Anda di halaman 1dari 8

A.

AKUISISI DAN PENILAIAN PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN

Properti, pabrik, dan peralatan adalah kelompok aktiva tetap. Katakteristik dari ketiganya
adalah, aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan untuk dijual kembali,
aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subjek penyusutan, dan aktiva tersebut
memiliki substansi fisik.

Akuisisi properti, pabrik, dan peralatan dinilai berdasarkan prinsip biaya historis berupa kas
atau ekuivalen kas. Property, pabrik, dan peralatan tidak boleh dicatat ketika mengandung unsure
taksiran, nilai pasar, atau nilai saat ini yang melebihi biaya. Alasan utamanya adalah, karena pada
tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar. Kemudian biaya historis melibatkan biaya
actual, bukan transaksi hipotesis, sehingga merupakan hal yang paling dapat diandalkan. Dan
alsan yang terakhir adalah keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus
diakui ketika aktiva dijual.

Biaya Tanah, Bangunan, dan Peralatan

Semua pengeluaran akuisisi tanah dianggap sebagai biaya tanah. Biaya tanah mencakup
harga beli, biaya pengakuan tanah di kantor administrasi, biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam
persiapan penggunaan tanah agar siap digunakan, dan pengeluaran yang berkaitan dengan
perbaikan dan pengembangan kondisi fisik tanah yang memiliki umur tidak terbatas. Secara
umum, tanah adalah bagian dari property, pabrik, dan peralatan. Namun apabila bersifat
spekulatif, maka ketiganya dianggap sebagai investasi. Dan apabila tanah tersebut
diperdagangkan oleh sebuah entitas, makan tanah tersebut dapat dikategorikan sebagai
persediaan.

Sementara itu, biaya bangunan termasuk kepada seluruh biaya, baik yang berhubungan
dengan akuisisi atau pembangunannya. Biaya-biaya tersebut adalah biaya bahan, tenaga kerja
yang membangun, overhead cost yang keluar selama proses pengerjaan konstruksi, dan yang
terpenting adalah perizinan mengenai pendirian bangunan tersebut.

Peralatan meliputi peralatan kantor, perkakas, mesin, dan termasuk didalamnya adalah
perlengkapan administratif lainnya. Biaya peralatan terdiri dari harga perolehan, biaya angkut,
asuransi, biaya instalasi dan pengecekan sebelum peralatan siap digunakan.
Biaya untuk Aktiva yang Dibuat Sendiri dan Biaya Bunga Selama Konstruksi

Dalam beberapa kasus, beberapa perusahaan mebuat aktiva tetapnya sendiri. Sehingga dalam
hal pengalokasian biaya tersebut tidak melibatkan biaya beli atau perolehan aktiva tersebut.
Bahan dan tenaga kerja langsung digunakan dalam konstruksi tidak akan menimbulkan masalah,
karena perusahaan dapat langsung mengendalikan biaya pembuatan aktiva tersebut. Namun
untuk biaya overhead yang bervariasi, perusahaan dapat menggunakan 2 metode, yaitu dengan
tidak membebankan overhead ke biaya pembuatan dan dengan pembebanan sebagian dari total
overhead pada proses pembuatan.

Di dalam akuntansi, perlakuan bunga terhadap biaya property, pabrik dan peralatan terdapat
tiga pendekatan, yaitu dengan tidak mengkapitalisasi beban bunga sebagai biaya konstruksi,
melainkan sebagai biaya administratif. Yang kedua, membebankan ke konstruksi atas semua
biaya yang digunakan, baik yang dapat diidentifikasi maupun yang tidak, sehingga sebuah aktiva
harus dibebankan semua pembiayaan agar aktiva tersebut siap digunakan. Dan yang ketiga,
hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi selama proses kontruksi berlangsung, sehingga
pendekatan ini hanya mengkapitalisasi biaya bunga yang muncul melalui pembiayaan dengan
hutang.

Untuk menerapkan pendekatan ini, ada tiga item yang perlu diperhatikan. Pertama, Aktiva
yang memenuhi kualifikasi. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga, aktiva harus
memiliki periode waktu untuk menyiapkannya agar dapat digunakan. Kedua, periode
Kapitalisasi merupakan periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi, yang dimulai apabila
ketiga kondisi berikut terjadi: (1) pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan; (2) aktivitas yang
diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat digunakan sedang berjalan; (3) biaya bunga
telah terjadi. Kapitalisasi bunga akan terus berlangsung selama ketiga kondisi tersebut ada. Dan
ketiga, jumlah yang harus dikapitalisasi merupakan jumlah bunga yang akan dikapitalisasi
dibatasi hingga biaya bunga aktual terendah yang terjadi selama periode berjalan atau bunga
yang dapat dihindarkan. Bunga yang dapat dihindarkan merupakan jumlah biaya bunga yang
selama periode berjalan yang secara teoritis dapat dihindari jika pengeluaran untuk membeli
aktiva tidak dilakukan. Bunga yang dapat dihindarkan dapat diterapkan dengan menentukan
jumlah bunga potensial yang dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi dengan mengalikan
suku bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang dari aktiva yang memnuhi
kualifikasi selama periode berjalan.

Masalah Khusus yang Berhubungan dengan Kapitalisasi Bunga

Terdapat dua masalah terkait dengan kapitalisasi bunga yang memerlukan perhatian khusus.
Pertama, Pengeluaran untuk tanah. Apabila tanah dibeli untuk didirikan bangunan, maka biaya
bunga yang dikapitalisasi selama periode konstruksi merupakan bagian dari biaya pabrik, bukan
tanah. Tetapi, jika pembelian tanah dilakukan untuk tujuan spekulasi, maka biaya bunga tidak
perlu dikapitalisasi karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan. Dan yang kedua,
pendapatan bunga. Pendapatan bunga tidak boleh dioffset dengan biaya bunga. Karena bunga
atas aktiva yang memenuhi kualifikasi harus dikapitalisasi, baik apakah kelebihan dana pinjaman
itu diinvestasikan secara temporer dalam sekuritas jangka pendek atau tidak. Dari sudut pandang
konseptual, banyak yang meyakini bahwa adanya asumsi yang menyatakan bahwa perusahaan
seharusnya tidak mengkapitalisasi biaya bunga atau seluruh biaya bunga, baik actual maupun
tertangguh.

A. PENILAIAN

Seperti aktiva yang lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat property, pabrik, dan bangunan
pada nilai pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva yang diterima,
bergantung pada mana yang memiliki bukti lebih jelas.

Diskon Tunai

Ada dua sudut pandang tentang apakah pengurangan biaya atau harga pokok aktiva harus
terjadi meskipun diskon tidak diambil. Menurut pendekatan pertama, diskon baik diambil atau
tidak dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Hal itu karena, biaya riil dari aktiva merupakan
kas atau harga ekuivalen kas aktiva.

Sedangkan pendekatan lainnya menyatakan bahwa diskon tunai tidak selalu harus dianggap
sebagi kerugian karena syaratnya mungkin tidak menguntungkan, atau mungkin tidak bijaksana
bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu. Saat ini kedua pendekatan ini masih banyak
digunakan, namun dalam prakteknya yang lebih sering digunakan adalah pendekatan yang
pertama.

Kontrak Pembayaran yang Ditangguhkan

Aktiva tetap sering dibeli atas dasar kontrak kredit jangka panjang dengan menggunakan
wesel, hipotik, obligasi, atau kewajiban peralatan. Agar dapat merefleksikan biaya secara tepat,
aktiva yang dibeli dengan kontrak kredit jangka panjang harus diperhitungkan pada nilai
sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan antara pihak-pihak yang melakukan kontrak
pada tanggal transaksi.

