OLEH KELOMPOK 1 :
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“PSAK 19 Aset Tak Berwujud” Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Seminar
Akuntansi Keuangan, dengan berbagai bantuan berupa pemahaman dan dukungan dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Imam Wahyudi, MCom(Hons),
Phd., Ak., CA selaku Dosen Seminar Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam PSAK 19: Aset Tak Berwujud:
Amortisasi
adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak berwujud selama umur manfaatnya.
Aset
adalah sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu
dan manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut diperkirakan mengalir ke perusahaan.
Aset moneter
adalah kas yang dimiliki dan aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya
pasti atau dapat ditentukan.
Aset tak berwujud
adalah aset non moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik.
Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan
persyaratan tertentu dalam PSAK 53: Pembayaran Berbasis Saham.
Jumlah tersusutkan
adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yangmerupakan pengganti biaya perolehan,
dikurangi nilai residunya.
Jumlah tercatat aset
adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Nilai residu dari aset tak berwujud
\adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh perusahaan saat ini dari pelepasan aset,
setelah dikurangi biaya estimasian pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi
yang diperkirakan pada akhir umur manfaatnya.
2.3. Keteridentifikasian
Goodwill dalam suatu kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang merepresentasikan manfaat
ekonomik masa depan yang muncul dari asset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis
tersebut yang tidak diidentifikasikan secara individual dan diakui secara terpisah.
Suatu aset dikatakan teridentifikasi jika dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau
dibedakan dari perusahaan dan dijual, dialihkan,dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik
secara individual atau bersama dengan kontrak terkait
2.4. Pengendalian
perusahaan mengendalikan aset jika perusahaan memiliki materi untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan yang timbul dari aset dan dapat membatasi akses pihak lain dalam
memperoleh manfaat ekonomik tersebut. Kemampuan perusahaan untuk mengendalikan manfaat
ekonomik masa depan dari suatu aset tak berwujud biasanya timbul dari hak hokum yang dapat
dipaksakan dalam pengandilan.
2.10.2. Aset Tak Berwujud yang Menggunakan Model Revaluasi Setelah Pengakuan
Awal
Jika aset tak berwujud dicatat pada jumlah revaluasian, perusahaan harus
mengungkapkan hal-hal berikut:
a. berdasarkan kelas aset tak berwujud:
i. tanggal efektif revaluasi;
ii. jumlah tercatat aset tak berwujud yang direvaluasi; dan
iii. jumlah tercatat yang akan diakui bila aset tak berwujud diukur dengan
model biaya setelah pengakuan awal;
b. jumlah surplus revaluasi aset tak berwujud pada awal dan akhir periode,
mengindikasikan perubahan selama periode dan pembatasan apapun dalam
pendistribusian saldo (surplus) kepada pemegang saham.
3.1 Kesimpulan
Aset merupakan sumber daya yang bias dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat
peristiwa masa lalu, dan manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut diharapkan diterima
oleh perusahaan.
Aset tidak berwujud dapat didefinisikan sebagai aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi
tanpa wujud fisik.
Suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika dapat dipisahkan dan disewakan atau
ditukarkan, baik secara tersendiri atau Bersama-sama dengan kontrak terkait,
3.2 Saran
Aset tidak bewujud seperti manusia yang memiliki nilai yang tinggi seharusnya diatur
pada PSAK 19 bagaimana cara pengukuran dan perlakuan akuntansi nya.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat