Besar dan kuatnya persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam
memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan
melanggar peraturan yang berlaku. Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang
tidak hanya pada produk dan kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga
etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli.
Salah satu kasus yang akan dibahas adalah tentang pelanggaran periklanan yang
dilakukan oleh iklan Bintang Toedjoe Masuk Angin. Sebelumnya, obat herbal masuk
angin sangat berguna bagi tubuh dikala tubuh manusia sedang masuk angin. Obat masuk
angin dapat bekerja secara alami didalam tubuh manusia yang dapat mencegah dan
mengobati masuk angin tanpa efek samping bagi tubuh. Saat ini obat herbal masuk angin
dikuasai oleh dua produk, yaitu Tolak Angin dan Bintang Toedjoe Masuk Angin.
Tolak angin adalah produk dari PT. SIDOMUNCUL yang sejak lama telah
memasarkan obat-obatan herbal dan jamu. Sedangkan belum lama ini, sering terlihat
iklan dari salah satu anak perusahaan PT. KALBE FARMA, Tbk yaitu PT. BINTANG
TOEDJOE yang juga meluncurkan produk obat herbal masuk angin. Iklan produk
tersebut terlihat saling menjatuhkan dan membandingkan produknya satu sama lain.
Terlihat jelas bahwa iklan Bintang Toedjoe masuk angin menyindir produk dari
Tolak Angin dengan slogannya “Orang Bejo Lebih Untung Dari Orang Pintar”,
sedangkan Tolak Angin sendiri memiliki slogan “Orang Pintar Minum Tolak Angin”
slogan ini lah yang disindir oleh produk Bintang Toedjoe, yang dimana pada
kenyataannya Tolak Angin yang lebih dahulu memasarkan produk obat herbal masuk
angin di Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Bahkan untuk iklan terbaru produk
Bintang Toedjoe yang bertujuan memperkenalkan kemasan terbarunya pun masih
menyinggung produk Tolak angin dengan sloga “Orang bejo berinovasi, lalu orang pintar
ngapain?”
Dalam iklan ini juga terdapat Cita Citata mengenakan pakaian yang cukup seksi
(tangtop ketat berwarna kuning dan kemeja berukuran pendek yang seluruh kancingnya
dibuka dan diikatkan hanya bagian bawahnya saja) sambil menyanyikan lagu Perawan
atau Janda yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan iklan, Cita Citata bergoyang
dengan gerakan yang “menggoda” sambil memegang busa pencuci mobil. Selain itu,
kamera juga fokus ke bagian atas tubuh Cita Citata dimana bagian dadanya tersorot
dengan jelas dengan pakaian seksinya itu.
Pembahasan
Jika dikaitkan dengan kode etik periklanan, iklan ini menyimpang dalam aspek
tatakrama dalam isi iklan, salah satunya Pornografi dan Pornoaksi. Seperti yang terdapat
dalam Tata Krama Isi Iklan yang berbunyi “Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme
atau seksualitas dengan cara apapun, dan untuk tujuan atau alasan apapun.” KPI
mengingatkan berdasarkan Pasal 43 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Pasal 58 Standar
Program Siaran KPI Tahun 2012 maka ketentuan siaran iklan harus tunduk pada Etika
Pariwara Indonesia (EPI). Iklan harus menghormati dan melestarikan nilai-nilai budaya
Indonesia. Budaya Indonesia yang menjujung norma kesopanan. Hal demikian dapat
memberikan pengaruh buruk terhadap khalayak terutama anak dan remaja.
Dalam contoh kasus seperti ini tentu saja akan ada yang dirugikan, entah dari
produk yang direndahkan atau disindir seperti Bintang Toedjo maupun Tolak Angin.
Namun, bukan hanya jamu Tolak Angin yang dirugikan, Bintang Toedjo juga bisa
dirugikan karena dengan menyindir produk pesaingnya akan membuat produk mereka
terlihat buruk di mata konsumen.
Seharusnya iklan ini tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing
sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyindir atau
membingungkan khalayak, karena dengan merendahkan dan saling menjatuhkan akan
membuat produk tersebut tidak percaya dan akan terlihat buruk dimata konsumen. Maka
dari itu bersainglah secara sehat dan kreatifitas, bukannya bersaing dengan cara
menyindir dan merendahkan produk pesaing yang dapat melanggar peraturan periklanan
dunia.
Kesimpulan :
Banyak diantara para konsumen yang belum menyadari akan pengaruh negatif
yang di tayangkan oleh para pengiklan lewat media yang sering mereka jumpai. Pengaruh
negatif bahkan pelanggaran dalam kode etik periklanan sangat banyak ditemukan dalam
tayangan iklan di berbagai media. Masih banyak iklan lain yang melanggar kode etik
periklanan yang salah satunya periklanan dalam kasus ini.
2. Kasus dan Penyelesaian Etika Lingkungan
Dunia medis biasanya identik dengan lingkungan yang bersih dan jauh dari
pencemaran atau polusi. Tetapi bagaimana apabila pencemaran tersebut justru dilakukan
sendiri oleh pihak medis. Kasus inilah yang terjadi di daerah bangli, dimana pembakaran
limbah medis yang dilakukan oleh rumah sakit umum daerah bangli berdampak buruk
terhadap masyarakat sekitar. Kepulan asap hitam dan disusul dengan debu yang
berjatuhan di areal pemukiman membuat masyarakat terkadang mengunci putra-putri
mereka di kamar agar tidak menghirup asap atau pun debu yang berjatuhan akibat adanya
pembakaran limbah. (www.balipost.co.id, 04 juli 2012).
(http://www.walhi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=175%3Aindustrialisasi-
konservasi&catid=84%3Ainfo-woc-2009&Itemid=90&lang=in)
Pembahasan :
Dalam hal ini pihak rumah sakit tidak menjalankan AMDAL (Analisis Mengnenai
dampak lingkungan). Terdapat beberapa kriteria dalam analisis dampak lingkungan
(AMDAL) diantaranya dalam UU No. 32 Tahun 2009 :
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak tersebut berlangsung.
Dapat dilihat dari penjelasan AMDAL diatas, pihak rumah sakit mengabaikan
dampak-dampak yang terjadi dari pembakaran limbah rumah sakit sehingga
mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan oleh kegiatan pembakaran limbah yakni
masyarakat sekitar. Luas penyebaran dampak dari pembakaran juga tidak diperhitungkan
dengan baik dimana pihak rumah sakit meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat
dekat dengan pemukiman. Dari pihak rumah sakit juga tidak merespon pengaduan yang
dilakukan masyarakat terhadap pencemaran pembakaran limbah. Hal itu juga ditegaskan
salah seorang warga yang juga mantan pejabat dinas PU Bangli, bernama Sang Nyoman
Yasa yang mengatakan “ Pencemaran lingkungan yang terjadi sudah sangat parah, kami
telah menjadi korban. Sementara mereka tidak peduli dengan kami”. Hal tersebut
membuat pencemaran limbah medis yang terjadi di Bangli semakin berlarut-larut.
Pembahasan
Dugaan saya perusahaan diatas hanya ingin memperoleh hasil yang maksimal
dengan cara apapun walaupun cara yang dilakukannya salah. Perusahaan ini telah
melanggar hak asasi manusia, karena seharusnya manusia mempunyai derajatnya
yang sama. Cara mengatasi agar diskriminasi terhadap perempuan tidak terjadi lagi yaitu
setiap orang harus mempunyai rasa saling menghargai terhadap orang lain, harus adanya
perlindungan hak-hak bagi perempuan dalam pekerjaan, setiap perusahaan harus
menyadari tentang kesamaan derajat antara laki-laki dengan perempuan dalam sebuah
pekerjaan, dengan itu akan dapat mengurangi kasus seperti ini.
Dalam hal ini diskriminasi pekerjaan terhadap perempuan, telah melanggar norma
dan aturan etika bisnis, dimana sebuah perusahaan tidak dibolehkan mendiskriminasikan
para karyawannya. Dan karena diskriminasi telah menyalahi nilai-nilai moral karena
diskriminasi telah membeda-membedakan antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya. Dalam kasus diatas, berarti terjadi diskriminasi dalam bentuk sengaja karena
perusahaan atau pun yang menyeleksi karyawan tersebut telah menilai sendiri tanpa
melihat skill dan kemampuan yang dimiliki oleh orang tersebut dengan aturan yang telah
dibuat oleh perusahaan tersebut dan kebutuhannya juga. Kesimpulannya lebih baik tidak
melakukan diskriminasi dalam pekerjaan, dan sebaiknya mengikuti etika bisnis dalam
menjalankan suatu perusahaan agar mendapatkan hasil yang maksimal, dan belajar untuk
menghargai orang lain dalam sebuah pekerjaan.