Anda di halaman 1dari 10

2012

TAX PLANNING
PERBANDINGAN PERLAKUAN TANAH DAN BANGUNAN MENURUT PSAK DAN UU PERPAJAKAN

KP A Agus Nugroho Reni (3093803) (3093809)

Alfonsus Alan Muliyanto (3093813)

Universitas Surabaya Fakultas Bisnis dan Ekonomika Jurusan kuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa modern ini, peraturan dan ketentuan terkait dengan tanah dan bangunan menjadi hal yang menarik untuk dibahas. Ini dilihat dari semakin tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk dapat memperoleh tanah dan bangunan tersebut. Jika ditinjau dari sisi komersial akuntansi, maka PSAK yang menganut prinsip prinsip akuntansi secara komersial dalam menjadi standar yang mendasari ketentuan perlakuan dari tanah tersebut, dimana PSAK diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sedangkan dalam hal perpajakan, yang menjadi standar yang mendasari perlakuan terhadap tanah dan bangunan adalah Undang Undang Perpajakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perbedaan ini memicu banyak konflik yang sering kali berkelanjutan. Jika dilihat lebih lanjut, kedua standar di atas menunjukkan adanya perbedaan sudut pandang, yakni dari sisi akuntasi komersial dan dari sisi perpajakan di Indonesia. Perbedaan inilah yang ingin kami bahas lebih lanjut dalam tulisan kami yang berjudul PERBANDINGAN PERLAKUAN TANAH DAN BANGUNAN MENURUT PSAK DAN UU PERPAJAKAN. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang kami angkat untuk dijadikan bahan pembahasan dari tulisan ini adalah perbandingan perlakukan terhadap tanah dan bangunan ketika : 1. Perolehan, termasuk perlakuan terhadap harga perolehan. 2. Penyusutan 3. Revaluasi 4. Pelepasan, dimana tanah dan bangunan tersebut dijual.

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN 2.1. Perlakuan perolehan tanah dan bangunan Menurut PSAK 16 tahun 2011 paragraf 6, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK. Tanah dan bangunan pada umumnya merupakan aset tetap dimana biaya perolehan untuk mendapatkan aset tersebut diperoleh dari harga beli ditambah biaya biaya lain sampai aset tersebut siap digunakan. Biaya biaya tersebut termasuk biaya import, pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan potongan lain; biaya biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intense manajemen; estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. (PSAK 16 paragraf 16). Intinya, biaya perolehan untuk aset tetap adalah semua biaya yang dikeluarkan hingga aset siap digunakan untuk aktivitas perusahaan. Berikut adalah biaya biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap menurut PSAK 16 paragraf 19 : a. biaya pembukaan fasilitas baru b. biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan promosi)

c. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf ): d. administrasi dan biaya overhead umum lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, UU NO. 20/2000 Pasal 6 ayat 2 yang berbunyi Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal : a. jual beli adalah harga transaksi; b. tukar-menukar adalah nilai pasar c. hibah adalah nilai pasar d. hibah wasiat adalah nilai pasar e. waris adalah nilai pasar f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar j. pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar k. penggabungan usaha adalah nilai pasar l. peleburan usaha adalah nilai pasar m. pemekaran usaha adalah nilai pasar n. hadiah adalah nilai pasar o. penunjukan pembeli dalam lelang adalah adalah harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang. 2.2. Perlakuan Penyusutan Tanah dan Bangunan Menurut PSAK 16 paragraf 63, metode penyusutan yang berlaku adalah metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing

balance method), metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih oleh perusahaan berdasarkan kebijakan dan keadaan serta kondisi perusahaan. Pemilihan metode penyusutan juga dapat dipengaruhi oleh jenis aset tetap. Dalam PSAK 16 paragraf 64 juga dibahas tentang penurunan nilai atau yang sering disebut dengan impairment, dimana terkait dengan PSAK 48 yang menjelaskan bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai (kecuali tanah). Menurut paragraf 76, diperlukan pertimbangan sesuai kebijakan yang dipilih manajemen untuk metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset. Menurut Undang Undang Pajak Penghasilan, UU No. 36 Tahun 2008 pasal 11 ayat (1) dan (2), pada penjelasannya, metode penyusutan yang dibolehkan adalah metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Untuk aset berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Masa manfaat dicantumkan dalam ayat (6) yang dibedakan berdasarkan bangunan permanen dan tidak permanen. Untuk bangunan permanen dikenakan tarif 5% dengan masa manfaat 20 tahun dan bangunan tidak permanen dikenakan tarif 10% dengan masa manfaat 10 tahun. 2.3. Revaluasi Menurut PSAK 16 paragraf 32, nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan bukti pasar. Pada frekuensinya, yang diatur dalam paragraph 34, tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi, bila nilai

wajarnya berbeda secara material dari jumlah yang tercatat maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Jika perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif perlu direvaluasi secara tahunan. Bila tidak signifikan, hanya perlu direvaluasi 3 atau 5 tahun sekali. Lalu dilanjutkan dengan paragraf 36 yang menyatakan bahwa jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama juga harus direvaluasi, contohnya gedung EA direvaluasi, gedung-gedung lain yang tercatat sebagai bangunan milik Ubaya harus juga direvaluasi. Kemudian pada paragraf 39 dan 40, jika jumlah tercatat aset meningkat setelah revaluasi, maka kenaikan diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi, sebaliknya bila nilainya turun maka diakui dalam laba rugi. Sedangkan menurut perpajakan, menurut PMK No. 79 Tahun 2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan. Pada pasal 3 ayat 1 dinyatakan, Penilaian kembali aset tetap perusahaan dilakukan terhadap seluruh aktiva tetap berwujud termasuk tanah berstatus hak milik atau hak guna bangunan atau seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau yang berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak. Lalu pada ayat 2, tercantum penilaian kembali aktiva tetap tidak dapat dilakukan sebelum 5 tahun sejak revaluasi terakhir. Pernyataan pasal 5 menyebutkan bahwa atas selisih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dikenakan PPh sebesar 10%. Menurut pasal 9, selisih yang dimaksudkan pada pasal 5 harus dibukukan dengan nama, Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Tanggal.. . 2.4. Pelepasan Pelepasan aset dengan menjual aset menurut PSAK dinilai dengan nilai wajar. Pada paragraf 68, keuntungan atau kerugian akibat yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dijual. Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Sedangkan pada sisi perpajakan, menurut Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 11 ayat 8 dan 9, penerimaan neto (selisih harga jual dengan biaya yang dikeluarkan atau penggantian asuransi) dianggap sebagai penghasilan dan dikenakan pajak dalam tahun bersangkutan. Nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian. 2.5 Tabel Perbandingan Perlakuan Tanah dan Bangunan Pembeda Perolehan PSAK Pajak sesuai dari

biaya perolehan diperoleh Penilaiannya dari harga beli ditambah dengan perolehan

biaya biaya lain sampai mana aset tersebut yang aset tersebut siap disesuaikan dengan harga Tidak transaksi dan harga pasar.

digunakan.

berdasarkan dari mana aset itu diperoleh. Penyusutan Menggunakan 3 metode Menggunakan 2 metode yaitu SL, DDB, Sum of yaitu SL dan DDB akan unit method. Masa manfaat tetapi bangunan hanya

aset diperbolehkan

berdasarkan pertimbangan mengunakan SL kebijakan manajemen. Mengakui impairment. Masa manfaat berdasarkan

adanya bangunan permanen (20 tahun, 5%) atau tidak

permanen (10 tahun, 10%) Tidak mengakui adanya impairment Revaluasi Frekuensi revaluasi Frekuensi revaluasi

diizinkan setiap tahun atau diizinkan hanya setelah 5

3 tahun atau 5 tahun, tahun revaluasi tergantung perbedaan nilai dilakukan. wajar dengan nilai buku.

terakhir

Tidak ada keharusan untuk aset pada

Bila 1 aset direvaluasi merevaluasi maka aset lain

pada kelompok yang sama. aktiva tetap

kelompok yang sama harus Revaluasi direvaluasi juga. Selisih hasil

perusahaan dikenakan PPh revaluasi sebesar 10% final. dibukukan Selisih dan dengan nama,

diakui dalam pendapatan Selisihnya komprehensif terakumulasi ekuitas surplus pada lain

dalam Lebih Penilaian Kembali bagian Aktiva Tetap Perusahaan revaluasi, Tanggal.. .

sebaliknya bila nilainya turun maka diakui dalam laba rugi.

Pelepasan

Dinilai dengan nilai wajar.

Keuntungan dari penjualan diakui sebagai

Keuntungan tidak boleh asetnya diakui sebagai pendapatan.

penghasilan dan sisa nilai bukunya beban diakui sebagai

BAB III KESIMPULAN Setelah mencermati PSAK dan Undang-undang perpajakan tentang perlakuan tanah dan bangunan ditemukan perbedaan yang signifikan. Mulai dari tahap perolehan sampai dengan pelepasan, ada perbedaan tersebut dapat memicu konflik antara pihak pajak dan pihak perusahaan. Dengan memahami perbedaan yang ada maka kedua pihak saling menerima perlakukan terhadap tanah dan bangunan. Perbedaan yang paling terliat antara PSAK dan perpajakan yaitu berkaitan dengan frekuensi revaluasi dan pengakuan selisih revaluasi, dimana perbedaan ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mengunakan PSAK cenderung lebih mementingkan kewajaran nilai aset karena diizinkan revaluasi setiap tahun dibandingkan dengan pajak yang hanya lima tahun sekali. Selain itu, perbedaan dalam pelepasan dimana dalam PSAK dinilai secara wajar dan keuntungannya tidak diakui sebagai pendapatan, sedangkan perpajakan mengakui adanya penghasilan. Hal ini menunjukan bahwa yang dianggap pajak adalah penghasilan, dari perusahaan belum tentu dianggap sebgai penghasilan atau pendapatan. Sesuai dengan perbedaan yang telah ditemukan, diharapkan adanya komunikasi antara IAI yang menerbitkan PSAK dengan Dirjen Pajak dan Menteri Keuangan yang menerbitkan undang-undang perpajakan. Adanya koreksi fiskal, kemungkinan tidak semua dapat diungkapkan sehingga konflik akan tetap bisa muncul. Selain itu, dengan meminimalkan perbedaan yang ada, perusahaan tidak terlalu sering melakukan keberatan dan banding.

DAFTAR PUSTAKA PSAK 16 Revisi 2011 PMK No. 79 Tahun 2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan Undang Undang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, UU NO. 20/2000 Undang Undang Pajak Penghasilan, UU No. 36 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai