Jakarta (Sumber: tim tvOne) Namun penyegelan terhadap 12 outlet
tersebut dikatakan Pemprov DKI bukanlah akibat kasus promosi miras tapi karena
pihaknya menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh pihak
Holywings.

Dari hasil penelitian dan pemeriksaan dokumen dan pemantauan lapangan,


petugas menemukan Holywings menghidangkan minuman beralkohol dan non
alkohol serta makanan kecil. Namun, beberapa gerai Holywings belum
mengantongi sertifikat standar Klasifikasi Baku Lapangan

Usaha Indonesia (KBLI) 56301 jenis usaha bar yang telah terverifikasi. Selain itu,
petugas menemukan kegiatan yang tidak sesuai dengan perizinan yang dimiliki
karena menampilkan kegiatan hiburan seperti konser musik, penampilan joki
"disk" (disc jockey) baik dalam dan luar negeri yang diiringi disko.

Tak hanya soal kegiatan usaha yang tak sesuai, Dinas PPKUKM DKI menemukan
12 gerai Holywings hanya mengantongi Surat Keterangan Pengecer (SKP)
minuman beralkohol. Adapun 12 outlet Holywings yang ditutup antara lain:

1. Holywings yang berada di Kelurahan Tanjung Duren Utara;


2. Holywings Kalideres;
3. Holywings di Kelapa Gading Barat;
4. Tiger;
5. Dragon;
6. Holywings PIK;
7. Holywings Reserve Senayan;
8. Holywings Epicentrum;
9. Holywings Mega Kuningan;
10. Garison;
11. Holywings Gunawarman; dan
12. Vandetta Gatsu.

Outlet Holywings di Daerah Lain Juga Ditutup

Usai Pemprov DKI Jakarta menyegel 12 outlet Holywings yang ada di ibu kota,
beberapa daerah juga memutuskan hal yang sama.

Misalnya, di Bandung, Jawa Barat, dua gerai Holywings ditutup atas intruksi


Gubernur Jawa barat Ridwan Kamil.

Penutupan Outlet Holywings di Bandung Satuan Polisi Pamong Praja Kota


Bandung, bersama anggota Kepolisian, Wali Kota Bandung Yana Mulyana
mendatangi Gerai Holywings yang ada di kawasan Pasir Kaliki, Bandung, Selasa
malam (28/06/2022).

Tak hanya Bandung, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga memutuskan menutup
outlet Holywings yang ada di daerahnya. Eri mengatakan
seluruh outlet Holywings di wilayahnya tutup sementara sebagai buntut adanya
promosi minuman keras mengandung SARA yang dilakukan di Jakarta. "Soal
Holywings sudah kami rapatkan. Kami sampaikan untuk ditutup dulu sampai
kasusnya ditindaklanjuti," kata Eri, Selasa (28/6/2022).

Tak sampai di situ, Bupati Tagerang, Ahmed Zaki Iskandar juga


mencabut izin operasi 3 cabang Holywings yang tersebar di wilayah Kabupaten
Tangerang, Banten. Penutupan Holywings sebagai tempat hiburan malam di
Tangerang disebut karena melanggar Perda Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Ketenteraman dan Ketertiban Umum. 

"Setelah rapat semalam, kita putuskan untuk menutup seluruh gerai hiburan
Holywings yang ada di Kabupaten Tangerang. Dimana, penutupan ini bukan
hanya masalah perizinan, tapi juga Perda Nomor 20 Tahun 2004 tentang
Ketenteraman dan Ketertiban Umum," kata Bupati Tangerang, Ahmed Zaki
Iskandar, Rabu, (28/06/2022). 

Satpol PP Sleman Yogyakarta memasang spanduk penutupan kafe Holywings,


Rabu (29/6/2022) Pemerintah Kabupaten Sleman pun akhirnya menutup
kafe Holywings di Jalan Yogya-Magelang, Sinduadi, Mlati,
Sleman, Yogyakarta pada Rabu (29/6/2022). 

