Anda di halaman 1dari 21

Aset tetap berwujud

Aset tetap merupakan bagian dari neraca yang dilaporkan oleh manajemen dalam
setiap periode atau setiap tahun. Aset ini digolongkan menjadi Aset tetap Tak Berwujud dan
Aset tetap tak berwujud. Aset tetap adalah aset berwujud tang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun (PSAK No. 16 Revisi Tahun 2007)
Sedangakan Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI(2009: 68), aset tetap adalah aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan
digunakan lebih dari satu periode. SAK menggunakan istlah aset tetap, tetapi dalam
perpajakan tidak menggunakan istilah aset tetap. Istilah yang diunakan dalam SAK memang
berbeda dengan istilah yang digunkan dalam ketentuan peraturan perpajakan.
Pernyataan standar akuntansi keuangan No.16 (revisi 2007) bertujuan untuk mengatur
perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi
mengenai investasi entitas di aset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut pernyataan
tersebut tidaklah berlaku untuk hak penambangan dan reservasi tambang seperti minyak,gas
alam,dan sumber daya alam sejenis yangtidak dapat diperbaharui.
Terhadap biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset
jika dan hanya jika
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke entitas dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa suatu benda berwujud dapa diakui
dan dikelompokkan sebagai aset tetap sesuai ketentuan akuntansi komersial apabila
1. Manfaat keekonomian masa yang akan datang yang berkaitan dengan aset tersebut
kemungkinan akan mengalir ke dalam perusahaan ; dan
2. Biaya perolehan dapat diukur secara andal.
Berdasarkan gambaran tersebut diperlukan adanya penilaian tingkat kepastian airan
manfaat ekonomi masa akan datang sesuai bukti bukti yang ada.kepastian ini tersedia apabila
resiko dan imbalan teah diterima perusahaan. Hal lainnya adalah adanya pengakuan langsun,
sebagai contoh transaksi pertukaran karena mempunyai bukti pembelian aset yang

memberikan identifikasi biayanya. Demikian pula apabila aset dibuat sendiri, pengukuran dari
sisi biaya dapat dibuat melalui transaksi dengan pihak luar perusahaan dan perusahaan
mengakumulasi biaya yang digunakan dalam proses penyelesaian (konstruksi), sehingga agar
memenuhi sesuatu kualifikasi sebagai aset dan dikelompokkan sebagai aset tetp, pada
awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.
Biaya perolehan ini terdiri atas harga beli, termasuk bea impor, PPN masukan yang
tidak dapat dikreditkan, dan biaya lain yang dapat diatribusikan secara langsung sampai aset
tersebut siap dipakai atau berada ditempat. Biaya yang dapat diatribusikan contohnya adalah
baya persiapan tempat, pengiriman awal (initial delivery), penyimpanan, bongkar muat
(handling cost), pemasangan (installation cost), da biaya profesional (arsitek). Sebagai
contoh, PT Mekar membeli sebuah mobil angkutan orang yang kapasitasnya lebih dari 10
orang (mini bus), dengan harga perolehan yang dirinci sebagai berikut.
Harga pembelian
PPN yang harus dibayar 10%
PPnBM yang harus dibayar 10%
Harga perolehan

= Rp 220.000.000,00
= Rp 22.000.000,00
= Rp 22.000.000,00
= Rp 264.000.000,00

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai aset pada awal harus diakui
sebesar biaya perolehan.
Nilai komeneter dari suatu aset tetap dapat dibedakan atas 2 kelompok besar , yaitu
nilai moneter terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tetap tersebut
pertama kali dan biaya-biaya yang dikeluarkan setelah perolehan aset tetap , seperti: biaya
perbaikan , biaya perawatan , biaya penggantian dan biaya lainnya . bagian ini

akan

membahas mengenai komponen dan pengukuran dari biaya yang dikeluarkan pada saat
perolehan , yang selanjutnya akan disebut biaya perolehan.
Sebagai komponen biaya perolehan aset tetap tersebut meliputi berikut ini ( penerapan
paragraf 16 PSAK No. 16 Revisi 2007 )
1. Harga perolehan
Dalam komponen harga perolehan termasuk biaya impor dan pajak pembelian yang tida
boleh di krediykan setelah d kurangi diskon pembelian dan potongan-potonngan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban biaya-biaya tersebut timbul pada saat aset di peroleh atau karena entitas
menggunakan aset selama periode tertentu yang bertujuan selain menghasilkan
persediaan.
Sebagai biaya yang diatribusikan secara langsung yaitu meliputi.

1. Biaya imbalan kerja ( perhatian PSAK No. 24) yang timbul secara langsung dari
2.
3.
4.
5.

pembangunan atau akuisisi aset tetap


Biaya penyiapan lahan pabrik
Biaya Handling dan penyerahan awal
Biaya perakitan dan instalasi
Biaya Pengujian aset apakah aset berfungsi degan baik,setelah dikurangi hasil bersih

penjualan produk yangdihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut


6. Komisi profesional

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengukuran awal bahwa aset tetap pada awalnya
harus diukur sebesar biaya perolehan.pengertian perolehan aset tetap adalah setara dengan
nilai jangka waktu kredit normaltunainya dan diakui pada saat terjadinya.kemunkinan
pembayaran suatu asset ditangguhkan sampai dengan melampaui jangka waktu kredit normal
PEROLEHAN ASSET TETAP
Aset tetap yang diperoleh dengan dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat
sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan atau
konstruksi dan/atau jika dapat diterapkan, jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pada saat
pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam SAK-ETAP. Biaya-biaya
tersebut
Dalam penjelasan UU PPh pasal 10 ayat (1) pada ummnya dalam jual beli harta,
harga peolehan harta baik bagi pihak pembeli adalah harga yan sesungguhnya dibayar dan
harga penjualan bagi pihak penjualan adalah harga yang sesungguhnya di terima. Termasuk
dengan harga perolehan adalah harga beli dan biaya yang di keluarkan dalam rangka
memperoleh harta tersebut, termasuk bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan
.
Dalam jual beli yang di pengaruhi hubungan istimewa sebagimana dimasud dalam pasal 18
ayat (4), maka bagi pihak pembeli nilai perolehanya adalah jumlah yang seharusnya dibayar
dan pihak penjual nilai penjualanya adalah jumlah yang seharusnya diterima. Adanya
hubungan istimewa antara penjual dan pembeli dapat menyebabkan harga perolehan
menjadi lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan jika jual beli tersebut tidak
dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Oleh karena itu dalam ketentuan ini diatur bahwa
nilai perseroan atau nilai penjualan harta bagi pihak-pihak yang bersangkutan adalaah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau yang sebenarnya diterima. seperti biaya

pengiriman, biaya bongkar muat, biaya pemasangan, biaya profesional, dalam harga
perolehan. Sementara setiap potongan dagangdan rabat dikurangkan dari harga perolehan.

Perolehan aset tetap secara gabungan


Apabila aset diperoleh secara gabungan, maka harga perolehan masing masing asset
tetap ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan berdasarkan perbandingan nilai
wajar masing-masing asset yang bersangkutan.
Perolehan Aset Tetap Secara Angsuran
Terhadap aset tetap yang diperoleh secara angsuran perlu diperhatikan mengenai
kontrak pembeliannya, cara lain yang dapat dilakukan untuk pembelian dengan angsuran ini,
bergantung pada perjanjian, terdapat pula harga dengan angsuran ditetapkan terlebih dahulu
dan angsuran yang harus dibayar setiap bulan maka setiap angsuran terdiri dari dua komponen
yaitu angsuran dan bunga.
Perolehan aset tetap secara pertukaran
Menurut PSAK no16 (Revisi tahun 2007) suatu aset tetap dapat diperoleh dengan
pertukaran atau pertukaran sebagian. Dalam pertukaran sebagian dapat dilakukan untuk suatu
aset tetap yang tidak serupa aset lain. Biaya ini diukur pada nilai wajar aset yang
dipertukarkan atau diperoleh, yang paling andal, sebanding dengan nilai wajar aset yang
dipertukarkan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.
Perolehan aset tetap dengan cara membangun sendiri
Sesuai akuntansi komersial, biaya perolehan aset tetap terdiri atas harga belinya dan
setiap biaya dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi
yang membuat aset dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Demikian pula
dalam aset yang diperolehnya. oleh karena membangun sendiri, tentu saja menggunakan
prinsip seperti aset tetap yang diperoleh yaitu meliputi seluruh biaya yan dikeluarkan untuk
pembangunan aset tetap sampai siap pakai.
Biaya tidak langsung atau Overhead coast efisiensi atau inefisiensi, dan bunga selama
masa kontruksi juga termasuk dalam nilai aset tetap karna membangun sendiri. Perlu di
perhatikan setiap laba internal di eliminasi dalam menetapkan biaya.
PEROLEHAN SECARA HIBAH, BANTUAN, DAN SUMBANGAN

Dalam perolehan secara hibah, bantuan, dan sumbangan secara langsung di hubngkan dengan
perlakuan akuntasi pajak, karna akuntansi komersial sedikit mengatur aset yang di peroleh
dari sumbangan (donasi). Dalam akuntansi komersial pada sub bab pengukuran biaya
perolehan telah di jelaskan perolehan aset tetap yang di peroleh dari hibah pemerintah yang
intinya tidak boleh diakui sampa entitas mempeeroleh keyakinan akan memenuhi kondisi
atau prasyarat hibah
Umur manfaat asset tetap berwujud
Umur manfaat adalah suatu periode tertentu dimana asset tetap diharapkan dapat digunakan
sehingga manfaat ekonomis dari asset tetap daapat di peroleh entitas.
Manfaat ekonomis masa depan melekat pada asset yang dikonsumsi oleh entitas
terutama melalui penggunaan asset itu sendiri. Namun, beberapa factor lain seperti keusangan
teknis, keudangan komersial dan keusangan selama asset tersebut tidak teepakai sering
mengakibatkan menurunkan manfaat ekonomis yang dapat di peroleh dari asset tersebut.
Bekaitan dengan hal-hal tersebut diatas, seluruh factor berikut diperhitungkan dalam
menentukan umur manfaat dari setiap asset;

Prakiraan daya pakai dari asset yang bersangkutan. Daya pakai atau daya guna
tersebut dinila dengan menunjuk pada prakiraan kapasitas atau kemampuat fisik

asset tersebut untuk menghasilkan sesuatu ;


Prkiraan tingkat keusangan fisik, yang tegantung pada factor pengoprasian aset
tersebut seperti jumlah penggiliran penggunaan aset dan program pemeliharaan aset
dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada suatu aset tersebut

tidak digunakan (menganggur);


Keusangan teknis dan keusangan komeasial yang diakibatkan oleh perubahaan atau
peningkatan produksi, atau karna perubahan permintaan pasar atau produksi atau

jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut; dan


Pembatasan penggunaan aset karna aspek hokum atau peraturan tertentu, seperti
berakhirya waktu penggunaan sehubung dengan sewa.

Penyusutan aset tetap dimulai pada saat aset tersebut siap untuk di gunakan, yaitu pada saat
aset berada pada kondisi dan lokasi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen. Penyusutan aset tetap akan berakhir pada akhir umur
manfaat atau pada saat nilai tercatat lebih kecil dari nilai residu.
Penyusutan asset tetap berwujud
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009;71-73), metode-metode penyusutan yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut.

a) Metode garis lurus (straight line method) menghaslkan pembebanan yang tetap selama
umur manfaat asset jika nilai residunya tidak berubah
b) Metode menurun ganda (diminishing balance method) menghasilkan pembebanan yang
menurun selama umur manfaat asset
c) Metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production) menghasilkan pembebanan
berasarkan pada penggunaan atau output yang dihrapkan dari suatu asset .
Suatu entitas harus memilih metode penyusutan yang mencerminkan ekspektasi dalam pola
penggunaan manfaat ekonomi masa depan asset.
Berdasarkan UU PPh pasal 11 ayat (1) dan (2)

paragraf 1 pengeluaran untuk

memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus
di bebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
dengan cara mengalokasian pengeluaran tersebut selama manfaat harta tersebut melalui
penyusutan. Penggnaan metode penyusutan harus dilakukan secara taat asas.
Masalah penyusutan merrupakan masalah yang penting selama masa manfaat asset
tetap. Masa manfaat dengan periode suatu asset yang di harapkan digunaka perusahaan atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperolehan dari asset oleh perusahaan.
Sejalan dengan pemikiran bahwa semua jenis asset tetap berwujud, kecuali tanah
dengan berjalanya waktu akan semakin menurun kemampuanya untuk memberikan jasa.
Kemampuan semakin menurun sebagai akibat adanya pemakaian, keasuan, atau adanya
ketidak seimbangan kepastian yang tersedia dengan yagn diharapkan dan pada saat ini yang
paling menonjol adalah perubahan teknologi, sehingga dalam waktu yang relative pendek,
asset tetap tersebut menjadi terbelakanng teknologiya, sebagai contoh computer.
Berkurangnya kapasitas otomatis akan membuat nilai asset tetap tersbut berkurang.
Sebagai unsur pengakuan atas penurunan asset tetap berwujud tersebut di alokasikan kedalam
penyusutan sebagai alokasi sistematis rasionl harga peroehan asset berwujud. Berdasarkan hal
terebut, sebagaimana diatur dalam PSAK No 16 (revisi 2007), yang dimaksud penyusutan
adlah alokasi sitematis jumlah yang dapat di susutkan dari suatu asset selama umur
manfaatnya. Penyusutan untuk perioda akuntansi di bebankan ke pendpatan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penyusutan dilakukan terhadap asset tetap berwujud
tersebut :
1. Diharapkan di gunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
2. Memiliki suatu masa manfaat yang tebatas
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk di gunakan dalam produksi atau memasok barang
dan jasa untuk di sewakan untuk tujuan administrasi.
Pensutan asset tetap atau jumlah yang di susutkan adalah biaya perolehan suatu ast atau
jumlah yang di subsutusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisa.

Terdapat istilah penghapusan yang pengertianya berbeda dengan penyusutan. Penghapusan


adalah penghapusan nilai buku suatu asset yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum
dalam laporan keuangan tidak lagi menggambarkan manfaat dari asset yang bersangkutan.
Seperti diketahuin dalam akutansi komersil, asset tetap yang disusutkan seringkali
merupakan bagian signifikan asset perusahaan. Oleh karna itu penyusutan juga dapat
berpengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dari hasil
usaha. Dapat pula nila sisa suatu asset seringkali tidak signifikan, nilai tersebut diestimasikan
pada tanggal perolehan atau pada tanggal revaluasi asset. Sedangkan jumlah yang dapat
disusutkan adalah biaya perolehan suatu asset atau jumlah yang disubtitusikan untuk biaya
dala laporan keuangan, dikurangi nilai sisa. Perbadaan dalam perhitungan dalam penyusutan
asset tetap menimbulkan perbedaan pajak tangguh akibat perbedaan yang bersifat temporer.
Hal ini menjadi kewajiban bagii wajib pajak melakukan perhitugan dampak pajak dimasa
depat bersumber dari perbedaa yang terjadi atau akan dicatat sebagai asset atau liabilitas
secara berkala pada umumnya tahunan. Wajib pajak merasakan beban atau menambah
komleksitas akuntasi tetapi dapat diantisipasi. Bentuk-bentuk strategi untuk memberikan
kemudahan proses pencatatan sebagai contoh waji pajak melaakukan penyamaan estimasi
masa manfaat dan metode penyusutan sesuai dengan ketentuan perpajakan. Sesuai pasal 11
undang-undang pajak penghasilan, ayat 1 dan 2 paragraf 1 pengeluaran untuk memperoleh
harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus di bebankan
sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara
mengalokasian pengeluaran tersebut selama manfaat harta tersebut melalui penyusutan.
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak
guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai yang ertama kali tidak boleh disusutkan,
kecuali apabila tanah tersebut di gunakan dalam perusahaan atau di miliki untuk
memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah berkurang karna penggunanya untuk
memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan genteng
perusahaan keramik dan perusahaan batu bata.. Dalam pngaturan penyusutan terrsebut,
persyaratan asset yang disusutkan menurut ketentuan pajak meliputi :
1. Harta yang bisa disusutkan adalah harta berwujud
2. Harta tersebut memiliki manfaat lebih dari 1 tahun
3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
Terdapat pula asset tetap menurut akuntansi yang dapat di susutkan tetapi menurut
akuntansi pajak tidak dapat di susutkan, yaitu :
1. Asset tetap perusahaan berupa kendaraan yang dikuasui dan dibawa pulang pegawai,
termasuk pula yang ad didaerah terpencil ;
2. Asset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan di daerah terpencil yang
diintempati pegawai yang tidak di beri tunjangan oleh perusahaan.

Pertukaran asset tetap


Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI, apabila aset tetap diperoleh melalui pertukaaran
dengan asset nonmoneter atau kombinasi asset moneter dan asset nonmoneter maka biaya
perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali;

Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau


Nilai wajar asset yang diterima atau asset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal,
maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat asset yang diserahkan.

Menurut penjelasan Pasal 10 UU PPh ayat (2) tahun 2015 harta yang diperoleh berdasarkan
transaksi tukar-menukar dengan harta lain, nilai perolehan atau nilai penjualanya adalah
jumlah yang seharusnya atau di terima berdasarkan harga pasar. Harta yang diperoleh
berdasarkan transaksi tukar menukar dengan harta lain, maka nlai perolehan atau nilai
penjualannya adalah jumlah yang seharusnya di kelluarkan atau di terima berdasarkan harga
pasar selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan merupakan
keuntungan yang di kenakan pajak.
Penghentian asset tetap
Dalam setiap penjualan asset, dapat timbul laba atau rugi sebesar selisih antara harga pasar
dengan nilai buku asset. Namun karena perbedaan metode penyusutan dan estimasi masa
manfaat, laba atau rugi penjualan asset dapat berbeda jumlahnya antar akuntansi dengan
pepajakan.
Penjulan atau pengalihan harta sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) huruf d UU PPh nomor
36 tahun 2008, jumlah nilai sisa buku dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau
penggantian asuransi dicatat sebagai penghasilan. Hal ini dicatat pada tahun terjadinya
pengalihan harta tersebut. Apabila terdapat kerugian sebesar nilai sisa buku harta karena
pengantian asuransi yang jumlahnya baru diketahui pada masa yang akan datang maka jumlah
nilai sisa buku fiscal harta yang bersangkutan dapat dicatat sebagai beban masa yang akan
datang dengan persetujuan Dirjen Pajak.
Kerugian karna penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
dapat dimkurangkan dari penghasilan bruto. Tetapi apabila terjadi keutungan, maka
keuntunganya merupakan objek pajak PPh yang dihitung dari selisih antara harga jual (harga
pasar) dengan harga perolehan.

Aset tetap tak berwujud


Asset tak berwujud dikategorikan sebagai asset perusahaan, namun secara fisik asset
tersebut tidak tampak. Oleh karna itu, disebut dengan istilah tidak berwujud

Menurut SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 76), asset tak berwujud adalah asset
nonmoneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai fisik. Sedangkan pengertian
asset tak bewujud setelah di perbaharui yang diatur Dalam PSAK No. 19 (revisi 2010)
menyatakan asset tetap tak berwujud adalah asset tidak lancer dan tidak berbentuk yang
memberikan hak keekonomian dan hokum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan
tidak di cangkup secarara terpisah dalam klasifikasi asset yang lain. Karakteristik asset tak
berwujud yang menonjol adalah tingkat ketidak pastian nilai dan manfaat di kemudian hari.
Nilai asset tak berwujud ini dapat dalam jumlah besar. Sedangkan bentuk asset tak berwujud
ini dapat berbentuk hak paten, hak cipta, waralaba, merek dagang dan goodwill.
Cara untuk memperoleh asset tetap ini dapat dilakukan dengan membeli dari pihak
luar. Termasuk dalam asset tak berwujud tersebut, yaitu harga beli termasuk biaya tambahan
untuk mendapatkan aset, misalnya biaya yang dibayar kepada pemerintah, notaris dan biaya
administrasi lainya.
Ciri utama asset tak berwujud ialah berupa benda yang tidak dapat dilihat dan dipegang.
Entitas dapat mengakui asset tak berwujud, apabila :
a) Kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset
tersebut ; dan
b) Biaya perolehan asset atau nilai asset tersebut dapat diukur dengan andal
Apabila entitas tidak mampu menentukan nilai wajar yang andal atas asset yang
diperoleh, maka biaya perolehannya diukur paa jumlah tercatat asset yang di berikan.
Contoh asset tak berwujud adalah hak paten. Penemuan diberikan oleh pemerintah kepada
perusahaan atau perorangan atas suatu penemuan baru dan mempunyai jangka waktu tertentu.
Hak lainya yang diberikan pemerintah dapat berupa hak ciptaa dan hak merk. Contoh yang
lain ada;ah biaya riset dan pengembangan. Baiya riset untuk menghasilkan produk baru sesuai
perkembangan ddan permintaan pasar dibebankan langsung pada saat terjadinya. Sedangkan
biaya pengembangan, yang dapat diidentifikasikan secara khusus dan memenuhi syarat
tertentu, boleh di kapitalisasikn di dan di bebankan pada setiap periode melalui amortisasi.
Demikian pula dengan biaya yang di keluarkan dalam jumlah besar selama perusahaan belum
menghasilkan produk komersial atau sering di kenal sebagai biaya pra- operasional , termasuk
biaya komisi dan biaya pendirian. Biaya yang dapat dikapitalisasikan ini jua di bebankan per
periode melalui amortisasi
Nilai perolehan asset tak berwujud
Asset tak berwujud diperole dengan cara membeli dari pihak luar dan dihasilkan secara
internal. Menurut SAK-ETAP (2009;77), nilai asset tak berwujud di catat sesuai dengan biaya
perolehanya.
Biaya perolehan asset tak berwujud terdiri atas :

a) Harga beli, termasuk bea impor dan paja yang sifatnya tidak dapat di kreditkan setelah
diskon dan potongan dagang ; dan
b) Biaya-biaya yagn dapat diatribusikan secara langsung dengan mempersiapkan asset
hingga siap digunakan sesuai dengan tujuannya.
Apabila asset tak berwujud yang dihasikan secara internal, maka entitas harus mengakui
pengeluaran internal yang terjadi atas asset tersebut, termasuk semua pengeluaran untuk
aktivifitas riset dan pengembangan sebagai beban pada saat terjadinya.

