Anda di halaman 1dari 9

TEORI AKUNTANSI

“PENERAPAN PSAK ATAS ASET”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hadri Kusuma, MBA

Disusun oleh:

RUTH VELANI (20919024)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2021
Definisi Aset Tetap

Menurut PSAK 16, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau
untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Berdasarkan definisi di atas, suatu aset berwujud memiliki ciri digunakan dalam
operasi usaha dan tidak uatuk dijual kembali, bersifat jangka panjang dan biasanya dapat
disusutkan, serta memiliki wujud fisik. PSAK 16 tidak berlaku until properti investasi (PSAK
13) dan hak penambangan maupun reservasi tambang. Namun, termasuk ke dalam definisi
aset tetap adalah tanaman produktif (bearer plants). Tanaman produktif adalah tanaman
hidup yang digunakan dalam produksi atau penyediaan produk agrikultur, diharapkan untuk
menghasilkan produk untuk jangka waktu lebih dari satu periode dan memiliki kemungkinan
yang sangat jarang untuk dijual sebagai produk agrikultir, kecuali untuk penjualan sisa yang
insidental (incidental scrap).

Pengakuan Biaya Perolehan Awal Aset Tetap

Menurut PSAK 16. untuk dapat dikapitalisasi ke dalam aset tetap, biaya perolehan
awal aset tetap harus memenuhi dua kriteria kapitalisasi, yaitu kemungkinan besar manfaat
ekonomis aset akan mengalir ke perusahaan di masa mendatang dan biaya perolehannya
dapat diukur secara andal.

Yang termasuk dalam komponen biaya perolehan aset tetap meliputi harga perolehan,
biaya yang dapat diatribusikan langsung dan estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan
aset tetap dan restorasi lokasi (dismantling cost). Yang dimaksud dengan biaya yang dapat
diatribusikan langsung meliputi:

1. biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dalam pembangunan atau
akuisis aset tetap
2. biaya penyiapan lahan untuk pabrik
3. biaya penanganan dan penyerahan awal
4. biaya perakitan dan instalasi
5. biaya pengujian aset
6. komisi profesional
Sedangkan contoh biaya di bawah ini bukan merupakan biaya perolehan:

1. biaya pembukaan fasilitas baru (grand opening atau soft opening)


2. biaya pengenalan produk atau jasa baru
3. biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau pelanggan baru
4. biaya administrate dan overhead umum
5. biaya yang terjadi ketika aset telah mampu beroperasi sesuai dengan maksud
manajemen namun belum digunakan atau masih beroperasi di bawah kapasitas
penuh
6. kerugian awal saat operasi seperti kerugian permintaan terhadap keluaran
masih rendah
7. biaya relokasi dan reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas

Selanjutnya, jika biaya yang dikeluarkan terkait aset memenuhi kriteria kemungkinan


besar manfaat ekonomis aset akan mengalir ke perusahaan di masa mendatang dan biaya
perolehannya dapat diukur secara andal, maka biaya lanjutan tersebut dapat dikapitalisasi ke
dalam nilai aset. Sedangkan jika biaya lanjutan tersebut tidak memenuhi dia kriteria di atas,
maka biaya tersebut langsung dibebankan misalnya biaya perawatan sehari-hari.

Pada dasarnya, aset tetap dapat diukur melalui dua model, yaitu cost model atau
revaluasian model. Pada model cost/biaya, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Sedangkan pada model
revaluation, aset tetap dicatat pada nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

Yang dimaksud penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan
(depreciable amount) dari suatu aset selama umur manfaatnya (useful life). Penyusutan
dimulai pada saat aset tersebut SIAP digunakan, yakni pada saat aset berada di lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen. Tidak ada definisi yang lebih jelas mengenai penjabaran kata SIAP pada
paragraf tersebut, mengingat PSAK saat ini menganut principal base, bukan lagi rule base.
Oleh karena itu definisi SIAP tersbeut pada dasarnya diserahkan kepada manajemen.

Penyusutan aset dihentikan ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai ast yang


dimiliki untuk dijual (ATUD) atau dihentikan pengakuannya. Implikasi dari ketentuan ini,
penyusutan tetap harus dilakukan sekalipun aset tersebut sedang tidak digunakan atau
dihentikan penggunaannya, kecuali apabila penyusutan dihitung dengan metode unit
produksi. Khusus untuk aset tetap berupa tanah dan bangunan harus diperlakukan sebagai
ASET TERPISAH walaupun diperoleh sekaligus.

Menurut UU PPh, penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali


untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib
Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang
bersangkutan mulai menghasilkan.

Terdapat perbedaan definisi menurut PSAK 16 dan menurut UU PPh mengenai kapan
penyusutan harus dilakukan. Menurut PSAK penyusutan dilakukan ketika aset siap
digunakan, sedan menurut UU PPh penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran, kecuali untuk bulan yang dalam proses pengerjaan, penyusutan dilakukan pada
bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. Entitas diperkenankan melakukan penyusutan
pada bulan harta tersebut siap digunakan, namun harus dengan seizin Dirjen Pajak. Sehingga
akan timbul kondisi dimana menurut PSAK belum boleh disusutkan (karena aset belum siap
digunakan) namun sudah boleh disusutkan menurut UU PPh.

Contoh
PT WAG membeli sebuah mesin pada bulan Januari 2017 dari China, dikirim ke Indonesia
dengan menggunakan kapal dan memakan waktu kurang lebih15 hari untuk sampai ke
Indonesia di pelabuhan Tanjung Perak. Dari pelabuhan, mesin harus terlebih dahulu melewati
proses administrasi cukai, kemudian ada pengecekan mesin (testing), pemasangan dan
pengkondisian mesin hingga siap digunakan. Mesin tersebut baru siap digunakan pada bulan
Maret 2017. Menurut PSAK 16, mesin tersebut disusutkan mulai bulan Maret 2017, namun
menurut ketentuan perpajakan, mesin harus disusutkan sejak bulan Januari, karena sudah
dilakukan pengeluaran terkait mesin tersebut.

Umur Manfaat

Beberapa hal di bawah ini harus diperhatikan dalam menentukan umur manfaat suatu
aset:
1. ekspektasi daya pakai aset
2. ekspektasi tingkat keausan fisik aset
3. keusangan teknis dan keusangan komersial
4. pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum (Misalnya karena sewa)

Berdasarkan kriteria di atas, metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan


ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan atas aset oleh entitas. Metode
penyusutan berdasarkan pendapatan pada dasarnya tidak tepat.

Nilai Wajar

Nilai wajar menurut PSAK adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Nilai wajar bukanlah nilai yang akan
diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, lukuidasi yang
dipaksanakan atau penjualan akibat kesulitan keuangan.

Menurut PSAK 16, untuk menentukan nilai wajar digunakan hierarki berikut ini:

1. Kuotasi harga di pasar aktif. Pasar aktif adalah pasar di mana transaksi atas
aset atau liabilitas terjadi dengan frekuensi dan volume yang memadai untuk
menyediakan informasi penentuan harga secara berkelanjutan (sesuai definisi
pada PSAK 68). Contoh pasar aktif adalah pasar saham atau pasar komoditas
2. Jika kuotasi harga pada pasar aktif tidak dapat ditemui, maka digunakan teknik
penilaian yang meliputi:
a. penggunaan transaksi-transaksi pasar wajar yang terkini antara pihak-
pihak yang mengerti dan berkeinginan jika tersedia
b. referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara
substansi sama
c. analisis arus kas yang didiskonto (discounted cash flow analysis) dan
d. model penetapan harga opsi (option pricing models)
3. Apabila tidak ada pasar yang dapat dijadikan acuan dalam penentuan nilai
karena sifat aset yang khusus dan jarang diperjualbelikan, maka entitas perlu
mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan (income
approach) atau depreciated replacement cost (cost approach)
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan
oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar, sedangkan nilai
wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.

Revaluation Model

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa pencatatan aset tetap dapat dilakukan dengan
dua model, cost model atau revaluation model. Pada cost model, aset tetap dicatat sebesar
nilai perolehannya, kemudian disusutkan menurut nilai bukunya. Sedangkan
pada revaluation model,  aset tetap direvaluasi secara berkala untuk menentukan nilai
wajarnya pada tanggal revaluasi. Selanjutnya revaluation model juga dibagi menjadi dua
jenis, yaitu proporsional dan eliminasi. Apabila suatu aset dicatat dengan revaluation
model, seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi juga.

Pada saat entitas memilih mencatat aset tetap dengan menggunakan revaluation


model, jika jumlah tercatat aset tetap meningkat sebagai akibat revaluasi, maka:

1. kenaikan diakui di pendapatan komprehensif lain (OCI) dan terakumulasi dalam


ekuitas pada bagian surplus revaluasi
2. kenaikan diakui di laba rugi hingga sebesar penurunan nilai aset tetap yang sama
akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi

Sementara jika jumlah tercatat aset tetap menurun sebagai akibat revaluasi, maka:

1. penurunan diakui di pendapatan komprehensif lain (OCI) sepanjang tidak


melebihi saldo surplus aset tercatat
2. penurunan diakui dalam laporan laba rugi jika tidak terdapat saldo surplus
revaluasi akibat revaluasi periode-periode sebelumnya
Atau lebih mudahnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Akibat Revaluasi Pengaruh ke OCI Pengaruh ke Laba Rugi

Jika tidak memiliki kerugian Jika memiliki kerugian akibat


Meningkat akibat revaluasi periode-periode revaluasi periode-periode
sebelumnya sebelumnya

Jika memiliki saldo surplus Jika tidak memiliki saldo surplus


Menurun revaluasi akibat revaluasi revaluasi skibat revaluasi
periode-periode sebelumnya periode-periode sebelumnya

Surplus revaluasi yang ada di ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada
saat aset tersebut dihentikan penggunaannya, atau pemindahan tersebut juga dapat dilakukan
seiring dengan penggunaan aset oleh entitas (partially realized). Nilai yang dipindahkan
sebesar perbedaan penyusutan dengan revaluasian dan penyusutan dengan biaya perolehan,
(atau nilai surplus revaluasi dibagi sisa masa manfaat ekonomis).

Contoh:
PT RST memiliki bangunan, dibeli tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp1.000.000.000,-.
Masa manfaat bangunan adalah 25 tahun dan tanpa nilai sisa. Pada 31 Desember 2007, nilai
wajar bangunan tersebut adalah Rp1.020.000.000,-. Perusahaan menggunakan metode garis
lurus dalam penyusutannya. Maka jurnal yang dicatat PT RST:
a. Pada saat pembelian 1 Januari 2007

Jurnal Debit Kredit


Bangunan 1.000.000.000
Kas 1.000.000.000

b. Pada saat penyusutan

Jurnal Debit Kredit


Beban penyusutan- Bangunan 40.000.000

Akumulasi penyusutan bangunan 40.000.000

c. Penyajian di Laporan Keuangan per 31 Desember 2007

Akun Jumlah Keterangan


Bangunan 1.000.000.000

Akumulasi penyusutan
 (40.000.000)
bangunan

Nilai tercatat  960.000.000

d. Pada saat penyesuaian terhadap nilai wajar

Journal Debit Kredit

Bangunan 62.500.000 (a)

Akumulasi penyusutan
 2.500.000 (b)
bangunan

Surplus revaluasi  60.000.000

a. ((1.020.000.000 – 960.000.000) / 960.000.000) x 1.000.000.000


b. ((1.020.000.000 – 960.000.000) / 960.000.000) x 40.000.000

e. Penyajian di Laporan Posisi Keuangan tanggal 31 Desember 2007

Akun Jumlah Keterangan


Bangunan 1.062.500.000
Akumulasi penyusutan
 (42.500.000)
bangunan

Nilai tercatat  1.020.000.000

Apabila entitas menggunakan model revaluasian dalam mencatat aset tetapnya, maka
harus dilakukan review periodik minimun setiap akhir periode) untuk mereview masa
manfaat, nilai sisa dan metode penyusutan yang digunakan. Apabila berdasarkan hasil review
terdapat perubahan atas masa manfaat, nilai sisa atau metode penyusutan, maka perubahan
tersebut diperlakukan secara prospektif.

Penghentian Pengakuan

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau saat
tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan dari penggunaan atau
pelepasannya

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
ditentukan selisih antara jumlah hasil pelepasan neto jika ada dan jumlah tercatatnya.

Anda mungkin juga menyukai