Pembelian Lump Sum

Permasalahan khusus sering muncul pada saat penentuan harga aktiva tetap ketika
perusahaan membeli sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum tunggal. Apabila situasi
seperti ini terjadi, perusahaan harus mengalokasikan total biaya di antara berbagai aktiva
berdasarkan nilai psar wajar relatifnya. Asumsinya bahwa biaya-biaya ini akan bervariasi dalam
proporsi langsung terhadap nilai wajar.

Penerbitan Saham

Apabila property diperoleh oleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham biasa,
maka biaya property itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau nilai diterapkan
saham tersebut. Jika saham itu sedang diperdagangkan secara aktif, maka nilai pasar saham yang
diterbitkan merupakan indikasi yang wajar atas biaya property yang diperoleh. Saham
merupakan ukuran yang baik atas harga ekuivalen kas berjalan.

Pertukaran Aktiva Nonmoneter


Akuntansi yang biasa untuk pertukaran aktiva nonmoneter harus didasarkan atas nilai wajar
aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, mana yang memiliki bukti lebih
jelas. Jadi, setiap keuntungan atau kerugian dari pertukaran harus segera diakui. Sebuah
pertukaran mempunyai substansi komersial jika arus kas masa di masa yang akan datang berubah
sebagai akibat dari transaksi. Hal ini berarti bahwa jika posisi ekonomi keduan pihak berubah,
transaksi tersebut memiliki substansi komersial. Akuntansi untuk jenis-jenis transaksi yang
berbeda dalam berbagai situasi. Dalam situasi kerugian, apabila aktiva nonmoneter yang sama
dipertukarkan dan menghasilkan kerugian, maka kerugian itu harus diakui dengan segera.

Perusahaan mengakui kerugian dengan segera terlepas apakah pertukaran yang terjadi
memiliki substansi komersial ataukah tidak. Hal tersebut didasari bahwa perusahaan seharusnya
tidak menilai aktiva yang dimilikinya lebih dari harga kasnya yang setara; jika kerugian tersebut
ditangguhkan, aktiva akan mempunyai nilai lebih tinggi daripada nilai yang sesungguhnya
dimiliki (overstate). Sebaliknya, perusahaan mengakui keuntungan apabila perusahaan akan
melakukan pencatatan terhadap biaya aktiva nonmoneter yang diterima untuk dipertukarkan
dengan aktiva nonmoneter yang lainnya pada nilai wajar pada suatu aktiva yang diberikan, dan
dengan sesegera mungkin mengakui keuntungan yang diperoleh perusahaan. perusahaan dapat
menggunakan nilai wajar dari seluruh aktiva yang telah diterima oleh perusahaan jika dan hanya
jika nilai wajar tersebut lebih jelas daripada nilai wajar aktiva yang telah diberikan.

Dalam situasi keuntungan ada tiga keadaan pertukaran yang terjadi. Pertama, pertukaran
mempunyai substansi komersial biasanya mencatat biaya aktiva nonmoneter yang diterima untuk
dituker dengan aktiva nonmoneter yang lain pada nilai wajar dari aktiva yang diberikan, dan
dengan segera mengakui keuntungan. Kedua, tidak ada substansi komersial-tidak ada kas yang
diterima biasanya menangguhkan keuntungan dan mengakui kerugian dengan segera. Ketiga,
tidak ada substansi komersial-sejumlah kas diterima biasanya perusahaan mengakui sebagian
keuntungan, bagian keuntungan yang diakui perusahaan adalah rasio aktiva moneter (kas yang
dibandingkan dengan nilai total yang diterima).

Hibah Pemerintah
Hibah ialah bantuan yang diterima dari pemerintah dalam bentuk transfer sumber daya ke
sebuah perusahaan untuk masa lalu maupun masa depan sesuai dengan kondisi tertentu pada
operasional perusahaan. IFRS menyatakan bahwa hibah harus diakui dalam bentuk pendapatan
(pendekatan penghasilan) secara sistematik yang sesuai dengan biaya yang terkait yang
dimaksudkan untuk mengimbangi perusahaan.

Akuntansi untuk Kontribusi

Kontribusi harus dicatat pada nilai wajar aktiva yang diterima dan kredit yang berhubungan
harus dibuat untuk pendapatan dalam jumlah yang sama. Nilai wajar aktiva harus digunakan
untuk menentukan nilainya dalam pembukuan. Standar IFRS telah menyatakan sikap bahwa,
secara umum kontribusi yang diterima harus diakui sebagai pendapatan dalam periode
penerimaannya.

B. BIAYA SETELAH AKUISISI

Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih
besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk mempertahankan
tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat
dikapitalisasi, harus ada tiga kondisi berikut:

1. Umur manfaat aktiva harus meningkat


2. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat
3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan

Penambahan

Penambahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang besar. Setiap
penambahan yang terjadi pada aktiva tetap akan dikapitalisasi karena aktiva baru telah
diciptakan. Namun masalah yang sering timbul dalam hal penambahan adalah akuntansi untuk
setiap perubahan yang berhubungan dengan struktur yang ada akibat penambahan tersebut.

Perbaikan dan Penggantian


Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan aktiva lain
yang lebih baik. Sedangkan penggantian adalah substitusi dari aktiva yang sama. seringnya
perbaikan dan penggantian timbul dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau
merehabilitasi seperangkat peralatan. Masalahnya disini adalah membedakan jenis pengeluaran
ini apakah meningkatkan potensi jasa masa depan atau hanya mempertahankan tingkat pelayanan
yang ada.

Jika ditentukan bahwa pengeluaran ini meningkatkan potensi pelayanan masa depan dari
aktiva, pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi. Maka akuntansi yang diberlakukan adalah
dengan salah satu dari tiga cara berikut tergantung pada situasinya.

1. Menggunakan pendekatan substitusi. Pendekatan ini merupakan prosedur yang benar jika
jumlah tercatat dari aktiva lama tersedia. Jika nilai tercatat aktiva lama tidak dapat
ditentukan, maka cukup dengan menghapus biaya aktiva lama dan menggantikannya
dengan biaya aktiva baru.
2. Mengkapitalisasi biaya baru. Pendekatan ini mengkapitalisasi perbaikan dan mencatat
jumlah aktiva lama dalam nilai buku. Justifikasi untuk mengkapitalisasi biaya perbaikan
atau penggantian adalah bahwa walaupun nilai tercatat aktiva lama tidak dikeluarkan dari
akun, namun penyusutan yang mencukupi telah diperhitungkan atas pos tersebut untuk
mengurangi nilai tercatat menjadi hampir nol.
3. Membebankan ke Akumulasi Penyusutan. Penggantian akan memperpanjang umur
manfaat aktiva dan oleh karena itu mengumpulkan kembali sejumlah atau semua
penyusutan di masa lalu.

Penyusutan Kembali dan Pemasangan Kembali

Biaya penyusutan kembali dan pemasangan kembali merupakan pengeluaran yang ditujukan
untuk memberikan manfaat di periode masa depan

Reparasi

Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap
berada dalam kondisi siap operasi. biaya ini dapat dibebankan ke akun beban selama periode
terjadinya, atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling banyak menerima
manfaat.

C. DISPOSISI AKTIVA TETAP

Keuntungan dan kerugian sebenarnya merupakan koreksi laba bersih untuk tahun-tahun
selama aktiva tetap digunakan. Setiap keuntungan atau kerugian dari pelepasan segmen
perusahaan harus dilaporkan bersama dengan hasil yang berkaitan dari operasi yang dihentikan.

Perusahaan mungkin memensiunkan aktiva tetap mereka secara secara suka rela atau
membuang mereka dengan melakukan

 Penjualan
 Penukaran
 Konversi terpaksa
 Pengabaian

Penjualan Aktiva Tetap

Penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan
berakhir dibuat dan tanggal penjualan.

Konversi Terpaksa

Kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa seperti kebakaran, banjir,
pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah yang dipulihkan dan nilai buku aktiva
tersebut jika ada, dilaporkan sebagai keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau kerugian akan
diperlakukan dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis disposisi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai