Anda di halaman 1dari 26

1.

PENGERTIAN MODAL SAHAM


Perseroan terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi
hukum dipisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari pemiliknya maka
kewajiban pemilik terhadap perusahhannya terbatas sampai jumlah modal yang
disetornya. Selain itu, bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapatkan
modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor menjadi pemilik dari
perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak, maka
pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak-pihak lain yang diangkat
menjadi pemimpin PT tersebut. Dengan kata lain, yang menjalankan PT adalah
orang-orang yang diangkat oleh pemiliknya.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai
bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang
diserahkan kepada pihak-pihak yang menyetor modal. pemiliknya PT merupakan
kumpulan pihak-pihak yang ,mempunyai saham sehingga disebut pemegang
saham . saham yang dikeluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama pemiliknya,
disebut saham atas nama, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.
Saham yang merupakan bukti pemiliknya PT mempunyai beberapa hak
sebagai berikut:
1) Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan
perusahaan, yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.
2) Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen
yang dibagi oleh perusahaan
3) Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar
proporsi pemilikan saham masing-masing pemegang saham dapat tidak
berubah
4) Hak untuk menerima pembagaian aktiva perusahaan dalam hal
perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi

Apabila perusahaan itu mengeluarkan satu jenis saham maka seluruh


pemegang saham mempunyai hak yang sama, tetapi bila saham yang dikeluarkan
itu lebih dari satu jenis maka yang diberkian kepada masing-masing jenis berbeda,
tergantung pada kontrak pengeluaran saham yang disetujui.
Dalam akta pendirian perusahaan disebutkan jumlah lembar saham
yang akan dikeluarkan, jumlah yang sudah disetor dan nilai nominalnya. Nilai

1
nominal saham adalah nilai yang tercantum dalam tiap-tiap lembar saham, yaitu
nilai yang ditetapkan untuk masing-masing lembar.
Jenis – Jenis Saham
Apabila perusahaan mengeluarkan satu macam saham maka saham-saham
itu disebut saham biasa (common stock). Apabila saham yang dikeluarkan itu 2
macam, yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas
(preferred stock). Berikut ini duraikan mengenai masing-masing jenis saham
sebagai berikut :
1) Saham Biasa (common stock)
Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan
yang paling akhir dalam perusahaan dilikuidasi, sehingga risikonya adalah yang
paling besar. Karena risikonya besar, biasanya jika usaha perusahaan berjalan
dengan baik maka dividen saham biasa akan lebih besar dari pada saham prioritas.
Hak yang diberikan kepada pemegang saham biasa adalah seperti yang sudah
diuraikan dimuka. Dibandingkan dengan saham prioritas, saham biasa tidak
mempunyai preferensi, karena saham prioritas juga mempunyai hak yang sama
dengan saham biasa seperti yang telah disebutkan dimuka. Kadang-kadang hak
suara dalam rapat pemegang saham hanya diberikan pada saham biasa, tetapi
sering juga saham prioritas mempunyai hak suara. Jika saham perusahaan yang
dikeluarkan Cuma satu macam maka saham itu selalu saham biasa.
2) Sertifikat Saham
Sertifikat saham ini dikeluarkan oleh PT Danareksa, yaitu suatu PT yang
didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membeli saham perusahaan-
perusahaan yang “go public” melalui pasar modal dan menjualnya kembali kepada
masyarakat umum dalam bentuk sertifikat saham. Karena sahamnya dimiliki oleh
PT Danareksa, maka hak suara atas saham tersebut juga berada pada PT
Danareksa. Pemilik sertifikat saham tidak memiliki hak suara dalam PT.
3) Saham Prioritas
Saham prioritas merupakan saham yang mempunyai beberapa kelebihan,
biasanya kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian deviden atau pembagian
aktiva pada saat likuidasi. Kelebihan dalam hal pembagian deviden adalah bahwa
deviden yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham prioritas, kalau
ada kelebihan, baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Dividen saham
prioritas tidak terutang atas dasar waktu, tetapi baru terutang jika sudah
2
diumumkan oleh perusahaan. Dalam hal pimpinan perusahaan tidak
mengumumkan pembagian dividen dalam satu periode maka dividen tadi hilang.
Biasanya saham prioritas mempunyai nilai nominal dan dividennya dinyatakan
dalam persentase dari nilai nominal. Apabila saham prioritas itu tidak mempunyai
nilai nominal maka dividennya dinyatakan dalam bentuk rupiah dan bukan dalam
bentuk persentase. Suatu perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu macam
saham prioritas yang disebut saham prioritas kesatu, saham prioritas kedua dan
seterusnya, dimana saham prioritas kesatu mempunyai klaim yang pertama
terhadap laba dan saham prioritas kedua mempunyai klaim kedua dan seterusnya.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki saham prioritas yaitu :
a) Saham prioritas kumulatif dan tidak kumulatif
Saham prioritas kumulatif adalah saham prioritas yang dividennya setiap
tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham. Apabila dalam suatu tahun
dividen tidak dapat dibayarkan, maka pada tahun-tahun berikutnya dividen yang
belum dibayar tadi harus dilunasi dulu sehingga dapat mengadakan pembagian
dividen untuk saham biasa. Kumulatif ini tidak berlaku pada saat perusahaan
dilikuidasi jika tidak terdapat saldo laba tidak dibagi. Jika saham prioritas itu tidak
kumulatif, dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayar tidak perlu
dilunasi pada tahun-tahun berikutnya. Jadi jika akan membagi dividen untuk
saham biasa, kewajiban yang ada hanyalah membayar dividen saham priritas
untuk tahun tersebut.
b) Saham prioritas partisipasi dan tidak berpartisipasi
Saham prioritas mungkin berpartisipasi penuh atau sebagian. Yang
dimaksud dengan partisipasi penuh adalah jika saham prioritas berhak atas
deviden dengan jumlah yang sama besar dengan saham biasa sesudah saham biasa
mendapat dividen sebesar persentase dividen saham prioritas. Partisipasi sebagian
berarti saham prioritas akan mendapat dividen sampai jumlah tertentu yang
ditetapkan sesudah saham biasa mendapat dividen dengan tarif yang sama dengan
saham prioritas. Jumlah tertentu yang akan diterima oleh saham prioritas biasanya
dinyatakan dalam persentase.
Misalnya PT Risa fadila mempunyai saham yang beredar sebagai berikut :
saham prioritas, nominal Rp. 1.000.000,00, 10% berpartisipasi penuh, saham
biasa, nominal Rp. 2.000.000,00. Pada akhir tahun 2005, dibagi dividen sebesar

3
Rp.540.000,00. Dividen ini dibagikan kepada saham prioritas dan biasa dengan
perhitungan sebagai berikut :
Prioritas Biasa

Untuk saham prioritas =

10% x Rp. 1.000.000,00 Rp. 100.000,00

Untuk saham biasa

10% x Rp. 2.000.000,00 = Rp. 200.000,00

Untuk saham prioritas dan biasa =

Rp. 240.000,00 = 8% 80.000,00 160.000,00

Rp. 3.000.000,00 Rp. 180.000,00 Rp. 360.000,00

Dengan cara perhitungan diatas, masing-masing saham memperoleh


dividen dengan tarif yang sama besar (18%) yaitu :

Saham prioritas = Rp. 180.000,00 x 100% = 18%

Rp. 1.000.000,00

Saham biasa = Rp. 360.000,00 x 100% = 18%

Rp. 1.000.000,00

Perhitungan diatas dapat juga dilakuakn sekaligus, yaitu sebgai berikut :

Persentase dividen untuk kedua jenis saham= Rp. 540.000,00 x 100% = 18%

Rp. 3.000.000,00

Pembagian dividen untuk :

Saham prioritas = 18% x Rp. 1000000,00 = Rp. 180000,00

Saham biasa = 18% x Rp. 2000000,00 = Rp. 360.000,00

Jumlah dividen = Rp. 540.000,00

4
Apabila saham prioritas tidak berpartisipasi penuh, tetapi hanya sampai
15%, maka perhitungannya sebagai berikut :
Prioritas Biasa

Untuk saham prioritas

10% x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 100.000,00

Untuk saham biasa

10% x Rp. 2000000,00 = Rp. 200.000,00

Untuk saham prioritas

5% x Rp. 1000000,00 = Rp. 50.000,00

Untuk biasa Rp. 160.000,00

Rp. 150.000,00 Rp. 390.000,00

Persentase penerimaan dividen sebgai berikut :

Saham prioritas = Rp.150.000,00 x 100% = 15%

Rp. 1.000.000,00

Saham biasa = Rp. 390.000,00 x 100% = 19,5%

Rp. 2.000.000,00

Apabila saham prioritas itu tidak berpartisipasi maka dividen yang


diterima setiap tahunnya terbatas sebesar tarif dividennya. Dalam contoh diatas
dividen saham prioritas setiap tahunnya sebesar 10%.

c) Saham prioritas atas Aktiva dan dividen pada saat likuidasi


Saham dengan preferensi seperti ini pada saat likuidasi akan tetap menerima
dividen yang belum dibayar, walaupun saldo laba tidak dibagi tidak mencukupi.
Sesudah pelunasan dividennya, saham prioritas ini dilunasi. Jika saldo laba tidak
dibagi tidak mencukupi maka pelunasan dividen dan nominal saham prioritas
dilakukan dari modal yang disetor dari saham biasa. Saham biasa yang
pelunasannya jatuh pada urutan terakhir akan menerima jumlah pengembalian

5
sebesar sisa modal disetor yang masih ada. Dapat terjadi sisanya nol sehingga
saham biasa tidak memperoleh pengembalian.
d) Saham prioritas yang dapat ditukar dengan saham biasa
Kadang-kadang saham prioritas mempunyai preferensi dapat ditukar dengan
saham biasa. Pemegang, saham prioritas jenis ini akan menukarkan sahamnya
dengan saham biasa dalam keadaan dividen yang dibagi untuk saham biasa tiap
tahunnya lebih besar daripada dividen untuk saham prioritas. Apabila keadaan
seperti yang disebutkan diatas diperkirakan akan berlangsung terus maka lebih
menguntungkan memiliki saham biasa daripada saham prioritas karena saham
biasa mempunyai kalim yang tidak terbatas atas laba.

4) Pencatatan modal saham


Untuk dapat melakukan pencatatan modal saham dengan baik, perlu
diketahui istilah-istilah berikut ini :
 Modal saham statuter atau modal saham yang diotoritasi, yaitu jumlah
saham yangdapat dikeluarkan sesuai dengan akta pendirian
perusahaan.
 Modal saham beredar, yaitu jumlah saham yang sudah dijual beredar
 Modal saham belum beredar,yaitu jumlah saham yang sudah diotoritasi
tetapi belum dijual
 Treasury stock, yaitumodal saham yang sudah dijual dan sekarang di
beli kembali oleh perusahaan
 Modal saham dipesan, yaitu jumlah saham yang disishkan karena
sudah dipesan untuk dibeli. Modal saham yang dipesan ini baru
dikeluarkan bila harga jualnya sudah dilunasi

PSAK no 21 peragraf 15 menyatakan bahwa modal saham yang dijual dicatat


dalam rekening modal saham sebesar nilai nominalnya yaitu nilai yang tercantum
dalam lembaran saham. Jika harga jualnya tidak sama dengan nilai nominal,
selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau disagio saham. Rekening agio
saham menunjukan selisih di atas nilai nominal dan rekening disagio saham
menunjukan selisih di bawah nominal.

5) Penjualan secara tunai

6
Saham yang dijual secara tunai akan dicatat dengan mendebit akun
(rekening) kas dan mengkredit rekening (akun) modal saham. Selisih harga jual
saham dengan nilai nominalnya akan dicatat dengan mengkredit rekening agio
saham atau mendebet rekening, disagio saham. jurnal untuk mencatat penjualan
saham perdana adalah :
Kas Rp.xxx
Disagio saham xxx
Modal saham Rp. Xxx

Atau
Kas Rp. Xxx
Modal saham Rp. xxx
Agi saham xxx

2. AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN SAHAM


Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan modal saham akan dibahas dalam
topik berikut:
 Akuntansi untuk saham dengan nilai pari
 Akuntansi untuk saham tanpa nilai pari
 Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabungkan dengan sekuritas
lainnya (penjualan lump sum)
 Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi nonkas
 Akuntansi untuk biaya penerbitan saham

1. Saham dengan Nilai Pari


Ada beberapa alternatif dalam penerbitan saham dengan nilai pari antara lain
yaitu :
Saham diterbitkan sama dengan nilai pari
Saham diterbitkan diatas nilai pari
Saham diterbitkan dibawah nilai pari

Misalkan PT. JLIANI menjual 1000 lembar saham biasa yang memiliki
nilai pari Rp.1.000,- per lembar, dengan harga sama dengan nilai parinya. Jurnal
yang harus dibuat adalah sebagai berikut :
Kas ……………………………………..Rp. 1.000.000,-
Saham Biasa ……………………………Rp. 1.000.000,-

7
Asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 2.500,-
per lembar. Jurnal yang harus dibuat adalah :
Kas (1000 x Rp. 2.500) …………….. … Rp. 2.500.000,-
Saham Biasa (1000 x Rp. 1.000,-) …………. Rp. 1.000.000,-
Tambahan Modal Disetor …..….................... 1.500.000,-

Dan asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp.
950,- per lembar,* maka jurnal penerbitan saham adalah sebagai berikut :
Kas (Rp. 950 x 1000) …………………… Rp. 950.000,-
Tambahan Modal Disetor (50 x 1000) …… Rp. 50.000,-
Saham Biasa (Rp. 1.000 x 1000) ………….. Rp. 1.000.000,-
Catatan : * perusahaan jarang sekali, atau tidak pernah menerbitkan saham
dengan nilai di bawah harga pari. Jika menerbitkan saham di bawah harga pari,
perusahaan mencatat disagio itu sebagai debit pada Tambahan Modal Disetor.

2. Saham Tanpa Nilai Pari


Jika saham tanpa nilai pari diterbitkan, maka berapa pun harga jualnya,
jurnalnya akan terlihat sebagai berikut :
Kas …..……………………………………… Rp. xxx,-
Saham Biasa – Tanpa Nilai Pari ………………………… Rp. xxx,-

Ada kalanya saham tanpa nilai pari memiliki nilai yang ditetapkan (stated
value) maksudnya saham tersebut tidak boleh dijual dibawah nilai yang
ditetapkan. Dengan kata lain harga jual minimum saham tersebut harus sama
dengan nilai yang ditetapkan. Untuk penerbitan saham dengan nilai yang
ditetapkan ada dua alternatif yaitu :
 Jika saham dijual dengan harga diatas state value.
 Jika saham dijual dengan harga sama dengan stated value.
Misalkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai yang ditetapkan Rp.
1.500,- per lembar diterbitkan dengan harga Rp. 2.000,- maka jurnal
penerbitannya adalah sebagai berikut :
Kas (2000 x 1000) ………………… Rp. 2.000.000,-
Saham Biasa (1500 x 1000) …………................... Rp. 1.500.000,-
Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan (500 x 1000).. Rp. 500.000,-
8
Asumsikan dalam soal diatas saham dengan nilai ditetapkan dijual /
diterbitkan dengan harga Rp. 1.500,- per lembar, maka jurnalnya adalah sebagai
berikut :
Kas (1500 x 1000) . …….…………… Rp. 1.500.000,-
Saham Biasa (1500 x 1000) …………………. Rp. 1.500.000,-

3. Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Lumpsum Sales)


Yang menjadi masalah pada Lumpsum Sales adalah dalam hal menentukan
harga jual masing-masing jenis surat berharga. Untuk itu ada dua metode yang
dapat digunakan yaitu metode proportional dan metode incremental.
Metode Proporsional. Jika nilai pasar atau dasar lainnya yang baik untuk
menentukan nilai relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum
yang diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar
proporsional. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan menerbitkan
1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 yang memiliki harga pasar
$20 per saham, dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari $10 yang
memiliki harga pasar $12 per saham diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar
$30.000.

Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x $20) = $20.000


Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x $12) = $12.000
Nilai pasar wajar agregat $ 32.000

Dialokasikan ke saham biasa : $20.000 x $30.000 = $18.750


$32.000
Dialokasikan ke saham preferen : $12.000 x $30.000 = $11.250
$32.000
Saham Biasa Saham Preferen
Nilai jual $ 18.750 $11.250
Nilai nominal $ 10.000 $10.000
Tambahan Modal Disetor $ 8.750 $ 1.250

Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :


9
Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $ 8.750
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000
Agio Saham Preferen…………………………….. $ 1.250

Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas


tidak dapat ditentukan, maka metode incremental dapat dipergunakan. Nilai pasar
sekuritas itu digunakan sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah
diketahui dan sisa dari nilai lump sum dialokasi ke kelompok di mana nilai pasar
tidak diketahui. Sebagai contoh, jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai
ditetapkan $10 memiliki nilai pasar $20 dan 1.000 lembar saham preferen dengan
nilai pari $10 yang tidak memiliki nilai pasar ditetapkan dan diterbitkan dengan
nilai lump sum sebesar $30.000, maka alokasi adalah sebagai berikut :
Penerimaan lump sum $30.000
Dialokasi ke saham biasa (1.000 x $20) 20.000
Saldo yang dialokasikan ke saham preferen $10.000

Saham Biasa Saham Preferen


Nilai jual $ 20.000 $10.000
Nilai nominal $ 10.000 $10.000
Tambahan Modal Disetor $ 10.000 $ 0

Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :


Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $10.000
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000

4. Saham Diterbitkan Untuk Aktiva Selain Kas


Adakalanya suatu perusahaan menerbitkan sahamnya untuk aktiva selain
kas, hal ini biasa terjadi pada perusahaan yang baru dalam rangka membuat cash-
flow yang baik, untuk membayar biaya promosi dan untuk membayar land,
10
equipment dan non-cash-assets lainnya. Walaupun tidak ada penerimaan kas
namun transaksi tersebut harus dicatat sebesar nilai pasar wajarnya.
Sebagai contoh, serangkaian transaksi menggambarkan prosedur
pencatatan penerbitan 10.000 lembar saham biasa dengan nilai pari $10 yang
ditukar dengan paten pada PT.XYZ, dalam berbagai keadaan.
1. Nilai pasar wajar paten belum dapat ditentukan PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar
saham diketahui sebesar $140.000
Paten $140.000
Saham Biasa $100.000
Agio Saham Biasa 40.000

2. Nilai pasar wajar saham belum dapat ditentukan oleh PT.XYZ, tetapi nilai
pasar wajar paten ditetapkan sebesar $150.000
Paten $150.000
Saham Biasa $100.000
Agio Saham Biasa 50.000
3. Nilai pasar wajar saham maupun nilai wajar paten belum diketahui oleh
PT.XYZ. Konsultan independen menetapkan nilai paten sebesar $125.000
berdasarkan pada aliran kas diskonto yang diharapkan.
Paten $125.000
Saham Biasa (10.000 lembar x $10) $100.000
Agio Saham Biasa $25.000

3. SAHAM PREFEREN

Saham preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang
ditetapkan sebagai preferen (istimewa) karena saham ini memiliki beberapa
preferen atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik
berikut adalah yang paling sering berkaitan dengan penerbitan saham preferen:

1. Preferern atas dividen


2. Preferen atas aktiva pada saat likuidasi
3. Dapat dikonversi menjadi saham biasa.
4. Dapat ditebus pada opsi perseroan.
11
5. Tidak mempunyai hak suara.

Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa


mungkin terletak dari pada sifatnya yang lebih tertutup dan negatif di samping
preferensinya; misalnya, saham preferen tidak memiliki hak suara, tidak
kumulatif, dan nonpartisipasi.

Saham preferen biasanya diterbitkan dengan suatu nilai pari, dan


preferensi dividen dinyatakan sebagai suatu persentase dari nilai pari. Jadi
pemegang saham preferen 8%, dengan nilai pari Rp900.000 memberikan hak
dividen tahunan Rp72.000 per saham. Saham ini biasanya disebut saham preferen
8%. Dalam kasus saham preferen tanpa nilai pari, preferen dividen dinyatakan
sebagai jumlah rupiah spesifik (specific rupiah amount) per saham, misalnya
Rp63.000 per saham. Saham ini umumnya disebut saham preferen Rp63.000.
preferen untuk dividen tidak memastikan bahwa dividen akan membayar; hal itu
hanya merupakan jaminan bahwa tingkat dividen yang ditetapkan atau jumlah
yang dapat ditetapkan pada saham preferen harus dibayar sebelum ada dividen
yang dibayar untuk saham biasa.

Karakteristik Saham Preferen


Sebuah perseroan dapat menyertakan preferensi atau batasan pada setiap
kombinasi yang diinginkan untuk penerbitan saham preferen sepanjang tidak
bertentangan secara spesifik dengan hukum negara, dan perseroan itu dapat
menerbitkan lebih dari satu kelompok saham preferen. Karakteristik paling umum
yang melekat pada saham preferen akan dibahas berikut ini.

1. Saham Preferen Kumulatif. Dividen yang tidak dibayar dalam suatu tahun
harus dibayar dalam tahun berikutnya sebelum laba dapat dibagikan kepada
pemegang saham biasa. Jika direktur tidak mengumumkan dividen pada tanggal
pembagian dividen yang biasa, maka dividen itu disebut sebagai passed (terlewat).
Setiap dividen yang terlewat atas saham preferen kumulatif merupakan dividen
tertunggak (dividen in arrears). Karena tidak ada kewajiban yang terjadi sampai
dewan direksi mengumumkan dividen, maka dividen tertunggak tidak dicatat
sebagai kewajiban tetapi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
(Menurut common law, jika akta perusahaan tidak menyebutkan karakteristik

12
kumulatif, maka saham preferen dipertimbangkan sebagai kumulatif). Saham
preferen nonkumulatif jarang diterbitkan karena dividen yang terlewat akan hilang
selamanya bagi pemegang saham preferen dan penerbitan saham ini tidak dapat
dipasarkan.

2. Saham Preferen Partisipasi. Pemegang saham preferen partisipasi membagi


rata dengan pemegang saham biasa setiap pembagian laba di luar tingkat yang
ditentukan. Jadi, saham preferen 5%, jika berpartisipasi penuh, akan menerima
tidak hanya pengembalian 5%, tetapi juga dividen pada tingkat yang sama seperti
yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa jika jumlah yang melebihi 5%
dari nilai pari atau nilai ditetapkan dibayarkan kepada pemegang saham biasa.
Selain itu, saham preferen partisipasi juga tidak selalu berpartisipasi penuh
sebagaimana telah diuraikan, tetapi berpartisipasi sebagian (parsial). Sebagai
contoh, ketentuan dapat diberlakukan bahwa saham preferen 5% akan
berpartisipasi sampai maksimum total tingkat 10%, setelah itu saham berhenti
berpartisipasi dalam pembagian laba tambahan; atau saham preferen 5% hanya
dapat berpartisipasi pada pembagian laba tambahan yang melebihi tingkat dividen
9% atas saham biasa. Meskipun saham preferen partisipasi tidak digunakan secara
ekstensif (tidak seperti ketentuan kumulatif), namun contoh perusahaan yang telah
menggunakan saham preferen partisipasi adalah LTV Corporation, Southern
California Edison, dan Allied Products Corporation.

3. Saham Preferen Konvertibel. Pemegang saham dapat, menurut opsinya,


menukar saham preferen menjadi saham biasa pada rasio yang telah ditentukan
sebelumnya. Pemegang saham preferen konvertibel tidak hanya menikmati klaim
preferen atas dividen tetapi juga memiliki opsi konversi ke pemegang saham biasa
dengan partisipasi tak terbatas atas laba.

4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik. Perusahaan penerbit saham dapat


menarik atau menebus, pada opsinya, saham preferen yang beredar pada tanggal
tertentu di masa depan dan pada harga yang ditentukan. Banyak penerbit saham
preferen bersifat dapat ditarik. Harga penarikan atau penebusan biasanya
ditetapkan sedikit di atas harga penerbitan awal dan biasanya ditentukan pada
satuan yang berkaitan dengan nilai pari. Karakteristik dapat ditarik
memungkinkan perusahaan menggunakan modal yang diperoleh melalui
13
penerbitan saham semacam itu, sampai kebutuhan telah terpenuhi atau saham
tidak menguntungkan lagi. Keberadaan harga penarikan ini cenderung
menetapkan plafon nilai pasar saham preferen kecuali jika hal itu bersifat
konvertibel untuk saham biasa. Jika saham preferen ditarik untuk ditebus, maka
setiap dividen yang tertunggak harus dibayar.

5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus. Saham preferen yang dapat ditebus
(redeemable preffered stock) mempunyai periode penebusan wajib atau karakter
penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham. Baru-baru
ini di FASB melaporkan sebuah standar yang mempengaruhi perlakuan akuntansi
untuk instrumen hibrida tertentu dan mengharuskan sekuritas yang bersifat seperti
hutang, seperti saham preferen yang dapat ditebus agar dikelompokkan sebagai
kewajiban dan diukur dan diperlakukan seperti kewajiban.

Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen


Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi
saham biasa. Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham
preferen dan tambahan modal disetor. Misalkan Bishop Co. menerbitkan 10.000
saham preferen dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12 per saham. Bishop
mencetak penerbitan ini sebagai berikut.
Kas 120.000
Saham preferen 100.000
Modal disetor sebagai kelebihan dari nilai pari 20.000
Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban pada
tanggal penerbitan), perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai
bagian dari ekuitas pemegang saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham
preferen konvertibel, tidak ada justifikasi teoritis untuk mengakui keuntungan atau
kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian ketika berurusan
dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik perusahaan.
Namun, perusahaan memakai metode nilai buku (book value method); mendebit
saham Preferen dan Tambahan Modal Disetor yang terkait; menkredit Saham
Biasa dan Tambahan Modal Disetor (jika terdapat kelebihan).

4. SAHAM TREASURI
Treasury stock adalah saham perusahaan yang di beli kembali dari
peredaran untuk sementara waktu. Perbedaan saham yang belum beredar dengan

14
treasury stock adalah bahwa saham yang belum beredar itu merupakan modal
saham yang belum dijual (diedarka) sedangkan treasury stock merupakan saham
yang beredar yang dibeli kembali.
Pembelian kembali saham beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena :
a) Untuk menaikkan harga pasar saham
b) Akan dijual kembali pada karyawan perusahaan
c) Akan dibagikan sebagai dividen
d) Untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain, dll
Treasury stock yang dijual kembali akan dikelompokkan kembali dalam modal
saham yang beredar. Kadang-kadang treasury stock diperoleh dari hadiah
(sumbangan) atau dari pelunasan utang.
1. Pencatatan Transaksi Treasury Stock
Ada beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pendekatan
transaksi treasury stock , yaitu :
a. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran
sebagian saham yang beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai
metode nilai nominal.
b. Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen
modal yang belum ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya
disebut sebagai metode harga perolehan.

Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran


sebagian saham yang beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode
nilai nominal.
Dengan pandangan ini dianggap bahwa pembelian treasury stock
merupakan pelunasan kembali saham dari pemegang-pemegang saham tertentu
sehingga pemegang saham itu tidak lagi menjadi emegang saham perusahaan.
Apabila treasury stock itu dijual kembali maka penjualannya dianggap mencari
pemegang saham baru.
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dapat dicatat dengan cara :
1. Mendebit rekening modal saham.
2. Mendebit rekening treasury stock san saldonya dilaporkan
mengurangi modal saham beredar dalam neraca.
Debit dalam rekening modal saham / treasury stock dilakukan dengan
jumlah sebesar nominal saham-saham yang dibeli. Selisih harga beli dengan
nominal dicatat dalam rekening agio, disagio atau laba tidak dibagi tergantung
dari harga jualnya dulu dan harga beliya sekarang. Berikut contoh transaksi dan
jurnal mencatat perubahan treasury stock :

15
Transaksi Jurnal

Pada tahun 2005, penjualan 1.000 Kas Rp.1.200.000,00


Modal saham Rp.1.000.000,00
lembar saham, nominal @Rp.
Agio saham Rp.200.000,00
1.000,00 dengan harga Rp.
1.200,00 per lembar.

Laba tahun 2005 sebesar Rp. Laba rugi Rp.150.000,00


Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
150.000,00

Pada tahun 2006, pembelian Modal saham Rp.100.000,00


Agio saham Rp.20.000,00
kembali 100 lembar saham
Laba tidak dibagi Rp.10.000,00
dengan harga @1.300,00 Kas Rp.130.000,00

Pada tahun 2006, penjualan Kas Rp.150.000,00


Modal saham Rp.100.000,00
kembali 100 lembar yang dibeli
Agio saham Rp.50.000,00
dengan harga jual @Rp.1.500,00

Sesudah penjualan treasury stock Modal


Modal saham Rp.1.000.000,00
modal saham, dalam neraca
Agio saham Rp.230.000,00
nampak sebagai berikut : Laba tidak dibagi Rp.140.000,00
Rp.1.370.000,00

Keterangan :
Pada tahun 2006, saham yang beredar dibeli dengan harga Rp.1.300,00. Jika
dibandingkan dengan harga jualnya pada tahun 2005 (Rp.1.200,00) maka
terdapat selisih sebesar Rp.100,00 per lembar. Selisih ini (Rp.100,00 x 100
lembar) dianggap sebagai pembagian dividend an dibebankan pada rekening
laba tidak dibagi. Rekening modal saham didebit sebesar Rp.1000,00
16
(nominal) x 100 lembar dan rekening agio saham dibatalkan sengan jumlah
yang sebanding dengan agio tyang diperoleh pada saat saham tersebut dijual
tahun 2005 yaitu sebesar Rp.200,00 per lembar. Penjualan kembali treasury
stock pada tahun 2006 dengan harga Rp.1.500,00 per lembar dicatat dengan
cara biasa.

Transaksi Jurnal

Pada tahun 2005, penjualan 1.000 lembar Kas Rp.1.200.000,00


Modal saham Rp.1.000.000,00
saham, nominal @Rp. 1.000,00 dengan
Agio saham Rp.200.000,00
harga Rp. 1.200,00 per lembar.

Laba tahun 2005 sebesar Rp. 150.000,00 Laba rugi Rp.150.000,00


Laba tidak dibagi Rp.150.000,00

Pada tahun 2006, pembelian kembali 100 Treasury Stock Rp.100.000,00


Agio saham Rp.20.000,00
lembar saham dengan harga @1.300,00
Laba tidak dibagi Rp.10.000,00
Kas Rp.130.000,00

Pada tahun 2006, penjualan kembali 100 Kas Rp.150.000,00


Treasury Stock Rp.100.000,00
lembar yang dibeli dengan harga jual
Agio saham Rp.50.000,00
@Rp.1.500,00

Sesudah penjualan treasury stock modal Modal


Modal saham Rp.1.000.000,00
saham, dalam neraca nampak sebagai
Agio saham Rp.230.000,00
berikut : Laba tidak dibagi Rp.140.000,00
Rp.1.370.000,00

(b). Rekening treasury stock didebit dan saldonya dikurangkan pada modal saham
Keterangan :
Metode b sama dengan metode a hanya saja rekening yang dipakai mencatat
pembelian saham sendiri yang berebda. Dalam metode a, saham sendiri yang
dibeli didebitkan ke rekening modal saham, sedangkan metode b yang
didebitkan adalah rekening treasury stock. Begitu pula pada saat penjualan
treasury stock, dalam metode a yang dikreditkan adalah modal saham
sedangkan pada metode b yang dikreditkan adalah rekening treasury stock.

17
Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen
modal yang belum ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya
disebut sebagai metode harga perolehan.
Saldo rekening treasury stock ini dikurangkan pada modal perusahaan (yaitu
mengurangi jumlah modal). Metode yang berdasarkan pada anggapan ini
dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan hal-hal sebagai beikut :
Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif,
dan tidak usah diidentifikasi dengan elemen-elemen modal yang ada
seperti modal saham atau laba tidak dibagi. Apabila treasury stock tadi
dihentikan peredarannya dalam arti tidak dijual lagi maka saldo rekening
ini akan dialokasikan ke elemen-elemen modal. Apabila treasury stock ini
dijual lagi, maka penjualan ini dianggap sebagai penyelesaian akhir dari
saham-saham tersebut. Jadi sesudah diputuskan itu dijual kembali, barulah
dapat diketahui akibat dari transaksi treasury stock ini terhadap elemen-
elemen modal yang ada.
Untuk menjelaskan penggunaan metode ini, dibawah ini diberikan contoh transaksi
treasury stock.

Transaksi Jurnal

Pada tahun 2005, penjualan 1.000 Kas Rp.1.200.000,00


Modal saham Rp.1.000.000,00
lembar saham nominal @Rp.1.000,00
Agio saham Rp.200.000,00
dengan harga Rp.1.200,00 per lembar

Laba ditahan tahun 2005 sebesar Laba rugi Rp.150.000,00


Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
Rp.150.000,00

Pada tahun 2006, pembelian kembali Treasury stock Rp.130.000,00


Kas Rp.130.000,00
100 lembar saham dengan harga
Rp.1.300,00

Pada tahun 2006, penjualan kembali Kas Rp.150.000,00


Treasury stock Rp.130.000,00
100 lembar saham yang dibeli dengan
Agio saham Rp.20.000,00
harga jual @Rp.1.500,00

18
Sesudah penjualan treasury stock modal Modal
Modal saham Rp.1.000.000,00
saham dalam neraca Nampak sebagai
Agio saham Rp.220.000,00
berikut : Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
Rp.1.370.000,00

Keterangan :
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury
stock sebesar harga beli/harga perolehannya. Jika sebelumnya ada penjualan
treasury stock dibuat dalam neraca, maka treasury stock ini akan mengurangi
jumlah.

Modal saham Rp.1.000.000,00

Agio saham Rp.200.000,00

Laba tidak dibagi Rp.150.000,00

Rp.1.350.000,00

Treasury stock Rp.130.000,00

Rp.1.220.000,00

Jika treasury stock dijual, ada 2 kemungkinan :


a. Harga treasury stock lebih tinggi dari harga perolehannya. Selisihnya
dicatat dalam rekening agio saham atau rekening tersendiri yang akan
dilaporkan menambah modal yang disetor.
b. Harga jual treasury stock lebih rendah daripada harga perolehannya.
Selisihnya didebitkan ke rekening laba tidak dibagi.

2. Pembatalan Laba Tidak Dibagi Untuk Pemilikan Treasury Stock


Agar modal yang disetor itu tidak menjadi lebih kecil,maka pembelian
treasury stock harus dipertimbangkan saldo yang ada dalam rekening laba tidak
dibagi. Untuk menjaga supaya laba tidak dibagi tidak diminta oleh pemegang saham
(sebagai dividen), maka jika perusahaan membeli sahamnya sebagai treasury stock,

19
laba tidak dibagi akan dibatasi sebesar treasury stock yang dibeli. Pembatasan laba
tidak dibagi ini adalah untuk menjaga agar modal yang disetor tidak berkurang,
karena modal yang disetor itu merupakan jaminan bagi kreditur. Ada beberapa
prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan pembatasan laba tidak dibagi dalam
neraca, seperti contoh berikut ini :
Rekening-rekening modal PT. Bangun sebagi berikut :

Modal saham biasa (1.000 lembar, nominal Rp.1.000,00) Rp.1.000.000,00


Agio saham Rp.150.000,00
Laba tidak dibagi Rp. 250.000,00
PT. Bangun membeli 100 lembar sahamnya dengan harga @Rp.1.200,00 per
lembar. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembatasan laba tidak
dibagisebagai berikut :

Laba tidak dibagi Rp.120.000,00


Laba tidak dibagi untuk pembelian treasury stock Rp.120.000,00

Prosedur-prosedur yang dapat digunakan untuk melaporkan


pembatasan laba tidak dibagi dalam neraca sebagai berikut (digunaka metode
harga perolehan unutk mencatat treasury stock)
a. Pembatasan laba tidak dibagi ditunjukkan terpisah dari laba tidak dibagi
yang masih bebas.
Modal
Modal saham biasa (1.000 lembar @Rp.1.000,00
100 lembar dibeli sebagai treasury stock Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.150.000,00
Laba tidak dibagi
Dibatasi-Pembelian treasury stock Rp.120.000,00
Bebas Rp.130.000,00 Rp.250.000,00
Rp.1.400.000,00
(-) Harga perolehan treasury stock Rp.120.000,00
Rp.1.280.000,00

b. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan keterangan


Dalam cara ini, tidak ada jurnal yang dibuat untuk membatasi laba tidak
dibagi seperti diatas.

Modal
Modal saham biasa (1.000 lembar @Rp.1.000,00
100 lembar dibeli sebagai treasury stock) Rp.1.000.000,00

20
Agio saham Rp.150.000,00
Laba tidak dibagi (Rp.120.000,00 dibatasi
Untuk pembelian treasury stock) Rp.250.000,00
Rp.1.400.000,00
(-) Harga perolehan treasury stock Rp.120.000,00
Rp.1.280.000,00

c. Pembatasan laba tidak dibagi dijelaskan dengan footnote (catatan kaki)


Dalam cara ini tidak ada jurnal yang dibuat untuk membatasi laba tidak
dibagi.

Modal
Modal saham biasa (1.000 lembar @Rp.1.000,00
100 lembar dibeli sebagai treasury stock) Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.150.000,00
Laba tidak dibagi *) Rp.250.000,00
Rp.1.400.000,00
(-) Harga perolehan treasury stock Rp.120.000,00
Rp.1.280.000,00
*) Laba tidak dibagi dibatasi penggunannya untuk pembelian treasury
stock sebesar Rp.120.000,00. Yang tersedia untuk pembagian dividen
sebesar Rp.130.000,00

3. Treasury Stock Diterima Sebagai Sumbangan


Pemegang saham bisa menyumbangkan kembali saham kepada perusahaan.
Sumbangan ini bisa :
a. Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan yaitu dengan cara
menjual kembali saham yang disumbangkan tersebut.
b. Sebagai hadiah kepada perusahaan
c. Menunjukkan pengembalian saham karena adanya penilaianyang
terlalu tinggi terhadap aktiva yang diserahkan untuk
menukarsaham tersebut.

Saham yang diterima sebagai sumbangan ini dikelompokkan sebgai


treasury stock. Ada3 metode yang dapat digunakan untuk mencatat
penerimaan sumbangan saham ini yaitu
1. Saham yang diterima dicatat dengan catatan memo (jika tidak ada
biaya yang terjadi katika menerima sumbangan ini). Catatn memo
inimenunjukkan macam saham, jumlah lembar, dan penyumbangnya.
Pada saat treasury stovk ini dijual, penerimaan uangnya dicatat dengan
jurnal :
Kas Rp. xx
Modal-sumbangan Rp. xx

21
2. Treasury stock didebit dengan harga pasar saham pada saat penerimaan
dan dikreditkan ke rekening modal-sumbangan. Apabila treasury stock
dijual, rekening treasury stock dikredit. Jika harga jualnya berbeda
dengan harga pasar saham,maka saham tersebut diterima maka
selisihnya dibebankan atau dikreditkan ke rekening modal-sumbangan.
Contoh :
Tanggal 1 Juli 2006 diterima 100 lembar saham sendiri, harga pasar
pada tanggal tersebut Rp.1.100,00 per lembar. Pada tanggal 15 Agustus
2006, saham tersebut dijual @Rp1.050,00. Jurnal yang dibuat:
1 Juli 2006
Treasury stock Rp.110.000,00
Modal-sumbangan Rp.110.000,00

15 Agustus 2006
Kas Rp.105.000,00
Treasury stock Rp.105.000,00
3. Rekening treasury stock didebit dengan jumlah nominal atau nilai yang
dinyatakan, agio/disagionya (sejumlah lembar yang diterima) juga
dibatalkan dan dikreditnya adalah rekening modal-sumbangan. Jika
saham dijual maka selisihharga jual dengan nominal ditambah atau
dikurangi dengan agio atau disagio didebitkan atau dikreditkan ke
rekening modal-sumbangan.
Contoh :
Tanggal 1 Juli 2006 diterima 100 lembar saham sendiri nominal
Rp.1.000,00. Saham-saham ini dulu dijual dengan harga Rp.1.200,00
per lembar. Pada tanggal 15 Agustus 2006, saham tersebut dijual
@Rp1.100,00 per lembar. Jurnal yang dibuat :

1 Juli 2006
Treasury stock Rp.100.000,00
Agio saham Rp.20.000,00
Modal-sumbangan Rp.120.000,00

15 Agustus 2006
Kas Rp.110.000,00
Treasury stock Rp.100.000,00
Modal-sumbangan Rp.10.000,00

Apabila saham yang disumbangkan ini karena adanya penilaian terlalu


tinggi terhadap aktiva yang diterima untuk menukar saham maka
sumbangan ini akan dicatat mengurangi ilai buku aktiva. Pada saat

22
diterima saham dibuat catatan memo, dan pada saaat saham itu dijual,
kredit adala aktiva.
Contoh :
Diterima 100 lembar saham biasa sebagai sumbangan, karena pdada
waktu pertukaran, aktiva dinilai terlalu tinggi. Saham-saham tersebut
kemudian dijual @Rp.900,00 perlembar. Transaksi-transaksi diatas
dicatat sebagai berikut :

Memo :
Diterima 100 lembar saham biasa dari Tuan X nominal Rp1.000,00.
Penjualan saham dengan harga Rp.900,00 per lembar dicatat dengan
jurnal sebagai berikut :

Kas Rp.90.000,00
Memo Rp.90.000,00

5. Penyajian dan Analisis Laporan Ekuitas Pemegang Saham


Tiga kategori berikut biasanya muncul pada kelompok ekuitas pemegang
saham :
1. Modal saham
2. Tambahan modal disetor (modal yang melebihi nilai pari atau nilai
ditetapkan)
3. Laba ditahan

Dua kategori pertama, yaitu modal saham dan tambhan modal disetor merupakan
modal kontribusi, sementara laba ditahan merupakan modal yang diperoleh
perusahaan.

23
Laporan Ekuitas Pemegang Saham
Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format sebagai
berikut :
1. Saldo pada awal periode
2. Penambahan
3. Pengurangan
4. Saldo pada akhir periode

ANALISIS
Beberapa rasio menggunakan jumlah yang berkaitan dengan ekuitas
pemegang saham untuk mengevaluasi profitabilitas dan solvensi jangka panjang
terdiri dari :
1. Rasio Pengembalian atas ekuitas saham biasa

24
2. Rasio pembayaran
3. Rasio harga laba
4. Rasio nilai buku per saham

Rasio Pengembalian atas ekuitas saham biasa


Rasio yang menunjukkan seberapa banyak dolar laba bersih yang
diperoleh dari setiap dolar yang diinvestasikan oleh pemiliknya.

Rasio harga laba

Rasio nilai buku per saham

25
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/213681328/Akuntansi-Untuk-Penerbitan-Saham-
Fix Diakses pada 20 Oktober 2019
https://feelinbali.blogspot.com/2013/03/penyajian-dan-analisis-laporan-ekuitas.html
Diakses pada 20 Oktober 2019

26

Anda mungkin juga menyukai