Anda di halaman 1dari 62

BAB 18 AKUNTASI PAJAK PENGHASILAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan pajak dalam perusahaan
2. Menjelaskan akuntansi pajak penghasilan
3. Menjelaskan standar akuntansi pajak penghasilan
4. Menghitung laba menurut akuntansi dan laba menurut pajak
5. Menghitung dan mencatat beban pajak utang pajak kini
6. Menjelaskan perbedaan permanen dan perbedaan temporer
7. Menjelaskan perbedaan temporer dapat dikurangkan dan menghitung
liabilitas pajak tangguhan
8. Menjelaskan perbedaan temporer kena pajak dan menghitung aset pajak
tangguhan
9. Menjelaskan kompensasi kerugian dan menghitung dampak pajak
tangguhannya
10. Menjelaskan beberapa isu pajak penghasilan
11. Menyajikan beban pajak penghasilan, aset dan liabilitas pajak tangguhan
dalam laporan keuangan
12. Menjelaskan pengungkapan pajak penghasilan
13. Menjelaskan analisis laporan keuangan

2
PAJAK DALAM PERUSAHAAN
 Entitas memiliki kewajiban perpajakan sesuai dengan regulasi perpajakan di Indonesia antara lain UU
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, UU 42 Tahun
2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah, UU Pajak Bumi dan
Bangunan dan lainnya.
 Pajak atas Penghasilan Perusahaan
 Dibayar langsung oleh perusahaan :
 Angsuran pajak (PPh 25)
 Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
 Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
 Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan di neraca  utang pajak/pajak dibayar dimuka
 Kewajiban memotong pajak pihak lain (pajak withholding)
 Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
 PPN  pajak atas penyerahan barang/jasa kena pajak
 Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di neraca sebagai utang atau pajak dibayar dimuka
 Pajak Lainnya
 PBB, pajak daerah, PPnBM  beban
 Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
 Pajak Daerah
 Bea Materai
 Pajak yang telah dibayarkan secara akuntansi akan dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan dan
berdasarkan akuntansi, laba yang diperoleh sebuah entitas juga harus diperhitungkan pajaknya sesuai dengan
konsep dasar matching cost against revenue. 3
PAJAK PENGHASILAN

o Informasi pajak penghasilan akan disajikan sebagai beban pajak pada laporan laba rugi.
Konsekuensi pengakuan beban tersebut akan muncul aset atau liabiltas dalam laporan
posisi keuangan. Beban pajak yang muncul dapat berupa beban pajak kini ataupun beban
pajak tangguhan.
o Terdapat perbedaan konsep penghasilan antara pajak dan akuntansi sehingga penghasilan
kena pajak (menurut pajak) berbeda dengan laba sebelum pajak (menurut akuntasi).
Konsekuensi pajak atas perbedaan pengakuan laba menurut akuntansi dan pajak akan
memunculkan pajak tangguhan, sedangkan pajak yang terutang menurut fiskal akan diakui
sebagai pajak kini.
AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

o Akuntansi pajak penghasilan menjelaskan tentang bagaimana perusahaan menghitung,


menyajikan, dan mengungkapkan informasi pajak penghasilan dalam laporan keuangan.
o Perlakuan akuntansi pajak penghasilan adalah bagaimana menghitung konsekuensi pajak
kini dan masa depan. Pemulihan atau penyelesaian tercatat aset (liabilitas) mengandung
konsekuensi pajak di masa depan. Demikian juga, transaksi atau peristiwa lain pada
periode berjalan yang diakui dalam laporan posisi keuangan entitas dapat memiliki
konsekuensi pembayaran atau pengurangan pembayaran pajak di masa depan. Entitas
mengakui liabilitas atau aset pajak tangguhan atas konsekensi pajak akibat pengakuan aset
atau liabilitas dalam laporan keuangan.
o Pengakuan aset atau liabilitas pajak tangguhan akan memunculkan pendapatan atau beban
pajak tangguhan yang diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Pengakuan aset pajak tangguhan akan diikuti dengan pengakuan pendapatan pajak
tangguhan. Sebaliknya, pengakuan liabilitas pajak tangguhan akan diikuti dengan
pengakuan beban pajak tangguhan.

5
STANDAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

o Sebelum PSAK 46 tahun 1997, beban pajak yang disajikan dalam laporan keuangan
merupakan pajak terutang menurut peraturan pajak (satu tahun fiskal). Standar tidak mengakui
beban/pendapatan pajak tangguhan dan konsekuensinya juga tidak mengakui aset/liabilitas
pajak tangguhan. Pengaturan beban pajak saat ini digunakan dalam SAK ETAP yang
menyebutkan bahwa beban pajak diakui atas seluruh pajak penghasilan periode berjalan dan
periode sebelumnya yang belum dibayar, serta tidak ada pengakuan atas pajak tangguhan.
o PSAK tahun 1997 yang efektif diterapkan untuk perusahaan yang menerbitkan saham/surat
berharga pada 1 Januari 1999 dan untuk perusahaan lainnya pada 1 Januari 2001.
o PSAK 46 1997 direvisi dengan mengeluarkan PSAK 46 (Revisi 2010) yang bertujuan untuk
menyelaraskan PSAK 46 (1997) dengan ketentuan dalam IAS 12 Income Tax. Meskipun
referensi dalam penyusunan PSAK 46 (1997) adalah IAS, tetapi tidak dilakukan adopsi secara
penuh dan menambahkan beberapa ketentuan pajak di Indonesia, seperti pajak final dan Surat
Ketetapan Pajak (SKP).
o PSAK 46 (Revisi 2013) menyelaraskan PSAK 46 (Revisi 2010) dengan perubahan dalam IAS
12 Income tax yang efektif berlaku 1 Januari 2013. Perubahan dalam Revisi 2013 adalah
penghapusan pengaturan mengenai pajak final, Surat Ketentuan Pajak, pengaturan aset dan
liabilitas pajak tangguhan atas aset yang tidak disusutkan yang diukur dengan menggunakan
model revaluasi dan properti investasi yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.
LABA SEBELUM PAJAK DAN LABA KENA PAJAK

o Dalam laporan keuangan, laba sebelum pajak disajikan sebelum beban pajak penghasilan.
Laba sebelum pajak dikurangi beban pajak akan menghasilkan laba bersih/laba setelah pajak.
o Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama satu
periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak. Laba kena
pajak dalam UU Pajak Penghasilan disebut sebagai penghasilan kena pajak (PKP).
Penghasilan kena pajak merupakan penghasilan dikurangi dengan beban yang boleh
dikurangkan menurut peraturan perpajakan. Untuk menjelaskan perbedaan ini dapat dilihat
dalam Contoh 18.1.
CONTOH 18.1 PERBEDAAN TEMPORER PENGHASILAN KENA PAJAK DAN
LABA
SEBELUM PAJAK

PT Kencana menurut akuntansi melaporkan pendapatan yang sama selama tahun 2015, 2016
dan 2017 sebesar Rp300.000.000 per tahun dan beban sebesar Rp200.000.000 per tahun.
Untuk tujuan pajak, terdapat perbedaan temporer terkait dengan pengakuan pendapatan
sehingga penghasilan untuk 2015, 2016, dan 2017 secara berturutan sebesar Rp240.000.000,
Rp320.000.000, dan Rp340.000.000. Jelaskan bagaimana dampak dari perbedaan ini dalam
laporan keuangan entitas!

8
CONTOH 18.1 (LANJUTAN)

Tabel 18.1 Laporan Keuangan Entitas


Laporan Keuangan 2015 2016 2017 Total
Pendapatan 300.000.000 300.000.000 300.000.000 900.000.000
Beban 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Laba sebelum pajak 100.000.000 100.000.000 100.000.000 300.000.000
Beban pajak penghasilan 25% 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000
         
Laporan Pajak 2015 2016 2017 Total
Penghasilan 240.000.000 320.000.000 340.000.000 900.000.000
Beban yang dapat dikurangkan 200.000.000 200.000.000 200.000.000 600.000.000
Penghasilan kena pajak 40.000.000 120.000.000 140.000.000 300.000.000
Beban pajak kini (pajak terutang
25%) 10.000.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000
Penyajian dalam laporan keuangan        
Beban pajak kini 10.000.000 30.000.000 35.000.000 75.000.000
Beban (pendapatan) pajak
tangguhan 15.000.000 -5.000.000 -10.000.000 -
Total beban pajak penghasilan 25.000.000 25.000.000 25.000.000 75.000.000
         
Liabilitas pajak tangguhan 15.000.000 10.000.000 - -
CONTOH 18.1 (LANJUTAN)

Dalam kasus ini perbedaan yang muncul hanya perbedaan temporer sehingga beban pajak
menurut akuntansi dibagi laba sebelum pajak (tarif pajak efektif) sama dengan tarif pajak
yang berlaku yaitu 25%. Jika terdapat perbedaan permanen tarif pajak efektif tidak sama
dengan tarif pajak yang berlaku.

10
BEBAN PAJAK
o Beban pajak (penghasilan pajak) adalah jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak
tangguhan yang diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada satu periode. Beban
pajak akan dipadankan dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut. Pajak kini
adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak)
untuk satu periode.
o Beban atau pendapatan pajak tangguhan merupakan konsekuensi pajak akibat pengakuan
aset atau liabilitas dalam laporan keuangan yang berbeda secara temporer dengan dasar
pengenaan pajaknya. Pengakuan pajak tangguhan hanya dilakukan atas perbedaan
temporer, maksudnya perbedaan akan terpulihkan di masa mendatang. Secara total
pengakuan menurut akuntansi dan pajak sama, namun terdapat perbedaan pengakuan pada
setiap periode. Pendapatan pajak tangguhan juga dapat terjadi karena kompensasi kerugian
yang menurut ketentuan pajak dapat dikompensasikan di masa mendatang.
o Pengakuan beban pajak tangguhan akan ditambahkan dengan beban pajak kini, sehingga
total beban pajak akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan beban pajak kini.
Sebaliknya, pendapatan pajak tangguhan akan dikurangkan dari beban pajak kini, sehingga
total beban pajak lebih kecil dibandingkan dengan beban pajak kini.
BEBAN PAJAK KINI
o Beban pajak kini adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang
diperoleh entitas dalam satu periode. Pajak kini untuk entitas tersendiri (bukan konsolidasian)
merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan
(SPT) tahunan. Untuk entitas yang terkonsolidasi dengan anak perusahaan, pajak kini
merupakan penjumlahan semua pajak terutang seluruh entitas yang dikonsolidasi. Pajak tidak
mengenal konsep konsolidasi, pajak dibayar oleh masing-masing badan/entitas. Pajak kini
untuk entitas yang dikenakan pajak final adalah pajak terutang atas penghasilan yang diakui
dalam periode tersebut.
o Penghasilan kena pajak dihitung dari total penghasilan dikurangi dengan beban. Pajak
mengatur beban yang boleh dikurangkan untuk tujuan menghitung penghasilan kena pajak.
Beban menurut akuntansi tidak semuanya menjadi beban menurut pajak atau boleh menjadi
beban namun dengan jumlahnya berbeda. Perbedaan antara laba akuntansi dan pajak dapat
terjadi karena perbedaan temporer dan permanen. Perbedaan temporer terjadi karena
perbedaan waktu pengakuan, sedangkan perbedaan permanen terjadi karena esensi
pengaturan yang berbeda.

12
LIABILITAS PAJAK KINI

o Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang atas laba kena pajak (rugi pajak)
untuk satu periode. Pajak terutang ini harus dibayarkan oleh perusahaan sesuai ketentuan
pajak. Jika pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya yang belum dibayar diakui
sebagai liabilitas pajak kini. Sebaliknya, jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode kini
dan periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak terutang, maka akan diakui sebagai
pajak dibayar di muka.
o Pajak terutang menurut ketentuan perpajakan akan dibayarkan oleh sebuah entitas melalui
pembayaran angsuran pajak setiap bulan (PPh Pasal 25), pemotongan oleh pihak ketiga (PPh
Pasal 22 atau 23) maupun pembayaran pajak di akhir tahun pajak (PPh Pasal 29). Setiap
bulan, entitas wajib melakukan pembayaran angsuran pajak (PPh Pasal 25) yang dihitung
berdasarkan pajak tahun lalu dibagi dengan dua belas atau dengan rumus tersendiri jika ada
penghasilan tidak teratur atau kondisi khusus.
o Liabilitas pajak kini dalam laporan keuangan disajikan sebagai utang pajak penghasilan atau
utang PPh Badan. Jika jumlah yang dibayar atau dipotong pihak lain lebih besar akan disajikan
sebagai pajak dibayar di muka atau PPh badan dibayar di muka. Untuk memberikan gambaran
bagaimana beban pajak kini dan liabilitas pajak kini dicatat dalam sebuah entitas dapat dilihat
dalam Contoh 18.2. 13
CONTOH 18.2 PENCATATAN PAJAK PENGHASILAN KINI
PT Merapi untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 memperoleh laba sebelum
pajak sebesar Rp80.000.000.000. Hasil koreksi fiskal diketahui perbedaan permanen koreksi
positif sebesar Rp2.000.000.000. Koreksi temporer sebesar Rp3.000.000.000 koreksi negatif dan
koreksi positif Rp5.000.000.000. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp1.700.000.000. Pajak
penghasilan yang telah dipotong oleh pihak lain adalah sebagai berikut.
 PPh final sebesar Rp1.500.000.000 atas penghasilan sewa bruto Rp15.000.000.000, PPh 23
tidak final sebesar Rp1.000.000.000 atas penghasilan sebesar Rp50.000.000.000
 Penghasilan diterima dari luar negeri sebesar Rp200.000.000.000. Pajak yang telah dipotong di
luar negeri sebesar Rp6.000.000.000, PPh 24 boleh dikreditkan terkait penghasilan luar negeri
sebesar Rp5.000.000.000.
 Angsuran pembayaran PPh 25 sebesar Rp10.000.000.000.
 Pajak yang dipungut oleh bea cukai, PPh 22 sebesar Rp2.000.000.000 atas impor.
Perusahaan mencatat pembayaran pajak dibayar di muka baik final maupun tidak final sebagai
pajak dibayar di muka. Buatlah jurnal pencatatan pembayaran pajak dan penyesuaian yang dibuat
untuk mengakui utang pajak penghasilan kini. Tarif pajak yang berlaku 25%. Atas penerimaan
penghasilan pajak yang dikenakan pajak final, akan dicatat penghasilan dan pajak dibayar di
muka. Dalam mencatat harus diberikan identifikasi final dan tidak final karena dampaknya berbeda
terhadap nilai liabilitas pajak kini (utang pajak). Sebagai alternatif dapat juga langsung dicatat 14
sebagai beban pajak.
CONTOH 18.2 (LANJUTAN)
Kas 13.500.000.000
Pajak Dibayar di Muka Final 1.500.000.000
Pendapatan 15.000.000.000

Kas 49.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (Tidak Final) 1.000.000.000
Pendapatan 50.000.000.000

Kas 140.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka (LN) 60.000.000.000
Pendapatan 200.000.000.000

Pajak yang dibayar langsung oleh perusahaan ke kas negara, baik angsuran pajak dan pajak yang dipungut
akan dicatat sebagai pajak dibayar di muka. Dalam praktik jurnal ini akan dibuat sesuai dengan waktu
pembayarannya.

Pajak Dibayar di Muka PPh 22 2.000.000.000


Pajak Dibayar di Muka PPh 25 10.000.000.000
Kas 12.000.000.000

15
CONTOH 18.2 (LANJUTAN)
Pada akhir tahun, akan diperhitungkan pajak yang telah dibayar dengan jumlah pajak terutang. Jika jumlah
pajak terutang lebih besar dari pajak yang telah dibayar, akan diakui sebagai liabilitas pajak kini. Dalam
laporan keuangan disajikan dengan nama utang PPh Badan. Utang ini menurut ketentuan pajak harus
dibayarkan paling lambat bulan akhir keempat setelah tanggal laporan keuangan.
Perhitungan pajak terutang:
Penghasilan kena pajak Rp80.000.000.000 + Rp2.000.000.000 – Rp3.000.000.000 + Rp5.000.000.000 =
Rp84.000.000.000.
Pajak terutang = 25% x Rp84.000.000.000 = Rp21.000.000.000.

Beban Pajak Kini 2.000.000.000


Pajak Dibayar di Muka PPh 22 2.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 1.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 24 5.000.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 25 10.000.000.000
Utang PPh Badan (29) 3.000.000.000

Total beban pajak kini merupakan penjumlahan semua pajak yang dibayarkan yaitu pajak final dan pajak
tidak final, termasuk juga pajak yang LN yang tidak boleh dikreditkan.
Total beban pajak kini = pajak terutang tahunan Rp21.000.000.000 + final Rp1.500.000.000 +
Rp1.000.000.000
LN = Rp23.500.000.000. 16
CONTOH 18.2 (LANJUTAN)
Beban Pajak Kini 2.500.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh Final 1.500.000.000
Pajak LN Dibayar di Muka PPh 24 1.000.000.000

Beda temporer net Rp5.000.000.000 – Rp3.000.000.000 = Rp2.000.000.000 positif. Pajak tangguhan 25% x
Rp2.000.000.000 = Rp500.000.000. Penghasilan kena pajak lebih besar dibandingkan dengan laba menurut
akuntansi, sehingga pengenaan pajak akan mendahului pengakuan menurut akuntansi. Oleh karena
sebelumnya terdapat liabilitas pajak tangguhan, maka pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi liabilitas
pajak tangguhan. Saldo liabilitas pajak tangguhan sebesar Rp1.700.000.000 – Rp500.000.000 =
Rp1.200.000.000.
Liabilitas Pajak Tangguhan 500.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 500.000.000

Saldo total beban pajak perusahaan adalah beban pajak kini ditambah pajak tangguhan = Rp13.500.000.000
– Rp500.000.000 = Rp13.000.000.000.
Penyajian dalam laporan keuangan
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif Laporan posisi keuangan
Laba sebelum pajak 80.000.000.000 Utang PPh Badan (liabilitas pajak kini) 3.000.000.000
Beban pajak: Liabilitas pajak tangguhan 1.700.000.000
Beban pajak kini 23.500.000.000
Pendapatan pajak tangguhan -500.000.000
17
Total beban pajak 23.000.000
Laba bersih 57.000.000
PAJAK TANGGUHAN

Pajak penghasilan yang telah dibayarkan, tetapi laba menurut akuntansi belum diakui pada
periode berjalan maka pembebanan pajak tersebut secara akuntansi akan ditangguhkan.
Konsekuensi pajak atas perbedaan pengakuan laba menurut akuntansi dan pajak akan
memunculkan pajak tangguhan.

18
PERBEDAAN AKUNTANSI DAN PAJAK
o Penghasilan kena pajak dan laba akuntansi memiliki dasar hukum yang berbeda. Pajak
dikenakan dan dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan, sedangkan laba akuntansi dihitung
sesuai dengan kaidah dalam standar akuntansi. Perbedaan antara keduanya berlaku umum
hampir di semua peraturan perpajakan di berbagai negara. Walaupun letak perbedaan tersebut
sebenarnya relatif umum dan sama, tetapi memiliki cara pengaturan yang berbeda.
o Perbedaan yang muncul misalnya terkait dengan perhitungan depresiasi, pengaturan beberapa
beban dan penghasilan yang menurut pajak diakui dengan basis kas, pengaturan atas
penghasilan yang menurut pajak diatur dengan ketentuan khusus dan pengaturan beberapa
beban yang menurut pajak tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
PERBEDAAN TEMPORER DAPAT
DIKURANGKAN DAN ASET PAJAK TANGGUHAN
o Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan
jumlah yang dapat dikurangkan dalam penentuan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa
depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan yang tercantum
dalam PSAK 46 (Revisi 2013). Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan terjadi saat laba
akuntansi lebih kecil dibandingkan laba menurut pajak atau penghasilan kena pajak, akibat dari
perbedaan temporer.
o Pembayaran pajak yang lebih dahulu sebelum pengakuan pajak menurut akuntansi akan diakui
sebagai aset pajak tangguhan. Pengakuan aset pajak tangguhan tidak dilakukan atas
pengakuan awal aset dan liabilitas atas transaksi kombinasi bisnis dan transaksi yang tidak
memengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak.
o Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang dapat dikurangkan,
sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup
memadai sehingga perbedaan temporer yang dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan.
Contoh 18.3 memberikan gambaran mengenai perbedaan temporer yang dapat dikurangkan.
Perbedaan temporer yang dapat dikurangkan di masa mendatang harus dievaluasi setiap
periode untuk memastikan bahwa perbedaan tersebut dapat dikurangkan. Jika perbedaan
temporer tersebut tidak dapat dikurangkan maka aset pajak tangguhan yang timbul dari
perbedaan tersebut tidak boleh diakui lagi. Untuk menjelaskan keadaan ini dapat dilihat di 20
Contoh 18.4 yang merupakan lanjutan Contoh 18.3.
CONTOH 18.3 PERBEDAAN TEMPORER DAPAT
DIKURANGKAN
PT Merbabu selama tahun 2015 mengakui beban garansi sebesar 2% dari total penjualan. Garansi akan
dilakukan selama dua tahun. Total penjualan pada 2015 sebesar Rp800.000.000. Beban tersebut diakui
menurut akuntansi dengan basis akrual pada saat penjualan terjadi yaitu pada tahun 2015. Menurut ketentuan
pajak, beban tersebut baru diakui jika entitas telah secara nyata memberikan garansi kepada pelanggannya.
Kenyataannya beban garansi atas penjualan 2015 dibayarkan pada tahun 2015 sebesar Rp2.000.000, 2016
sebesar Rp8.000.000, dan 2017 sebesar Rp6.000.000.
Atas biaya garansi tersebut akan diakui menurut akuntansi sebesar 2% x Rp800.000.000 =
Rp16.000.000. Beban tersebut akan diakru pada 2015 dan menimbulkan liabilitas.
Beban Garansi 16.000.000
Liabilitas Garansi 16.000.000

Atas garansi ini ada yang telah diberikan jasanya pada 2015 sehingga liabilitas akan berkurang.
Liabilitas Garansi 2.000.000
Kas (Kredit yang Lain) 2.000.000

21
CONTOH 18.3 (LANJUTAN)
Tabel 18.2 Perhitungan Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan
2015 2016 2017 Total
Beban garansi akuntansi 16.000.000 - - 16.000.000
Beban garansi pajak 2.000.000 8.000.000 6.000.000 16.000.000
Perbedaan laba akuntansi dan pajak -14.000.000 8.000.000 6.000.000 -
Laba akuntansi lebih tinggi (rendah)

Aset pajak tangguhan (akhir periode) 3.500.000 1.500.000 6.000.000


Beban (pendapatan) pajak tangguhan -3.500.000 2.000.000 1.500.000
Liabilitas garansi (akhir periode) 14.000.000 6.000.000 -

Menurut akuntansi akan diakui beban garansi sebesar Rp16.000.000, sedangkan menurut pajak akan diakui
beban garansi sebesar yang telah dibayarkan Rp2.000.000. Dengan demikian terdapat perbedaan laba
Rp14.000.000. Laba menurut penghasilan kena pajak lebih besar dibandingkan dengan laba menurut
akuntansi. Perbedaan ini tercermin dengan perbedaan pengakuan liabilitas garansi dalam laporan posisi
keuangan sebesar Rp16.000.000 – Rp2.000.000 = Rp14.000.000.
Perbedaan tersebut akan terpulihkan di masa mendatang sehingga menimbulkan perbedaan temporer yang
dapat dikurangkan. Perbedaan tersebut akan diakui sebagai aset pajak tangguhan sebesar perbedaan atas
laba dikalikan dengan tarif pajak pada saat perbedaan tersebut akan terpulihkan. Misalkan tarif pajak yang
berlaku 25% dan tidak akan berubah pada beberapa tahun berikutnya.
22
CONTOH 18.3 (LANJUTAN)

Pendapatan pajak tangguhan akan mengurangi beban pajak kini entitas. Dengan demikian dampak dari jurnal
tersebut total beban pajak akan lebih kecil dibandingkan dengan pajak kini. Laba menurut akuntansi lebih kecil
dari laba menurut pajak maka total beban pajak lebih kecil dibandingan dengan pajak kini. Total beban pajak
akan dipadankan (di-matching-kan) dengan laba sebelum pajak, sehingga tepat karena pada 2015 laba
menurut akuntansi lebih kecil.
Pada 2016 dilakukan pembayaran garansi Rp8.000.000 sehingga liabilitas pajak tangguhan akan berkurang
sehingga bersaldo Rp6.000.000. Akibat transaksi ini aset pajak tangguhan juga harus dikurangi karena
liabilitasnya telah terselesaikan. Atas berkurangnya perbedaan temporer yang dapat dikurangkan tersebut
akan dibuat jurnal.
Liabilitas Garansi 8.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 8.000.000
Beban Pajak Tangguhan 2.000.000
Aset Pajak Tangguhan 2.000.000

Saldo liabilitas pajak tangguhan Rp1.500.000 pada akhir tahun 2016 akan terselesaikan pada tahun 2017
dengan pembayaran garansi sebesar Rp6.000.000.
Liabilitas Garansi 6.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 6.000.000
Beban Pajak Tangguhan 1.500.000
Aset Pajak Tangguhan 1.500.000
Pada akhir 2017 perbedaan tersebut akan terselesaikan semuanya, sehingga saldo liabilitas garansi nol 23
dan aset pajak tangguhan juga bersaldo nol.
CONTOH 18.4 EVALUASI ATAS PERBEDAAN TEMPORER
DAPAT DIKURANGKAN
Melanjutkan kasus dalam Contoh 18.3 namun pada tahun 2017 beban garansi yang dibayarkan sebesar
Rp4.000.000. Garansi tidak dapat lagi digunakan oleh pelanggan pada tahun 2018.
Berdasarkan data tersebut pengakuan garansi sebesar Rp16.000.000, tetapi pembayaran garansi yang
dilakukan hanya sebesar 2.000.000 + 8.000.000 + 4.000.000 = 14.000.000 sehingga terdapat Rp2.000.000
perbedaan temporer yang tidak dapat diselesaikan. Dengan demikian pada tahun 2017 akan dibuat jurnal
berikut ini.
Liabilitas Garansi 4.000.000
Kas (Kredit yang Lain) 4.000.000
Beban Pajak Tangguhan 1.000.000
Aset Pajak Tangguhan 1.000.000

Tabel 18.3 Perhitungan Evaluasi atas Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan


2015 2016 2017 Total
Beban garansi akuntansi 16.000.000 - - 16.000.000
Beban garansi pajak 2.000.000 -8.000.000 4.000.000 14.000.000
Perbedaan laba akuntansi dan pajak -14.000.000 8.000.000 4.000.000 -2.000.000
Laba akuntansi lebih tinggi (rendah)

Aset pajak tangguhan (akhir periode) 3.500.000 1.500.000 -


Beban (pendapatan) pajak tangguhan -3.500.000 2.000.000 1.500.000
Liabilitas garansi (akhir periode) 14.000.000 6.000.000 - 24
CONTOH 18.4 (LANJUTAN)

Terkait dengan beban garansi yang telah diestimasi dan diakui Rp16.000.000 ternyata hanya terealisasi
Rp14.000.000, sehingga akan dilakukan koreksi atas estimasi yang telah dilakukan pada 2017. Perbedaan
temporer yang tidak dalam diselesaikan juga akan disesuaikan akibat koreksi atas estimasi yang dilakukan.
Liabilitas Garansi 2.000.000
Kas (Kredit yang Lain) 2.000.000
Beban Pajak Tangguhan 500.000
Aset Pajak Tangguhan 500.000

Akibat jurnal penyesuaian tersebut saldo liabilitas garansi akan menjadi nol dan aset pajak tangguhan menjadi
nol. Beban garansi dicatat sebagai kredit akan digabungkan dengan pengakuan beban garansi atas penjualan
yang dilakukan pada 2017.

25
PERBEDAAN TEMPORER KENA PAJAK DAN
LIABILITAS PAJAK TANGGUHAN
o Perbedaan temporer kena pajak menurut PSAK 46 (Revisi 2013) adalah perbedaan temporer
yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penentuan laba kena pajak (rugi pajak) periode
masa depan ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas pajak diselesaikan. Perbedaan temporer
kena pajak menyebabkan diakuinya beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan.
o Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa
depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Pengakuan liabilitas pajak
tangguhan dikecualikan atas perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari pengakuan
awal goodwill; atau pengakuan awal aset atau liabilitas dari transaksi bukan kombinasi bisnis
dan transaksi yang tidak memengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak.
o Perbedaan temporer kena pajak terjadi ketika pengakuan laba menurut akuntansi lebih besar
dibandingkan dengan laba menurut pajak. Laba yang telah diakui menurut akuntansi tersebut
beban pajaknya harus diakui walaupun pajaknya belum diakui menurut regulasi pajak.
o Beberapa kejadian berikut merupakan contoh perbedaan temporer kena pajak.
1. Depresiasi menurut akuntansi dengan masa manfaat lebih panjang dibandingkan masa
manfaat menurut pajak.
2. Pengakuan beban yang lebih kecil menurut akuntansi dibandingkan pengakuan beban
menurut pajak, akibat perbedaan temporer.
o Untuk menjelaskan perbedaan temporer kena pajak dapat dilihat pada Contoh 18.5.
CONTOH 18.5 PERBEDAAN TEMPORER KENA PAJAK

PT Sumbing pada awal Januari 2015 membeli kendaraan dengan harga Rp200.000.000. Menurut akuntansi
aset ini disusutkan 5 tahun tanpa nilai sisa sedangkan menurut pajak disusutkan 4 tahun tanpa nilai sisa.
Tabel 18.4 Perhitungan Perbedaan Temporer Kena Pajak
2015 2016 2017 2018 2019 Total
Beban depresiasi akuntansi 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 200.000.000
Beban depresiasi pajak 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 - 200.000.000
Perbedaan laba akuntansi dan pajak 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 -40.000.000 -
Laba akuntansi lebih tinggi (rendah)

Liabilitas pajak tangguhan (akhir periode) 2.500.000 5.000.000 7.500.000 10.000.000 -


Beban (pendapatan) pajak tangguhan 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 -
Perbedaan nilai kendaraan net (akhir) 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 -

Menurut akuntansi beban depresiasi per tahun Rp40.000.000, sedangkan menurut pajak beban depresiasi
sebesar Rp50.000.000. Akibatnya laba sebelum pajak setiap tahun dari 2015–2018 lebih besar
Rp10.000.000 dibandingkan penghasilan kena pajak. Namun pada 2019, laba menurut akuntansi lebih kecil
Rp40.000.000 karena pada tahun tersebut tidak ada depresiasi.
CONTOH 18.5 (LANJUTAN)

Akibat beban depresiasi tersebut akumulasi depresiasi menurut akuntansi lebih kecil, sehingga aset net
menjadi lebih besar. Perbedaan tersebut terakumulasi selama empat tahun sehingga saldo perbedaan pada
akhir 2018 sebesar Rp40.000.000. Perbedaan tersebut tidak ada lagi, ketika diakui beban depresiasi menurut
akuntansi sedangkan menurut pajak tidak diakui lagi beban depresiasi.
Akibat laba sebelum pajak diakui lebih tinggi maka akan diakui beban pajak, namun karena penyelesaiannya
ditangguhkan pada saat penghasilan kena pajaknya diakui. Beban pajak tangguhan diakui sebesar 25% ×
Rp10.000.000 = Rp2.500.000. Sebagai lawannya akan diakui liabilitas pajak tangguhan. Jurnal yang dibuat
selama empat tahun atas perbedaan laba akuntansi dan penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut.
Beban Pajak Tangguhan 2.500.000
Liabilitas Pajak Tangguhan 2.500.000

Jurnal ini dibuat sama selama empat tahun 2015–2018, sehingga liabilitas pajak tangguhan akan
terakumulasi dan bersaldo Rp10.000.000 pada tahun 2019. Sebaliknya pada tahun 2019, laba sebelum
pajak lebih rendah Rp40.000.000 dibandingkan dengan penghasilan kena pajak. Atas perbedaan tersebut
akan diakui pendapatan pajak tangguhan dan lawannya liabilitas pajak tangguhan. Pendapatan pajak
tangguhan tersebut akan mengurangi beban pajak kini, sehingga pada tahun 2019, total beban pajak akan
lebih kecil dibandingkan dengan pajak kini.
Liabilitas Pajak Tangguhan 10.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 10.000.000 28
CONTOH 18.5 (LANJUTAN)

Untuk depresiasi aset tetap, perbedaan temporer juga dapat terjadi akibat nilai sisa. Menurut regulasi pajak di
Indonesia, depresiasi dilakukan atas nilai seluruh aset tanpa memperhitungkan nilai sisa. Sementara menurut
akuntansi, entitas dapat menetapkan nilai sisa. Akibat nilai sisa maka beban depresiasi menurut pajak dan
akuntansi berbeda. Perbedaan tersebut, pada masa manfaat aset akan tetap ada dan akan diakui liabilitas
pajak tangguhan karena beban depresiasi menurut akuntansi secara total lebih kecil dibandingkan dengan
beban depresiasi menurut pajak. Perbedaan ini akan hilang pada saat aset dijual atau dilepas. Pada saat aset
dijual atau dilepas, entitas akan mengakui keuntungan/kerugian penjualan sebesar selisih nilai jual dengan
nilai sisa. Sementara menurut pajak, seluruh hasil penjualan akan diakui sebagai keuntungan karena nilai sisa
aset nol. Perbedaan keuntungan dan kerugian penjualan aset ini akan mencerminkan perbedaan akibat nilai
sisa. Liabilitas pajak tangguhan akan terpulihkan pada saat aset tersebut dijual atau dilepaskan.

29
PERBEDAAN PERMANEN
o Perbedaan permanen adalah perbedaan antara laba sebelum pajak (akuntansi) dengan
penghasilan kena pajak yang tidak dapat terpulihkan di masa depan. Perbedaan ini secara
permanen tidak akan hilang karena terdapat perbedaan esensi dalam pengaturan pajak dan
akuntansi. Perbedaan tersebut akan membuat laba menurut akuntansi berbeda dengan laba
menurut pajak, namun perbedaan tersebut tidak akan diakui sebagai pajak tangguhan.
o Beberapa kejadian berikut menyebabkan perbedaan permanen akuntansi dan pajak.
1. Pengakuan beban yang menurut akuntansi diperkenankan sedangkan menurut pajak tidak
diperkenankan antara lain beban sumbangan yang tidak diiperkenankan oleh regulasi, beban
yang tidak terkait dengan mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, misalnya
entertainment yang tidak ada daftar nominatifnya, beban untuk keperluan pribadi pemegang
saham.
2. Pengakuan pendapatan yang menurut pajak bukan merupakan penghasilan misalnya laba
dari entitas asosiasi dengan kepemilikan 25–50%.
3. Penghasilan yang dikenakan pajak final.
o Untuk menjelaskan secara komprehensif perbedaan permanen dan temporer dan bagaimana
pajak penghasilan diakui dapat dilihat pada Contoh 18.6.
30
CONTOH 18.6 PERBEDAAN TEMPORER DAN PERMANEN SERTA PAJAK KINI
PT Sindoro pada tahun 2015 melaporkan laba sebelum pajak sebesar Rp900.000.000. Dalam rekonsiliasi
fiskal terdapat perbedaan antara akuntansi dan pajak yang disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Beban depresiasi menurut akuntansi lebih kecil dibandingkan menurut pajak sebesar Rp20.000.000.
2. Beban garansi menurut akuntansi lebih besar Rp80.000.000 dibandingkan menurut pajak.
3. Beban sumbangan sebesar Rp10.000.000 tidak diperkenankan menurut pajak.
4. Penghasilan sewa tanah dan bangunan sebesar Rp70.000.000 dikenakan pajak final sebesar 10%.
Tarif pajak yang berlaku sebesar 25%. Entitas belum memiliki saldo awal aset/liabilitas pajak tangguhan. Pajak
dibayar di muka terdiri atas angsuran pajak (PPh 25) Rp180.000.000, PPh 23 sebesar Rp20.000.000, dan
pajak final atas sewa Rp12.500.000. Entitas menyusun laporan keuangan tahunan, sehingga jurnal
penyesuaian beban pajak dilakukan di akhir tahun.

31
CONTOH 18.6 (LANJUTAN)

Tabel 18.5 Perhitungan Perbedaan Temporer dan Permanen serta Pajak Kini
Perbedaan dapat Perbedaan
2015
dikurangkan kena pajak
Laba sebelum pajak (a) 900.000.000
Perbedaan temporer
Beban depresiasi (negatif) -20.000.000 20.000.000
Beban garansi (positif) 80.000.000 80.000.000
Total perbedaan termporer (b) 60.000.000
Perbedaan permanen
Beban sumbangan (positif) 30.000.000
Penghasilan sewa final (negatif) -50.000.000
Total perbedaan permanen (c) -20.000.000
Penghasilan kena pajak (a) + (b) + (c) 940.000.000
Pajak terutang dalam satu tahun fiskal (25%) 235.000.000
Pajak tangguhan -15.000.000 20.000.000 5.000.000
Pajak kini karena penghasilan final 12.500.000
Total Beban pajak 232.500.000

Beban depresiasi menurut akuntansi terlalu kecil sehingga laba akuntansi lebih besar. Hal tersebut
memunculkan perbedaan kena pajak sebesar Rp20.000.000, liabilitas pajak tangguhan yang diakui
sebesar 5.000.000 (25% x 20.000.000). 32
CONTOH 18.6 (LANJUTAN)

Jurnal yang akan dibuat untuk penyesuaian akhir tahun dan pengkuan pajak tangguhan adalah:
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 235.000.000
Pajak Dibayar di Muka Angsuran PPh 25 180.000.000
Pajak Dibayar di Muka PPh 23 20.000.000
Utang PPh Badan 35.000.000
Beban Pajak Penghasilan (Kini) 12.500.000
Pajak Dibayar di Muka 12.500.000
Aset Pajak Tangguhan 20.000.000
Liabilitas Pajak Tangguhan 5.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 15.000.000

Penyajian dalam laporan laba rugi


Laba sebelum pajak 900.000.000
Beban pajak penghasilan:
Pajak kini 247.500.000
Pajak tangguhan -15.000.000
Total beban pajak penghasilan 232.500.000
Laba bersih 667.500.000
Penyajian dalam laporan posisi keuangan
Aset pajak tangguhan 15.000.000

33
CONTOH 18.6 (LANJUTAN)

Beban garansi menurut akuntansi terlalu besar sehingga laba akuntansi lebih kecil, atau penghasilan kena
pajak lebih besar sehingga memunculkan perbedaan dapat dikurangkan sebesar Rp80.000.000, aset pajak
tangguhan diakui sebesar Rp20.000.000.
Kedua perbedaan tersebut menghasilkan pendapatan pajak tangguhan Rp15.000.000. Beban sumbangan
tidak boleh diakui sehingga koreksi positif, menambah penghasilan kena pajak. Penghasilan final tidak
diperhitungkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak sehingga dilakukan koreksi negatif.
Beban pajak kini entitas gabungan pajak terutang dalam satu tahun fiskal ditambah pajak atas penghasilan
yang dikenakan pajak final = 235.00.000 + 12.500.000 = 247.500.000. Total beban pajak entitas merupakan
penjumalah beban pajak kini dan pajak tangguhan sebesar: Rp247.500.000 – Rp15.000.000 =
Rp232.500.000.
Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan dalam penyajian akan disajikan neto sehingga akan
disajikan sebagai aset pajak tangguhan 15.000.000 (20.000.000 – 5.000.000)
Tarif efektif pajak entitas dihitung dari total beban pajak dibagi laba sebelum pajak sebesar 25,83%
(232.500.000/900.000.000). Jika tarif pajak efektif dihitung dari beban pajak kini, sebesar 27,5%
(247.500.000/900.000.000), sering disebut sebagati current effective tax rate. Perbedaan tarif pajak efektif
dengan tarif pajak pemerintah karena terdapat perbedaan permanen.

34
KOMPENSASI KERUGIAN

Kompensasi kerugian akan diakui sebagai aset pajak tangguhan dan pendapatan pada tahun
kerugian terjadi.
DEFINISI DAN KETENTUAN KOMPENSASI
KERUGIAN
o Kompensasi kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang mengalami
kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah
diakui atau dibatasi oleh waktu. Ketentuan dalam regulasi pajak di Indonesia menyebutkan
bahwa entitas diberikan kompensasi kerugian sampai dengan lima tahun. Artinya, jika sebuah
entitas pada tahun ini mengalami kerugian maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan
sampai dengan 5 (lima) tahun ke depan. Regulasi di Indonesia hanya membolehkan
melakukan kompensasi kerugian ke periode setelahnya atau sering disebut dengan istilah
loss carry forward.
o Sebagai contoh, suatu entitas mengalami kerugian pada tahun 2015 sebesar Rp500.000.000,
maka pada tahun 2015 entitas tidak membayar pajak karena mengalami kerugian. Jika pada
tahun 2016 entitas memperoleh keuntungan Rp200.000.000, entitas tidak perlu membayar
pajak, karena keuntungan tersebut dikompensasi dengan kerugian tahun 2015. Selama
masih ada sisa kompensasi maka entitas tidak membayar pajak, setelah kerugian semuanya
dikompensasi entitas baru membayar pajak. Misalnya 2017 entitas memperoleh keuntungan
Rp400.000.000, maka entitas hanya akan membayar pajak atas penghasilannya sebesar
Rp100.000.000, karena masih memiliki sisa kompensasi Rp300.000.000 sehingga yang perlu
dibayarkan pajaknya hanya sisanya.
DEFINISI DAN KETENTUAN KOMPENSASI
KERUGIAN
Tabel 18.6 Perhitungan Kompensasi Kerugian Entitas
2015 2016 2017
Laba (rugi) -500.000.000 200.000.000 400.000.000
Kompensasi yang digunakan -200.000.000 -300.000.000
Sisa kompensasi -500.000.000 -300.000.000 -
Laba kena pajak - - 100.000.000

o Di Indonesia kompensasi hanya dapat dilakukan ke depan selama lima tahun. Artinya,
kompensasi hanya dapat dimanfaatkan lima tahun setelah tahun kerugian. Untuk contoh di
atas, kerugian tersebut hanya dapat dimanfaatkan untuk melakukan kompensasi sampai
dengan tahun 2020. Jika selama tahun 2016–2020 akumulasi keuntungan yang diperoleh
entitas kurang dari Rp500.000.000 (jumlah kerugian tahun 2015), maka kompensasi tersebut
tidak dapat dimanfaatkan pada tahun 2020 dan setelahnya.

37
PAJAK TANGGUHAN AKIBAT
KOMPENSASI KERUGIAN
o Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak
belum dimanfaatkan apabila besar kemungkinan laba kena pajak masa depan akan memadai
untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum
dimanfaatkan. Artinya, pada saat entitas mengalami kerugian, maka manfaat kompensasi yang
akan diterima di masa depan tersebut akan diakui sebagai aset pajak tangguhan. Manfaat
kompensasi tersebut akan diakui sebagai pendapatan pajak tangguhan atau manfaat
kompensasi kerugian dan disajikan sebagai bagian beban pajak.
o Di Indonesia kompensasi hanya diperkenankan pada periode setelah kerugian terjadi. Jika
kompensasi dilakukan ke periode sebelumnya maka entitas akan memperoleh restitusi dari
pemerintah sebesar pajak yang telah dibayar. Manfaat kompensasi akan diakui sebagai bagian
dari beban pajak namun bersaldo negatif karena berupa pendapatan. Sebagai lawan jurnalnya
akan diakui sebagai piutang restitusi.
o Untuk menjelaskan kompensasi kerugian dan bagaimana entitas memanfaatkan kompensasi
tersebut dalam beberapa tahun berikutnya dapat dilihat pada Contoh 18.7. Contoh hanya
diberikan untuk kompensasi kerugian ke depan dan dengan asumsi tidak terdapat perbedaan
temporer dan permanen.
CONTOH 18.7 KOMPENSASI KERUGIAN
PT Slamet pada tahun 2015 mengalami rugi sebelum pajaksebesar Rp700.000.000. Pada tahun 2016 entitas
memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp100.000.000, tahun 2017 sebesar Rp200.000.00 dan pada tahun
2018 sebesar Rp600.000.000. Entitas tidak memiliki perbedaan permanen dan temporer sehingga laba (rugi)
sebelum pajak menurut akuntansi sama dengan laba (rugi) kena pajak. Tarif pajak yang berlaku sebesar
25%.
Tabel 18.7 Perhitungan Kompensasi Kerugian PT Slamet
2015 2016 2017 2018
Laba atau rugi sebelum pajak -700.000.000 100.000.000 200.000.000 600.000.000
Beban pajak
Beban pajak kini - - 100.000.000 50.000.000
Beban (pendapatan) pajak tangguhan -175.000.000 25.000.000 50.000.000 100.000.000
Total beban pajak 175.000.000 25.000.000 50.000.000 150.000.000
Laba (rugi) setelah pajak -525.000.000 75.000.000 150.000.000 450.000.000

Aset pajak tangguhan 175.000.000 150.000.000 100.000.000 -

Tarif pajak efektif 25% 25% 25% 25%


Tarif pajak efektif kini (current effective rate) - - - 8,33%

39
CONTOH 18.7 (LANJUTAN)

Pada ahun 2015 atas kerugian sebesar Rp700.000.000 diakui aset pajak tangguhan dan pendapatan pajak
tangguhan. Sesuai dengan prinsip matching, manfaat kompensasi akan diakui pada saat terjadinya kerugian.
Aset pajak tangguhan diakui, karena kompensasi tersebut memberikan manfaat di masa mendatang, karena
jika entitas memperoleh laba tidak perlu membayar pajak. Aset pajak tangguhan dan pendapatan pajak
tangguhan diakui sebesar Rp700.000.000 x 25% = 175.000.000
Pada tahun 2016, atas laba yang diperoleh dikenakan pajak sehingga pajak kini nol. Namun kompensasi
kerugian akan dimanfaatkan sebesar Rp100.000.000, sehingga aset pajak tangguhan akan berkurang sebesar
25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000.
Pada tahun 2017 kompensasi yang dimanfaatkan Rp200.000.000 sehingga aset pajak tangguhan akan
berkurang dan diakui beban pajak tangguhan sebesar 25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000. Pada tahun
2018, kompensasi yang masih dapat dimanfaatkan sebesar Rp400.000.000 (Rp700.000.000 – Rp100.000.000
– Rp200.000.000). Dengan demikian entitas tetap harus membayar pajak atas penghasilan yang tidak dapat
lagi dikompensasi sebesar Rp600.000.000 – Rp400.000.000 = Rp200.000.000. Pajak kini yang dibayarkan
sebesar 25% x Rp200.000.000 = Rp50.000.000. Total beban pajak adalah Rp100.000.000 + Rp50.000.000 =
Rp150.000.000.
Pengakuan pajak tangguhan atas kompensasi kerugian akan menyebabkan tarif pajak efektif sama seperti tarif
pajak yang berlaku 25%. Namun jika tarif efektif hanya dihitung dari pajak yang dibayarkan atau pajak kini saja,
maka terlihat CETR nol dan baru terlihat pada tahun 2018. Contoh tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
pendekatan pajak tangguhan memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi pembaca karena dapat
40
menunjukkan potensi manfaat dalam laporan posisi keuangan dan beban diakui pada waktu yang lebih tepat.
CONTOH 18.7 (LANJUTAN)

Jurnal yang dibuat.


2015 Aset Pajak Tangguhan 175.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 175.000.000
2016 Beban Pajak Tangguhan 25.000.000
Aset Pajak Tangguhan 25.000.000
2017 Beban Pajak Tangguhan 50.000.000
Aset Pajak Tangguhan 50.000.000
2018 Beban Pajak Tangguhan 100.000.000
Beban Pajak Kini 50.000.000
Aset Pajak Tangguhan 100.000.000
Utang PPh Badan 50.000.000

41
PENYESUAIAN ATAS ASET PAJAK
TANGGUHAN
o Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali aset pajak tangguhan. Entitas
mengakui aset pajak tangguhan yang tidak diakui sebelumnya apabila kemungkinan besar laba
kena pajak masa depan akan tersedia untuk dipulihkan. Sebagai contoh, perbaikan kondisi
perekonomian meningkatkan kemampuan entitas untuk menghasilkan laba kena pajak dalam
jumlah yang memadai pada periode masa depan sehingga aset pajak tangguhan yang
sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan.
o Misalnya, entitas pada awalnya memprediksi bahwa atas kerugian yang terjadi di tahun tertentu
hanya terjadi sementara dan tidak berkelanjutan, sehingga pada tahun berikutnya diprediksi
entitas dapat memanfaatkan kompensasi kerugian yang telah diakui. Namun, ternyata dengan
berjalannya waktu entitas tidak dapat memanfaatkan kompensasi kerugian tersebut sehingga
pengakuan saldo aset pajak tangguhan perlu disesuaikan. Penyesuaian aset pajak tangguhan
akan diakui sebagai beban pajak tangguhan. Untuk menjelaskan kondisi ini dapat dilihat dalam
Contoh 18.8.

42
CONTOH 18.8 PENYESUAIAN ASET PAJAK TANGGUHAN
PT Lawu pada tahun 2015 mengalami kerugian sebelum pajak sebesar Rp500.000.000. Entitas
memperkirakan kerugian ini bersifat sementara, berdasarkan rencana kerja perusahaan dapat diyakini bahwa
entitas dapat memanfaatkan kompensasi kerugian tersebut di masa depan. Pada tahun 2016 entitas
memperoleh laba sebesar Rp20.000.000. Entitas masih meyakini bahwa kompensasi masih dapat
dimanfaatkan. Pada tahun 2017 entitas memperoleh laba Rp40.000.000. Berdasarkan kinerja dua tahun
bahwa dari sisa kompensasi kerugian di tahun 2017 sebesar Rp440.000.000 (Rp500.000.000 - Rp40.000.000
– Rp20.000.000) hanya dapat dimanfaatkan sebesar Rp240.000.000 sisanya kemungkinan tidak dapat
dimanfaatkansehingga laba sebesar Rp200.000.00 dan pada tahun 2018 memperoleh laba Rp600.000.000.
Entitas tidak memiliki perbedaan permanen dan temporer sehingga laba (rugi) akuntansi sama dengan laba
(rugi) menurut pajak. Tarif pajak yang berlaku sebesar 25%.
Tabel 18.8 Perhitungan Aset Pajak Tangguhan PT Lawu
2015 2016 2017 2017
Penyesuaian
Laba atau rugi -500.000.000 20.000.000 40.000.000 40.000.000
Beban pajak
Beban pajak kini - - - -
Beban (pendapatan) pajak tangguhan -125.000.000 5.000.000 10.000.000 60.000.000
Total beban pajak 125.000.000 5.000.000 10.000.000 60.000.000
Laba (rugi) setelah pajak -375.000.000 15.000.000 30.000.000 -20.000.000
43
Aset pajak tangguhan 125.000.000 120.000.000 110.000.000 600.000.000
CONTOH 18.8 (LANJUTAN)

Pada tahun 2015 manfaat kompensasi sebesar Rp500.000.000, akan diakui sebagai pendapatan dan aset
pajak tangguhan sebesar Rp125.000.000 Pada tahun 2016 aset pajak tangguhan berkurang sebesar 25% ×
Rp20.000.0000 = Rp5.000.000. Pada tahun 2017 aset pajak tangguhan berkurang sebesar 25% ×
Rp40.000.0000 = Rp10.000.000.
Atas informasi bahwa kompensasi yang dapat dimanfaatkan hanya sebesar Rp240.000.000 dan sisanya
Rp200.000.000 tidak dapat dimanfaatkan. Untuk itu dibuat penyesuaian atas aset pajak tangguhan, sehingga
saldo aset pajak tangguhan hanya mencerminkan potensi manfaat kompensasi yang dapat dimanfaatkan
sebesar 25% × Rp240.000.000 = Rp60.000.000.
2015 Aset Pajak Tangguhan 125.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan 125.000.000
2016 Beban Pajak Tangguhan 5.000.000
Aset Pajak Tangguhan 5.000.000
2017 Beban Pajak Tangguhan 10.000.000
Aset Pajak Tangguhan 10.000.000
Penyesuaian
2017 Beban Pajak Tangguhan 50.000.000
Beban Pajak Kini 50.000.000

44
ISU DALAM PAJAK PENGHASILAN
Isu-isu yang terjadi dalam pajak penghasilan meliputi perubahan tarif pajak, pajak atas entitas
asosiasi dan anak, kombinasi bisnis dan goodwil, serta laba operasi normal dan laba
komprehensif.
PERUBAHAN TARIF PAJAK
o Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya diukur sebesar jumlah
yang diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada otoritas perpajakan, yang dihitung
menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara
substantif berlaku pada periode pelaporan. Untuk pengukuran liabilitas pajak kini, perhitungan
menggunakan tarif yang berlaku sesuai dengan ketentuan perundangan. Misalnya, untuk
menghitung pajak terutang tahun 2015, entitas menggunakan tarif pajak dan semua ketentuan
yang berlaku pada tahun tersebut.
o Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan
berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif pajak (dan
peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode
pelaporan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan akan dipulihkan dan diselesaikan di masa
depan, sehingga tarif yang digunakan untuk melakukan pengukuran bukan tarif yang berlaku
pada tahun tersebut, tetapi tarif yang berlaku saat perbedaan temporer tersebut diselesaikan
atau dipulihkan.
PAJAK ATAS ENTITAS ASOSIASI DAN ANAK
o Menurut PSAK 46 (Revisi 2013), entitas mengakui liabilitas untuk semua perbedaan temporer
kena pajak terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang, dan asosiasi, serta bagian
partisipasi dalam ventura bersama, kecuali sepanjang kedua kondisi berikut telah terpenuhi:
1. entitas induk, investor atau venturer mampu mengendalikan waktu pemulihan perbedaan
temporer; dan
2. kemungkinkan besar perbedaan temporer akan terpulihkan di masa depan yang dapat
diperkirakan.
o Entitas juga harus mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer dapat
dikurangkan yang ditimbulkan dari entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, serta bagian
partisipasi dalam ventura bersama sepanjang dan hanya sepanjang kemungkinan besar terjadi:
1. perbedaan temporer akan terpulihkan pada masa depan yang dapat diperkirakan; dan
2. laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga perbedaan temporer
dapat dimanfaatkan.

47
KOMBINASI BISNIS DAN GOODWIL
o Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih dalam kombinasi bisnis diakui
dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Perbedaan temporer timbul apabila dasar pengenaan
pajak aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih tidak terpengaruh oleh
kombinasi bisnis atau terpengaruh dengan cara berbeda.
o Apabila jumlah tercatat goodwill yang timbul pada transaksi kombinasi bisnis lebih rendah
daripada dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut menimbulkan aset pajak
tangguhan. Aset pajak tangguhan yang ditimbulkan dari pengakuan awal goodwill diakui
sebagai bagian akuntansi atas kombinasi bisnis sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak
tersedia dalam jumlah yang cukup memadai sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan
tersebut dapat dimanfaatkan.

48
LABA OPERASI NORMAL DAN LABA
KOMPREHENSIF
o Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi,
kecuali apabila pajak penghasilan yang berasal dari:
1. suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode yang sama atau berbeda, di luar
laporan laba rugi baik dalam penghasilan komprehensif lain maupun secara langsung
dalam ekuitas; atau
2. kombinasi bisnis.
o Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laporan laba rugi apabila pajak terkait pada pos-
pos tersebut pada periode yang sama atau berbeda, diakui di luar laporan laba rugi. Dengan
demikian, pada periode yang sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan terkait
dengan pos-pos yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain, harus diakui pada
penghasilan komprehensif lain.
o Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal disajikan tersendiri
pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif. Jika entitas menyajikan komponen laba
rugi pada laporan laporan laba rugi secara terpisah, maka beban (penghasilan) pajak terkait
dengan laba rugi dari aktivitas normal pada laporan keuangan disajikan terpisah.

49
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Kebijakan Akuntansi
Laporan keuangan mengungkapkan dalam kebijakan akuntansi, pengakuan, dan
pengukuran pajak penghasilan. Informasi yang dijelaskan dalam kebijakan akuntansi
tersebut antara lain metode yang digunakan untuk menentukan pajak tangguhan, tarif yang
digunakan dalam menghitung pajak jika tidak menggunakan tarif umum. Jika entias memiliki
liabilitas pajak kini yang masih dalam sengketa pajak, informasi tersebut harus diungkapkan,
misalnya, terkait dengan bagaimana pengakuan pajak atas penerbitan Surat Ketetapan
Pajak, proses keberatan atau banding yang saat ini sedang berjalan.
Beban Pajak
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal disajikan tersendiri
pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Dalam penyajian dalam laporan
keuangan penyajian beban pajak penghasilan ada yang diperinci atas beban pajak kini dan
beban pajak tangguhan, tetapi ada juga yang menyajikan satu baris saja beban pajak
penghasilan.
Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan mengungkapkan perincian beban pajak
kini dan pajak tangguhannya. Ilustrasi 18.2 menggambarkan bagaimana penyajian beban
50
pajak penghasilan dalam laporan laba rugi komprehensif.
ILUSTRASI 18.1 KEBIJAKAN AKUNTANSI
PERPAJAKAN
Metode liabilitas neraca diterapkan untuk menentukan beban pajak penghasilan. Berdasarkan metode ini, beban pajak kini
dihitung berdasarkan taksiran laba kena pajak tahun berjalan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua
perbedaan temporer yang timbul antara jumlah aset dan liabilitas komersial dengan perhitungan pajak pada setiap tanggal
pelaporan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan yang berasal dari kegiatan di luar kegiatan KKS dihitung dengan menggunakan tarif pajak
yang berlaku atau secara substansif telah berlaku pada tanggal neraca. Untuk aset dan liabilitas pajak tangguhan terkait
kegiatan KKS dihitung dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku pada tanggal efektifnya KKS atau tanggal perpanjangan
atau tanggal perubahan KKS. Perubahan nilai tercatat aset dan liabilitas pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif
pajak dibebankan pada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau
dikreditkan ke ekuitas.
Aset pajak tangguhan yang berhubungan dengan saldo rugi fiskal yang belum digunakan dan biaya KKS yang belum
memperoleh penggantian (unrecovered costs) diakui apabila besar kemungkinan jumlah laba fiskal pada masa mendatang akan
memadai untuk dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang belum digunakan dan biaya KKS yang belum memperoleh
penggantian.
Grup secara periodik mengevaluasi posisi yang dilaporkan di Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) sehubungan dengan situasi
di mana aturan pajak yang belaku membutuhkan interpretasi. Jika perlu, Grup menentukan penyisihan berdasarkan jumlah
yang diharapkan akan dibayar kepada otoritas pajak.
Koreksi terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat surat ketetapan pajak diterima, atau dalam hal Grup mengajukan
banding, ketika: (1) pada saat hasil banding tersebut ditetapkan, kecuali bila terdapat ketidakpastian yang signifikan atas hasil
banding tersebut, maka koreksi berdasarkan surat ketetapan pajak terhadap liabilitas perpajakan tersebut dicatat pada saat
pengajuan banding dibuat, atau (2) pada saat di mana berdasarkan pengetahuan dari perkembangan atas kasus lain yang
serupa dengan kasus yang sedang dalam proses banding, berdasarkan ketentuan Pengadilan Pajak atau Mahkamah Agung, di
mana hasil yang diharapkan dari proses banding secara signifikan tidak pasti, maka pada saat itu perubahan kewajiban
perpajakan diakui berdasarkan jumlah ketetapan pajak yang diajukan banding.
51
ILUSTRASI 18.2 PENYAJIAN BEBAN PAJAK DALAM
LAPORAN KEUANGAN

Laporan Laba Rugi Komprehensif


2013 2012
Laba sebelum beban pajak penghasilan USD 5.032.881 USD 4.802.288
Beban pajak penghasilan -1.965.826 -2.036.578
Laba tahun berjalan 3.067.055 2.765.710
Sumber: Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) 2013, satuan dalam ribuan USD.

52
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan
Entitas melakukan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan hanya
jika, entitas memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus jumlah yang diakui;
dan berniat untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitas secara bersamaan. Utang pajak dan pajak dibayar di muka dapat
muncul tersendiri tidak saling hapus karena terkait dengan objek pajak yang berbeda
sehingga tidak dapat diselesaikan secara bersamaan.
Menurut PSAK 46 (Revisi 2013), entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan
liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jikaentitas memiliki hak secara hukum untuk saling
hapus; dan aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak
penghasilan yang dikenakan oleh otoritas pajak yang sama baik atas entitas yang sama atau
entitas yang berbeda yang akan merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara
bersamaan.
Dalam laporan keuangan entitas, ada kalanya muncul liabilitas dan aset pajak tangguhan
secara terpisah. Jika itu terjadi kemungkinan aset dan pajak tangguhan tersebut muncul dari
entitas hukum yang berbeda (misalnya anak dan induk) atau muncul dari entitas dengan
otoritas pajak yang berbeda, sehingga tidak dapat dilakukan saling hapus. Namun, jika
53
muncul dari entitas badan yang berbeda maka tidak akan dilakukan saling hapus. Ilustrasi
18.3 memperlihatkan penyajian aset dan liabilitas tangguhan yang disajikan secara terpisah.
ILUSTRASI 18.3 ASET DAN LIABILITAS PAJAK
TANGGUHAN
Laporan Posisi Keuangan
Aset tidak lancar 2013 2012
Aset pajak tangguhan USD 968.292 USD 896.683

Liabilitas jangka panjang


Liabilitas pajak tangguhan USD 2.026.083 USD 1.163.410

Sumber: Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) 2013, satuan dalam ribuan USD.

54
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Pengungkapan Pajak Penghasilan


Pengungkapan pajak penghasilan termasuk cukup komprehensif dan detail dalam laporan
keuangan. Pengungkapan pajak penghasilan biasanya digabungkan menjadi satu atas beban
pajak kini, liabilitas pajak kini dan pajak tangguhan dalam kelompok Perpajakan.
Pengungkapan terdiri atas pengungkapan atas kebijakan akuntansi dan pengungkapan detail
rincian dan penjelasan lain yang diharuskan dalam PSAK 46 (Revisi 2013).
Pengungkapan kebijakan akuntansi menjelaskan metode dan dasar perhitungan yang
digunakan untuk menentukan beban pajak penghasilan. Misalnya, entitas menjelaskan dasar
perhitungan pajak kini menggunakan laba kena pajak tahun berjalan, karena laporan pajak
belum diselesaikan saat laporan keuangan diterbitkan. Kebijakan akuntansi menjelaskan
bagaimana pengakuan kewajiban perpajakan terkait penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
Pengungkapan rincian dan penjelasan informasi dalam laporan keuangan disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan dalam subjudul Perpajakan atau Pajak Penghasilan. Entitas
akan menjelaskan seluruh Perpajakan entitas termasuk memerinci angka-angka yang
disajikan dalam laporan keuangan terkait dengan perpajakan. Jika dalam laporan keuangan
mengungkapan beban pajak penghasilan secara total, maka rincian pajak kini dan pajak
tangguhan tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan seperti terlihat dalam Ilustrasi 18.4.
55
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Pengungkapan Pajak Penghasilan


PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang
harus diungkapkan secara terpisah antara lain:
1. beban (penghasilan) pajak kini;
2. penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya;
3. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya perbedaan
temporer maupun dari realisasinya;
4. jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau
penerapan peraturan perpajakan yang baru;
5. jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit
pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
beban pajak kini;
6. jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau
perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban
pajak tangguhan;
Untuk memenuhi pengungkapan tersebut, entitas sebenarnya diminta untuk membuat
rekonsiliasi fiskal sehingga dapat diketahui perbedaan temporer dan pajak terutang kepada
56
pemerintah dalam satu tahun fiskal. Ilustrasi 18.5 menjelaskan bagaimana pajak kini entitas
diperoleh.
ILUSTRASI 18.4 PENGUNGKAPAN DALAM CATATAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN—BEBAN PAJAK

Catatan atas Laporan Keuangan


38 Perpajakan
c. Beban pajak penghasilan
2013 2012
Beban pajak kini USD 1.684.628 USD 1.789.958
Pajak tangguhan 271.198 244.384
Penyesuaian tahun lalu - 2.236
Total beban pajak 1.965.826 2.036.578

Sumber: Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) 2013, satuan dalam ribuan USD.
ILUSTRASI 18.5 PENGUNGKAPAN DALAM CATATAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN–REKONSILIASI
Sumber: Laporan Keuangan PT Pertamina (Persero) 2013, satuan dalam ribuan USD.

58
ILUSTRASI 18.5 LANJUTAN

59
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
o Tarif pajak efektif merupakan perhitungan pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Jika
menggunakan total beban pajak disebut sebagai tarif efektif pajak atau dikenal sebagai
effective tax rate (ETR). Sementara jika pajak dihitung hanya atas pajak kini disebut tarif efektif
pajak kini atau sering disebut sebagai current effective tax rate (CETR). Perhitungan CETR
menekankan tarif pajak yang saat ini telah menjadi kewajiban kepada otoritas pajak yang akan
diselesaikan pada periode berjalan atau periode berikutnya.
Beban pajak kini
Tarif efektif pajak kini =
Laba sebelum pajak

Total beban pajak


Tarif efektif pajak =
Laba sebelum pajak

o Informasi tarif pajak efektif sangat berguna bagi pembaca, karena dapat diketahui berapa
sebenarnya tarif pajak yang berlaku pada entitas tersebut. Perbedaan akuntansi dan pajak
akan menyebabkan tarif efektif pajak tidak selalu sama dengan tarif pajak yang ditetapkan
oleh pemerintah. Informasi ETR dan CETR menginspirasi banyak penelitian perpajakan.
Dalam penelitian perpajakan, perbedaan ETR dengan tarif pajak yang berlaku dapat
dipandang sebagai bentuk penghindaran pajak namun dapat juga dipandang sebagai bentuk
perencanaan pajak yang dilakukan oleh entitas. 60
IKHTISAR PEMBELAJARAN
1. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini
dikenakan atas laba kena pajak entitas.
2. Beban pajak (penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang
diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode.
3. Pajak kini adalah semua pajak terutang atas penghasilan yang diakui entitas pada periode tersebut
4. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak.
5. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama satu periode yang
dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang
(dilunasi).
6. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai akibat
adanya perbedaan temporer kena pajak.
7. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk
satu periode.
8. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan
sebagai akibat adanya:
a. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan;
b. akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan
c. akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan.
61
IKHTISAR PEMBELAJARAN
9. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan
sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
10. Dasar pengenaan pajak atas aset atau liabilitas adalah nilai terkait aset atau liabilitas untuk
tujuan pajak.
11. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada posisi
keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa perbedaan
temporer yang dapat dikurangkan dan perbedaan temporer kena pajak.
12. Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah
yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan
pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
13. Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena
pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah
tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
14. Tarif pajak efektif adalah beban pajak kini atau total beban pajak dibagi dengan laba sebelum
pajak.

Anda mungkin juga menyukai