Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN ASET TIDAK LANCAR

Aset tidak lancar adalah aset yang akan memberikan manfaat untuk perusahaan lebih dari
satu tahun atau lebih dari satu siklus operasi normal. Atau suatu aset diklasifikasikan sebagai
aset tidak lancar apabila aset tersebut tidak memenuhi kriteria aset lancar seperti yang
disebutkan dalam PSAK No. 201 Paragraf 66.

Aset tidak lancar meliputi properti investasi

, aset tetap, aset tak berwujud, aset biologis, dan aset keuangan yang bersifat jangka panjang.

PROPERTI INVESTASI

Menurut PSAK No 240 properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian
dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/ penyewa
melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-
duanya, dan tidak untuk:

(a) Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
(b) Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.

Berdasarkan pengaturan pada PSAK 240, hak atas suatu properti yang dikuasai perusahaan
melalui sewa operasi diperbolehkan untuk dibukukan sebagai properti investasi selama
memenuhi dua syarat:

1. Properti tersebut memenuhi definisi properti investasi


2. Menggunakan model nilai wajar untuk pengukuran selanjutnya properti tersebut

Pengakuan

Pada saat pengakuan awal, pengeluaran untuk perolehan properti investasi diakui sebagai aset
jika dan hanya jika :

a) Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait properti investasi akan
mengalir ke dalam perusahaan
b) Biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.
Pengukuran

Pengukuran saat pengakuan

Pada saat pengakuan awal properti investasi diukur sebesar biaya perolehan.

Pengukuran properti investasi saat pengakuan awal berdasarkan cara perolehannya :

1. Melalui pembayaran yang ditangguhkan


Biaya perolehan properti investasi setara dengan nilai pembelian secara tunai. Selisih
antara nilai pembelian tunai dan total pembayaran diakui sebagai beban selama periode
cicilan.
2. Melalui transaksi sewa
Properti investasi diukur sesuai ketentuan PSAK 116 : Sewa. Properti investasi akan
diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kini pembayaran sewa
minimum.
3. Melalui pertukaran dengan aset lain
Properti investasi diakui pada nilaiwajar. Ketika nilai wajaraset yang diserahkan dan aset
yang dapat diterima dapat diukur secara andal, maka properti investasi yang diperoleh
diukur pada nilai wajar aset yang diserahkan, kecuali bukti menunjukkan bahwa nilai
wajar properti yang diterima lebih andal.
Ketika nilaiwajaraset yang diserahkan dan aset yang dapat diterima tidak dapat diukur
secara andal,maka properti investasi yang diperoleh diukur pada jumlah tercatat aset yang
diserahkan. Pengukuran yang sama juga berlaku ketika transaksi pertukaran tidak
memiliki substansi komersial.

Pengukuran setelah pengakuan

1. Model nilaiwajar
Properti investasi diukur berdasarkan nilaiwajar pada tanggal pelaporan, sesuai dengan
ketentuan PSAK 113 :Pengukuran Nilai Wajar. Keuntungan atau kerugian yang timbul
dari perubahan nilai wajar properti investasi diakui dalam laba rugi pada periode
terjadinya dan properti investasi tersebut tidak perlu disusutkan.
2. Model biaya
Properti investasi akan diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai.Pengukuran ini mengacu kepada model biaya yang
diterapkan untuk aset tetap.
Penggunaan metode ini mewajibkan perusahaaan untuk mengungkapkan nilai wajar di
Catatan atas Laporan Keuangan.

Pengaturan pengukuran properti investasi yang dijelaskan di atas dikecualikan dalam


kondisi :

1. Ketika perusahaan menggunakan properti investasinya sebagai agunan liabilitas yang


pembayaran imbal hasilnya dikaitkan secara langsung dengan nilai wajar dari, atau imbal
hasil dari, aset tertentu yang mencakup properti investasi tersebut. Perusahaan dapat
memilih untuk menggunakan model nilai wajar atau model nilai biaya untuks eluruh
properti investasi yang digunakan sebagai agunan, dan model pengukuran yang berbeda
untuk properti investasi yang tidak digunakan sebagai agunan.
2. Ketika perusahaan memilih untuk menyajikan hak atas properti yang diperoleh melalui
sewa operasi sebagai properti investasi, maka properti investasi tersebut harus diukur
menggunakan model nilai wajar dari hak tersebut.

Properti investasi yang memenuhi kriteria Aset Tidak Lancar yang Dikuasai untuk Dijual
(ATUD) tidak lagi diukur dengan menggunakan kedua model diatas.

Pengalihan

Pencatatan pengalihan dari atau ke properti investasi bergantung pada model pengukuran
yang digunakan.

Apabila perusahaan menggunakan model biaya maka pengalihan antara properti investasi,
aset tetap, dan persediaan tidak mengubah jumlah tercatat properti yang dialihkan serta tidak
mengubah biaya perolehan properti untuk tujuan pengukuran dan pengungkapan.

Apabila perusahaan menggunakan model nilai wajar untuk pengukuran propertinya,


pencatatan akuntansinya adalah sebagai berikut :

1. Pengalihan dari properti investasi


Saat properti investasi dialihkan menjadi aset tetap atau persediaan, nilai wajar pada
tanggal pengalihan menjadi biaya perolehan bawaan dari aset tetap atau persediaan
2. Pengalihan ke properti investasi
Pengalihan properti dari aset tetap menjadi properti investasi maka perusahaan
menerapkan ketentuan PSAK 216 untuk properti tersebut sampai dengan tanggal
pengalihan.

Penghentian pengakuan
Properti investasi dihentikan pengakuannya ketika dilepaskan atau tidak digunakan lagi
secara permanen dan tidak memiliki masa manfaat ekonomik di masa depan yang dapat
diharapkan pada saat pelepasannya.

ASET TETAP

Menurut PSAK 216 Aset tetap adalah aset berwujud yang:

(a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk
direntalkan kepada pihak lain,atau untuk tujuan administratif; dan

(b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Pengakuan

Pada saat pengakuan awal, pengeluaran untuk perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika :

(a) Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
tersebut;
(b) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Pengukuran

Pengukuran saat pengakuan

Pada pengakuan awal, aset tetap diukur sebesar biaya perolehan aset tersebut. Berdasarkan
PSAK 216 ada tiga elemen biaya perolehan aset tetap :

1. Harga perolehan, yaitu harga beli aset dikurangi dengan diskon atau potongan lain (jika
ada) ditambah dengan bea impor atau pajak pembelian yang tidak dapat dapat
dikreditkan.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset
tetap (dismantling cost)

Pengukuran setelah pengakuan

1. Model biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
2. Model revaluasi
Aset tetap akan diukur pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Penyusutan
1. Periode Penyusutan
Penyusutan dimulai saat aset tetap siap untuk digunakan dan dihentikan lebih awal ketika
aset tersebut direklasifikasikan ke aset tidak lancar yang dikuasai untuk dijual (sesuai
PSAK 105) atau aset tersebut dilepaskan.
2. Pengakuan Beban Penyusutan
Beban penyusutan untuk setiap periode diakui di laba rugi.. Terdapat pengecualian ketika
beban penyusutan aset tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.
3. Konsep Dekomponenisasi
Menurut PSAK 216, setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset maka harus disusutkan secara
terpisah (dekomponenisasi).
4. Nilai Residu
Dalam PSAK 216 nilai residu didefinisikan sebagai jumlah estimasian yang dapat
diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan,
jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Jumlah tersusutkan suatu aset ditentukan setelah mengurangi nilai residu aset tersebut.
5. Umur Manfaat
Perusahaan menetapkan umur manfaat dari suatu aset tetap berdasarkan kegunaan yang
diharapkan perusahaan dari aset tersebut.
6. Metode Penyusutan
Pemilihan metode penyusutan oleh perusahaan harus mencerminkan pola konsumsi
manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut.
7. Review Periodik atas Nilai Residu, Umur Manfaat, dan Metode Penyusutan
Perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan review minimum setiap akhir tahun
terhadap nilai residu, umur manfaat, dan metode penyusutan yang digunakan.

Penghentian pengakuan
Aset tetap dihentikan pengakuannya ketika dilepaskan atau tidak lagi memberikan
manfaat ekonomik masa depan yang dapat diharapkan dari penggunaannya.

ASET TAK BERWUJUD

Aset tak berwujud adalah sumber daya yang dikeluarkan perusahaan dalam perolehan,
pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud yang memenuhi
definisi keteridentifikasian, pengendalian dan adanya manfaat ekonomis masa depan.

1. Keteridentifikasian
Suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika: (a) dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan
atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan, disewakan atau
ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak terkait, aset atau
liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal
tersebut; atau
(b) timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya.
2. Pengendalian
Entitas mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat
ekonomis masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak
lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut.
3. Manfaat ekonomis masa depan
Manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aset tidak berwujud dapat mencakup
pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang
berasal dari penggunaan aset tersebut oleh entitas

Pengakuan dan pengukuran

Dalam mengakui suatu pos sebagai aset tidak berwujud, entitas perlu menunjukkan bahwa
pos tersebut memenuhi definisi aset tidak berwujud dan kriteria pengakuan sebagai berikut :

(a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut;

(b) biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.

Pengukuran biaya perolehan aset tak berwujud berdasarkan cara perolehannya :

1. Perolehan terpisah
Biaya perolehan terdiri dari dua komponen :
a. Harga beli termasuk bea masuk dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan
setelah dikurangkan diskon dan rabat.
b. Seluruh biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dalam mempersiapkan asset
untuk digunakan sesuai dengan intensinya.
2. Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis
Aset diukur pada nilai wajar pada saat akuisisi.
3. Akuisisi melalui hibah pemerintah
Perolehan asset tak berwujud melalui hibah pemerintah diakui sesuai ketentuan PSAK
220: Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
4. Pertukaran asset
Aset tak berwujud yang diperoleh diukur pada nilai wajar kecuali transaksi pertukaran
tersebut tidak memiliki substansi komersial atau nilai wajar aset baik yang diterima
maupun yang dilepaskan dapat ditukar dengan andal.
5. Goodwill yang dihasilkan secara internal
Perusahaan tidak dapat mengakui goodwill yang dihasilkan secara internal sebagai aset
tak berwujud.
6. Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal
Perusahaan harus mengklasifikasikan proses dihasilkannya aset tak berwujud menjadi dua
tahapan :
a. Tahapan penelitian atau riset : Biaya dikeluarkan pada tahap penelitian seluruhnya
dibebankan pada saat terjadinya.
b. Tahap pengembangan : Pengeluaran di tahap pengembangan akan diakui sebagai aset
tak berwujud ketika perusahaan dapat menunjukkan kondisi seperti yang disebutkan
di PSAK 238 paragraf 57.

Pengakuan beban

Pengeluaran untuk aset tidak berwujud harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya,
kecuali:

a) Pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tidak berwujud yang
memenuhi kriteria pengakuan.
b) Pos tersebut diperoleh melalui suatu kombinasi bisnis yang berbentuk akuisisi dan tidak
dapat diakui sebagai aset tidak berwujud. Apabila demikian halnya, maka pengeluaran
tersebut, merupakan bagian dari goodwill pada tanggal akuisisi.

Pengukuran setelah pengakuan

Setelah pengakuan awal, perusahaan boleh memilih untuk menyajikan aset tak berwujud di
laporan posisi keuangan dengan menggunakan model biaya atau model revaluasi. Perusahaan
harus menerapkan model pengakuan yang sama untuk seluruh aset tak berwujud dalam
kelompok yang sama.

Umur manfaat, nilai residu, dan metode amortisasi

Sebuah entitas harus menilai apakah masa manfaat suatu aset tidak berwujud terbatas atau tak
terbatas dan, jika terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang
dihasilkan, selama masa manfaat. Masa manfaat suatu aset tidak berwujud yang timbul dari
kontrak atau hak legal lainnya tidak dapat lebih panjang dari masa kontrak atau hak legal
lainnya, tapi dapat lebih pendek tergantung dari periode kapan aset dapat digunakan entitas.

Nilai residu suatu aset tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan nol, kecuali:

a) ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset tersebut pada akhir masa manfaatnya;
atau
b) ada pasar aktif bagi aset tersebut

Metode amortisasi yang digunakan harus mencerminkan pola manfaat ekonomik masa depan
dari penggunaan aset tersebut.

Penghentian pengakuan

Suatu aset tidak berwujud harus dihentikan pengakuannya bila:

(a) dalam (proses) pelepasan; atau

(b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.

ASET BIOLOGIS

Aset biologis dalam PSAK 241 didefinisikan sebagai hewan atau tanaman hidup.

Pengakuan dan pengukuran

Pada pengakuan awal aset biologis diakui jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan mengendalikan aset biologis sebagai akibat peristiwa masa lalu
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan manfaat ekonomik masa depan yang
terkait dengan aset biologis tersebut akan mengalir ke perusahaan, dan
3. Nilai wajar atau biaya perolehan aset biologis dapat dikur secara andal.

Aset biologis diukur pada pengakuan awal sebesar nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
Di setiap akhir periode pelaporan, nilai aset biologis harus diukur kembali pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual pada tanggal pelaporan.

Ketika perusahaan tidak mampu mengukur nilai wajar secara andal maka aset biologis diukur
pada biaya perolehan dikurangi denagn akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian
penurunan nilai.

Hibah pemerintah terkait aset biologis


1. Hibah pemerintah terkait dengan asset biologis yang diukur pada nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual.
Jika hibah yang diberikan tanpa syarat, maka hibah pemerintah akan diakui dalam laba
rugi jika hibah tersebut menjadi piutang. Jika hibah pemerintah mensyaratkan perusahaan
untuk tidak terlibat dalam aktivitas agrikultur tertentu maka hibah tersebut diakui di laba
rugi jika kondisi yang melekat pada hibah tersebut telah terpenuhi. Namun ketika
persyaratkan membolehkan sebagian dari hibah untuk dipertahankan sesuai waktu yang
telah berlalu, maka perusahaan mengakui bagian tersebut dalam laba rugi seiring
berjalannya waktu.
2. Hibah pemerintah terkait dengan asset biologis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Jika hibah pemerintah terkait dengan aset biologis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai, maka ketentuan
pencatatan hibah pemerintah mengikuti PSAK 220: Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah.
ASET TAMBANG

Yang dimaksud aset tambang dalam pembahasan ini adalah aset eksplorasi dan evaluasi,
yang merupakan akumulasi dari pengeluaran yang terjadi selama kegiatan eksplorasi dan
evaluasi pertambangan.

Pengukuran pada saat pengakuan

Aset eksplorasi dan evaluasi diukur pada biaya perolehan. Aset eksplorasi dan evaluasi yang
diakui kemudian diklasifikasikan menjadi aset berwujud atau aset tak berwujud.

Jika perusahaan melakukan aktivitas pengembangan sumber daya mineral yang ditambang,
pengeluaran yang terkait aktivitas pengembangan tersebut bukan komponen biaya perolehan
aset eksplorasi dan evaluasi.

Apabila perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pemindahan dan restorasi lokasi di
suatu periode tertentu maka atas kewajiban tersebut perusahaan mengakui provisi (Aset
Retirement Obligation) sesuai ketentuan dalam PSAK 237: Provisi, Liabilitas Kontinjensi,
dan Aset Kontinjensi.

Pengukuran setelah pengakuan

Setelah pengakuan awal, entitas menerapkan salah satu model biaya atau model revaluasi atas
aset eksplorasi dan evaluasi.

Penyajian

Entitas menyajikan aset eksplorasi dan evaluasi sebagai aset berwujud atau aset tak berwujud
sesuai dengan sifat aset yang diperoleh dan menerapkan klasifikasi tersebut secara konsisten.
HIBAH PEMERINTAH

Definisi

Berdasarkan PSAK 220 hibah pemerintah adalah bantuan oleh pemerintah dalam
bentuk pemindahan sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan entitas di
masa lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
operasi entitas tersebut. Hibah pemerintah tidak termasuk jenis bantuan pemerintah yang
tidak memiliki nilai yang memadai bagi entitas dan transaksi dengan pemerintah yang tidak
dapat dibedakan dari transaksi perdagangan normal entitas.

Pengukuran pada saat pengakuan

Aset tidak lancar yang diperoleh melalui hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai terdapat
keyakinan yang memadai bahwa:

(a) entitas akan mematuhi kondisi yang melekat pada hibah tersebut; dan

(b) hibah akan diterima.

Ketika kedua kriteria diatas telah terpenuhi perusahaan akan mengakui aset tidak lancar pada
nilai wajar aset tersebut.

Hibah pemerintah diakui dalam laba rugi dengan dasar yang sistematis selama periode entitas
mengakui sebagai beban atas biaya terkait yang dimaksudkan akan dikompensasikan dengan
hibah.

Pengukuran selanjutnya atas aset tidak lancar yang diterima melalui hibah pemerintah
mengacu pada PSAK terkait.

PENURUNAN NILAI

Prosedur penurunan nilai aset :

1. Menilai indikasi penurunan nilai aset

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai,
entitas dapat mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber eksternal dan internal.
Informasi dari sumber-sumber eksternal :

a) selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih dari yang
diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.
b) perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat
entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan
terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu
dekat.
c) suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama
periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto
yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset
secara material.
d) jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

Informasi dari sumber-sumber internal :

a) terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.


b) telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak
merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset digunakan atau
diharapkan akan digunakan.
Perubahan-perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan, rencana
untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di dalamnya suatu aset digunakan,
rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian
ulang masa manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.
c) terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset
lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.

2. Melakukan uji penurunan nilai aset

Uji penurunan nilai aset dilakukan ketika perusahaan menemukan adanya indikasi penurunan
nilai aset.

Uji penurunan nilai atau impairment test dilakukan dengan membandingkan antara jumlah
tercatat aset dan jumlah terpulihkannya.
Pengecualian terhadap prosedur penurunan nilai aset

Untuk aset tidak berwujud dan goodwill terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai,
entitas juga harus:

a) menguji penurunan nilai aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau aset
tidak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan
nilai tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat
dilakukan kapan saja dalam suatu periode tahunan asalkan dilakukan pada saat yang sama
setiap tahunnya. Aset tidak berwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya pada
waktu yang berbeda. Namun untuk aset tidak berwujud yang baru diakui dalam periode
tahunan berjalan, aset tidak berwujud tersebut diuji penurunan nilainya sebelum periode
tahunan berjalan berakhir.
b) menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis secara
tahunan.

Penurunan nilai aset pada level unit penghasil kas

Terdapat kondisi dimana jumlah terpulihkan dari suatu aset individual tidak dapat ditentukan,
yaitu ketika jika:

(a) nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan
(contoh, apabila arus kas masa depan dari penggunaan aset tidak dapat diestimasi menjadi tak
berarti); dan

(b) aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain.

Ketika kondisi diatas terjadi maka jumlah terpulihkan diestimasi pada level Unit Penghasil
Kas (UPK).

Pemulihan rugi penurunan nilai aset

Di setiap akhir periode pelaporan perusahaan perlu mengecek apakah terdapat indikasi
pemulihan rugi penurunan nilai aset yang pernah diakui sebelumnya. Penentuan adanya
tidaknya indikasi pemulihan rugi penurunan nilai dapat bersumber dari informasi internal dan
eksternal.
Informasi yang bersumber dari luar :

(a) nilai wajar aset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.

(b) perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama
periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam hal teknologi, pasar, kondisi
ekonomi maupun legal tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset itu didedikasikan.

(c) suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun selama
periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan mempengaruhi tingkat diskonto yang
digunakan dalam menghitung nilai pakai aset sehingga meningkatkan jumlah terpulihkan
secara material.

Informasi yang bersumber dari dalam :

a. perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama
periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat, seberapa jauh dan
cara, aset tersebut digunakan atau diharapkan untuk digunakan. Perubahan ini
termasuk biaya-biaya yang timbul selama periode tersebut untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja aset atau merestrukturisasi operasi di tempat aset tersebut
tercakup.
b. bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi
aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.

Ketika terdapat indikasi pemulihan rugi penurunan nilai, perusahaan menghitung jumlah
terpulihkan aset.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia (2023). Modul chartered accountant : pelaporan korporat. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 105
Tentang Aset Tidak Lancar yang Dikuasai untuk Dijual dan Operasi yang dihentikan.
Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 106
Tentang Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral.
Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 113
Tentang Pengukuran Nilai Wajar. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 116
Tentang Sewa. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 201
Tentang Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 220
Tentang Hibah Pemerintah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 237
Tentang Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi. Jakarta: Dewan Standar
Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 238
Tentang Aset Tak Berwujud. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 240
Tentang Properti Investasi. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2024). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 241
Tentang Agrikultur. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai