Anda di halaman 1dari 21

TEORI AKUNTANSI

PSAK 55 (PENGAKUAN DAN PENGUKURAN) DAN PENGARUHNYA


TERHADAP AKUNTANSI

Dosen Pengampu:
Ataina Hudayati, Akt., MSi, PhD. C.A.

Disusun Oleh:
Arifah (1991903)
Rara Mita Mayang Aginsyah (1991913)
Raida Milla Hayati (1991914)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mulai mengadopsi IFRS
karena perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah memasuki persaingan pasar global
dengan tujuan menarik investor asig. Agar tujuan tersebut dapat terlaksana maka
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia harus disesuaikan dengan
standar akuntansi internasional (IFRS). Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS per
1 Januari 2012.
IFRS mulau mendapat perhatian dan menjadi suatu fenomena yang menarik di
Indonesia. Revisi demi revisi dilakukan terhadap Pernyatan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dalam mengadopsi IFRS salah satunya yaitu PSAK No. 55. Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) pada bulan September 2006 mengeluarkan exposure draft
(ED) PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang instrumen keuangan, yang merupakan
adopsi dari IAS 39 yang telah diamandemen. PSAK No. 55 (Revisi 2014) mengatur
tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan yang secara mendasar
mengubah metode pengukuran dan pengakuan.
Salah satu perubahan adalah pengakuan aset keuangan. PSAK No. 55 membagi
aset keuangan menjadi 4 klasifikasi yaitu: aset keuangan yang ditetapkan untuk
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh
tempo, pinjaman yang diberikan atau piutang dan aset untuk dijual. Diharapkan
dengan penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan tersebut dapat dimengerti
oleh para pengguna laporan keuangan. Perusahaan mencatat aset dan liabilitas
keuangan tertentu pada nilai wajar yang mengharuskan penggunaan estimasi
akuntansi. Perubahan nilai wajar aset dan liabilitas keuangan tersebut dapat
mempengaruhi secara langsung laba atau rugi perusahaan. Oleh karena itu PSAK
tersebut sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen keuangan?
2. Apa saja jenis dari instrumen keuangan?
3. Bagaimana pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan?
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan instrumen keuangan
2. Untuk mengetahui apa saja jenis instrumen keuangan
3. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan

ISI
A. Pengertian Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan (financial instrument) adalah kontrak yang mengakibatkan
timbulnya asset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen
ekuitas bagi entitas lainnya.
B. Tujuan PSAK 55
Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip dasar pengakuan dan
pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan
item nonkeuangan.
C. Ruang Lingkup PSAK 55
Pernyataan ini diterapkan oleh semua entitas untuk seluruh jenis instrumen
keungan, kecuali untuk:
1. Penyertaan entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura yang diatur dalam PSAK
15 dan PSAK 4.
2. Hak dan kewajiban dalam sewa yang diatur dalam PSAK 30.
3. Hak dan kewajiban pemberi kerja berdasarkan program imbalan kerja yang
diatur dalam PSAK 24.
4. Hak dan kewajiban yang timbul dalam kontrak asuransi diatur dalam PSAK 62.
5. Kontrak berjangka antara pihak pengakuisisi dan pemegang saham untuk
membeli atau membeli pihak yang diakuisisi yang akan menghasilkan
kombinasi bisnis di masa depan pada tanggal akuisisi yang memenuhi syarat
yang diperlukan untuk menerima persetujuan yang diperlukan dann untuk
menyelesaikan transaksi.
6. Komitmen pinjaman yang diberikan diatur dalam PSAK 57.
7. Instrumen, kontrak, dan kewajiban keuangan dalam transaksi pembayaran
berbasis saham yang diatur dalam PSAK 53.

D. Definisi
1. Derivatif
Instrumen keuangan yang nilainya bisa berubah sebagai akibat dari perubahan
variabel yang mendasarinya. Contoh: indeks suku bunga, kurs, harga
komoditas.
2. Aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar laba rugi
Aset atau keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan (misalnya untuk
dijual dalam waktu dekat pada masa mendatang) atau pada saat pengakuan awal
telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
pada saat pengakuan awal. Contoh: aset derivatif dan investasi dalam instrumen
utang dan ekuitas yang dimiliki dalam portofolio diperdagangkan.
3. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
jatuh temponya telah ditetapkan serta entitas mempunyai intensi positif dan
kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.
Contoh: Investasi dalam instrumen utang yang mempunyai kuotasi harga di
mana entitas memiliki niat dan mampu memiliki hingga jatuh tempo.
4. Pinjaman yang diberikan dan piutang
Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan
oleh entitas dan tidak mempunyai kuotasi harga di pasar aktif. Contoh: piutang
usaha, pinjaman yang diberikan, dan piutang wesel.
5. Aset keuangan tersedia untuk dijual
Aset keuangan non derivatif yang dirancang, tersedia untuk dijual atau yang
tidak diklasifikasikan dalam kategori diatas. Contoh: investasi dalam instrumen
utang dan ekuitas yang tidak termasuk dalam kategori lain.
6. Kontrak jaminan keuangan
Kontrak yang mensyaratkan penerbit melakukan pembayaran tertentu untuk
mengganti timbulnya kerugian karena debitur tertentu gagal melakukan
pembayaran pada saat jatuh tempo sesuai dengan persyaratan awal atau
persyaratan yang telah dimodifikasi dari instrumen utang.
7. Metode suku bunga efektif
Metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari
aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan
pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga
efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi
pembayaran atau penerimaan kas masa depan selama perkiraan umur dari
instrumen keuangan.
8. Penghentian pengakuan
Pengeluaran aset keuangan atau liabilitas keuangan yang sebenarnya telah
diakui dari laporan posisi keuangan entitas.
9. Efektivitas lindung nilai
Sejauh mana perubahan nilai wajar atau arus kas dari item yang dilindungi nilai
sehingga dapat diatribusikan pada risiko yang akan dilindungi nilai dapat saling
hapus dengan perubahan nilai wajar atau arus kas dari instrumen lindung nilai.
Derivatif Melekat
Derivatif melekat adalah suatu komponen dari instrumen campuran yang di
dalamnya termasuk kontrak utama non derivatif, yang mengakibatkan sebagian atau
seluruh arus kas yang diharuskan dalam kontrak dimodifikasi menurut variabel yang
telah ditentukan. Contoh dari variabel ini adalah harga komoditas dan suku bunga.
Derivatif melekat dapat dipisahkan dari kontrak utamanya apabila instrumen
campuran tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi hanya jika instrumen
terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat memenuhi
sebagai derivatif.
Kontrak utama derivatif melekat yang berupa instrumen keuangan dicatat
berdasarkan pernyataan ini hanya apabila derivatif melekat dipisahkan. Jika kontrak
memiliki satu atau lebih derivatif melekat dan jika pernyataan ini mensyaratkan
entitas untuk memisahkan derivatif melekat tetapi kontrak utamanya (entitas) tidak
bisa mengukur derivatif melekat secara terpisah maka entitas dapat menetapkan
keseluruhan kontrak dan instrumen campuran tersebut sebagai aset atau liabilitas
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

E. Pengakuan dan Penghentian Pengakuan


1. Pengakuan awal
Entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan dalam laporan posisi
keuangan, jika entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada
kontrak instrumen.
2. Penghentian pengakuan aset keuangan, entitas akan berhenti mengakui aset
keuangan jika:
a. Masa kontrak yang tertera pada instrumen keuangan itu habis.
b. Entitas mengalihkan instrumen tersebut ke pihak lain dengan alasan untuk
mendapatkan uang dari pengalihan instrumen keuangan dan entitas tidak
mampu lagi melakukan kewajibannya terhadap aset dan liabilitas keuangan
yang dimilikinya. Ketika entitas mengalihkan aset keuangan maka entitas
mengevaluasi sejauh mana entitas tetap memiliki risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset keuangan tersebut.
F. Evaluasi Risiko dan Manfaat Setelah Pengalihan Instrumen Keuangan
1. Entitas mengakui secara terpisah sebagai aset atau liabilitas untuk hak dan
kewajiban yang muncul atau masih tersisa setelah pengalihan.
2. Jika entitas setelah melakukan pengalihan masih memiliki seluruh risiko dan
manfaat dari instrumen keuangan tersebut maka entitas harus mengakuinya
sebagai aset keuangan.
3. Jika entitas tidak lagi memiliki pengendalian maka entitas harus berhenti
mengakui aset keuangan dan mengakuinya terpisah sebagai aset atau liabilitas
untuk setiap hak dan kewajiban yang muncul.
4. Jika entitas masih mempunyai pengendalian, maka entitas tetap mengakui aset
keuangan itu sebesar porsinya.

G. Pengalihan yang Diakui Sebagai Penghentian Pengakuan


1. Jika pengalihannya sesuai syarat pengalihan dan menyisakan hak pengendalian,
maka entitas akan mengakui hak pengendalian itu sebagai aset atau liabilitas
jasa pengelolaan.
2. Jika imbalan dari pengalihan tidak bisa mengkompensasi penyediaan jasa maka
harus diakui sesuai nilai wajar. Sedangkan jika bisa mengkompensasi maka
diakui hak jasa pengelolaan yang jumlahnya berdasarkan alokasi tercatat yang
lebih besar dari nilai wajar
3. Jika pengalihannya menghasilkan aset atau liabilitas keuangan yang baru maka
entitas mengakui sebagai nilai wajar.
Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan secara keseluruhan, maka
selisih antara jumlah tercatat dan jumlah dari pembayaran yang diterima dari setiap
keuntungan atau kerugian kumulatif akan diakui sebagai (Other Comrehensive
Income) OCI. Aset jasa keuangan yang dapat diakui sebagai bagian yang masih bisa
diakui, selisih antara jumlah yang dicatat yang dialokasikan pada bagian yang
dihentikan pengakuannya dan jumlah pembayaran diterima dari pengalihan atas laba
atau rugi akan diakui sebagai OCI.
Jika entitas mengalihkan dan memiliki secara substansial semua risiko dan
manfaat aset alihan itu serta masih memiliki hak pengendalian maka entitas harus
mengakuinya sebagai porsinya. Contoh: jika keterlibatan berkelanjutan berbentuk
jaminan atas aset alihan dengan jumlah maksimal pembayaran diterima oleh entitas
saat pengalihan.
Jika entitas mengakui aset karena adanya keterlibatan berkelanjutan, maka
entitas tetap mengakui liabilitas terkait yang diukur dengan nilai yang mencerminkan
hak dan kewajibannya. Biaya perolehan diamortisasi dari hak dan kewajiban yang
masih dimiliki entitas, jika aset alihan diukur pada biaya perolehan biaya
diamortisasi. Setara dengan nilai wajar dari hak dan kewajiban yang masih dimiliki
entitas apabila diukur secara terpisah apabila aset alihan diukur pada nilai wajar.
Jika keterlibatan berkelanjutan entitas hanya terhadap satu bagian saja dari aset
alihan keuangan , maka entitas mengalokasikan jumlah tercatat sebelumnya dari aset
keungan tersebut pada bagian yang tetap diakui berdasarkan keterlibatan
berkelanjutan dan bagian yang tidak diakui berdasarkan nilai wajar relatif dari kedua
bagian tersebut pada tanggal pengalihan. Selisih antara jumlah tercatat yang
dialokasikan pada bagian yang diterima yang tidak lagi diakui dan jumlah
pembayarann yang diterima dari pembagian yang tidak diakui setiap laba atau rugi
kumulatif yang diakui pada bagian yang tidak diakui lagi sehingga kemudian diakui
pada OCI.

Keseluruhan Pengalihan
1. Jika pihak yang menerima pengalihan sesuai kontrak memiliki hak untuk
menjual atau menjaminkan kembali agunan tersebut, maka pihak yang
mengalihkan mereklasifikasi aset tersebut terpisah dari aset lain dalam laporan
posisi keuangannya.
2. Jika pihak yang menerima pengalihan menjual agunan yang dijaminkan
padanya, maka pihak yang menerima pengalihan mengakui hasil penjualan
tersebut dan mengakui liabilitas yang diukur pada nilai wajar atas kewajibannya
untuk mengembalikan agunan tersebut.
3. Jika pihak yang mengalihkan gagal bayar berdasarkan ketentuan dalam kontrak
dan tidak lagi berhak untuk menarik agunannya, maka pihak yang mengalihakn
menghentikan pengakuan agunan tersebut, dan pihak yang menerima
pengalihan mengakui agunan tersebut sebagai asetnya yang diukur pada nilai
wajar pada saat pengakuan awal, atau jika pihak yang menerima pengalihan
sudah menjual agunan tersebut, maka pihak yang menerima pengalihan harus
menghentikan pengakuan kewajibannya untuk mengendalikan agunan tersebut.
4. Kecuali sebagaimana dimaksud pada poin (c), pihak yang mengalihkan tetap
mencatat agunan tersebut sebagai asetnya dan pihak yang menerima pengalihan
tidak diizinkan untuk mengakui agunan tersebut sebagai aset.

Pembelian atau Penjualan Aset Keuangan Reguler


Pembelian atau penjualan aset keuangan regular diakui dan dihentikan
pengakuannya menggunakan salah satu dari dua metode yaitu tanggal perdagangan
atau tanggal penyelesaian, untuk itu penggunaannya harus konsisten. Oleh karena itu
aset yang diperuntukan untuk dijual atau dikategorikan kedalam kategori yang
berbeda dengan aset yang diukur menggunakan nilai wajar melalui laba atau rugi.
Tanggal perdagangan adalah tanggal dimana entitas berkomitmen untuk
menjual atau membeli suatu aset. Tanggal perdagangan ini merujuk pada:
1. Pengakuan atas aset yang akan diterima dan liabilitas yang akan dibayar untuk
aset tersebut pada tanggal perdagangan.
2. Penghentian pengakuan aset yang dijual atas setiap keuntungan atau kerugian
dari pelepasan tersebut dan pengakuan piutang dari pembeli aset untuk
pembayaran pada tanggal perdagangan.
Tanggal penyelesaian adalah tanggal dimana aset diserahkan kepada atau oleh
entitas. Tanggal penyelesaian merujuk pada:
1. Penghentian pengakuan aset dan pengakuan setiap keuntungan atau kerugian
atas pelepasan tersebut pada tanggal penyerahan aset oleh entitas.
2. Pengakuan aset pada tanggal dimana aset tersebut diterima entitas.
Jika tanggal penyelesaian dipakai, maka entitas mencatat perubahan nilai wajar
aset yang diterima antara tanggal perdagangan dan penyelesaian dengan cara yang
sama seperti entitas mencatat aset yang diperoleh.

H. Penghentian Pengakuan Liabilitas Keuangan


Entitas menghapus liabilitas keuangan dari laporan posisi keuangannya, jika
liabilitas keuangan berakhir yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak
dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa. Selisih antara jumlah tercatat liabilitas
keuangan yang berakhir atau yang di alihkan pada pihak lain, dan imbalan yang
dibayarkan termasuk aset non kas yang dialihkan atau liabilitas yang ditanggung
diakui dalam laba rugi.

I. Pengukuran Pengukuran Awal Aset Keuangan dan Liabilitas


Keuangan
1. Pengukuran pada nilai wajar yang umumnya didapat dari harga transaksi.
2. Jika entitas tidak menggunakan nilai wajar maka entitas harus menggunakan
nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas.
3. Apabila nilai wajar aset keuangan atau liabilitas keuangan berbeda dari harga
transaksi maka pencatatan dilakukan sebagai berikut:
a. Nilai wajar akan didapatkan dari market price apabila terdapat perbedaan
nilai wajar dengan nilai transaksi maka diakuai antara keuntungan atau
kerugian.
b. Apabila terdapat keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan maka setelah
pengakuan awal keuntungan atau kerugian akan timbul akibat perubahan
faktor yang dipertimbangkan pelaku pasar saat menentukan nilai. Contoh:
faktor waktu.
Pengukuran Selanjutnya Aset Keuangan
Untuk tujuan pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal, pernyataan ini
mengklasifikasian aset keuangan dalam 4 kategori:
1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
2. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
3. Pinjaman yang diberikan atau piutang
4. Aset keuangan tersedia untuk dijual
Seluruh aset keuangan diukur pada nilai wajar tanpa dikurangi biaya transaksi
yang mungkin timbul pada penjualan atau pelepasan aset keuangan. Pengecualian
diberikan pada:
1. Pinjaman yang diberikan dan piutang
2. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
3. Investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki harga kuotasian di
pasar dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal
4. Derivatif yang harus diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas
tersebut
Pengukuran Selanjutnya Liabilitas Keuangan
Setelah pengakuan awal, entitas mengukur seluruh liabilitas keuangan pada
biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif,
kecuali:
1. Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Liabilitas
tersebut termasuk derivatif yang terkait dan diselesaikan melalui penyerahan
instrumen ekuitas yang tidak memiliki harga kuotasian di pasar aktif atas
instrumen identik yang nilai wajarnya tidak dapat duiukur secara andal
sehingga diukur pada biaya perolehan.
2. Liabilitas keuangan yang timbul ketika pengalihan aset keuangan tidak
memenuhi syarat penghentian pengakuan atau pengalihan yang dicatat
menggunakan pendekatan keterlibatan berkelanjutan.
3. Kontrak jaminan keuangan.
4. Komitmen untuk menyediakan pinjaman di bawah suku bunga.

J. Reklasifikasi
Reklasifikasi adalah pemindahan jumlah suatu akun ke akun lain. Entitas:
1. Tidak mereklasifikasikan derivatif dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
selama derivatif tersebut dimiliki.
2. Tidak mereklasifikasi setiap instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi jika pada pengakuan awal instrumen keuangan tersebut
ditetapkan oleh entitas yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
3. Dapat mereklasifikasikan aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi jika memenuhi persyaratan:
a. Situasi yang langka dalam artian bukan untuk tujuan penjualan atau
pembelian kembali dalam waktu dekat.
b. Aset keuangan memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang
dapat direklasifikasi pada nilai wajar melalui laba rugi jika entitas berniat
untuk memiliki aset keuangan untuk masa yang akan datang yang akan
diperkirakan hingga jatuh tempo.
Apabila entitas ingin mereklasifikasi keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi maka entitas tersebut harus mereklasifikasi pada tanggal
reklasifikasi. Jika terdapat keuntungan atau kerugian yang telah diakui (selisih)
sebelumnya, maka selisih tersebut tidak dapat dibalik pada tanggal reklasifikasi. Nilai
wajar pada tanggal reklasifikasi adalah biaya perolehan atau biaya perolehan
diamortisasi baru.
Jika terdapat perubahan intensi atau kemampuan entitas dimana instrumen
keuangan bukan investasi dimiliki hingga jatuh tempo maka entitas harus melakukan
reklasifikasi dimana instrumen keuangan tersebut akan dijadikan instrumen keuangan
tersedia untuk dijual (diukur kembali pada nilai wajar).
Selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar dicatat dan diakui pada OCI
sampai instrumen keuangan tersebut dihentikan pengakuannya. Terdapat
pengecualian untuk kerugian penurunan nilai dan keuntungan atau kerugian atas
perubahan kurs. Apabila terjadi penjualan, investasi dimiliki hingga jatuh tempo
dalam jumlah yang signifikan maka sisa investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
diklasifikasikan menjadi tersedia untuk dijual. Jika terdapat perubahan intensi atau
kemampuan entitas/jika ukuran andal atas nilai wajar tidak lagi tersedia maka aset
atau liabilitas keuangan dicatat pada nilai biaya perolehan atau biaya perolehan yang
diamortisasi.
Dalam kasus tersebut, nilai wajar dari aset atau liabilitas menjadi nilai biaya
perolehan atau biaya perolehan diamortisasi baru. Keuntungan atau kerugian yang
sebelumnya diakui pada OCI dicatat dengan cara:
1. Aset keuangan memiliki tanggal jatuh tempo yaitu keuntungan atau kerugian di
amortisasi ke laba rugi selama sisa umur investasi dimiliki hingga jatuh tempo
menggunakan suku bunga efektif.
2. Aset keuangan tidak memiliki tanggal jatuh tempo yang tetap yaitu keuntungan
atau kerugian akan tetap berada dalam penghasilan komprehensif lain sampai
aset keuangan tersebut dilepaskan maka keuntungan atau kerugian akan diakui
ke dalam laba rugi.
Terdapat 2 pengakuan kentungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai
wajar aset keuangan yang tidak termasuk dalam lindung nilai:
1. Diukur pada nilai wajar yang diakui pada laporan laba rugi.
2. Jika keuntungan atau kerugian diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual
maka akan diakui pada OCI.
Untuk aset dan liabilitas keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi, keuntungan atau kerugian diakui pada laba rugi ketika aset keuangan
dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai dan melalui proses
amortisasi. Untuk aset dan liabilitas keuangan yang diakui menggunakan akuntansi
tanggal penyelesaian, maka perubahan dalam nilai wajar aset antara tanggal transaksi
dan tanggal penyelesaian tidak diakui untuk aset yang dicatat pada biaya perolehan
atau biaya perolehan diamortisasi. Berikutnya untuk aset yang diukur menggunakan
nilai wajar maka perubahan nilai wajar akan diakui dalam laba rugi atau OCI.

K. Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan Diamortisasi


Apabila terdapat bukti objektif bahwa terjadinya kerugian penurunan nilai atas
pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang
dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, maka pengukuran kerugian dihitung dari
selisih antara jumlah tercatat aset dan nilai kini (PV) dari arus kas masa depan yang
didiskontokan menggunakan suku bunga efektif awal (saat pengakuan awal) dari aset.
Jumlah kerugian akan diakui pada laporan laba rugi. Jika pda periode berikutnya
terjadinya pengurangan nilai kerugian atas dasar peristiwa yang terjadi setelah
penurunan nilai diakui pada kerugian penurunan nilai yang diakui sebelumnya
dibalik.

L. Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan


Bukti objektif kerugian penurunan nilai atas instrumen ekuitas yang tidak
memiliki harga kuotasian di pasar aktif dan yang tidak diukur pada nilai wajar (tidak
dapat diukur secara andal) atau atas aset derivatif yang terkait dan harus diselesaikan
dengan penyerahan instrumen ekuitas maka pengukuran kerugian dengan cara
menghitung selisih antara jumlah tercatat aset keuangan dengan nilai kini (PV) dari
estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat imbal hasil yang
berlaku di pasar untuk aset keuntungan serupa. Dalam kasus ini kerugian penurunan
nilai tidak dapat dibalik.

M. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual


Penurunan nilai wajar atas aset keuangan tersedia untuk dijual maka penurunan
nilai tersebut akan dicatat pada OCI hal ini akan menjadi bukti objektif penurunan
nilai sehingga adanya kerugian. Pengakuan kerugian dihitung dengan cara
mereklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi meskipun
aset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya oleh karena itu hal ini tidak
dapat dibalik. Jumlah yang direklasifikasi adalah selisih biaya perolehan (net) dengan
nilai wajar kini (net). Jika pada periode selanjutnya nilai wajar mwningkat dan dapat
dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai
dalam laba rugi maka kerugian penurunan nilai dapat dibalik melalui laba rugi.

CRITICAL REVIEW

Judul PENGARUH CORPORATE GOVERNACE, INVESMENT


OPPORTUNITY SET, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PENERAPAN
PSAK 55 TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
Penulis 1. Lutviana Nur Hakiki
2. Badingatus Solikhah
Halaman Hal. 85-97
Volume Vol. 2 No. 2
Tahun 2019
Tujuan Penelitian Untuk menguji secara empirik pengaruh dari kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen,
investment opportunity set, ukuran perusahaan, dan penerapan PSAK 55
terhadap konservatisme akuntansi. Orisinalitas dalam penelitian ini yaitu
digunakannya penerapan PSAK 55 yang erat kaitannya dengan instrumen
keuangan perbankan sebagai variabel baru yang diduga dapat
mempengaruhi penerapan konservatisme akuntansi dalam perusahaan
perbankan.
Metode Penelitian Metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi data panel.
Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori agensi dan
teori akuntansi positif.

Teori agensi terkait dengan hubungan keagenan sebagai kontrak antara dua
pihak yaitu prinsipal dan agen untuk melakukan beberapa kegiatan atas
nama prinsipal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Teori
keagenan menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peran
penting dalam mengurangi masalah keagenan antara pihak manajemen
(agen) dengan stakeholder (prinsipal). Teori agensi menyatakan bahwa
adanya dewan komisaris independen dapat mengurangi permasalaham
moral hazard antara pemegang saham dan manajer dengan melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajemen serta untuk melindungi
kepentingan pemilik dan pemegang saham. Berdasarkan agensi teori,
asimetri informasi yang terjadi diantara pihak agen dan prinsipal dapat
dikurangi dengan adanya informasi keuangan yang berkualitas.

Teori akuntansi positif Didasarkan pada ketidakpuasan terhadap teori


normatif, dimana teori akuntansi positif ini lebih berorientasi kepada
penelitian yang bersifat empirik.
Ringkasan jurnal Standar akuntansi keuangan memberikan kebebasan (flexibility principle)
pada perusahaan dalam memilih metode dan estimasi akuntansi yang
digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang dianggap sesuai
demgan kondisi perusahaan (Sulastri & Anna, 2018). Menurut Salehi dan
Sehat (2018) informasi keuangan yang berkualitas mengarahkan pada
keputusan yang lebih baik dari calon investor dan memberikan kontribusi
yang lebih tepat pada alokasi sember keuangan mereka. Adanya kasus
manipulasi laporan keuagan dapat menyebabkan turunnya kepercayaan
stakeholder terhadap kaporan keuangan perusahaan. Di indonesia sendiri
masih banyak dijumpai perusahaan yang terindikasi melakukan manipulasi
laporan keuangan. Artinya, masih terdapat perusahaan yang belum
sepenuhnya menerapkan konsep konservatisme akuntansi.
Konsep konservatisme merupakan prinsip dasar yang selalu berpengaruh
terhadap praktik akuntansi dan pelaporan keuangan (Zeghal & Lahmar,
2018). Dan FASB menyebutkan bahwa konservatisme akuntansi sebagai
reaksi kebijakan terhadap ketidakpastian untuk mencoba memastikan bahwa
ketidakpastian dan risiko yang melekat pada suatu bisnis dipertimbangkan
secara memadai.
Penelitian ini menggunakan teori akuntansi positif dan teori agensi.
Berdasarkan indikator teori agensi indikator corporate governance yang
digunakan yiatu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
proporsi dewan komisaris independen. Indikator lainnya yaitu invesment
opportunity set, ukuran perusahaan dan penerapan PSAK 55 sebagai
variable independen. Sedangkan variable dependen yaitu konservatisme
akuntansi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik pengaruh dari
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan
komisaris independen, invesment opportunity set, ukuran perusahaan, dan
penerpan PSAK 55 terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaa
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017.
Data yang digunakan oleh peneliti adalah data sekunder yang dikumpulkan
dengan teknik dokumenter berupa laporan tahunan (Annual report)
perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2015-
2017 yang berjumlah 41 perusahaan. Metode pengambilan data sample
adalah sampel jenuh artinya menjadikan seluruh anggota populasi menjadi
sample.
Hasil dan pembahasan menyatakan, berdasarkan uji hasil simultan (uji
statistik f) bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
proporsi dewan komisaris independen, invesment opportunity set, ukuran
perusahaan, dan penerapan PSAK 55 secara simultan mempengaruhi
koinservatisme akuntansi secara signifikan.
Dan Berdasarkan hasil uji t menyatakan kebalikannya bahwa hanya
indikator ukuran perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi. Sedangkan indikator lainnya seperi kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, invesment
opportunity set dan penerapan PSAK 55 secara parsial tidak berpengaruh
terhadap konservatisme akuntansi.

Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh


positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
independen, investment opportunity set, dan penerapan PSAK 55 tidak
berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
Kelebihan  Peneliti menyampaikan latar belakang masalah dengan baik, selain
itu penelliti juga dapat menggambarkan urgensi dari topik penelitian
sehingga pembaca mudah memahami arah dari isi dan tujuan
penelitian.
 Menggambarkan alasan dipilihnya indikator (variable independen)
yang dipakai dalam penelitian ini.
 Menyertakam definisi setiap varibale yang digunakan beserta rumus
pengukurannya dalam sebauh table, sehingga pembaca bisa
mengetahui pengertian beserta rumus perhitungan didapatkannya
angka untuk uji hasil.
 Pada analisa hasil penelitian, disampaikan secara runtun dan jelas
karena menyertakan table hasil uji beserta keterangan hasil dalam
bentuk tulisan, sehingga pembaca akan memahami hasil dari uji
tersebut.
 Pembahasan hasil akhrir penelitian dijelaskan secara jelas setiap
variablenya dan menyertakan perbandingan hasil dari setiap variable
dengan hasil penelitian sebelumnya.
Kekurangan  Terdapat banyaknya kesalahan penulisan yang dilakukan. Selain itu
banyak kekeliruan antara sub judul dengan isi yang di bahas
sehingga akan membuat bingung para pembaca
 Tidak menjelaskan secara rinci seperti apa konsep konservatisme,
sehingga pembaca sedikit susah dalam memahami konsep tersebut.
 Jurnal tidak disertakan lampiran berupa nama-nama perusahaan
laporan keuangan sehingga pembaca tidak dapat mengetahui sumber
data yang akan diukur
Usulan  Lebih memperhatikan dalam hal penulisan dan ketepatan antara sub
judul dengan isi yang akan di bahas.
 Penulis sebaiknya mencantumkan hasil literasi penelitian terdahulu
agar mampu melihat keterbandingannya, setidaknya dengan
aktivitas sejenis.
 Seharusnya, pengambilan data atau hipotesa dijelaskan dengan
seksama mengenai pertimbangannya.
KESIMPULAN
Penerapan PSAK 55 bertujuan untuk untuk mengatur prinsip dasar pengakuan
dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau
penjualan item nonkeuangan. Klasifikasi aset keuangan yang di bahas dalam PSAK
55 adalah aset keuangan yang di ukur melalui nilai wajar melalui laba rugi, investasi
yang dimiliki hingg ajatuh tempo, pinjaman yang diberikan atau piutang, dan aset
yang tersedia untuk dijual. Sedangkan klasifikasi liabilitas keuagan adalah liabilitas
yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi dan liabilitas keuangan yang diukur
dengan biaya amortisasi.
Pada pengakuan awal instumen keuangan, entitas dapat mengakui aset atau
liabilitas keuangan dalam laporan neraca jika entitas menjadi salah satu pihak pada
kontrak instrumen keuangan tersebut. Entitas dapat menghentikan pengakuan jika
masa kontrak yang tertera pada instrumen keuangan telah habis dan pengalihkan
instrumen keuangan ke pihak lain. Tujuan pengalihan yang dilakukan untuk
mendapatkan uang dari pengalihan tersebut atau entitas tidak mempu melakukan
kewajiban terhadap aset dan liabilitas keuangan yahng dimilikinya.
Pengukuran awal aset keuangan dan liabilitasn keuangan diukur pada nilai
wajar umumnya adalah harga transaksi. Jika tidak diukur dengan nilai wajar maka
diukur dengan cara nilai wajar di tambahkan dengan biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehn atau penerbitan ase keuangan atau
liabilitas. Pengukuran selanjutnya aset keuangan yaitu diukur pada nilai wajar tanpa
dikurangi biaya transaksi yang mungkin timbul pada penjualan atau pelepasan aset.
Sedangkan pengukuran selanjutnya liabilitas keuangan diukur menggunakan biaya
perolehan yang damortisasi dengan metode suku bunga efektif
Lindung nilai adalah penggunaan instrumen derivatif atau instrumen keuangan
lainnya untuk emlindungi perusahaan dari risiko perubahan nilai wajar. Jenis linding
nilai adalah lindung nilai atas nilai wajar, lindung nilai atas arus kas, dan lindung nilai
atas investasi neto pada operasi diluar negeri. Item yang yang dilindung nilai adalah
instrumen derivatif, penerbitan suku bunga tetap yang telah diantisipasi, dan deposito
tak berwujud.

DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan) Edisi

Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2010. PSAK 55. Pengakuan dan Pengukuran Aset

Liabilitas, dan Kontrak Pembelian atau Penjualan Item Nonkeuangan.

Jakarta: IAI.

Anda mungkin juga menyukai