Anda di halaman 1dari 11

RESUME PELAPORAN KORPORAT

Kelompok 4 :
EGA PRIYATNA ERLANGGA (12030123220029)
AGUS SULISTIYONO (12030123220053)
ERDY DEVO AULIANTO (12030123220055)
MICHAEL ADITYA SURYA PERMANA (12030123220056)

BAB V
ASET TIDAK LANCAR

1. Pengertian Aset Tidak Lancar


Aset tidak lancar adalah aset yang tidak diharapkan untuk direalisasikan (dijual atau
dikonversi menjadi uang tunai) dalam siklus operasi normal perusahaan. Aset tidak lancar
adalah aset yang akan memberikan masa manfaat lebih dari satu tahun atau lebih.
Beberapa tipe aset tidak lancar meliputi properti investasi, aset tetap, aset tak berwujud,
aset biologis dan aset keuangan yang bersifat jangka panjang.

2. Properti Investasi
2.1 Definisi
Menurut PSAK 13, properti investasi didefinisikan sebagai properti, baik berupa
tanah, bangunan, atau bagian dari suatu bangunan atau kombinasi keduanya, yang
dikuasai oleh pemilik atau penyewa melalui sewa pembiayaan. Properti ini dimaksudkan
untuk menghasilkan pendapatan sewa atau mendapatkan peningkatan nilai, atau
keduanya, dan bukan untuk:
1. Digunakan dalam kegiatan produksi atau penyediaan barang atau jasa, atau untuk
tujuan administratif.
2. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Status kepemilikan tanah atau bangunan dalam kelompok properti investasi tidak harus
dimiliki oleh perusahaan.
2.2 Pengakuan
Pada saat pengakuan awal, pengeluaran untuk perolehan properti investasi diakui
sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemeungkinan awal, pengeluaran untuk perolehan propertiinvestasi akan
mengalir ke dalam perusahaan dan
2. Biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.
Dua kriteria di atas juga digunakan ntuk menetukan kapitalisasi biaya yang
dikeluarkan setelah oengakuan awal.
2.3 Pengukuran saat Pengakuan
Pada saat pengakuan awal, properti investasi diukur sebesar biaya perolehan.
Uang dimaksud dengan biaya perolehan adalah harga pembelian properti dan setiap biaya
yang dapt didistribsikan secara langsung terhadap perolehan properti. Berikut pengukuran
properti investasi saat pengakuan awal berdasarkan cara perolehannya:
1. Melalui pembayaran yang ditangguhkan
2. Melalui transaksi sewa
3. Melalui pertukaran dengan aset lain
2.4 Pengukuran setelah Pengakuan
setelah pengakuan awal, perusahaan dapat memilih untuk mengukur properti investasinya
dengan menggunakan model nilai wajar atau model nilai biaya. Ketika menggunakan
model niai wajar, maka properti investasi diukur berdasarkan nilai wajar pada tanggal
pelaporan. Setelah pengakuan awal, properti investassi akan diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusulan dana akaumulasi rugi penurunan nilai, ini disebut model
niali biaya.
2.5 Pengalihan
Ang dimaksud dengan pengalihan adalah reklasifikasi properti dari atau ke properti
investasi yang disebabkan oleh perubahan penggunaan properti. Perubahan penggunaan
terjadi ketika properti memenuhi atau berhenti memenuhi definisi dari properti inestassi
dan terdapat bukti atas perubahan penggunaan tersebut.
2.6 Penghentian Pengakuan
Properti investasi dihentikan pengakuannya ketika dilepaskan atau ketika
investasi tersebut tidak digunakan lagi secara peermanen dan tidak memiliki masa
manfaat akonomik di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya.
Beberapa kondisi yang menyebabkan properti investasi dihentikan pengakuannya addalah
investasi dijual, investasi ditukarkan dengan aset lain, investasi disewakan kepada pihak
lain melalui sewa pembiayaan, investasi hilang dan rusak.

3. Aset Tetap
3.1 Definisi
Aset tetap menurut PSAK 16 adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi atau penyedian barang dan atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain
atau untuk tujuan administratif dan diharapakn untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.
3.2 Pengakuan
Pada saat pengakuan awal, pengeluaran untuk perolehan aset tetap diakui sebagai
aset jika dan hanya jika memenui dua akriteria kapitalis yaitu;
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait properti investasi
akan mengalir ke dalam perusahaan
2. Biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan anddal.
3.3 Pengukuran saat Pengakuan
Pada pengakual awan, aset tetap diukur sebesar biaya perolehan aset tersebut,
PSAK 16 menjelaskan tiga elemen biaya perolehan aset tetap, yaitu:
1. Harga Perolehan
2. Biaya yang dapat didistribusikan secara langsung dengan perolehan aset tetap.
3. Estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset
tetap (Dismantling Cost)

3.4 Pengukuran setelah Pengakuan


Setelah pengakuan awal, perusahaan dapat memilih untuk mengukur aset tetap
dengan menggunakan model biaya atau model revaluasi. Perusahaan harus menerapkan
model pengukuran yang sama untuk kelompok aset tetap yang sama. Misal, perusahaan
menerapkan model revaluasi untuk tanah dan menerapkan model biaya untuk aset tetap
lainnya. Jadi, suatu perusahaan bisa menerapkan kedua model di atas untuk pengukuran
aset tetapnya.

Berikut penjelasan mengenai kedua model pengukuran tersebut.


1. Model biaya
Ketika perusahaan menerapkan model biaya, maka aset tetap akan diukur
pada biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai. Model biaya untuk aset tetap sama dengan model biaya yang
diterapkan untuk properti investasi.
2. Model revaluasi
Dengan model revaluasi, aset tetap akan diukur pada jumlah revaluasian,
yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi dengan akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai. Berikut beberapa pengaturan penting terkait
dengan model revaluasi.
3.5 Penyusutan
Penyusutan merupakan penglokasian nilai perolehan aset secara sistematis
sepanjang masa manfaat aset. Berikut beberapa pengaturan penting terkait dengan
penyusutan aset tetap:
1. Periode penyusutan
2. Pengakuan Beban Penyusutan
3. Konsep Dekompenensasi
4. Nilai residu
5. Umur Manfaat
6. Metode penyusutan
7. Review periodik atas nilai residu, umur manfaat dan metodde penyusutan
3.6 Penghentian Penyusutan
Aset tetap diberhentikan ketika dilepaskan atau ketika tidaka terdapat lagi manfaat
ekonomik masa depan.

4. Aset Biologis
4.1 Definisi
Aset biologis (biological asset) termasuk dalam ruang lingkup PSAK 69:
Agrikultur. Selain mengatur mengenai aset biologis, PSAK 69 juga mengatur mengenai
produk agrikultur pada titik panen dan hibah pemerintah terkait dengan aset biologis
4.2 Pengakuan dan Pengukuran
Pada pengakuan awal, aset biologis diakui jika memenuhi ketiga kriteria berikut ini:
1. Perusahaan mengendalikan aset biologis sebagai akibat peristiwa masa lalu,
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan aset
biologis tersebut akan mengalir ke perusahaan, dan
3. Nilai wajar atau biaya perolehan aset boiologis dapat diukur secara andal.
Pengukuran aset biologis sangat erat kaitannya dengan nilai wajar. Pengukuran
nilai wajar dapat didukung dengan melakukan pengelompokkan aset biologis sesuai
dengan atribut yang signifikan, seperti berdasarkan usia atau kualitas dari aset biologis.
Perusahaan dapat memilih atribut yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar
sebagai dasar penentuan harga.
4.3 Hibah Pemerintah Terkait aset Biologis
Hibah pemerintah erkait aset biologis dapat dikelompokkan menjadi dua
berdasarkan perlakuan akuntansinya:

1. Hibah pemerintah terkait dengan aset biologis yang diukur pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual
2. Hibah pemerintah terkait dengan aset bilogis yang diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.

5. Aset Tidak berwujud


5.1 Definisi
Seringkali perusahaan mengeluarkan sumber daya dalam rangka perolehan,
pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud, seperti ilmu
pengetahuan dan teknologi, desain, atau implementasi sistern baru. Pengeluaran sumber
daya tersebut akan diakui sebagai aset takberwujud jika memenuhi definisi aset
takberwujud, yaitu keteridentifikasian, pengendalian, dan adanya manfaat ekonomik
masa depan. Jika
5.2 Pengakuan dan Pengukuran
Pada saat pengakuan awal, perolehan suatu aset akan diakui sebagai aset
takberwujud jika memenuhi definisi aset takberwujud di atas dan dua kriteria
kapitaslisasi berikut ini:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait properti investasi
akan mengalir ke dalam perusahaan, dan
2. Biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.
lika memenuhi definisi aset takberwujud dan dua kriteria kapitalisasi, maka aset
takberwujud akan diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset takberwujud
bervariasi, tergantung cara perolehannya.
5.3 Pengakuan Beban
Pengeluaran untuk aset takberwujud dibebankan pada saat terjadinya, kecuali
1. Pengeluaran tersebut merupakan bagian dari biaya perolehan aset takberwujud
yang memenuhi kriteria pengakuan, atau
2. Sesuatu yang takberwujud diperoleh melalui kombinasi bisnis dan tidak dapat
diakui sebagai aset takberwujud, maka pengeluaran tersebut merupakan hagian
dari goodwill
5.4 Pengukuran setelah Pengakuan
Setelah pengakuan awal, perusahaan boleh memilih untuk menyajikan aset
takberwujud di laporan posisi keuangan dengan menggunakan model biaya atau model
revaluasi. Perusahaan harus menerapkan model pengukuran yang sama untuk seluruh aset
takberwujud dalam kelompok yang sama.
5.5 Umur, Manfaat Residu dan metode Amortisasi
Perusahaan menentukan apakah aset takberwujud memiliki umur manfaat terbatas
atau tidak terbatas. Aset takberwujud ditentukan memiliki umur manfaat tidak terbatas
jika berdasarkan analisis atas faktor yang relevan menunjukkan kesimpulan bahwa tidak
ada batas yang terlihat saat ini atas periode aset diperkirakan akan memberikan manfaat
ekonomik masa depan bagi perusahaan. Jadi, umur manfaat tidak terbatas bukan berarti
tidak terbatas sampai kapanpun, tetapi terdapat batasan yang saat ini belum terlihat.
5.6 Penghentian Pengakuan
Ketentuan mengenai penghentian pengakuan aset takberwujud dapat mengacu
pada ketentuan penghentian pengakuan aset tetap yang dijelaskan di bagian Aset Tetap.

6. Aset Tambang
6.1 Definisi
Adalah aset eksplorasi dan evaluasi, yang muncul akibat akumulasi pengeluaran
yang terjadiselama kegiatan eksplorasi dalam evaluasi pertambangan. Kegiatan ini
termasuk kegiatan pencarian sumberdaya mineral, barang tambang, minyak bumi,gas
alam atau SDA lain. Perlakuan Akuntansi untuk Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi
Berdasarkan PSAK No. 64 : “Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan
Sumber Daya Mineral” yang mengadopsi IFRS 6: “Exploration for and Evaluation of
Mineral Resources”. Tujuan PSAK No. 64 adalah untuk menetapkan pelaporan keuangan
atas eksplorasi dan evaluasi pada pertambangan sumber daya mineral. PSAK ini secara
khusus mensyaratkan adanya pengembangan terbatas atas praktik akuntansi untuk
pengeluaran yang terjadi atas eksplorasi dan evaluasi.
1. Pengukuran pada saat pengakuan
Biaya diakui sebagai aset eskplorasi dan evaluasi. Aset eksplorasi diakui
sebesar biayaperolehan. Komponennya adalah pengeluaran-pengeluaran yang
dikaitkan denganpenemuan sumberdaya mineral. Contoh pengeluaran yang dapt
termasuk dalam biaya perolehan asset eksplorasi dan evaluasi adalah perolehan
hak untuk ekplorasi, kajian topografi, geologi, geokimia, dan geofisika,
pengeboran ekplorasi, pemaritan, pengambilan contoh dan aktivitas terkait dengan
evaluasi kelayakan teknis dan komersial atas penambangan sumber daya mineral.
Asset ekplorasi dan evaluasi yang diakui kemudian diklasifikasikan menjadi
asset berwujud atau asset tak berwujud, serta berdasarkan sifat asset yang
diperoleh. Contohnya adalah asset ekplorasi dan evaluasi yang diklasifikasikan
sebagai asset tak berwujud adalah pengeluaran terkait perolehan hak pengeboran,
sedangkan asset lain diklasifikasikan sebagai asset berwujud, misalnya sarana dan
drilling rig.
Perusahaan menggunakan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan dan
PSAK 19 :” Aset Tak Berwujud” sebagai panduan dalam mencatat pengeluaran
kegiatan pengembangan sumber daya mineral tersebut. Atas kewajiban
pemindahan dan restorasi lokasi, perusahaan mengakui provisi sesuai dengan
ketentuan PSAK 57 : “Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi” yang
sering juga disebut dengan istilah Aset Retirement Obiglation (ARO).
2. Pengukuran Setelah Pengakuan
Perusahaan dapat memilih menerapkan model biaya atau model revaluasi
untuk pengukuran selanjutnya asset ekplorasi dan evaluasi. Ketika perusahaan
memilih untuk menerapkan model revaluasi, maka model tersebut harus diterapkan
secara konsisten untuk klasifikasi asset ekplorasi dan evaluasi (asset berwujud vs
asset tak berwujud).
Berikut adalah fakta atau kondisi yang dapat mengindikasikan telah terjadinya
penurunan nilai asset ekplorasi dan evaluasi:
a. Periode perusahaan memiliki hak melakukan ekplorasi suatu wilayah tertentu
telah kadaluarsa selama periode berjalan atau bukan akan kadaluarsa dalam
waktu dekat, dan diperkirakan tidak diperbarui.
b. Pengeluaran subtantif untuk ekplorasi dan evaluasi sumber daya mineral
dalam wilayah tertentu yang tidak dianggarkan atau direncanakan.
c. Ekplorasi dan evaluasi pada pertambangan sumber daya mineral dalam
wilayah tertentu tidak menunjukan penemuan yang memenuhi skala
ekonomik pertambangan sumber daya mineral dan perusahaan telah
memutuskan untuk menghentikan aktivitas ekplorasi dan evaluasi sumber
daya mineral dalam wilayah tertentu.
d. Keberadaan data yang cukup mengindifikasikan bahwa, meskipun
pengembangan pada suatu wilayah tertentu sedang dalam proses pengerjaan,
jumlah tercatat asset ekplotasi dan evaluasi tidak dapat terpenuhi seluruhnya
dari keberhasilan pengembangan atau penjualan asset tersebut.
3. Penyajian
Perusahaan menyajikan asset ekplorasi dan evaluasi sesuai dengan
klasifikasinya yaitu asset berwujud atay asset tak berwujud. Klasifikasi ini
mencerminkan sifat dari asset yang diperoleh. Asset berwujud digunakan untuk
menghasilkan asset tak berwujud, namun penggunaan asset berwujud untuk
menghasilkan asset tak berwujud tidak mengubah klasifikasi asset berwujud
menjadi asset tak berwujud. Asset ekplorasi dan evaluasi harus direklasifikasi dan
tidak lagi disajikan sebagai asset ekplorasi dan evaluasi dalam Laporan Posisi
Keuangan, serta dilakukan uji penurunan atas nilai asset eplorasi dan evaluasi
tersebut.
7. Hibah Pemerintah
7.1 Definisi
Hibah pemerintah adalah bantuan oleh pemerintah dalam bentuk pemindahan
sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan entitas di masa lalu atau
masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan dengan kegiatan operasi entitas
tersebut,dan tidak termasuk termasuk jenis bantuan pemerintah yang tidak memiliki nilai
yang memadai bagi entitas dan transaksi dengan pemerintah yang tidak dapat dibedakan
dari transaksi perdagangan normal. Perlakuan akuntansi untuk asset yang merupakan
hibah dari pemerintah mengacu pada PSAK 61 : “Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah”.
 Pengukuran Saat Pengakuan
Asset tidak lancer yang diperoleh melalui hibah pemerintah tidak boleh diakui
sempai terdapat keyakinan yang memadai bahwa:
a) Perusahaan akan mematuhi kondisi yang melekat pada hibah tersebut
b) Hibah Akan diterima
Dalam akuntansi untuk hibah pemerintah, PSAK 61 mensyaratkan
penggunaan pendekatan pendapatan yaitu pendekatan yang mengatur bahwa hibah diakui
dalam laporanlaba rugi komprehensif selama satu perioda atau lebih dan tidak
memperbolehkan
penggunaan pendekatan modal yaitu pendekatan yang mengkreditkan hibah secara langsu
ng ke ekuitas pemegang saham. Dalam pendekatan pendapatan, PSAK 61 menyatakan
bahwa hibah harus dicatat sebagai berikut :
 Hibah terkait asset pertama-tama harus dicatat sebagai pendapatan ditangguhkan
yang setelah itu diamortisasi ke pendapatan dengan dasar sistematis, atau dicatat
sebagai pengurang nilai tercatat asset terkait yang setelahnya diakui dalam
pendapatan melalui beban depresiasi yang dikurangi.
 Hibah terkait penghasilan harus diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba
rugi komprehensif (disajikan terpisah atau dalam pos umum seperti penghasilan
lain-lain) atau sebagai pengurang dari beban terkait.

8. Aset dari Pelanggan


Perusahaan di industri tertentu, seperti industri utilitas atau alih data teknologi informasi,
terkadang menerima pengalihan aset tetap dari pelanggan. Aset tersebut harus digunakan
untuk menghubungkan pelanggan atau pihak lain ke suatu jaringan dan menyediakan akses
berkelanjutan atas pasokan komoditas tertentu. Aset alihan bisa jadi sudah disediakan oleh
pelanggan, tetapi bisa juga asetnya belum tersedia. Ketika aset belum tersedia, pelanggan
membayarkan sejumlah kas kepada perusahaan untuk mengkonstruksi atau memperoleh aset
yang dibutuhkan.
Pengalihan aset tetap dari pelanggan diatur dalam ISAK 27: Pengalihan Aset dari Pelanggan.
Ada 4 permasalahan terkait hal tersebu, yaitu:
a. Apakah aset alihan memenuhi definisi aset?
b. Bagaimana aset alihan diukur pada saat pengakuan awal?
c. Bagaimana saldo kredit yang dihasilkan dari transaksi pengalihan dicatat?
d. Bagimana perusahaan mencatat pengalihan kas dari pelanggannya?
5.8.1 Apakah Aset Alihan Memenuhi Definisi Aset?
Penilaian apakah aset alihan memenuhi definisi aset harus didasarkan pada ketentuan dalam
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK). Dalam KKPK paragraf 4.4 (a), aset adalah
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Berpindahnya
hak kepemilikan aset alihan tersebut bukan menjadi indikator pemenuhan definisi aset.
Perusahaan dapat mengakui aset alihan sebagai aset perusahaan ketika perusahaan memiliki
pengendalian terhadap aset.
8.2 Bagaimana Aset Alihan Diukur saat Pengakuan Awal?
Ketika perusahaan memiliki pengendalian atas aset alihan, maka perusahaan mengakui aset
alihan tersebut sebagai aset perusahaan. Aset tersebut akan diakui sebagai aset tetap
perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16: Aset Tetap paragraf 7 dan mengukur
biayanya pada saat pengakuan awal sebesar nilai wajar sesuai dengan PSAK 16 paragraf 24.
8.3 Bagaimana Saldo Kredit yang Dihasilkan dari Transaksi Pengalihan Dicatat?
Pengalihan atas aset tetap dari pelanggan diperlakukan sebagai pertukaran barang atau jasa
yang tidak serupa. PSAK 23: Pendapatan paragraf 12 menjelaskan bahwa ketika barang atau
jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa, maka
pertukaran tersebut dianggap transaksi yang menghasilkan pendapatan. Oleh karena itu, atas
pengalihan aset dari pelanggan, perusahaan harus mengakui adanya pendapatan.
Fitur berikut dapat digunakan menjadi indikator bahwa jasa mengkoneksikan pelanggan ke
suatu jaringan adalah jasa yang dapat diidentifikasi secara terpisah yaitu
a. Jasa koreksi diserahkan kepada pelanggan dan mewakili suatu nilai yang berdiri sendiri
untuk pelanggan tersebut.
b. Nilai wajar jasa koneksi dapat diukur secara andal.
Setelah dilakukan identifikasi atas jasa yang diberikan, perusahaan mengakui pendapatan
sesuai ketentuan PSAK 23. Jika hanya terdapat satu jasa yang diidentifikasi, maka perusahaan
mengakui pendapatan ketika jasa telah dilaksanakan sesuai dengan PSAK 23 paragraf 20.
Namun jika terdapat lebih dari satu jasa yang dapat diidentifikasi secara terpisah, maka
perusahaan harus mengalokasikan jumlah imbalan yang diterima atau terutang dari perjanjian
ke setiap jasa yang dapat diidentifikasi secara terpisah berdasarkan nilai wajar setiap jasa.
Kemudian perusahaan menerapkan kriteria pengakuan pendapatan untuk setiap jasa tersebut.
Jika suatu jasa berkelanjutan diidentifikasi sebagai bagian dari perjanjian, periode dimana
pendapatan diakui atas jasa tersebut pada umumnya ditentukan berdasarkan persyaratan
dalam perjanjian dengan pelanggan. Namun ketika perjanjian tidak menetapkan suatu periode
tertentu, maka pendapatan diakui selama periode yang tidak lebih dari umur manfaat aset
alihan yang digunakan untuk menyediakan jasa berkelanjutan.
8.4 Bagaimana Perusahaan Mencatat Pengalihan Kas dari Pelanggan?
Ketika perusahaan menerima pengalihan kas dari pelanggan, perusahaan harus menilai
apakah perjanjian tersebut termasuk dalam ruang lingkup ISAK 27. Jika kas yang diterima dari
pelanggan harus digunakan perusahaan untuk mengkonstruksi atau memperoleh suatu aset
dan kemudian aset tersebut digunakan untuk menghubungkan pelanggan dengan suatu
jaringan dan atau menyediakan akses berkelanjutan kepada pelanggan atas pasokan barang
atau jasa, maka pengalihan kas tersebut termasuk dalam ruang lingkup ISAK 27. Pada saat
pengalihan kas tersebut masuk dalam ruang lingkup ISAK 27, perusahaan harus menilai
apakah konstruksi atau perolehan aset tetap tersebut memenuhi definisi aset atau tidak. Jika
perusahaan memiliki pengendalian atas aset yang dikonstruksi atau diperoleh dengan kas dari
pelanggan, maka aset tersebut diakui sebagai aset perusahaan.

9. Penurunan Nilai
Tidak jarang ditemukan kondisi dimana aset tidak lancar perusahaan mengalami penurunan
nilai. Kondisi atau peristiwa bahwa nilai aset mengalami penurunan harus tercermin dalam
laporan keuangan. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset adalah standar akuntansi yang mengatur
mengenai prosedur penurunan nilai aset dan perlakuan akuntansi atas peristiwa penurunan
nilai aset tersebut.
9.1 Prosedur Penurunan Nilai Aset
Prosedur penurunan nilai aset pertama adalah menilai apakah terdapat indikasi penurunan nilai
aset. Hal ini harus dilakukan pada saat setiap akhir periode pelaporan. Jika terdapat indikasi
ada penurunan nilai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji penurunan nilai.
1. Menilai Indikasi Penurunan Nilai Aset
Indikasi penurunan nilai aset dapat bersumber dari eksternal maupun internal
perusahaan. Berikut informasi dari sumber eksternal yang dapat dipertimbangkan dalam
menilai apakah terdapat indikasi penurunan nilai aset:
a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara
signifikan selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari
berjalannya waktu atau pemakaian normal.
b. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak
merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi
dalam waktu dekat.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi telah meningkat
selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut munkgin akan mempengaruhi
tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan
jumlah terpulihkan aset secara material.
d. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Perusahaan juga dapat mempertimbangkan informasi dari sumber-sumber internal
sebagai berikut:
a. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.
b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang
berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset
digunakan atau diharapkan akan digunakan. Perubahan ini termasuk dalam hal aset
menjadi tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi
yang di dalamnya aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal
yang diperkirakan sebelumnya, dan penilaian ulang masa manfaat aset dari
takterbatas menjadi terbatas.
c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi
aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diperkirakan.
2. Melakukan Uji Penurunan Nilai Aset
Uji penurunan nilai/impairment test dilakukan dengan membandingkan antara jumlah
tercatat aset dan jumlah terpulihkannya. Penurunan nilai terjadi ketika jumlah terpulihkan
suatu aset lebih rendah dibandingkan jumlah tercatatnya. Untuk memperoleh
kesimpulan ada tidaknya penurunan nilai aset, perusahaan harus menghitung jumlah
terpulihkan dari suatu aset. Jumlah terpulihkan merupakan perkiraan manfaat yang
diterima perusahaan dari suatu aset. Manfaat yang akan diterima perusahaan dapat
melalui 2 cara, yaitu melalui penjualan atau pemakaian.
Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan adalah harga yang akan diterima untuk menjual
suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran dikurangi dengan biaya
inkremental yang secara langsung dapat diatribusikan pada pelepasan aset. Sedangkan
nilai pakai adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan akan diterima dari suatu aset.
Jadi nilai pakai mencerminkan nilai kini dari ekspektasi arus kas yang dihasilkan dari
penggunaan aset dan penjualan aset di akhir masa manfaat.
Penurunan nilai aset terjadi ketika jumlah terpulihkan dari suatu aset lebih rendah
dibandingkan jumlah tercatat aset tersebut. Penurunan nilai aset diakui sebagai rugi
penurunan nilai dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Namun
terdapat pengecualian untuk aset yang diukur dengan model revaluasi. Untuk aset yang
diukur dengan model revaluasi, kerugian penurunan nilai diakui di penghasilan
komprehensif lain sepanjang kerugian tersebut tidak melebihi surplus revaluasi yang
pernah diakui sebelumnya.
9.2 Pengecualian terhadap Prosedur Penurunan Nilai Aset
Terdapat pengecualian terhadap beberapa jenis aset, yaitu aset takberwujud dengan umur
manfaat tidak terbatas, aset takberwujud yang belum digunakan, dan goodwill. Untuk ketiga
jenis aset tersebut perusahaan harus melakukan uji penurunan nilai setiap akhir periode
pelaporan, terlepas ada tidaknya indikasi penurunan nilai. Perusahaan melakukan uji
penurunan nilai setiap tahun untuk memastikan jumlah terpulihkan aset tersebut masih lebih
tinggi atau sama dengan jumlah tercatatnya.
9.3 Penurunan Nilai Aset pada Level Unit Penghasil Kas
PSAK 48 menjelaskan bahwa terdapat kondisi dimana jumlah terpulihkan aset secara individual
tidak dapat ditentukan, yaitu ketika:
1. Nilai pakai tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajar dikurangi biaya pelepasan
2. Aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain
Ketika kondisi di atas terjadi, maka jumlah terpulihkan diestimasi pada level Unit Penghasil Kas
(UPK). UPK merupakan kelompok terkecil dari aset teridentifikasi yang menghasilkan arus kas
masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain.
9.4 Pemulihan Rugi Penurunan Nilai Aset
Di setiap akhir periode pelaporan, perusahaan perlu mengecek apakah terdapat indikasi
pemulihan rugi penurunan nilai aset yang pernah diakui sebelumnya. Jika ditemukan indikasi,
maka perusahaan dapat memulihkan rugi penurunan nilai yang pernah diakui di periode-
periode sebelumnya. Penentuan ada tidaknya indikasi pemulihan rugi penurunan nilai, dapat
bersumber dari informasi internal dan eksternal perusahaan.
Informasi eksternal yang dapat dipertimbangkan perusahaan untuk memulihkan nilai aset
adalah:
a. Nilai wajar aset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.
b. Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk perusahaan telah terjadi
selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam hal teknologi,
pasar, kondisi ekonomi maupun legal tempat perusahaan beroperasi atau di pasar
tempat aset itu didedikasikan.
c. Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun
selama periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan mempengaruhi tingkat diskonto
yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset sehingga meningkatkan jumlah
terpulihkan secara material.
Sedangkan informasi internal yang dapat digunakan perusahaan sebagai indikator pemulihan
rugi penurunan nilai aset yaitu:
a. Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi perusahaan telah terjadi
selama periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat, seberapa
jauh dan cara, aset tersebut digunakan atau diharapkan untuk digunakan. Perubahan ini
termasuk biaya-biaya yang timbul selama periode tersebut untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja aset atau merestrukturisasi operasi di tempat aset tersebut
tercakup.
b. Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset
lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.
Ketika terdapat indikasi pemulihan rugi penurunan nilai, perusahaan menghitung jumlah
terpulihkan aset. Jika jumlah terpulihkan aset meningkat dan melebihi nilai tercatat aset, maka
terdapat pemulihan rugi penurunan nilai. Rugi penurunan nilai yang dipulihkan tidak boleh
mengakibatkan nilai tercatat aset yang baru melebihi nilai tercatat aset seharusnya jika tidak
pernah mengalami penurunan nilai. Laba pemulihan rugi penurunan nilai aset diakui di laba
rugi.
Pemulihan rugi penurunan nilai juga dapat dilakukan pada level UPK. Jika jumlah terpulihkan
UPK mengalami peningkatan, maka rugi penurunan nilai yang diakui sebelumnya dapat
dipulihkan. Besarnya pemulihan rugi penurunan nilai tidak boleh menyebabkan jumlah tercatat
UPK melebihi jumlah tercatat seharusnya jika tidak pernah terjadi penurunan nilai pada periode-
periode sebelumnya. Pemulihan rugi penurunan nilai kemudian dialokasikan ke aset-aset dalam
UPK, selain goodwill. Goodwill yang pernah diturunkan sebelumnya tidak dapat dipulihkan
kembali.

Anda mungkin juga menyukai