Penggolongan asset tetap tak berwujud dan perlakuan akuntansinya


Sebagai tujuan dari PSAK 19 (revisi 2010) yaitu menentukan perlakuan akuntansi
untuk asset tetap tak berwujud yagn tidak diatur secara khusus dalam PSAK lain.peryataan di
maksud menyertakan kepada entitas mengakui asset tak berwujud jika, dan hanya jika,
kriteria tertentu terpenuhi. Pada pernyataaan PSAK 19 juga mengatur cara mengukur jumlah
tercatat dari aseet tak berwujud dan menetukan pengungkapan yang disyaratkan tentang asset
tak berwujud.
Pengertian asset tak berwujud diberikan batasan yaitu asset nonmoneter teridentifikasi
tanpa wujud fisik. Selanjutnya paragraph 09 PSAK No 19 memberikan ilustrasi dengan
pemkiran bahwa entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan liabilitas
dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan, atau peningkatan sumber daya tidak
berwujud sebagai contoh seperti piranti perangkat lunak computer, hak cipta film, daftar dari
pelanggan dan lain sebagainya. Tetapi tidaklah semua unsur pada pargraf 09 PSAK No. 19
memenuhi kriteria definisi asset tek berwujud ataupun kriteria dimaksudkan sebagai berikut.
1. Keteridentifikasian
Pengertian keteridentifikasian tersebut bahwa asset tak berwujud dapat di bedakan secara jelas
dengan goodwill. Suatu asset dikatakan teridentifikasian apabila:
a. Dapat dipisahkan yaitu dapat di bedakan entitas yang di jual, dialihkan, dilisensikan
disawakan atau di tukarkan baik secara individu atau bersama. Dengan kontrak terkait,
asset teidentifikasian, terlepas apakah entitas bermaksud untuk melakuakan hal tersebut :
atau
b. Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau di pisahkan dari entitas atau dari hal dan kewajiban lain.
2. Manfaat ekonomi masa depan
Terdapat manfaat ekonomi masa depan dapat timbul dari pengetahuan atas pasar atau
pengetahuan teknis. Tentu saja entitas mengandung manfaat ekonomi masa depan bila adanya
perlindungan hokum seperti hak cipta. Perjajian dagang terbatas, atau perjanjian hhukum bagi
pegawai untuk menjaga kerahasiaan.

Dengan demikian manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari asset tak
berwujud dapat mencangkup pendapatan dari penjualan barang atau jasa. Penghematan biaya
atau manfaat lain yagn berasal dari penggunaan asset oleh entitas. Sebagai penggunaan hak
kekayaan intelektual suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa depan,
tetapi mengurangi produksi masa depan.
Termasuk pengertian asset takberwujud
Hak paten
Hak paten merupakan suat hak yang diberikan kepada pihak yang menemukan hal untuk
menjual, membuat, atau mengawasi penemuanya selama jangka waktu tertentu
(umumnya selama 7 tahun). Hak paten dapat di gunakan sendiri atau iserahkan kepada
pihak lain dengan perjanjian. Harga perolehan paten ini terdiri atas biaya-biaya
pendaftaran, biaya membuat percobaan dan lain sebgainya.
Hak cipta
Hak cipta merupakan suatu hak yang di berikan kepada seorang pengarang ata pencipta
untuk menerbitkan, menjual, atau mengawasi hasil ciptaanya yang diberikan dalam
jangka waktu terteentu ( umumnya di tetapkan 28 tahun ).
Pencatatan atas hak cipta di neraca sesuai dengan harga perolehan yagn
timbul atas semua biaya berhubungan dengan pekerjaan tersebut dan juga hak cipta dapat
dibeli. Amortisasi terhadap hak cipta ini sesuai dengan masa yang di tetapkan atau
diamortisasi sekaligus apabila masanya kurang dari yang di tetapkan dan taksiran masa
sesuai jumlah yang akan terjual.
Merek dagang
Pada bentuk merek dagang di daftarkan terlebih dahulu dan dilindungi oleh undangundang yang penggunaanya tidak terbatas. Cara memperoleh merek dagang ini dapat
dengan pembelian atau dibuat sendiri. Mengingat timbulnya yagn tidak terbatas inilah
tidak dilakuakn amortisasi, tetapi timbulnya asumsi perubahan masa mendatang, maka
merek dagang akan diamortisasi dalam masa yang pendek.
Waralaba
Waralaba merupakan hak yang di berikan oleh pihak tertentu kepada pihak lain atas
penggunaan fasilitas yang dimiliki franchisor. Akuntasi dan hal yang berkenaan dengan
pemajakan atas usaha waralaba diatur sendiri.
Leasehold

Bentuk leasehold merupakan hak dari peyewa untuk menggunakan asset tetap dalam
perjanjian sewa menyewa. Sewa yang dibayar seetiap peiode di bebankan pada periode
terjadinya atau dikapitalisasi sebagai asset tetap berwujud tergantung perjanjian sewa,
operating atau capital lease.
Goodwill
PSAK No. 19 (revisi 2010) paragraph 47. Menyatakan bahwa goodwill yang dihasilkan
secara internel tidak diakui sebagai asset kaarna goodwill tesebut bukan merupakan
suatu sumber daya teridentifikasi artinya tidak dapat dipisahakan dan tidak timbuk dari
hak kontraktual atau hak legal lain yang dikendaliakan oleh entitas dan dapat diukur
secara andal biaya perolehanya
Biaya di tangguhkan
Biaya di tangguhkan dikategorikan sebagai asset tak berwujud. Aset tak berwujud
mempunyai nilai berupa hak, tetapi pada biaya yang ditangguhkan ini memperoleh nilai
karna adanya pembayaran di muka yang biasanya menyangkut masa yang lama.
AMORTISASI
Sesuia PSAK 19 (Revisi 2010) yaitu alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak
berwujud selama umur manfaatnya. Oleh karena itu, harga perolehan aset tak berwujud harus
diamortisasi secara sistematis selama taksiran masa manfaat dan tidak boleh dibebankan
seluruhnya pada periode perolehan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat aset tak
berwujud (PSAK No.19 Revisi 2010) Sbb:
1. Ketetntuan Hukum,Peraturan dan perjanjian yang membatasi masa manfaat
maksimum
2. Kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas manfaat yang telah
ditentukan
3. Pengaruh keuangan, permintaan,persaingan, dan faktor perubahan ekonomi dan
teknologi yang mempengaruhi masa manfaat
4. Perkiraan tindakan yang akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana hukum atau peraturan
dan lainnya
5. Adanya masa manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang diharapkan tidak
dapat ditaksir secara wajar
6. Kemungkinan aset tak berwujud terdiri atas beberapa jenis atau faktor yang
mempunyai masa manfaat berbeda

Seperti yang telah dilakukan pada aset tetap berwujud, bahwa nilai aset tetap berwujud
dilakukan penyusustan, Pengertian aset tak berwujud PSAK No.19 (Revisi 2010) adalah aset
nonmeter teridentifikasi tanpa wujud fisik
Perlakuan Akuntansi aset tak berwujud menyangku masalah yang tidak berbeda
dengan perlakuan akuntansi terhadap aset tetap , kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan
masalah perlakuan akuntansi aset tak berwujud pada umumnya karena sifat aset yang tidak
ada wujud fisik berakibat bukti keberadaan kabur, termasuk kesulitan dalam penentuan nilai
perolehan serta masa manfaat kekonomian.

Periode dan Metode amortisasi


Sebagaimana diatur dalam paragraf 97 PSAK No.19 terlihat adanya klsifiksi aset tak
berwujud berdasarksan periode amortisasi yaitu sebagai berikut :
1. Aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas
Terhadap jumlah tersusutkan aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas
dialokasikan secara sistematis selama umur manfaatnya. Amortisasi dimulai saat
tersedia untuk di gunakan dan akan juga di hentikan atau berakhir pada waktu
manakah yang lebih dahulu antara saat aset tak berwujud di golongkan sebagi aset
yang dimiliki untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58 (revisi 2009) tentang aset
tidak lancar yang dimiliki untuk di jual dan operasi yang di hentikan pengakuanya.
2. Aset Tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas
Tehadap aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas tidak diamortisasi.
PSAK No.48 (Revisi 2009) tetntang penurunan nilai aset bahwa entitas disyaratkan
untuk menguji aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas untuk
menurunkan nilai dengan membandingkan jumlah terpulihkan dengan jumlah
tercatatnya stiap tahun dan saat ada indikasi penurunan.
Amortisasi menurut akuntansi pajak berdasarkan pada pasal 11A Undang undang
pajak penghasilan. Pasal 11A Tersebut menyebutkan bahwa amortisasi dilakukan terhadap
pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud, Istilah yang digunakan dalam akuntansi
pajak adalah harta tidak berwujud tetapi mempunyai makna yang sama dengan aset tak
berwujud
Metode yang digunakan dalam amortisasi aset tak berwujud menurut akuntansi pajak
adalah :
1. Metode Garis Lurus
2. Metode Saldo menurun

Saat amortisasi dan amortisasi pada akhir masa manfaat


Sesuai akuntansi pajak bahwa pada akhir masa manfaat, aset tak berwujud akan
diamortisasi sekaligus. Khusus untuk amortisasi aset takberwujud menggunakan metode
amortisasinya menggunakan metode saldo menurun.
Pengalihan hak aset takberwujud
Apabila terjadi pengalihan hak aset takberwujud sebagaimana dimaksud dalam pasal
11A ayat (1), ayat (4), dan ayat (5) undang-undang pajak penghasilan, yaitu sebagai berikut :
1.pengeluaran untuk memperleh aset takberwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
penggunaan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1(satu) tahun yang digunakan

untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan
2.Pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat
lebuh dari 1 (satu) tahun dibidang penambangan minyak dan gas bumi
3. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain yang dimaksud pada butir 2 (dua),
hak penguasaan hutan dan hak penguasaan hutan dan hak penguasaan sumber alam serta hasil
alam lainnya yang mempunyai masa mafaat lebih dari 1(satu) tahun.

Saat amortisasi
Sebenarnya banyak factor yang mempertimbangkan dalam menetepakan umur mmanfaat
asset tak berwujud sebagaimana diatur paragraph 90 yang menyatakan termasuk :
1. Harapan secara efisien oleh tim manajemen lain ;
2. Tipe siklus hidup produk untuk asset dan informasi umum mengenai estimasi umur
manfaat dari asset serupa yang di gunakan untuk keperluan yang serupa.
3. Jenis teknis, teknologi, komersial, atau jenis lain keusangan.
4. Stabilitas industry dimana asset beroprasi dan berubah permintaan pasar atau produk
atau jasa yang di hasilkan asset tersebut.
5. Perkiraan ataas tindakan kompertitor atau competitor potensial.
6. Tingkat pengeluaran perawatan yang di butuhkan untuk menhsilkan manfaat ekonomi
masa depan asset serta kemampuan

dan maksud entitas untuk mencapai tingkat

tersebut.
7. Periode pengendalia asset dan batasan hokum atau batasan serupa dalam pemanfaatan
asset, seperti masa berlaku sewa yang terkait; dan

8. Apakah umur manfaat asset bergantung pada umur manfaat asset lain entitas.
Umur manfaat asset takberwujud dimaksud terkait dengan amortasi asset
tak berwujud. Secara komersial metode amortisasi menggambarkan pola konsumsi entitas atas
manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan. Amortisasi dimulai saat produk atau proses
tersedia untuk dijual atau digunakan sedangkan untuk kepentingan pajak saat amortisasi
pengaturanya sesuai ketentuan pasal 11A ayat (1a) bahwa amortisasi di mulai pada bulan
dilakukanya pengeluaran, sehingga amortisasi pada tahun pertama dihitung secara pro-rata.
Dalam rangka menyesuaikan karakteristik bidang-bidang usaha tertentu, perlu diberikan
peraturan tersendiri untuk amortisasi yang ketentuanya diatur dengan atau berdasarkan
peraturan mentri keuangan.
CONTOH KASUS
PENYUSUSTAN (DEPRESIASI)
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan,menagih
dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa
manfaat harta yang bersangkutan melalui penyusutan (Depresiasi). Pengeluaran-pengeluaran
untuk memperoleh tanah hak milik, tanah hak guna usaha, hak guna usaha dan pakai tidak
boleh disusutkan, kecuali jika tanah tersebut berkurang karena digunakan untuk memperoleh
penghasilan, seperti perusahaan genting, perusahaan keramik dan perusahaan batu bara.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya biaya penyusutan
adalah saat dimulainya penyusustan, metode penyusutan, kelompok masa manfaat dan tarif
penyusutan dan harga perolehan. Penentuan besarnya harga perolehan akan dibahas dalam
penentuan perolehan/penjualan atau nilai perolehan/penjualan.
1. Saat dimulainya penyusutan
Penyusutan harta berwujud dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada
bulan selesainya pengerjaan suatu harga sehingga penyusutan pada tahun pertama
dihitung secara prorata.
Contoh : pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung sebesar Rp100.000.000
pembangunan dimulai pada bulan oktober 2012. Bangunan tersebut selesai dan siap
digunakan pada bulan maret 2013. Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung
tersebut dimulai pada bulan maret 2013.
2. Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang diperbolehkan

untuk

kelompok

harta

berwujud

dikelompokan menjadi dua, yaitu penyusutan harta berwujud bangunan dan harta

berwujud selain (bukan) bangunan.wajib pajak diperbolehkan memilih metode


penyusutan yaitu dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa
manfaat atau dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat.
Dengan kata lain metode yang diperbolehkan adalah metode garis lurus atau saldo
menurun yang mana pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus.
Untuk harta berwujud bangunan, wajib pajak hanya dapat menggunakan metode garis
lurus.
3. Kelompok Masa Manfaat Harta dan Tarif Penyusutan
Besarnya penyusutan suatu periode dipengaruhi oleh metode yang digunakan,
besarnya harga perolehan harta berwujud dan masa manfaat dari harta berwujud
tersebut. Pasal 11 UU Nomor 36 tahun 2008 mengatur masa manfaat harta berwujud
dan tarif penyusutan, baik metode garis lurus maupun saldo menurun. Jenis harta yang
termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan sesuai dengan Kep.Men Keu No.96/PMK.03/2009 ada pada lampiran2.
Masa manfaat dan tarif penyusutan penyusutan harta berwujud diatur sebagai berikut:

Kelompok Harta Berwujud


I . Bukan Bangunan
- Kelompok 1
- Kelompok II
- Kelompok III
- Kelompok IV
II . Bangunan :
- Permanen
- Tidak Permanen

Masa Manfaat

Tarif Penyusutan
Garis Lurus
Saldo Menurun

4 Tahun
8 Tahun
16 Tahun
20 Tahun

25 %
12,5 %
6,25%
5%

50 %
25 %
12,5 %
10 %

20 Tahun
10 Tahun

5%
10 %

Bangunan tidak permanen adalah bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari
bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah pindahkan, yang
masa manfaatnya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun, misalnya barak atau asrama yang
terbuat dari kayu
Contoh : Wajib pajak membeli sebuah bangunan permanen dengan harga perolehan
Rp100.000.000 Bangunan tersebut mulai digunakan pada tanggal 1 januari 2013.
Sesuai ketentuan perpajakan, bangunan tersebut termasuk harta berwujud dengan masa
manfaat 20 tahun dan hanya diperbolehkan menggunakan metode garis lurus.
Penyusutan setiap tahunnya adalah Rp5.000.000 (Yaitu Rp100.000.000 / 20).
Besarnya Penyusutan setiap tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tahun
2013
2014
2015
2016
2017

Penyusutan
Rp.5.000.000
Rp.5.000.000
Rp.5.000.000
Dan Seterusnya
Rp.5.000.000

Nilai Sisa Buku


Rp.95.000.000
Rp.90.000.000
Rp.85.000.000
Dan seterusnya
0

4. Penyusutan Harta Berwujud Tertentu


Terhadap Harta berwujud tertentu berikut ini, penyusutannya diatur secara khusus.
a. Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dan digunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50 % dari jumlah biaya perolehan
atau pembelian penyusutan aset tetap kelompok I.
b. Atas biaya perolehan atau pemebelian atau perbaikan besar kendaraan bus,
minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk antar
jemput para pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biaya perusahaan
melalui penyusutan aset tetap kelompok II.
c. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau
yang sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50 % dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
melalui penyusutan aset tetap kelompok II.

Amortisasi
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran
lainnya termasuk perpanjangan hak hak atas tanah yang mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun, diamortisasi dengan metode garis lurus maupun metode saldo menurun.
Kelompok Tak Harta Berwujud
-

Kelompok 1
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV

Masa Manfaat
4 Tahun
8 Tahun
16 Tahun
20 Tahun

Tarif Penyusutan
Garis Lurus
Saldo Menurun
25 %
50 %
12,5 %
25 %
6,25%
12,5 %
5%
10 %

Pengeluaran pengeluaran berikut ini juga akan di amortisasi sesuai dengan ketentuan
kelompok harta tak berwujud, masa manfaat dan tarif amortisasi seperti tabel diatas

Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan yang

dibebankan dalam tahun terjadinya pengeluaran


Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersil yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 tahun, seperti biaya studi kelayakan dan biaya produksi percobaan
sedangkan biaya operasional yang bersifat rutin

Sedangkan jika masa manfaat harta tak berwujud sebenarnya adalah lima tahun, harta tak
berwujud tersebut diamortisasi dengan menggunakan masa manfaat empat tahun. Amortisasi
dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu diatur
dalam peraturan menteri keungan.
Contoh : PT Alfiano pada tanggal 2 januari 2013 mengeluarkan uang sebesar Rp200.000.000
untuk memperoleh waralaba dari Kentucky Fried Chicken (KFC) selama 4 tahun untuk
memproduksi ayam goreng KFC. Penghitungan amortisasi untuk setiap metode yang
diperbolehkan dipilih sebagai berikut.
Tahun
2013

Metode Garis Lurus


Amortisasi
Nilai Sisa Buku
25%xRp.200.000.00 Rp.150.000.000

Metode Saldo Menurun


Amortisasi
Nilai Sisa Buku
50% xRp.200.000.000 Rp.100.000.000

0
2014

=Rp.100.000.000

=Rp. 50.000.000
25%xRp.200.000.00

Rp.100.000.000

50%x Rp.100.000.000

0
2015

=Rp. 50.000.000

=Rp. 50.000.000
25%xRp.200.000.00

Rp. 50.000.000

50% x Rp. 50.000.000

0
2016

Rp. 50.000.000

Rp. 25.000.000

=Rp. 20.000.000

=Rp. 50.000.000
25%xRp.200.000.00
0
=Rp. 50.000.000

Rp.

Rp. 25.000.000

Rp

(=Nilai sisa buku

(Diamortisasi

akhir tahun 2010)

sekaligus)

Amortisasi atas pengalihan harta tak berwujud / hak.


Dalam hal terdapat pengalihan harta tak berwujud/ hak, nilai sisa buku harta atau hak
tersebut dibebankan sebagai kerugian, sedangkan jumlah penggantian dibukukan sebagia
penghasilan pada tahun terjadinya penghasilan. Jika pengalihan harta tersebut digunakan

sebagai bantuan atau sumbangan, harta hibahan atau warisan, maka jumlah nilai sisa buku
tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.
Contoh
PT Ananda mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas bumi
di suatu lokasi sebesar Rp.500.000.000. Taksiran jumlah kandungan minyak didaerah tersebut
sebnayak 200.000.000 barel. Setelah produksi minyak dan gas bumi mencapai 100.000.000
barel, PT Ananda menjual hak penambangan tersebut kepada pihak lain dengan harga sebesar
Rp300.000.000. Penghitungan penghasilan dan kerugian dari penjualan hak tersebut adalah :
Harga perolehan

Rp500.000.000

Amortisasi yang telah dilakukan :


(100.000.000200.000.000) x Rp500.000.000
Nilai buku harta
Harga jual harta

Rp250.000.000 ( - )
Rp250.000.000
Rp300.000.000

Dengan demikian jumlah nilai buku harta sebesar Rp. 250.000.000 dibebankan sebagai
kerugian dan harga jual harta sebesar Rp. 300.000.000 dibukukan sebagai penghasilan.
Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda dengan menurut fiskal karena
terdapat perbedaan dalam metode penyusutan, pengakuan nilai sisa,taksiran masa manfaat /
umur ekonomis. Penghitungan penyusutan tahun 2014 menurut fiskal dapat dilihat pada tabel
penyusutan berikutnya. Tabel ini sekaligus dapat digunakan sebagai data pengisian lampiran
khusus tentang Penyusutan dan Amortisasi.
Dalam rekonsiliasi fiskal,biaya penyusutan menurut akuntansi harus ditambah dengan Rp
36.000.000 (yaitu Rp. 205.000.000 Rp. 169.000.000 ),hal ini berarti mengurangi laba kena
pajak (sebagai koreksi negatif ).

Tabel penyusutan aset/ harta berwujud dan penghitungan nilai residu


Tahun 2014 - tabel ini sekaligus untuk mengisi lampiran khusus 1A
SPT tahunan PPh wajib pajak badan
Jenis

Harga

Nilai

Umur ekonomis

Penyusutansetahun

aset

Perolehan

Residu

Komersil fiskal

komersil

Mesin
Produksi
Kendaraan
Komputer
Inventaris
Bangunan

fiskal

Selisih

Akumulasi

Nilai buku

penyusutan

penyusutan

sd. Awal

sd.awal 2014
(h)
375000000

2014
(i)=(a)-(h)
125000000

250000000
143750000
150000000
180000000

150000000
156250000
50000000
420000000

(a)
500.000.000

(b)
50.000.000

(c)
10

(d)
8

(e)=(a)-(b) : (c)
45000000

(f)=(a): (d)
62500000

(g)=(e)-(f)
(17500000)

400000000
300000000
200000000
600000000

80000000
60000000
40000000
120000000

10
5
8
20

8
8
8
20

32000000
48000000
20000000
24000000
169000000

50000000
37500000
25000000
30000000
205000000

(18000000)
10500000
(5000000)
(6000000)
(36000000)

Catatan :
-akumulasi penyusutan mesin (jan 2008 s/d Des 2013)

: 6 tahun, per tahun Rp 62.500.000

-Akumulasi penyusutan kendaraan ( Des 2008 s/d Des 2013)

: 5 tahun, per tahun Rp 50.000.000

-akumulasi penyusutan komputer (Maret 2008 s/d Des 2013)

: 3 tahun 10 tahun, per tahun Rp 37.500.000

-akumulsi penusutan inventaris (Jan 2008 s/d Des 2013 )

; 6 tahun, per tahun Rp 25.000.000

-akumulasi penyusutan bangunan (31 Des 2007 s/d Des 2013)

: 6 tahun, per tahun Rp30.000.000

Anda mungkin juga menyukai