Anda di halaman 1dari 9

1.

Kasus dan Pembahasan Etika Periklanan

“Iklan Obat Herbal Bintang Toedjoe Masuk Angin”

Besar dan kuatnya persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam
memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan
melanggar peraturan yang berlaku. Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang
tidak hanya pada produk dan kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga
etika bisnis tidak lagi diperhatikan dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli.

Salah satu kasus yang akan dibahas adalah tentang pelanggaran periklanan yang
dilakukan oleh iklan Bintang Toedjoe Masuk Angin. Sebelumnya, obat herbal masuk
angin sangat berguna bagi tubuh dikala tubuh manusia sedang masuk angin. Obat masuk
angin dapat bekerja secara alami didalam tubuh manusia yang dapat mencegah dan
mengobati masuk angin tanpa efek samping bagi tubuh. Saat ini obat herbal masuk angin
dikuasai oleh dua produk, yaitu Tolak Angin dan Bintang Toedjoe Masuk Angin. 

Tolak angin adalah produk dari PT. SIDOMUNCUL yang sejak lama telah
memasarkan obat-obatan herbal dan jamu. Sedangkan belum lama ini, sering terlihat
iklan dari salah satu anak perusahaan PT. KALBE FARMA, Tbk yaitu PT. BINTANG
TOEDJOE yang juga meluncurkan produk obat herbal masuk angin. Iklan produk
tersebut terlihat saling menjatuhkan dan membandingkan produknya satu sama lain. 

Terlihat jelas bahwa iklan Bintang Toedjoe masuk angin menyindir produk dari
Tolak Angin dengan slogannya “Orang Bejo Lebih Untung Dari Orang Pintar”,
sedangkan Tolak Angin sendiri memiliki slogan “Orang Pintar Minum Tolak Angin”
slogan ini lah yang disindir oleh produk Bintang Toedjoe, yang dimana pada
kenyataannya Tolak Angin yang lebih dahulu memasarkan produk obat herbal masuk
angin di Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Bahkan untuk iklan terbaru produk
Bintang Toedjoe yang bertujuan memperkenalkan kemasan terbarunya pun masih
menyinggung produk Tolak angin dengan sloga “Orang bejo berinovasi, lalu orang pintar
ngapain?”

Bintang Toedjoe Masuk Angin sebagai pendatang baru cukup berani


menggunakan slogan yang secara tidak langsung menyindir produk Tolak Angin sebagai
market leader, tetapi hal tersebut berhasil menarik perhatian konsumen sehingga
membuat produk tersebut terkenal.

Dalam iklan ini juga terdapat Cita Citata mengenakan pakaian yang cukup seksi
(tangtop ketat berwarna kuning dan kemeja berukuran pendek yang seluruh kancingnya
dibuka dan diikatkan hanya bagian bawahnya saja) sambil menyanyikan lagu Perawan
atau Janda yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan iklan, Cita Citata bergoyang
dengan gerakan yang “menggoda” sambil memegang busa pencuci mobil. Selain itu,
kamera juga fokus ke bagian atas tubuh Cita Citata dimana bagian dadanya tersorot
dengan jelas dengan pakaian seksinya itu.

Pembahasan
Jika dikaitkan dengan kode etik periklanan, iklan ini menyimpang dalam aspek
tatakrama dalam isi iklan, salah satunya Pornografi dan Pornoaksi. Seperti yang terdapat
dalam Tata Krama Isi Iklan yang berbunyi “Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme
atau seksualitas dengan cara apapun, dan untuk tujuan atau alasan apapun.” KPI
mengingatkan berdasarkan Pasal 43 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Pasal 58 Standar
Program Siaran KPI Tahun 2012 maka ketentuan siaran iklan harus tunduk pada Etika
Pariwara Indonesia (EPI). Iklan harus menghormati dan melestarikan nilai-nilai budaya
Indonesia. Budaya Indonesia yang menjujung norma kesopanan. Hal demikian dapat
memberikan pengaruh buruk terhadap khalayak terutama anak dan remaja.

Siapa yang dirugikan dalam kasus ini :

Dalam contoh kasus seperti ini tentu saja akan ada yang dirugikan, entah dari
produk yang direndahkan atau disindir seperti Bintang Toedjo maupun Tolak Angin.
Namun, bukan hanya jamu Tolak Angin yang dirugikan, Bintang Toedjo juga bisa
dirugikan karena dengan menyindir produk pesaingnya akan membuat produk mereka
terlihat buruk di mata konsumen.

Saran untuk kasus ini :

Seharusnya iklan ini tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing
sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyindir atau
membingungkan khalayak, karena dengan merendahkan dan saling menjatuhkan akan
membuat produk tersebut tidak percaya dan akan terlihat buruk dimata konsumen. Maka
dari itu bersainglah secara sehat dan kreatifitas, bukannya bersaing dengan cara
menyindir dan merendahkan produk pesaing yang dapat melanggar peraturan periklanan
dunia.

Kesimpulan :

Banyak diantara para konsumen yang belum menyadari akan pengaruh negatif
yang di tayangkan oleh para pengiklan lewat media yang sering mereka jumpai. Pengaruh
negatif bahkan pelanggaran dalam kode etik periklanan sangat banyak ditemukan dalam
tayangan iklan di berbagai media. Masih banyak iklan lain yang melanggar kode etik
periklanan yang salah satunya periklanan dalam kasus ini.
2. Kasus dan Penyelesaian Etika Lingkungan

“Pembakaran Limbah Medis RSUD Bangli”

Dunia medis biasanya identik dengan lingkungan yang bersih dan jauh dari
pencemaran  atau polusi. Tetapi bagaimana apabila pencemaran tersebut justru dilakukan
sendiri oleh pihak medis. Kasus inilah yang terjadi di daerah bangli, dimana pembakaran
limbah medis yang dilakukan oleh rumah sakit umum daerah bangli berdampak buruk
terhadap masyarakat sekitar. Kepulan asap hitam dan disusul dengan  debu yang
berjatuhan di areal pemukiman  membuat masyarakat terkadang mengunci putra-putri
mereka di kamar agar tidak menghirup asap atau pun debu yang berjatuhan akibat adanya
pembakaran limbah. (www.balipost.co.id, 04 juli 2012).

Mesin incinerator yang digunakan untuk melakukan pembakaran jaraknya juga


sangat dekat dengan pemukiman warga sekitar 3 meter dan bau yang ditimbulkan oleh
asap dan debu hasil pembakaran sangatlah menyengat sehingga warga tidak dapat
melakukan aktivitas di pekarangan/halaman rumah serta tidak jarang pula debu-debu hasil
pembakaran yang berupa gumpalan-gumpalan hitam mengotori lingkungan termasuk
jemuran warga.

(http://www.walhi.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=175%3Aindustrialisasi-
konservasi&catid=84%3Ainfo-woc-2009&Itemid=90&lang=in)

Pembahasan :

Dalam kasus pembakaran limbah, RSUD Bangli telah melakukan pelanggaran


etika terhadap lingkungan. Dimana mereka melakukan tindakan yang merugikan
lingkungan atau pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh kepulan asap
dari hasil pembakaran limbah atau sering disebut pencemaran udara. Padahal pihak rumah
sakit sendiri seharusnya mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah
medis. Limbah medis termasuk salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3).  Menurut UU No. 32 Tahun 2009 pada Bab I, Limbah Bahan berbahaya dan
beracun adalah zat, energy, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta  kelangsungan hidup  manusia dan makhluk lain. Dampak yang
ditimbulkan oleh polusi udara akibat limbah B3 dapat berakibat fatal bagi kesehatan
maupun tanaman. Pencemaran udara terhadap tingkat kesehatan dapat mengakibatkan
terganggunya saluran pernafasan ataupun iritasi terhadap bagian tubuh, hal tersebut yang
menjadi kekhawatiran atau teror bagi warga bangli apabila kegiatan tersebut terus
berlangsung tanpa adanya perbaikan dari pihak rumah sakit, karena sampai kasus ini
dilaporkan belum ada tanda-tanda atau itikad baik dari pihak rumah sakit untuk
menyelesaikan permasalahan ini.

Dalam hal ini pihak rumah sakit tidak menjalankan AMDAL (Analisis Mengnenai
dampak lingkungan). Terdapat beberapa kriteria dalam analisis dampak lingkungan
(AMDAL) diantaranya dalam UU No. 32 Tahun 2009  :

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak tersebut berlangsung.

Dapat dilihat dari penjelasan AMDAL diatas, pihak rumah sakit mengabaikan
dampak-dampak yang terjadi dari pembakaran limbah rumah sakit sehingga
mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan oleh kegiatan pembakaran limbah yakni
masyarakat sekitar. Luas penyebaran dampak dari pembakaran juga tidak diperhitungkan
dengan baik dimana pihak rumah sakit meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat
dekat dengan pemukiman. Dari pihak rumah sakit juga tidak merespon pengaduan yang
dilakukan masyarakat terhadap pencemaran pembakaran limbah. Hal itu juga ditegaskan
salah seorang warga yang juga mantan pejabat dinas PU Bangli, bernama Sang Nyoman
Yasa yang mengatakan “ Pencemaran lingkungan yang terjadi sudah sangat parah, kami
telah menjadi korban. Sementara mereka tidak peduli dengan kami”. Hal tersebut
membuat pencemaran limbah medis yang terjadi di Bangli semakin berlarut-larut.

Apabila dilihat dari pendekatan-pendekatan yang digunakan sebagai dasar


pemikiran untuk menjalankan tanggungjawab lingkungan hidup, pihak rumah sakit tidak
melaksanakan pemikiran-pemikiran tersebut, yang diantaranya:
 Teori hak atas lingkungan. Menurut Blackstone, setiap manusia berhak atas
lingkungan bekualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik
(sutrisna:2010). Akibat dari limbah medis tersebut warga sekitar rumah sakit
sudah kehilangan hak-nya atas lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi,
karena setiap kegiatan pembakaran limbah mereka harus waspada akan asap hitam
yang diakibtkan oleh pembakaran limbah. Hal ini tentu saja sangat membuat
warga sekitar merasa sangat tidak nyaman.
 Teori Deontology. Teori ini menilai tindakan baik atau buruknya berdasarkan
aturan-aturan, prosedur dan kewajiban (sutrisna:2010). Tentunya pihak rumah
sakit sudah melanggar teori ini, dimana pihak rumah sakit tidak menjalankan
kegiatannya sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak
lain
 Utilitarianisme. Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu
berusaha menghindari kerusakan lingkungan karena dia juga tidak ingin
merugikan kesejahteraan masyarakat (sutrisna:2010), tetapi justru pihak rumah
sakit memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat dengan asap hasil dari
pembakaran sampah medis tersebut.
 Keadilan. Lingkungan yang bersih dan nyaman merupakan kelangkaan oleh
karena itu, harus dibagi secara adil agar nantinya dapat dinikmati oleh generasi
mendatang.(sutrisna:2010)           

Pendekatan - pendekatan diatas dikutip dari :


Dewi Sutrisna.Etika Bisnis.2010.Udayana University Press.Denpasar

Peran pemerintah disini sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan


yang terjadi. Pemerintah tidak bisa hanya berdiam diri saja atau pun hanya mengandalkan
atas peraturan yang telah berlaku tetapi pemerintah juga harus turun secara langsung baik
sebagai pihak ketiga atau pihak yang memfasilitasi antara masyarakat sekitar dengan
pihak rumah sakit, karena peraturan atau UU yang di buat oleh pemerintah belum tentu
berjalan secara efisien susuai dengan isi peraturan atau Undang-undang secara tertulis,
dimana terkadang terdapat perbedaan antara keadaan di lapangan yang sesungguhnya
dengan keadaan dalam peraturan yang tertulis. Tidak hanya pemerintah yang berperan
dalam penyelesaian kasus ini, kesadaran dari pihak rumah sakit juga sangat diperlukan.
Sebaiknya pihak rumah sakit memindahkan letak mesin incinerator sehingga dapat
meminimalkan dampak yang terjadi akibat pencemaran dan pihak rumah sakit juga dapat
bekerja sama dengan badan lingkungan hidup dalam mengelola maupun mengawasi
sehingga mengurangi dampak terjadinya pencemaraan.

