Dosen Pengampu: Dra. Rawintan Endas Binti, M.Com, MTQM (Hons), Ak, CA, CMA (Aus)
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Akuntansi Industri Khusus : Instrumen Keuangan PSAK 71” ini dengan
tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Rawintan Endas Binti, M.Com,
MTQM (Hons), Ak, CA, CMA (Aus) selaku dosen Mata Kuliah Akuntansi Industri Khusus.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya di masa depan. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan meningkatkan pengetahuan bagi pembaca.
Terima kasih atas perhatiannya.
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2014, IASB menerbitkan IFRS 9 Financial Instruments, yang menggantikan
IAS 29 Financial Instruments: recognition and measurement, yang kemudian diadopsi ke dalam
PSAK 71 Instrumen Keuangan oleh DSAK IAI pada tanggal 26 Juli 2017.
LANDASAN TEORI
PSAK 71 PSAK 55
FVTPL (Fair Value Through Profit or FVTPL (Fair Value Through Profit or
Loss) Loss)
Reklasifikasi aset keuangan diatur dengan aturan yang sangat ketat dan jarang terjadi.
Selain itu, entitas harus memenuhi persyaratan penurunan nilai untuk mengakui dan
mengukur penyisihan kerugian atas aset keuangan yang diukur pada nilai wajar. Tujuannya
adalah untuk mengakui kerugian kredit yang diharapkan terjadi selama umur instrumen
keuangan yang memiliki risiko kredit yang signifikan, dengan mempertimbangkan
informasi masa lalu, kondisi saat ini dan ekspektasi kondisi di masa datang. Persyaratan
penurunan nilai dibagi menjadi dua area:
Ini adalah tiga faktor yang digunakan untuk menentukan kerugian kredit ekspektasian dari
aset keuangan:
1. Probabilitas tertimbang merujuk pada kemungkinan kegagalan pembayaran saat jatuh
tempo, probabilitas terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa, dengan
mempertimbangkan berbagai skenario yang mungkin terjadi. PSAK 71 mengharuskan
perusahaan untuk mengevaluasi risiko kredit yang terkait dengan aset keuangan dan
memperhitungkan probabilitas kegagalan pembayaran yang terkait dengan aset
tersebut. Jika kemungkinan kegagalan pembayaran tinggi, perusahaan harus
menyesuaikan nilai aset keuangan dengan kerugian kredit yang diharapkan.
PSAK 71 mengharuskan perusahaan untuk mengevaluasi risiko kredit yang terkait
dengan aset keuangan mereka dan mempertimbangkan probabilitas kegagalan
pembayaran yang terkait. Probabilitas tertimbang merujuk pada kemungkinan
kegagalan pembayaran pada saat jatuh tempo, dengan mempertimbangkan berbagai
skenario yang mungkin terjadi. Jika kemungkinan kegagalan pembayaran tinggi,
perusahaan harus menyesuaikan nilai aset keuangan dengan kerugian kredit yang
diharapkan.
2. Nilai waktu atas uang adalah konsep yang menyatakan bahwa yang mencerminkan
fakta nilai uang sekarang lebih tinggi daripada nilai uang di masa depan. Konsep ini
dapat dihitung dengan menggunakan suku bunga efektif atau dengan menggunakan
metode penilaian tertentu untuk menentukan suku bunga yang relevan. Oleh karena
itu, PSAK 71 memerintahkan perusahaan untuk mempertimbangkan nilai waktu atas
uang dalam menghitung kerugian kredit yang diharapkan. Dalam hal ini, semakin lama
aset keuangan jatuh tempo, semakin besar kemungkinan kerugian kredit yang
diharapkan.
Konsep nilai waktu atas uang menyatakan bahwa nilai uang saat ini lebih tinggi
daripada nilai uang di masa depan. Dalam menghitung kerugian kredit yang
diharapkan, PSAK 71 memerintahkan perusahaan untuk mempertimbangkan nilai
waktu atas uang. Semakin lama aset keuangan jatuh tempo, semakin besar
kemungkinan terjadinya kerugian kredit yang diharapkan.
3. Kekurangan kas, yang menggambarkan perbedaan antara arus kas yang harus dibayar
oleh entitas dan arus kas yang diterima dari kontrak keuangan, dan terjadi ketika
perusahaan tidak memiliki cukup uang tunai untuk membayar kewajiban yang jatuh
tempo. PSAK 71 mengharuskan perusahaan untuk mempertimbangkan kekurangan
kas dalam menghitung kerugian kredit yang diharapkan. Dalam konteks ini, jika
perusahaan mengalami kekurangan kas, mereka harus menyesuaikan nilai aset
keuangan dengan kerugian kredit yang diharapkan.
Kekurangan kas terjadi ketika perusahaan tidak memiliki cukup uang tunai untuk
membayar kewajiban yang jatuh tempo. PSAK 71 mewajibkan perusahaan untuk
mempertimbangkan kekurangan kas dalam menghitung kerugian kredit yang
diharapkan. Jika perusahaan mengalami kekurangan kas, mereka harus menyesuaikan
nilai aset keuangan dengan kerugian kredit yang diharapkan.
Secara keseluruhan, PSAK 71 membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan
mengukur risiko kredit dari aset keuangan serta mempertimbangkan kerugian kredit yang
diharapkan secara obyektif. Dengan demikian, perusahaan dapat membuat keputusan bisnis
yang lebih baik dan lebih akurat dalam mengelola risiko kredit dari aset keuangan
2.11 Akuntansi Lindung Nilai
PSAK 71 juga mencakup ketentuan tentang akuntansi lindung nilai atau hedging dalam
aset keuangan. Hedging adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk melindungi
nilai aset atau kewajiban mereka dari perubahan nilai tukar atau harga pasar.
Dalam PSAK 71, perusahaan diizinkan untuk melakukan lindung nilai dengan
menggunakan instrumen derivatif seperti kontrak berjangka atau opsi. Perusahaan harus
mengevaluasi apakah instrumen derivatif tersebut efektif dalam melindungi nilai aset atau
kewajiban mereka. Jika efektif, perubahan nilai instrumen derivatif tersebut dapat dicatat
dalam laporan keuangan sebagai lindung nilai.
Agar dapat diakui sebagai lindung nilai, strategi hedging yang digunakan harus memenuhi
kriteria berikut:
1. Adanya hubungan lindung nilai yang jelas antara instrumen derivatif dan aset atau
kewajiban yang dilindungi.
2. Efektivitas lindung nilai dapat diukur secara objektif.
3. Dampak lindung nilai terhadap kinerja perusahaan harus tercermin dalam laporan
keuangan.
Perusahaan juga diwajibkan untuk menjaga dokumentasi yang memadai dan menyediakan
informasi transparan mengenai strategi hedging yang digunakan serta dampaknya pada
laporan keuangan.
Tujuan pengaturan akuntansi lindung nilai dalam PSAK 71 adalah membantu perusahaan
mengelola risiko pasar dan mengurangi fluktuasi nilai aset dan kewajiban mereka akibat
perubahan harga pasar atau nilai tukar. Dengan menggunakan strategi hedging yang
efektif, perusahaan dapat mengurangi risiko dan meningkatkan kepercayaan investor dalam
membuat keputusan investasi terkait perusahaan.
STUDI KASUS
BOPO Presentase
Berdasarkan Catatan akhir Laporan Keuangan PT Bank Rakyat Indinesia (Persero) Tbk.
Periode 2019, perusahaan menggunakan kebijakan incurred loss yang sesuai dengan PSAK
55. Pada laporan keuangan PT BRI periode tahun 2019, asset keuangan dinilai mengalami
penurunan apabila terdapat sebuah bukti terhadap objektif yang menunjukan bahwa adanya
suatu hal yang merugikan setelah pengakuan awal asset keuangan tersebut. Fenomena
tersebut juga memberikan dampak pada arus kas di masa yang akan datang terhadap asset
keuangan serta dapat diestimasi secara handal.
4. Penerbit atau pihak peminjam mengalami krisis keuangan yang cukup signifikan;
5. Terjadinya pelanggaran kontrak;
6. Pihak pemberi pinjaman memberikan keringanan (konsesi) terhadap pihak peminjam
yang sedang mengalami kesulitan keuangan;
7. Adanya suatu kemungkinan kedepannya pihak peminjam dapat dinyatakan pailit atau
terjadinya reorganisasi keuangan lainnya;
8. Hilangnya pasar aktif dari asset keuangan tersebut;
9. Aset keuangan memiliki indikasi bahwa adanya penurunan yang dapat diukur atas
estimasi arus kas masa datang.
Jangka waktu terjadinya fenomena dan teridentifikasinya kerugian akan ditentukan oleh
pihak manajemen setiap periode portofolio, berkisar antara 3 (tiga) hingga 12 (dua belas)
bulan atau bahkan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama. Oleh karena itu percadangan
piutang yang disajikan pada laporan keuangan tanggal 31 Desember 2019 ialah sebesai Rp
34.926.050.000.000,-
Akan tetapi pada tahun 2020, PT BRI mengubah kebijakan mereka dalam CKPN dan
mengikuti PSAK 71. Perusahaan tidak menyisihkan kerugian kredit ekspetasian pada
investasi instrument ekuitas. Perusahaan mengukur cadangan kerugian kredit ekspetasian
seumur hidup. Perusahaan menyimpulkan bahwa instrument utang memiliki risiko kredit
yang rendah ketika tingkat risiko kreditnya setara dengan global investment grade. Kerugian
kredit ekspektasian 12 bulan adalah bagian dari kerugian kredit ekspektasian sepanjang
umurnya yang merepresentasikan kerugian kredit ekspektasian yang timbul dari peristiwa
gagal bayar instrumen keuangan yang mungkin terjadi dalam 12 bulan setelah tanggal
pelaporan. Dengan menerapkan PSAK 71, PT BRI memiliki cadangan kerugian sebesar Rp
53.512.792.000.000,- atau terjadi peningkatan sebesar Rp 18.586.742.000.000,-
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PSAK 71 tidak akan secara signifikan mengubah penyajian CKPN dalam laporan keuangan,
kecuali bank perlu mengungkapkan lebih banyak metode dalam pengukuran CKPN dan dalam
perhitungan dalam CaLK. Untuk pengukuran CKPN, bank mengklasifikasikan hasil pengukuran
menjadi standar yang lebih rinci dalam klasifikasi metode tunggal dan kolektif.
4.2 Saran
Bank perlu memperhatikan proses pemberian kredit kepada nasabah dan membentuk CKPN
sejak awal sesuai dengan ketentuan di PSAK 71. Dengan memberikan kredit secara bertanggung
jawab, dapat mencegah dampak negatif pada laporan keuangan dan menjaga kinerja keuangan
yang baik.
JUDUL SKRIPSI
Anggie Darmawan:
Analisis Dampak Penerapan PSAK 71 Terhadap Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai Pada Perusahaan Sektor Jasa Keuangan
Elvira Agustina:
Pengaruh Penerapan PSAK 71 Terhadap Pencadangan Piutang Pada Perusahaan Sub Sektor
Perbankan di Indonesia