Dosen Pengampu:
Ataina Hudayati, Akt., MSi, PhD. C.A.
Disusun Oleh:
Arifah (1991903)
Rara Mita Mayang Aginsyah (1991913)
Raida Milla Hayati (1991914)
ISI
A. Pengertian Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan (financial instrument) adalah kontrak yang mengakibatkan
timbulnya asset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen
ekuitas bagi entitas lainnya.
B. Tujuan PSAK 55
Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip dasar pengakuan dan
pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan
item nonkeuangan.
C. Ruang Lingkup PSAK 55
Pernyataan ini diterapkan oleh semua entitas untuk seluruh jenis instrumen
keungan, kecuali untuk:
1. Penyertaan entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura yang diatur dalam PSAK
15 dan PSAK 4.
2. Hak dan kewajiban dalam sewa yang diatur dalam PSAK 30.
3. Hak dan kewajiban pemberi kerja berdasarkan program imbalan kerja yang
diatur dalam PSAK 24.
4. Hak dan kewajiban yang timbul dalam kontrak asuransi diatur dalam PSAK 62.
5. Kontrak berjangka antara pihak pengakuisisi dan pemegang saham untuk
membeli atau membeli pihak yang diakuisisi yang akan menghasilkan
kombinasi bisnis di masa depan pada tanggal akuisisi yang memenuhi syarat
yang diperlukan untuk menerima persetujuan yang diperlukan dann untuk
menyelesaikan transaksi.
6. Komitmen pinjaman yang diberikan diatur dalam PSAK 57.
7. Instrumen, kontrak, dan kewajiban keuangan dalam transaksi pembayaran
berbasis saham yang diatur dalam PSAK 53.
D. Definisi
1. Derivatif
Instrumen keuangan yang nilainya bisa berubah sebagai akibat dari perubahan
variabel yang mendasarinya. Contoh: indeks suku bunga, kurs, harga
komoditas.
2. Aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar laba rugi
Aset atau keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan (misalnya untuk
dijual dalam waktu dekat pada masa mendatang) atau pada saat pengakuan awal
telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
pada saat pengakuan awal. Contoh: aset derivatif dan investasi dalam instrumen
utang dan ekuitas yang dimiliki dalam portofolio diperdagangkan.
3. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
jatuh temponya telah ditetapkan serta entitas mempunyai intensi positif dan
kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.
Contoh: Investasi dalam instrumen utang yang mempunyai kuotasi harga di
mana entitas memiliki niat dan mampu memiliki hingga jatuh tempo.
4. Pinjaman yang diberikan dan piutang
Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan
oleh entitas dan tidak mempunyai kuotasi harga di pasar aktif. Contoh: piutang
usaha, pinjaman yang diberikan, dan piutang wesel.
5. Aset keuangan tersedia untuk dijual
Aset keuangan non derivatif yang dirancang, tersedia untuk dijual atau yang
tidak diklasifikasikan dalam kategori diatas. Contoh: investasi dalam instrumen
utang dan ekuitas yang tidak termasuk dalam kategori lain.
6. Kontrak jaminan keuangan
Kontrak yang mensyaratkan penerbit melakukan pembayaran tertentu untuk
mengganti timbulnya kerugian karena debitur tertentu gagal melakukan
pembayaran pada saat jatuh tempo sesuai dengan persyaratan awal atau
persyaratan yang telah dimodifikasi dari instrumen utang.
7. Metode suku bunga efektif
Metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari
aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan
pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga
efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi
pembayaran atau penerimaan kas masa depan selama perkiraan umur dari
instrumen keuangan.
8. Penghentian pengakuan
Pengeluaran aset keuangan atau liabilitas keuangan yang sebenarnya telah
diakui dari laporan posisi keuangan entitas.
9. Efektivitas lindung nilai
Sejauh mana perubahan nilai wajar atau arus kas dari item yang dilindungi nilai
sehingga dapat diatribusikan pada risiko yang akan dilindungi nilai dapat saling
hapus dengan perubahan nilai wajar atau arus kas dari instrumen lindung nilai.
Derivatif Melekat
Derivatif melekat adalah suatu komponen dari instrumen campuran yang di
dalamnya termasuk kontrak utama non derivatif, yang mengakibatkan sebagian atau
seluruh arus kas yang diharuskan dalam kontrak dimodifikasi menurut variabel yang
telah ditentukan. Contoh dari variabel ini adalah harga komoditas dan suku bunga.
Derivatif melekat dapat dipisahkan dari kontrak utamanya apabila instrumen
campuran tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi hanya jika instrumen
terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat memenuhi
sebagai derivatif.
Kontrak utama derivatif melekat yang berupa instrumen keuangan dicatat
berdasarkan pernyataan ini hanya apabila derivatif melekat dipisahkan. Jika kontrak
memiliki satu atau lebih derivatif melekat dan jika pernyataan ini mensyaratkan
entitas untuk memisahkan derivatif melekat tetapi kontrak utamanya (entitas) tidak
bisa mengukur derivatif melekat secara terpisah maka entitas dapat menetapkan
keseluruhan kontrak dan instrumen campuran tersebut sebagai aset atau liabilitas
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Keseluruhan Pengalihan
1. Jika pihak yang menerima pengalihan sesuai kontrak memiliki hak untuk
menjual atau menjaminkan kembali agunan tersebut, maka pihak yang
mengalihkan mereklasifikasi aset tersebut terpisah dari aset lain dalam laporan
posisi keuangannya.
2. Jika pihak yang menerima pengalihan menjual agunan yang dijaminkan
padanya, maka pihak yang menerima pengalihan mengakui hasil penjualan
tersebut dan mengakui liabilitas yang diukur pada nilai wajar atas kewajibannya
untuk mengembalikan agunan tersebut.
3. Jika pihak yang mengalihkan gagal bayar berdasarkan ketentuan dalam kontrak
dan tidak lagi berhak untuk menarik agunannya, maka pihak yang mengalihakn
menghentikan pengakuan agunan tersebut, dan pihak yang menerima
pengalihan mengakui agunan tersebut sebagai asetnya yang diukur pada nilai
wajar pada saat pengakuan awal, atau jika pihak yang menerima pengalihan
sudah menjual agunan tersebut, maka pihak yang menerima pengalihan harus
menghentikan pengakuan kewajibannya untuk mengendalikan agunan tersebut.
4. Kecuali sebagaimana dimaksud pada poin (c), pihak yang mengalihkan tetap
mencatat agunan tersebut sebagai asetnya dan pihak yang menerima pengalihan
tidak diizinkan untuk mengakui agunan tersebut sebagai aset.
J. Reklasifikasi
Reklasifikasi adalah pemindahan jumlah suatu akun ke akun lain. Entitas:
1. Tidak mereklasifikasikan derivatif dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
selama derivatif tersebut dimiliki.
2. Tidak mereklasifikasi setiap instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi jika pada pengakuan awal instrumen keuangan tersebut
ditetapkan oleh entitas yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
3. Dapat mereklasifikasikan aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi jika memenuhi persyaratan:
a. Situasi yang langka dalam artian bukan untuk tujuan penjualan atau
pembelian kembali dalam waktu dekat.
b. Aset keuangan memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang
dapat direklasifikasi pada nilai wajar melalui laba rugi jika entitas berniat
untuk memiliki aset keuangan untuk masa yang akan datang yang akan
diperkirakan hingga jatuh tempo.
Apabila entitas ingin mereklasifikasi keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi maka entitas tersebut harus mereklasifikasi pada tanggal
reklasifikasi. Jika terdapat keuntungan atau kerugian yang telah diakui (selisih)
sebelumnya, maka selisih tersebut tidak dapat dibalik pada tanggal reklasifikasi. Nilai
wajar pada tanggal reklasifikasi adalah biaya perolehan atau biaya perolehan
diamortisasi baru.
Jika terdapat perubahan intensi atau kemampuan entitas dimana instrumen
keuangan bukan investasi dimiliki hingga jatuh tempo maka entitas harus melakukan
reklasifikasi dimana instrumen keuangan tersebut akan dijadikan instrumen keuangan
tersedia untuk dijual (diukur kembali pada nilai wajar).
Selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar dicatat dan diakui pada OCI
sampai instrumen keuangan tersebut dihentikan pengakuannya. Terdapat
pengecualian untuk kerugian penurunan nilai dan keuntungan atau kerugian atas
perubahan kurs. Apabila terjadi penjualan, investasi dimiliki hingga jatuh tempo
dalam jumlah yang signifikan maka sisa investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
diklasifikasikan menjadi tersedia untuk dijual. Jika terdapat perubahan intensi atau
kemampuan entitas/jika ukuran andal atas nilai wajar tidak lagi tersedia maka aset
atau liabilitas keuangan dicatat pada nilai biaya perolehan atau biaya perolehan yang
diamortisasi.
Dalam kasus tersebut, nilai wajar dari aset atau liabilitas menjadi nilai biaya
perolehan atau biaya perolehan diamortisasi baru. Keuntungan atau kerugian yang
sebelumnya diakui pada OCI dicatat dengan cara:
1. Aset keuangan memiliki tanggal jatuh tempo yaitu keuntungan atau kerugian di
amortisasi ke laba rugi selama sisa umur investasi dimiliki hingga jatuh tempo
menggunakan suku bunga efektif.
2. Aset keuangan tidak memiliki tanggal jatuh tempo yang tetap yaitu keuntungan
atau kerugian akan tetap berada dalam penghasilan komprehensif lain sampai
aset keuangan tersebut dilepaskan maka keuntungan atau kerugian akan diakui
ke dalam laba rugi.
Terdapat 2 pengakuan kentungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai
wajar aset keuangan yang tidak termasuk dalam lindung nilai:
1. Diukur pada nilai wajar yang diakui pada laporan laba rugi.
2. Jika keuntungan atau kerugian diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual
maka akan diakui pada OCI.
Untuk aset dan liabilitas keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi, keuntungan atau kerugian diakui pada laba rugi ketika aset keuangan
dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai dan melalui proses
amortisasi. Untuk aset dan liabilitas keuangan yang diakui menggunakan akuntansi
tanggal penyelesaian, maka perubahan dalam nilai wajar aset antara tanggal transaksi
dan tanggal penyelesaian tidak diakui untuk aset yang dicatat pada biaya perolehan
atau biaya perolehan diamortisasi. Berikutnya untuk aset yang diukur menggunakan
nilai wajar maka perubahan nilai wajar akan diakui dalam laba rugi atau OCI.
CRITICAL REVIEW
Teori agensi terkait dengan hubungan keagenan sebagai kontrak antara dua
pihak yaitu prinsipal dan agen untuk melakukan beberapa kegiatan atas
nama prinsipal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Teori
keagenan menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peran
penting dalam mengurangi masalah keagenan antara pihak manajemen
(agen) dengan stakeholder (prinsipal). Teori agensi menyatakan bahwa
adanya dewan komisaris independen dapat mengurangi permasalaham
moral hazard antara pemegang saham dan manajer dengan melakukan
pengawasan terhadap kinerja manajemen serta untuk melindungi
kepentingan pemilik dan pemegang saham. Berdasarkan agensi teori,
asimetri informasi yang terjadi diantara pihak agen dan prinsipal dapat
dikurangi dengan adanya informasi keuangan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2010. PSAK 55. Pengakuan dan Pengukuran Aset
Jakarta: IAI.