3. Kasus dan Pembahasan Etika Diskriminasi Pekerjaan

Dalam suatu pekerjaan banyak terjadi masalah atau kasus-kasus tentang


diskriminasi pekerjaan, salah satunya yang saya bahas tentang diskriminasi pekerjaan
terhadap perempuan, memang banyak terjadi diskriminasi terhadap perempuan di
Indonesia . Di berbagai bidang pekerjaan banyak terjadi diskriminasi pekerjaan terhadap
perempuan serperti diskriminasi ras, agama,suku gender dan lain-lain. Dibali juga banyak
terjadi diskriminasi contohnya disekitar lingkungan kita seperti perusahaan rokok
malboro, untuk mempromosikan produknya, biasanya dijalan-jalan atau di sebuah event
ini dibutuhkan spg (salles promotion girl), maka dalam pemilihan spg akan terjadi
diskriminasi karena  perusahaan akan mencari perempuan yang cantik dan berpenampilan
menarik , sedangkan perempuan yang kurang cantik tidak akan diterima
oleh perusahaan.Dan sebuah perusahaan juga dalam penerimaan upah pekerjaan biasanya
juga terjadi diskriminasi terhadap perempuan, dimana karyawan laki-laki biasanya
mendapatkan gaji lebih besar dbandingkan perempuan dan jabatan laki-laki dalam suatu
perusahaan biasanya lebih tinggi dari perempuan  karena laki-laki diberi peluang lebih
untuk berkembang naik jabatan, sedangkan perempuan susah untuk naik jabatan.

Pembahasan

Diskriminasi terhadap perempuan merupakan tindakan yang sebenarnya tidak


diperbolehkan dilakukan oleh perusahaan. Seharusnya perusahaan tidak membeda-
bedakan karyawannya dan juga pada saat proses penerimaan karyawan. Perusahaan
seharusnya memilih karyawan atau menerima karyawan yang mempunyai skill dan
kemampuan yang bagus.

Dalam melakukan pendiskriminasian  perusahaan biasanya memakai alasan yaitu


kebutuhan terhadap karyawan yang seperti itu yang dibutuhkan perusahaan itu sendiri .
Faktanya memang banyak kasus seperti ini terjadi salah satunya kasus seperti di atas ,
dalam perusahaan rokok malboro mungkin melihat orang hanya dari penampilnnya saja.
Mungkin saja dalam diskriminasi perusahaan ini telah mengabaikan orang yang
mempunyai talenta ada kemampuan memasarkan produk lebih bagus.Selain itu laki-laki
biasanya mendapatkan gaji lebih besar  dan lebih mudah dalam naik jabatan dibanding
perempuan.Beberapa perempuan di bali mengatakan, mereka sering mengalami tindakan
diskriminasi seperti ini, banyak perusahaan yang mementingkan kecantikan seseorang
dan lebih mementingkan laki-laki dari pada perempuan.

Dugaan saya perusahaan diatas hanya ingin memperoleh hasil yang maksimal
dengan cara apapun walaupun cara yang dilakukannya salah. Perusahaan ini telah
melanggar hak asasi manusia, karena seharusnya manusia  mempunyai derajatnya
yang sama. Cara mengatasi agar diskriminasi terhadap perempuan tidak terjadi lagi yaitu
setiap orang harus mempunyai rasa saling menghargai terhadap orang lain, harus adanya
perlindungan hak-hak bagi perempuan dalam pekerjaan, setiap perusahaan harus
menyadari tentang kesamaan derajat antara laki-laki dengan perempuan dalam sebuah
pekerjaan, dengan itu akan dapat mengurangi kasus seperti ini.

Dalam hal ini diskriminasi pekerjaan terhadap perempuan, telah melanggar norma
dan aturan etika bisnis, dimana sebuah perusahaan tidak dibolehkan mendiskriminasikan
para karyawannya. Dan karena diskriminasi telah menyalahi nilai-nilai moral karena
diskriminasi telah membeda-membedakan antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya. Dalam kasus diatas, berarti terjadi diskriminasi dalam bentuk sengaja karena
perusahaan atau pun yang menyeleksi karyawan tersebut telah menilai sendiri tanpa
melihat skill dan kemampuan yang dimiliki oleh orang tersebut dengan aturan yang telah
dibuat oleh perusahaan tersebut dan kebutuhannya juga. Kesimpulannya lebih baik tidak
melakukan diskriminasi dalam pekerjaan, dan sebaiknya mengikuti etika bisnis dalam
menjalankan suatu perusahaan agar mendapatkan hasil yang maksimal, dan belajar untuk
menghargai orang lain dalam sebuah pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai