Anda di halaman 1dari 53

BAB 23

ISU LAIN SEPUTAR


AKUNTANSI KEUANGAN

www.omegaakuntansi.com
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan
mampu:
1. Menjelaskan SAK ETAP sebagai salah satu pilar
SAK.
2. Menjelaskan perbedaan SAK ETAP dan SAK Umum.
3. Menjelaskan karakteristik kualitatif dan prinsip
pervasif SAK ETAP.
4. Menjelaskan perlakuan akuntansi yang diatur
dalam SAK ETAP.
5. Menjelaskan jenis-jenis peristiwa setelah periode
pelaporan.
RERANGKA BAB
Isu Lain Seputar
Akuntansi
Keuangan

Peristiwa Setelah Pengukuran Nilai


SAK ETAP
Periode Pelaporan Wajar

Pengakuan dan
Ruang Lingkup Pengukuran Pengukuran

Karakteristik
Kualifikasi dan Pengungkapan
Prindip Pervasif Pengakuan

Perlakuan
Akuntansi SAK
ETAP
SAK ETAP

PERISTIWA SETELAH
PERIODE PELAPORAN

PENGUKURAN
NILAI WAJAR
SAK ETAP
Ruang Lingkup

Karakteristik Kualifikasi dan


Prinsip Pervasif

Perlakuan Akuntansi menurut


SAK ETAP
Ruang Lingkup SAK ETAP

Standar Akuntansi Keungan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK


ETAP) diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dan secara efektif
mulai berlaku pada atau setelah 1 Januari 2011.

Ditujukan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik


signifikan dan menerbitkan laporan keungan untuk tujuan umum bagi
pengguna eksternal.

Ditujukan agar UMKM dapat menyusun laporan keuangan sendiri,


sehingga dapat diaudit dan memperoleh opini audit.
Karakteristik Kualifikasi dan Prinsip Pervasif

Tujuan Laporan Keuangan yang tertuang dalam Konsep dan Prinsip


SAK ETAP:
Menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan
arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambulan keputusan ekonomi.

Karakteristik Kualitatif

Prinsip Pervasif
Karakteristik Kualitatif

Dapat dipahami Relevan Materialitas Keandalan

Substansi
Pertimbangan Dapat
mengungguli Kelengkapan
sehat dibandingkan
bentuk

Keseimbangan
Tepat waktu antara biaya dan
manfaat
Prinsip Pervasif

Prinsip pervasif berarti pengakuan dan pengukuran berpengaruh luas.

Persyaratan pengakuan aset, liabilitas, pendapatan, dan beban dalam SAK ETAP
didasarkan pada prinsip pervasif dari Kerangka Dasar Penyajian dan Pengukuran
Laporan Keuangan (KDPPLK).

Diperlukan dalam membuat pertimbangan terhadap perlakuan akuntansi,


peristiwa, atau kondisi lainnya yang tidak secara spesifik diatur dalam SAK ETAP,
sehingga entitas harus mengacu dan mempertimbangkan penerapan dari
sumber-sumber berdasarkan hierarki sebagai berikut:
1. Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan isu
seruoa dan terkait.
2. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas,
pendapatan, serta beban dan prinsip pervasif.

Suatu pos diakui sebagai aset, liabilitas, pendapatan, serta beban jika memenuhi
kriteria berikut:
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos
tersebut mengalir dari atau ke dalam entitas.
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
Perlakuan Akuntansi menurut SAK ETAP
Minimal mencakup:
1. Kas dan setara kas
2. Piutang usaha dan piutang lainnya
3. Persediaan
4. Properti Investasi
5. Aset Tetap
6. Aset tak berwujud
7. Utang usaha dan utang lainnya
8. Aset dan kewajiban pajak
9. Kewajiban diestimasi (provisi)
10.Ekuitas

Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tidak lancar menggunakan


kriteria yang sama seperti yang diatur dalam SAK Umum.

Kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek danjangka


panjang menggunakan kriteria yang sama seperti yang diatur dalam SAK
Umum.
Minimal mencakup:
1. Pendapatan
2. Beban Keuangan
3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode
ekuitas
4. Beban pajak
5. Laba atau rugi bersih
SAK ETAP tidak memperkenankan adanya penyajian dan pengungkapan
mengenai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun catatan
atas laporan keuangan.

Entitas dianjurkan untuk menyajikan analisis beban berdasarkan sifat


atau fungsi beban dalam entitas.

Menyajikan:
1. Laba atau rugi untuk satu periode
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
3. Pengaruh perubahan kebijakan akuntansu dan koreksi kesalahan
4. Rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode,
diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasak dari:
a. Laba atau rugi
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
c. Jumlah investasi, dividen, dan distribusi lainnya ke pemilik
ekuitas.
Informasi tambahan yang harus dicantumkan ketika entitas menyusun
“Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba” sebagai pengganti “Laporan Laba
Rugi” dan “Laporan Perubahan Ekuitas”:

1. Saldo laba pada awal periode pelaporan.


2. Dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama
periode.
3. Penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periode lalu.
4. Penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan akuntansi.
5. Saldo laba pada akhir periode pelaporan.
Contoh Laporan Laba Rugi
Contoh Laporan Perubahan Ekuitas
Contoh Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas.

Disusun dengan mengelompokkan perubahan kas selama satu periode


dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Memuat informasi tentang:


1. Dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
tertentu yang digunakan.
2. Informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan
dalam laporan keuangan.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
Urutan Penyajian dalam
Catatan atas Laporan Keuangan

1. Pernyataan bahwa laporan keuangan disusun sesuai SAK ETAP

2. Ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan yang ditetapkan.

3. Informasi yang mendukung pos-pos dalam laporan keuangan sesuai


urutan penyajian setiap komponen laporan keuangan dan urutan
penyajian pos-pos tertentu.

4. Pengungkapan lain
Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi, kejadian, atau
keadaan lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP (kecuali
jika dampaknya tidak material).

Jika SAK ETAP tidak secara spesifik mengatur, manajemen harus


menggunakan pertimbangan (judgement) untuk mengembangkan dan
menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang relevan dan valid.

Kebijakan akuntansi harus diterapkan secara konsisten.

Perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif.


Pengaruh perubahan estimasi akuntansi diakui secara prospektif,
dengan cara memasukkannya ke laporan laba rugi pada peride berjalan
jika perubahannya hanya berpengaruh pada periode tersebut.

Koreksi kesalahan periode lalu dilakukan secara retrospektif dengan


cara:
1. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode penyajian
sebelumnya di mana kesalahan tersebut terjadi; atau
2. Jika kesalahan terjadi sebelum periode penyajian paling awal, maka
saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas periode penyajian paling
awal disajikan kembali.
Investasi efek adalah utang atau ekuitas. Pada saat perolehan awal,
entitas mengklasifikasikan efek utang dan ekuitas ke dalam salah satu
dari tiga kelompok berikut:
1. Dimiliki hingga jatuh tempo (yield to maturity)
2. Diperdagangkan (trading).
3. Tersedia untuk dijual (available for sale)

Diukur pada nilai mana yang lebih rendah antara biaya perolehan
(mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya)
dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual.
Jenis persediaan yang tidak dapat dipertukarkan diukur menggunakan
identifikasi khusus atas biayanya secara individual.
Jenis persediaan yang lain dapat diukur menggunakan asumsi arus
biaya, atau yang dikenal dengan istilah rumus biaya (FIFO, atau rata-
rata tertimbang). SAK ETAP tidak memperkenankan penggunaan
rumus biaya LIFO.
Disajikan pada bagian Disajikan sebagai
ekuitas Penghasilan
Komprehensif Lain

Diukur menggunakan Diukur menggunakan


metode biaya metode ekuitas
Diukur menggunakan
metode ekuitas, tidak Konsolidasi
dikonsolidasi

Investasi pada entitas anak diakui sebesar biaya perolehan dan


selanjutnya disesuaikan untuk mencerminkan bagian investor atas laba
atau rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak.

Satu alternatif pengukuran


menggunakan metode biaya Alternatif metode pengukuran:
perolehan.
• Metode biaya perolehan
Revaluasi aset tetap dapat • Metode Nilai Wajar
dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah.
Alternatif metode pengukuran:
Satu alternatif pengukuran
menggunakan metode biaya
• Metode biaya perolehan
perolehan.
• Metode Nilai Wajar

Beban penyusutan aset tetap dan properti investasi diakui dalam


laporan laba rugi, dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan dan
berhenti pada saat aset dihentikan pengakuannya. Metode yang
dapat digunakan antara lain: metode garis lurus, metode saldo
menurun, dan metode jumlah unit produksi.
Alternatif metode
Satu alternatif pengukuran pengukuran:
menggunakan metode
biaya perolehan. • Metode biaya perolehan
• Metode Nilai Wajar

Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal seperti merek,


logo, judul publikasi, daftar konsumen, diakui sebagai beban.

Setelah pengakuan awal, aset tak berwujud diukur pada biaya


perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi kerugian
penurunan nilai.
Kewajiban diestimasi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum
pasti, misalnya kewajiban garansi produk yang diberikan kepada konsumen.

Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari


peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau
tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih masa depan yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali entitas.

Akuntansi ekuitas untuk badan usaha bukan PT dilaporkan sesuai dengan


peraturan perundangan berlaku dan standar akuntansi keuangan yang
relevan.

Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT pencatatan penambahan


modalnya disetor berdasarkan jumlah uang yang diterima, besarnya tagihan
yang timbul, atau utang yang dikonversi menjadi modal, setoran dalam
dividen saham diukur berdasarkan harga wajar saham yang disepakati dalam
RUPS, nilai wajar barang jika setoran saham dalambentuk barang.
1. Perlakuan Menggunakan Metode Biaya
Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga perolehan kembali,
disajikan sebagai pengurang akun Modal Saham. Selisih harga perolehan
kembali dengan nilai jual disajikan sebagai pengurang atau penambah
akun Agio Saham.

2. Perlakuan Menggunakan Nilai Nominal (par value)


Saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nomunal saham yang
bersangkutam dan disajikan sebagai pengurang akun Modal Saham.
Diukur berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau
masih harus diterima.
Pendapatan penjualan barang, diakui ketika kondisi-kondisi berikut ini
terpenuhi:
a. Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang signifikan dari
kepemilikan barang kepada pembeli.
b. Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan keterlibatan
manajerial, kepemilikan ataupun kontrol efektif atas barang yang
terjual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
d. Ada kemungkunan besar manfaat ekonomui akan mengalir masuk ke
dalam entitas.
e. Biaya yang telah atau akan terjadi dapat diukur dengan andal
Pendapatan jasa dapat diakui oleh entitas berdasarkan tahap
penyelesaiannya jika hasil transaksi penyediaan jasa dapat diukur
dengan andal (metode persentase penyelesaian).
Jika pendapatan kontrak konstruksi dapat diestimasi dengan andal,
maka entitas mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang
berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-masing sebagai
pendapatan dan beban berdasarkan tingkat penyelesaian aktivitas
kontrak (metode persentase penyelesaian).

Jika hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi dengan andal,


maka entitas:
a. Mengakui pendapatan hanya sebesar nilai biaya kontrak yang
kemungkinan besar dipulihkan;
b. Mengakui biaya kontrak sebagai beban sesuai dengan periode
terjadinya.

Pendapatan bunga, royalti, dan dividen diakui ketika:


a. Ada kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir kepada
entitas; dan
b. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Pada setiap tanggal pelaporan, entitas harus menilai pakah terdapat
indikasi penurunan nilai. Jika ada, entitas harus mengestimasi
jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut.

Penurunan nilai aset terjadi ketika nilai tercatat aset melebihi


jumlah yang dapat diperoleh kembali.
Imbalan kerja jangka pendek, diukur pada nilai yang diakui, yaitu
biaya atas seluruh imbalan kerja yang menjadi hak pekerja.

Imbalan kerja pascakerja, diklasifikasikan menjadi:


1. Program iuran pasti (defined contribution plan)
2. Program imbalan pasti (defined benefit plan)
PERISTIWA SETELAH PERIODE
PELAPORAN

DEFINISI

PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN

PENGUNGKAPAN
DEFINISI PERISTIWA SETELAH
PERIODE PELAPORAN

Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa-


peristiwa, baik menguntungkan maupun tidak
menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode
pelaporan sampai dengan tanggal penyelesaian laporan
keuangan.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN

1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi


yang telah terjadi pada akhir periode pelaporan.
➢ Memerlukan penyesuaian terhadap jumlah yang
diakui dalam laporan keuangan atau mengakui pos
yang belum diakui.
➢ Dikenal dengan istilah peristiwa penyesuai
(adjusting event)
➢ Contoh: Kebangkrutan suatu pelanggan yang
terjadi setelah periode pelaporan, penemuan
kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan
bahwa laporan keuangan tidak benar (baca Contoh
23.1 dan 23.2 pada buku halaman 433–434)
Contoh Peristiwa Penyesuai
(pada buku halaman 433)
Contoh Peristiwa Penyesuai
(pada buku halaman 433)
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu
kondisi setelah akhir periode pelaporan.
➢ Tidak memerlukan penyesuaian.
➢ Dikenal dengan istilah peristiwa nonpenyesuai
(non-adjusting event)
➢ Contoh: penurunan harga pasar investasi pada
akhir periode pelaporan dan tanggal penyesuaian
laporan keuangan, pengumuman dividen yang
dilakukan setelah periode pelaporan (baca Contoh
23.3, 23.4 dan 23.5 pada buku halaman 434)
Contoh Peristiwa Nonpenyesuai
(pada buku halaman 434)
PENGUNGKAPAN PERISTIWA SETELAH
PERIODE PELAPORAN
1. Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit pada
pihak yang bertanggung jawab mengotorisasi laporan
keuangan.

2. Untuk informasi yang diterima setelah periode pelaporan


tentang kondisi yang ada pada akhir periode, maka entitas
memutakhirkan pengungkapan terkait dalam catatan atas
laporan keuangan atas informasi terkini.

3. Untuk peristiwa nonpenyesuai, entitas mengungkapkan


informasi mengenai sifat peristiwa, estimasi atas dampak
keuangan yang ditimbulkan atau pernyataan bahwa
estimasi tersebut tidak dapat dibuat.
PENGUKURAN NILAI WAJAR

DEFINISI

PENGUKURAN

PENGUNGKAPAN
DEFINISI NILAI WAJAR

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk


menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur
antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Hierarki nilai wajar dibuat untuk meningkatkan konsistensi dan
daya banding dalam pengukuran nilai wajar dan pengungkapan.

Hierarki nilai wajar mengategorikan input (asumsi yang digunakan


pelaku pasar ketika menentukan harga aset atau liabilitas) menjadi
tiga level:

1. Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di


pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik yang dapat
diakses oleh entitas pada tanggal pengukuran.
2. Input Level 2, yaitu harga kuotasian yang termasuk dalam
level 1, yang dapat diobservasi untuk aset dan liabilitas, baik
secara langsung maupun tidak langsung)
3. Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk
aset atau liabilitas.
Tabel Hierarki Nilai Wajar
PENGUKURAN NILAI WAJAR

Panduan sesuai PSAK 68 dalam mengukur nilai


wajar:
1. Memperhitungkan karakteristik aset atau liabilitas
2. Aset dan liabilitas dipertukarkan dalam transaksi
yang teratur
3. Transaksi terjadi di pasar utama (pasar yang
paling menguntungkan)
4. Menggunakan premis pada penggunaan tertinggi
dan terbaik
5. Menggunakan teknik penilaian yang sesuai
Contoh Pasar Utama (Pasar yang Paling Menguntungkan)
Level 1
Contoh Penggunaan Tertinggi dan Terbaik
Teknik Penilaian untuk Mengukur Nilai Wajar
1. Pendekatan pasar (market approach)
2. Pendekatan biaya (cost approach)
3. Pendekatan penghasilan (income approach)
PENGUNGKAPAN NILAI WAJAR

1. Pengukuran nilai wajar pada akhir periode pelaporan


2. Alasan pengukuran
3. Level hierarki nilai wajar
4. Jumlah perpindahan, alasan perpindahan, dan
kebijakan entitas dalam menentukan kapan
perpindahan dilakukan (antara level 1 dan 2)
5. Deskripsi teknik penilaian dan input yang digunakan
(pengukuran level 2 dan 3)
6. Rekonsiliasi dari saldo awal ke saldo akhir, jumlah total
keuntungan atau kerugian selama periode (pengukuran
berulang level 3)
7. Deskripsi proses penilaian yang digunakan entitas
(Pengukuran level 3)

Anda mungkin juga menyukai