Pantauan di lokasi, petugas Satpol PP memasang spanduk berwarna kuning


bertuliskan 'Tempat Usaha ini Ditutup'. Spanduk dipasang di pintu masuk
Holywings dan disaksikan salah seorang pengelola kafe. Sementara di sekitar
gerai Holywings, petugas kepolisian dan TNI juga terlihat berjaga di lokasi.

Nasib 3.000 Karyawan Holywings

Mengenai nasib 3.000 karyawan Holywings, dikatakan oleh Wakil Gubernur DKI
Jakarta Ahmad Riza Patria pihaknya akan mencari solusi bersama terkait
nasib karyawan Holywings.

"Masalah ini menjadi masalah kita bersama. Untuk ke depannya akan kita cari
solusi," tuturnya kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (29/6/2022).

3.5 Langkah-langkah Mencegah Krisis

Dari perspektif Marketing Public Relations (MPR) ada banyak pelajaran berharga


yang bisa kita ambil dari kasus ini, antara lain;
1. Etika Promosi, Jangan Bermain Api

Promosi sangat penting bagi perusahaan atau organisasi untuk


memperkenalkan dan menarik target konsumen untuk membeli (to take
action). Namun dalam proses tersebut, tetap harus berada dalam lingkup
etika.

Ada nilai – nilai moral, ideologi, dan kesepakatan universal. Konten


promosi jangan bermain pada wilayah yang menyingung Suku, Ras,
Agama, dan Antargolongan (SARA), selain itu kesepakatan universal
adalah etika tentang moral seperti kejujuran, HAM, humanisme, dsb. Tim
MPR harus sensitif dengan nilai tersebut.

2. Quality Control dan PR Strategis

Apa yang disampaikan oleh Yuli Setiawan, selaku GM perusahaan induk


Holywings menarik. Dimana ia mengklaim bahwa manajemen sebagai
korban. Pernyataan ini menunjukkan betapa lemah quality control dan
peran Marketing Public Relations yang tidak strategis di dalamnya.

Sampai saat ini, masih banyak orang menganggap bahwa MPR hanya
berfungsi sebagai ahli dokumentasi, hubungan media, dan produksi konten
promosi. Keahlian teknis ini memang tugasnya, tetapi lebih jauh, MPR 
lebih strategis dalam manajemen. Posisinya harus sebagai teknisi
komunikasi, juga konsultan komunikasi manajemen puncak.

Kesalahan manajemen adalah menyerahkan pekerjaan MPR dengan


tupoksi yang strategis ini kepada pihak ketiga, atau tim teknisi saja. Seperti
pengelolaan media sosial oleh sub kontraktor (admin lepas), atau MPR
hanya diisi orang teknis produksi, ini jelas berbahaya.

Sebuah organisasi atau perusahaan memiliki visi, misi, manejemen resiko,


dan relasi yang rumit. Ini tidak dipahami oleh orang luar atau tim teknis.
Harus ada orang atau tim yang concern dalam quality control ini, beberapa
perusahaan menggabungkan mereka dalam satu divisi Corporate
Communication (CorComm).

3. Sistem dan Panduan dalam Memanfaatkan Sosial Media

Menjangkau audiens yang luas, semakin hari semakin mudah.


Memproduksi konten promosi juga semakin mudah. Kemajuan teknologi
memberikan banyak pilihan jasa dan platform yang bisa digunakan.

Namun kemudahan ini mendatangkan masalah baru. Permintaan akan


materi promosi yang banyak dan serba cepat, seringkali mengabaikan
rentetan prosedur approval yang semestinya.

Maka, perlu dibuat “pagar – pagar” yang membatasi dan mengatur pola
tersebut. Sistem dan panduan kerja, koordinasi lintas divisi, dan
komunikasi ke manajemen puncak harus tetap dijalankan. Sehingga setiap
materi promosi yang keluar ke publik sudah terverifikasi secara ketat dan
disiplin.

4. Ingat, Brand adalah Sesuatu yang Rapuh

Kasus Holywings mengajarkan kita bahwa brand adalah entitas yang


sangat rapuh. Butuh upaya, kerja keras dan waktu panjang untuk
membangunnya. Tapi menghancurkannya bisa dalam satu waktu. Kasus
Holywings dihancurkan hanya dengan sebuah materi promosi di media
sosial.

Membangun brand memang tupoksi MPR, namun menjaga brand adalah


tanggung jawab bersama. Setiap anggota organisasi dimanapun harus
menjaga nama baik dan citra organisasi yang diwakilinya. Warren Buffet
dengan quote populernya mengatakan:

“Membutuhkan 20 tahun untuk membangun sebuah reputasi dan 5 menit untuk


menghancurkannya. Jika kamu memikirkannya, kamu akan melakukan sesuatu
dengan cara yang berbeda”
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan
Kasus yang terjadi pada holywings membuat masyarakat ekonomi syariah
DKI Jakarta mengingatkan agar tidak terjadi lagi kedzaliman dan
menghalalkan segala cara dalam semua aktifitas ekonomi termasuk
marketing campaign yang berujung kepada tindakan SARA.
Kasus yang kemudian jadi bahan pembicaraan publik ini berawal dari
promo minuman beralkohol gratis yang diberikan untuk orang dengan
nama tertentu. Setidaknya dalam promo yang sempat beredar tersebut,
ada dua nama yang ‘berhak’ mengklaim promo.
Kontroversi lainnya baru saja terjadi beberapa waktu lalu. Melalui akun
media sosialnya yang kemudian dihapus, Holywings membuat promo
bertuliskan ajakan kepada orang-orang bernama Muhammad dan Maria
untuk datang ke Holywings.
"DICARI! yang punya nama Muhammad & Maria KITA KASIH
GORDON'S DRY GIN ATAU GORDON'S PINK GRATIS," tulis
promo yang tersebar di Twitter.
Konten tersebut sontak membuat publik geram dan menuntut Holywings
memberikan penjelasan dan meminta maaf. Setelah mendapatkan
tekanan warganet, Holywings menghapus unggahan promosi miras
tersebut dan kemudian membuat permintaan maaf terbuka seperti
berikut:
“ Terkait dengan viralnya unggahan kami (Holywings Indonesia)
menyangkut promosi dengan menggunakan nama “Muhammad &
Maria”, kami telah menindaklanjuti pihak tim promosi yang membuat
promosi tersebut tanpa sepengetahuan manajemen Holywings Indonesia
dengan sanksi yang sangat berat.
Tidak sampai maksud hati kami untuk mengaitkan unsur agama kedalam
bagian dari promosi kami, oleh karena itu kami meminta maaf yang
sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Terimalah permohonan maaf kami dan izinkanlah kami untuk
memperbaiki hal ini serta menjadi lebih baik lagi kedepannya.”

4.2. Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan penelitian yang tekah di paparkan di
atas. Penulis menyadi bahwa dalam penelitian ini masih banyak
keterbatasan yang menyebabkan kesimpulan dari penelitian ini secara
spesifik hanya dapat digunakan dalam diskusi terkait Strategi Marketing
Public Relations Holywings. sehingga sebagai tindak lanjut penelitian ini,
penulis memberikan saran atau rekomendasi untuk peneliti selanjutnya
agar melakukan penelitian terkait Strategi Marketing Public
Relations Holywings dalam mempertahankan kepercayaan pengunjung.
Sehingga dapat lebih memahami bagaimana perkembangan kerjasama
tersebut dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

https://kabnews.id/perlunya-sentuhan-pr-di-holywings/

https://www.idntimes.com/business/economy/ridwan-aji-pitoko-1/gak-kapok-
kapok-ini-deretan-kontroversi-yang-melibatkan-holywings?page=all

https://regional.kontan.co.id/news/apa-kabar-perkembangan-kasus-penutupan-
outlet-holywings-1

https://www.tvonenews.com/berita/nasional/50521-berakhir-dengan-disegel-ini-
perjalanan-kasus-holywings?page=2

https://uici.ac.id/belajar-dari-kasus-holywings-peran-strategis-marketing-public-
relations/

https://economy.okezone.com/read/2022/06/29/320/2620215/alasan-terbesar-
penyebab-holywings-ditutup-bukan-karena-kasus-sara?page=2

Anda mungkin juga menyukai