Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSAK 19 ASET TAK BERWUJUD

OLEH KELOMPOK 1 :

Rizky Harridz Satrio (2111070083)


Sandi Arif Hidayatullah (2111070084)
Zaqih Wildan Firdaus (2111070071)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI LANJUTAN


PERBANAS INSTITUTE
BEKASI
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“PSAK 19 Aset Tak Berwujud” Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Seminar
Akuntansi Keuangan, dengan berbagai bantuan berupa pemahaman dan dukungan dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Imam Wahyudi, MCom(Hons),
Phd., Ak., CA selaku Dosen Seminar Akuntansi Keuangan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Jakarta, 27 Januari 2023


Penyusun,

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aset tak berwujud adalah suatu aset non moneter yang dapat dinilai dan tidak ber wujud,
Karakteristik utama aset tak berwujud berdasarkan PSAK 19 adalah keteridentifikasian,
pengendalian sumber daya, dan adanya manfaat ekonomik masa depan. Aset tak berwujud harus
dilaporkan dalam laporan keuangan apabila memenuhi ketiga karakteristik di atas. Apabila salah
satu unsur tidak dapat dipenuhi maka pengeluaran tersebut tidak dapak diakui sebagai aset tak
berwujud. Sebagai contoh merek dagang dan hak paten serta goodwill, dan aset tidak berwujud
yang berhubungan dengan software yang merupakan aset tidak berwujud yang memiliki nilai
ekonomis dan dapat ditingkatkan nilainya dalam pengembangan suatu produk (Lisvery, 2004).
dari penjelasan diatas yang sangat minim tentu saja berpotensi pada kurang akuratnya
pencatatan terhadap transaksi aset tak berwuud tersebut. Sebagai bagian dari neraca, aset tak
berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi penjelasan yang terkait dengan
pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu
juga terdapat kemungkinan adanya perlakuan khusus.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang penelitian diatas, maka bisa dirumuskan beberapa masalah berikut ini:
a. Apakah tujuan, ruang lingkup dan definisi PSAK 19?
b. Bagaimana perlakuan pengakuan dan pengukuran aset tak berwujud menurut PSAK
19?
c. Apa arti aset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas, dan masa manfaat tidak
terbatas?
d. Bagaimana penghentian dan pelepasan aset tak berwujud menurut PSAK 19?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian dalam
makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui tujuan, dan definisi PSAK 19 Aset Tak Berwujud.
b. Untuk melihat bagaimana pengakuan dan pengukuran aset tak berwujud menurut
PSAK 19.
c. Untuk mengetahui penjelasan mengenai aset tak berwujud dengan masa manfaat
terbatas dan masa manfaat tidak terbatas.
d. Untuk mengetahui bagaimana penghentian dan pelepasan aset tak berwujud menurut
PSAK 19.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam PSAK 19: Aset Tak Berwujud:
Amortisasi
adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak berwujud selama umur manfaatnya.
Aset
adalah sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat peristiwa masa lalu
dan manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut diperkirakan mengalir ke perusahaan.
Aset moneter
adalah kas yang dimiliki dan aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya
pasti atau dapat ditentukan.
Aset tak berwujud
adalah aset non moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik.
Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan
persyaratan tertentu dalam PSAK 53: Pembayaran Berbasis Saham.
Jumlah tersusutkan
adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yangmerupakan pengganti biaya perolehan,
dikurangi nilai residunya.
Jumlah tercatat aset
adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Nilai residu dari aset tak berwujud
\adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh perusahaan saat ini dari pelepasan aset,
setelah dikurangi biaya estimasian pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi
yang diperkirakan pada akhir umur manfaatnya.

2.2. Aset Tak Berwujud


Untuk dapat disebut sebagai aset tak berwujud, aset harus dapat memenuhi kriteria antara lain:
 Keteridentifikasian, dan
 Adanya manfaat ekonomik di masa depan.

2.3. Keteridentifikasian
Goodwill dalam suatu kombinasi bisnis diakui sebagai aset yang merepresentasikan manfaat
ekonomik masa depan yang muncul dari asset lain yang diakuisisi dalam kombinasi bisnis
tersebut yang tidak diidentifikasikan secara individual dan diakui secara terpisah.
Suatu aset dikatakan teridentifikasi jika dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau
dibedakan dari perusahaan dan dijual, dialihkan,dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik
secara individual atau bersama dengan kontrak terkait

2.4. Pengendalian
perusahaan mengendalikan aset jika perusahaan memiliki materi untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan yang timbul dari aset dan dapat membatasi akses pihak lain dalam
memperoleh manfaat ekonomik tersebut. Kemampuan perusahaan untuk mengendalikan manfaat
ekonomik masa depan dari suatu aset tak berwujud biasanya timbul dari hak hokum yang dapat
dipaksakan dalam pengandilan.

2.5. Manfaat Ekonomik Masa Depan


Manfaat ekonomik masa depan dapat timbul dari pengetahuan atas pasar atau pengetahuan
teknis. Manfaat ekonomik masa depan yang timbul dari aset tak berwujud dapat mencakup
pendapatan dari penjualan barang atau jasa, atau manfaaf lain yang berasal dari penggunaan aset
oleh perusahaan.
2.6. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan suatu pos sebagai aset tak berwujud mensyaratkan perusahaan untuk menunjukan
bahwa pos tersebut memenuhi definisi aset tak berwujud; dan kriteria pengakuan. Persyaratan ini
diterapkan pada biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau mengembangkan secara internal
aset tak berwujud dan biaya yang terjadi selanjutnya untuk menambah, mengganti sebagian, atau
memperbaiki aset tersebut.
Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomik masa depan, perusahaan
menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merepresentasikan
estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomik yang berlaku sepanjang umur manfaat aset
tersebut.

2.6.1. Perolehan Terpisah


Harga yang dibayarkan oleh perusahaan untuk perolehan terpisah aset tak berwujud
akan mencerminkan probabilitas manfaat ekonomik masa depan aset yang akan diperoleh
perusahaan. Perusahaan memperkirakan adanya arus kas masuk manfaat ekonomik, bahkan
jika ada ketidakpastian tentang waktu dan jumlah arus masuk tersebut. Biaya aset tak
berwujud yang diperoleh secara terpisah biasanya dapat diukur secara andal.
Biaya perolehan aset tak berwujud terdiri dari harga beli, termasuk bea masuk dan
pajak pembelian yang tidak dapat direstitusi, setelah dikurangi diskon dan rabat; dan seluruh
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam mempersiapkan aset untuk digunakan
sesuai dengan intensinya.
Pengakuan biaya perolehan dalam jumlah tercatat aset tak berwujud dihentikan pada
saat aset tersebut siap digunakan dengan cara yang diintesikan oleh manajemen. Oleh karena
itu, biaya yang terjadi dalam menggunakan atau mengembangkan kembali aset tak berwujud
tidak termasuk dalam jumlah tercatat aset.
Biaya berikut ini tidak termasuk dalam jumlah tercatat dari aset tak berwujud biaya
yang dikeluarkan saat aset sudah dapat digunakan sesuai dengan cara yang diintensikan
manajemen tetapi aset tersebut belum digunakan, dan kerugian operasi awal

2.6.2. Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis


Sesuai dengan PSAK 22: Kombinasi Bisnis, jika aset tak berwujud diperoleh dalam
kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset tak berwujud adalah nilai wajar aset pada
tanggal akuisisi. Pihak pengakuisisi mengakui pada tanggal akuisisi, aset tak berwujud
pihak diakuisisi secara terpisah dari goodwill, terlepas apakah aset telah diakui atau tidak
diakui oleh pihak diakuisisi sebelum kombinasi bisnis.

2.6.3. Aset Tak Berwujud yang Diperoleh dalam Kombinasi Bisnis


Jika aset tak berwujud diperoleh dari kombinasi bisnis dapat dipisahkan atau timbul
dari hak kontraktual atau hak hukum lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk
mengukur nilai wajar aset secara andal.
Pihak yang memperoleh aset dapat mengakui kelompok aset tak berwujud
komplementer sebagai aset tunggal sepanjang setiap aset secara individu memiliki umur
manfaat yang serupa.

2.6.3.1. Pengeluaran Selanjutnya atas Proyek Penelitian dan Pengembangan yang


sedang dalam Proses
Pengeluaran penelitian dan pengembangan yang terkait dengan proyek pemelitian dan
pengembangan yang sedang dalam proses yang diperoleh secara terpisah atau dalam
kombinasi bisnis dan diakui sebagai aset tak berwujud dan terjadi setelah akuisisi proyek
tersebut.

2.6.4. Akuisisi melalui Hibah Pemerintah


Dalam beberapa kasus, aset tak berwujud bisa didapatkan dengan cuma–cuma, atau
dengan nilai nominal, melalui hibah pemerintah. perusahaan dapat mengakui hibah
pemerintah tersebut sebesar nilai wajar atau nilai nominal bantuan ditambah pengeluaran
tambahan yang berhubungan langsung dengan penyiapan aset tersebut.

2.6.5. Pertukaran Aset


Satu atau lebih aset tak berwujud mungkin diperoleh dari pertukaran aset non moneter
atau sekelompok aset moneter, atau kombinasi dari aset moneter dan aset non-moneter.
Biaya perolehan dari aset tak berwujud diukur dengan nilai wajar kecuali:

a. Transaksi pertukaran tersebut kurang memiliki substansi komersial;


b. Nilai wajar aset baik yang diterima maupun yang dilepaskan dapat diukur dengan
andal. Jika aset yang diperoleh tidak di ukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya
diukur sesuai dengan jumlah tercatat aset yang dilepaskan.
Nilai wajar aset tak berwjud dapat diukur secara andal jika Keadaan bervariasi dalam
rentang pengukuran nilai wajar yang rasional untuk aset tersebut tidak signifikan,
kemungkinan dari beragam estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional dan
digunakan dalam mengukur nilai wajar.

2.6.6. Goodwill yang Dihasilkan secara Internal


Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh diakui sebagai aset tak berwujud
karena goodwill tersebut bukan merupakan suatu sumber daya teridentifikasi (tidak dapat
dipisahkan dan tidak timbul dari kontrak atau hak legal) yang dikendalikan oleh perusahaan
dan bisa diukur secara andal menurut biaya perolehannya.

2.6.7. Aset Tak berwujud yang Dihasilkan Secara Internal


Adakalanya sulit untuk menentukan apakah suatu aset tak berwujud yang bias
dijadikan secara internal memenuhi kriteria untuk diakui. Kesulitan tersebut, antara lain,
dalam menentukan apakah telah timbul, dan saat timbulnya, aset yang dapat diidentifikasi
yang akan menghasilkan manfaat ekonomis masa depan dan menentukan biaya perolehan
aset tersebut secara andal.

2.6.7.1. Tahap Penelitian


Pada tahap penelitian, Perusahaan tidak boleh mengakui aset tak berwujud yang
timbul dari penelitian (atau dari tahapan riset pada proyek internal) karena perusahaan
tidak dapat menunjukan bahwa aset takberwujud yang ada akan memberikan manfaat
dimasa mendatang. Pengeluaran untuk penelitian (atau tahap riset pada suatu proyek
internal) diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Contoh–contoh kegiatan penelitian adalah:
a. Kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru;
b. Pencarian (evaluasi dan seleksi final) untuk penerapan atas penemuan riset atau
pengetahuan lainnya;
c. Pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa;
dan
d. Perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi final berbagai kemungkinan alternatif
bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa yang baru atau
ditingkatkan.

2.7. Pengakuan Beban


Pengeluaran atas aset tak berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali
pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tak berwujud yang memenuhi
kriteria pengakuan atau sesuatu yang tak berwujud tersebut diperoleh melalui suatu kombinasi
bisnis dan tidak dapat diakui sebagai aset tak berwujud. Jika demikian kasusnya, maka
pengeluaran tersebut merupakan bagian dai goodwill pada tanggal akuisisi

2.8. Keterpulihan Jumlah Tercatat – Rugi Penurunan Nilai


Untuk menentukan apakah aset tak berwujud mengalami penurunan nilai, maka perusahaan
menerapkam PSAK 48: Penurunan Nilai Aset, yang menjelaskan kapan dan bagaimana
perusahaan menelaah jumlah tercatat aset, bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset,
dan kapan perusahaan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai.

2.9. Penghentian dan Pelepasan


Aset tak berwujud dihentikan pengakuannya jika ketika tidak terdapat lagi manfaat
ekonomik masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.
Keuntungan atau kerugian muncul dari penghentian pengakuan aset tak berwujud ditentukan
sebagai selisih antara hasil neto pelepasan (jika ada) dan jumlah tercatat aset.
Pelepasan aset tak berwujud dapat dilakukan dengan berbagai cara (contohnya, melalui
penjualan, sewa pembiayaan, atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan aset
seperti itu, perusahaan menerapkan kriteria dalam PSAK 23: Pendapatan untuk mengakui
pendapatan dari penjualan barang. PSAK 30: Sewa diterapkan untuk pelepasan dengan cara
transaksi jual dan sewa-balik.
Sesuai dengan prinsip pengakuan, jika perusahaan mengakui biaya penggantian sebagian dari
aset tak berwujud ke dalam jumlah tercatat aset tak berwujudnya, maka perusahaan juga
menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang diganti. Jika tidak praktis bagi
perusahaan untuk menentukan nilai wajar bagian aset tak berwujud yang diganti tersebut, maka
perusahaan dapat menggunakan biaya penggantian sebagai suatu indikasi berapa biaya perolehan
dari bagian yang diganti pada saat penggantian tersebut diperoleh atau dihasilkan secara internal.
Amortisasi aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas tidak berakhir ketika aset
tersebut tidak lagi digunakan, kecuali aset tersebut sudah disusutkan seluruhnya atau
diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset
lepasan yang diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk di jual) sesuai dengan PSAK 58: Aset
Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
2.10. Pengungkapan
2.10.1. Umum
Perusahaan mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelas aset tak berwujud, dipisahkan
antara aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tak berwujud lain:
a. umur manfaat tidak terbatas atau terbatas, dan jika umur manfaat terbatas,
umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan;
b. metode amortisasi yang digunakan untuk aset tak berwujud dengan umur
manfaat terbatas;
Suatu kelas aset tak berwujud adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan
digunakan yang serupa dalam kegiatan operasi perusahaan. Contoh dari kelas
terpisah mencskup:
a. nama merek;
b. kepala surat kabar dan judul publisitas;
c. piranti lunak komputer;
d. lisensi dan waralaba;
PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan mensyaratkan perusahaan untuk mengungkapkan sifat dan jumlah
perubahan dalam estimasi akuntansi yang memiliki pengaruh material pada
periode saat ini atau diharapkan memiliki pengaruh material pada periode
selanjutnya. Pengungkapan tersebut mungkin timbul akibat dari perubahan dalam:
a. penilaian umur manfaat aset tak berwujud;
b. metode amortisasi; atau
c. nilai residu.

Perusahaan juga mengungkapkan:


a. untuk aset tak berwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas,
jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung penilaian umur manfaat
tidak terbatas tersebut. Dalam memberikan alasan, perusahaan
mendeskripsikan faktor signifikan dalam menentukan aset yang memiliki
umur manfaat tidak terbatas.
.
b. Untuk aset tak berwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan
awalnya diakui pada nilai wajar:
i. Nilai wajar pada pengakuan awal atas aset tersebut;
ii. Jumlah tercatatnya; dan
iii. Setelah pengakuan awal aset tersebut diukur dengan model biaya atau
model revaluasi.

2.10.2. Aset Tak Berwujud yang Menggunakan Model Revaluasi Setelah Pengakuan
Awal
Jika aset tak berwujud dicatat pada jumlah revaluasian, perusahaan harus
mengungkapkan hal-hal berikut:
a. berdasarkan kelas aset tak berwujud:
i. tanggal efektif revaluasi;
ii. jumlah tercatat aset tak berwujud yang direvaluasi; dan
iii. jumlah tercatat yang akan diakui bila aset tak berwujud diukur dengan
model biaya setelah pengakuan awal;
b. jumlah surplus revaluasi aset tak berwujud pada awal dan akhir periode,
mengindikasikan perubahan selama periode dan pembatasan apapun dalam
pendistribusian saldo (surplus) kepada pemegang saham.

2.11. Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi


Perusahaan menerapkan PSAK 19: Aset Tak Berwujud secara prospektif untuk periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011. Oleh sebab itu, perusahaan
tidak menyesuaikan jumlah tercatat aset tak berwujud yang diakui pada tanggal tersebut tetapi
pada tanggal tersebut perusahaan menilai kembali umur manfaat aset tak berwujud.

2.12. Pertukaran Aset Serupa


Jika aset diukur sebelum tanggal efektif berdasarkan jumlah tercatat aset yang diserahkan,
maka perusahaan tidak perlu meyajikan kembali jumlah tercatat aset yang diperoleh untuk
mencerminkan nilai wajar aset tersebut pada tanggal perolehan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aset merupakan sumber daya yang bias dikendalikan oleh perusahaan sebagai akibat
peristiwa masa lalu, dan manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut diharapkan diterima
oleh perusahaan.
Aset tidak berwujud dapat didefinisikan sebagai aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi
tanpa wujud fisik.
Suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika dapat dipisahkan dan disewakan atau
ditukarkan, baik secara tersendiri atau Bersama-sama dengan kontrak terkait,

3.2 Saran
Aset tidak bewujud seperti manusia yang memiliki nilai yang tinggi seharusnya diatur
pada PSAK 19 bagaimana cara pengukuran dan perlakuan akuntansi nya.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat

Anda mungkin juga menyukai