Anda di halaman 1dari 22

RANGKUMAN MATERI AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 2

Tutor: Danny Martin/Akuntansi Brawijaya 2014

CHAPTER 10 DAN 11: ASET TETAP DAN DEPRESIASI

Karakteristik aset tetap:


1. Aset berwujud, ada bentuk fisiknya
2. Umur ekonomis aset lebih dari satu tahun
3. Tidak untuk dijual
4. Digunakan untuk kegiatan operasional

Ketika aset yang dimiliki diniatkan untuk dijual walaupun aset berwujud, ada bentuk fisiknya serta
umur ekonomis aset lebih dari satu tahun, tidak dapat dikategorikan sebagai aset tetap, melainkan
investasi.

Pembelian Aset Tetap Secara Lump Sum


Contoh: PT A membeli gedung untuk kegiatan operasional senilai Rp1.000.000.000 secara tunai. Harga
pasar untuk tanah Rp600.000.000 dan harga pasar untuk bangunan Rp700.000.000.
Langkah 1: Menghitung harga jual relatif
Harga Pasar Penghitungan Harga Jual Relatif Harga Jual Relatif
Tanah Rp600.000.000 60/130 x Rp1.000.000.000 Rp461.536.462
Bangunan Rp700.000.000 70/130 x Rp1.000.000.000 Rp538.461.538
Total Rp1.300.000.000 Rp1.000.000.000
Langkah 2: Penjurnalan
Tanah Rp461.536.462
Bangunan Rp538.461.538
Kas Rp1.000.000.000

Metode Depresiasi
a. Garis Lurus
Rumus:
HP - NR
UE
Keterangan:
HP : Harga Perolehan Aset
NR : Nilai Residu atau Nilai Sisa
UE : Umur Ekonomis Aset

PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000.
Jika menggunakan metode di atas maka penghitungan depresiasi menurut garis lurus menjadi
Rp20.000.000 - Rp4.000.000
 Rp3.200.000 per tahun
5
Karena menggunakan metode garis lurus, maka depresiasi per tahun akan sama yaitu sebesar
Rp3.200.000
Skedul Depresiasi
Tanggal Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
1 Januari 2017 Rp20.000.000
31 Desember 2017 Rp3.200.000 Rp3.200.000 Rp16.800.000
31 Desember 2018 Rp3.200.000 Rp6.400.000 Rp13.600.000
31 Desember 2019 Rp3.200.000 Rp9.600.000 Rp10.400.000
31 Desember 2020 Rp3.200.000 Rp12.800.000 Rp7.200.000
31 Desember 2021 Rp3.200.000 Rp16.000.000 Rp4.000.000
Nilai buku pada 1 Januari 2022 akan sebesar nilai residu dari aset, yaitu Rp4.000.000
Jurnal mencatat depresiasi
Beban Depresiasi Kendaraan Rp3.200.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp3.200.000

b. Metode Saldo Menurun Berganda


Rumus:
2 x Tarif Garis Lurus
100%
2x
UmurEkonomis
Lalu tarif yang didapat dimasukkan dalam penghitungan:
Tarif Saldo Menurun Berganda x Nilai Buku terakhir
Metode saldo menurun berganda tidak mengikutkan penghitungan nilai residu.

PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000.
Jika menggunakan metode di atas maka penghitungan depresiasi menurut saldo menurun berganda
menjadi:
100%
2x = 40%
5

Depresiasi tahun I
40% x Rp20.000.000 = Rp8.000.000
Nilai Buku = Rp20.000.000 – Rp8.000.000 = Rp12.000.000
Depresiasi tahun II
40% x Rp12.000.000 = Rp4.800.000
Nilai Buku = Rp12.000.000 – Rp4.800.000 = Rp7.200.000
Depresiasi tahun III
40% x Rp7.200.000 = Rp2.880.000
Nilai Buku = Rp7.200.000 – Rp2.880.000 = Rp4.320.000
Depresiasi tahun IV
40% x Rp4.320.000 = Rp1.728.000
Nilai Buku = Rp4.320.000 – Rp1.728.000 = Rp2.592.000
Karena nilai buku mencapai Rp4.320.000 sedangkan nilai residu Rp4.000.000 maka beban depresiasi
untuk tahun ke 4 sebesar Rp4.320.000 – Rp4.000.000 = Rp320.000 bukan sebesar Rp1.728.000
Depresiasi tahun V
Karena sudah mencapai nilai residu, maka tahun ke 5 tidak ada beban depresiasi.
Skedul Depresiasi
Tanggal Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
1 Januari 2017 Rp20.000.000
31 Desember 2017 Rp8.000.000 Rp8.000.000 Rp12.000.000
31 Desember 2018 Rp4.800.000 Rp12.800.000 Rp7.200.000
31 Desember 2019 Rp2.880.000 Rp15.680.000 Rp4.320.000
31 Desember 2020 Rp320.000 Rp16.000.000 Rp4.000.000
31 Desember 2021 Rp0 Rp16.000.000 Rp4.000.000
Jurnal mencatat depresiasi tanggal 31 Desember 2020
Beban Depresasi Kendaraan Rp320.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp320.000

c. Unit Aktivitas / Unit Produksi


Rumus:
HP - NR
TotalProduksiatauAktivitas
HP : Harga Perolehan Aset
NR : Nilai Residu atau Nilai Sisa
Total Produksi : Total produksi atau aktivitas maksimal yang dapat dihasilkan oleh aset

PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000. Kendaraan
ini diprediksi dapat beroperasi hingga 400.000 km. Distribusi pemakaian sebagai berikut:

Tahun I 100.000 km
Tahun II 120.000 km
Tahun III 75.000 km
Tahun IV 80.000 km
Tahun V 25.000 km
Total 400.000 km

Menghitung Depresiasi:
Jika perusahaan memutuskan untuk mendepresiasi menggunakan metode unit aktivitas, maka umur
ekonomis tidak dimasukkan kedalam perhitungan, penghitungan depresiasi sebagai berikut
Rp20.000.000 - Rp4.000.000
 Rp40perkm
400.000
Untuk depresiasi per tahun hanya mengkalikan tarif yang sudah didapat dengan jumlah aktivitas di
tahun tersebut

Skedul Depresiasi
Tanggal Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
1 Januari 2017 Rp20.000.000
31 Desember 2017 Rp4.000.000 Rp4.000.000 Rp16.000.000
31 Desember 2018 Rp4.800.000 Rp8.800.000 Rp11.200.000
31 Desember 2019 Rp3.000.000 Rp11.800.000 Rp8.200.000
31 Desember 2020 Rp3.200.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000
31 Desember 2021 Rp1.000.000 Rp16.000.000 Rp4.000.000
Jurnal mencatat depresiasi tanggal 31 Desember 2021
Beban Depresiasi Kendaraan Rp1.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp1.000.000

DISPOSAL ASET

Aset dapat diberhentikan karena:


a. Rusak
b. Dijual
c. Ditukar

Langkah-langkah untuk disposal aset


1. Mengetahui akumulasi depresiasi aset hingga tanggal disposal
2. Mengetahui nilai buku aset lama saat tanggal disposal
3. Mengetahui harga pasar aset yang akan didisposal saat tanggal disposal
4. Menghitung keuntungan/kerugian dengan cara:
Nilai Buku Aset Lama (2) – Harga Pasar Aset Lama (3)
Jika hasil positif maka merupakan kerugian
Jika hasil negatif maka merupakan keuntungan
5. Harga perolehan aset yang baru
a. Berdasarkan Harga Pasar Aset Lama + Kas yang dibayarkan (jika tidak diketahui)
b. Harga Pasar Aset Baru

Contoh:
PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000 didepresiasi
menggunakan garis lurus. Pada tanggal 16 Agustus 2017, Kendaraan mengalami kerusakan. Kebijakan
perusahaan atas mesin tersebut akan:
a. Diberhentikan pemakaian
b. Dihentikan lalu dijual sebagai barang bekas yang laku Rp1.000.000
c. Dijual laku Rp7.000.000
d. Ditukar dengan kendaraan baru senilai Rp16.000.000, dengan selisih dibayar tunai.

Langkah-langkah:
1. Mengetahui akumulasi depresiasi aset hingga tanggal disposal yaitu tanggal 16 Agustus 2018
Tahun I : (Rp20.000.000 – Rp4.000.000) / 5 = Rp3.200.000
Tahun II : Rp3.200.000 x 8/12 = Rp2.133.333
Akumulasi Depresiasi per 16 Agustus 2018 = Rp5.333.333
2. Mengetahui nilai buku aset lama saat tanggal disposal
Rp20.000.000 – Rp5.333.333 = Rp14.666.667
3. Mengetahui harga pasar aset yang akan didisposal saat tanggal disposal
Pada tanggal disposal, diketahui di soal sebesar Rp7.000.000
4. Menghitung keuntungan/kerugian:
Rp14.666.667 – Rp7.000.000 = Rp7.666.667 (kerugian)
5. Harga perolehan aset yang baru = Rp16.000.000 (diketahui di soal)
Kas yang dibayarkan = Rp16.000.000 – Rp7.000.000 = Rp9.000.000
Perlakuan Jurnal
a. Diberhentikan pemakaian
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kerugian Karena Rusak Rp14.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
b. Dihentikan lalu dijual sebagai barang bekas yang laku Rp1.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kas Rp1.000.000
Kerugian Karena Rusak Rp13.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
c. Dijual laku Rp7.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kas Rp7.000.000
Kerugian Karena Rusak Rp7.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
d. Ditukar dengan kendaraan baru senilai Rp16.000.000, dengan selisih dibayar tunai.
Asumsi Commercial Substance, yaitu pertukaran aset akan memengaruhi arus kas masa depan
perusahaan, jika asumsi Non Commercial Substance maka tidak akan memengaruhi arus kas
masa depan perusahaan.
Jika dalam asumsi CS, keuntungan pertukaran akan mengurangi harga perolehan aset baru.
Tetapi karena kondisi ini mengalami kerugian maka tidak memengaruhi penjurnalan
Jika dalam asumsi non CS, keuntungan akan tetap diakui dan tidak mengurangi dari harga
perolehan aset baru.
Kendaraan Baru Rp16.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kerugian Karena Rusak Rp7.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
Kas Rp9.000.000

PENGUKURAN PENURUNAN NILAI


Jika suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan nilai, dan ternyata menemukan adanya
indikasi penurunan nilai maka harus dilakukan pengujian atas penurunan nilai.
Dilakukan jika: NILAI TERCATAT > NILAI TERPULIHKAN
Nilai Tercatat Nilai Terpulihkan
Merupakan harga perolehan dikurangi Merupakan nilai yang lebih tinggi antara Nilai
akumulasi depresiasi wajar aset dikurangi biaya penjualan dengan
nilai pakai. Nilai pakai merupakan nilai kini dari
arus kas yang akan diharapkan akan diterima
dari suatu aset atau unit penghasil kas.
Jika nilai terpulihkan < nilai tercatat, maka selisih dari nilai terpulihkan dengan nilai tercatat akan
dicatat sebagai rugi penurunan nilai dan nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah
terpulihkan tersebut
Contoh:
PT Ganteng pada 31 Desember 2016 melakukan pengujian atas penurunan nilai atas aset perusahaan
yaitu bangunan akibat adanya insiden yang menurunkan nilai dari aset perusahaan. Berdasarkan
pengujian maka didapat informasi sebagai berikut:
Harga jual = Rp700.000.000
Biaya penjualan = Rp16.000.000

Bangunan diperoleh pada 1 Januari 1 Januari 2012 dengan harga perolehan sebesar Rp800.000.000.
PT Ganteng memperkirakan masa manfaat dari bangunan tersebut adalah 20 tahun dan memiliki nilai
residu Rp40.000.000. PT Ganteng menggunakan metode garis lurus dalam menyusutkan aset
tetapnya. Nilai pakai diharapkan sebesar Rp520.000.000.

Penyelesaian:
Harga perolehan = Rp800.000.000
Akumulasi depresiasi = 5 x (Rp800.000.000 – Rp40.000.000) / 20 = Rp190.000.000
Nilai tercatat = Rp610.000.000

Menghitung nilai terpulihkan:


Nilai wajar – biaya penjualan = Rp684.000.000
Nilai pakai = Rp520.000.000

Nilai terpulihkan merupakan nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar – biaya penjualan dengan nilai
pakai. Dari kasus di atas didapatkan nilai Rp684.000.000

Kesimpulannya NILAI TERPULIHKAN > NILAI TERCATAT, sehingga tidak terjadi penurunan nilai.
Jika misal nilai wajar – biaya penjualan didapatkan Rp484.000.000, maka nilai terpulihkannya menjadi
Rp520.000.000 karena masih lebih tinggi nilai pakainya. Sehingga dalam uji penurunan nilai
didapatkan NILAI TERPULIHKAN < NILAI TERCATAT, maka harus dilakukan penurunan nilai dengan
kerugian penurunan sebesar selisihnya yaitu Rp90.000.000, dijurnal:

Rugi Penurunan Nilai Rp90.000.000


Akumulasi Depresiasi Bangunan Rp90.000.000
CHAPTER 12: ASET TIDAK BERWUJUD

Aset tidak berwujud merupakan aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik.
Karakteristik aset tidak berwujud:
1. Dapat diidentifikasi: dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual,
dipindahkan,dilisensikan, disewakan, atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-
sama dengan kontrak terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas
bermaksud untuk melakukan hal tersebut atau timbul dari kontrak atau hak legal lainnya.
2. Dapat dikendalikan: memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomis dari aset
tersebut dan dapat tmembatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis
tersebut
3. Tidak mempunyai bentuk fisik: ada beberapa yang memiliki bentuk fisik, contohnya sistem yang
terdatabase dalam CD

Contoh aset tidak berwujud salah satunya adalah Goodwill


Goodwill hanya boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisnis. Goodwill yang timbul secara internal
tidak diakui sebagai aset tidak berwujud karena tidak memenuhi kriteria berikut: dasar pengukuran
biaya perolehan yang andal, identifikasi terpisah dari sumber daya yang lain, kendali oleh perusahaan.
Untuk menentukan apakah aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal (selain goodwill) dapat
diakui sebagai aset tidak berwujud, maka perlu dibedakan antara tahap penelitian dan tahap
pengembangan
a. Tahap penelitian: memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang
baru. Biaya penelitian harus dibebankan pada periode yang bersangkutan
b. Tahap pengembangan: penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lainnya pada suatu
rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang
sifatnya baru atau mengalami perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi komersial
atau pemakaian. Biaya dalam tahap pengembangan dapat dikapitalisasi jika manfaat ekonomi
masa depan kemungkinan besar akan diterima oleh entitas yang bersangkutan.

Goodwill timbul karena pembelian diatas nilai wajar dari aset bersih yang teridentifikasi
Goodwill diukur selisih pembelian diatas nilai wajar dengan nilai wajar dari aset bersih yang
teridentifikasi.
Aset bersih = Aset – Liabilitas

Contoh:
PT Tampan menginginkan divisi baru dalam perusahaannya. Presiden PT Tampan berencana membeli
PT Ganteng sebagai bagian dari perusahaan. Laporan posisi keuangan PT Ganteng sebagai berikut:

Aset Liabilitas dan Ekuitas


Kas $50.000 Liabilitas Lancar $200.000
Piutang Usaha $70.000 Saham Biasa $200.000
Persediaan $84.000 Saldo Laba $110.000
Aset Tetap Bersih $306.000
Total Aset $510.000 Total Liabilitas dan Ekuitas $510.000
PT Tampan mengindentifikasi nilai wajar dari aset PT Ganteng
Kas $50.000
Piutang Usaha $70.000
Persediaan $244.000
Paten $36.000
Aset Tetap Bersih $410.000
Liabilitas Lancar ($110.000)
Nilai wajar aset bersih $700.000

PT Ganteng memutuskan menerima tawaran dari PT Tampan dibeli pada harga $800.000.

Penyelesaian:
Goodwill = Consider Transferred – Nilai wajar aset bersih
Goodwill = $800.000 - $700.000 = $100.000
PT Tampan akan menjurnal:

Kas $50.000
Piutang Usaha $70.000
Persediaan $244.000
Paten $36.000
Aset Tetap $410.000
Goodwill $100.000
Liabilitas Lancar $110.000
Kas $800.000
CHAPTER 13: UTANG JANGKA PENDEK

Klasifikasi liabilitas jangka pendek:


1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya.
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Jurnal standar:
Utang Usaha xxx
Kas xxx

Liabilitas kontinjensi menurut PSAK 57:


Liabilitas potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada
dalam kendali entitas, atau
Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa laluu, tetapi tidak diakui karena: tidak
terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan liabilitas atau
jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Liabilitas kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan, liabilitas ini hanya perlu diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.

Provisi
Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum, konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa
lalu
2. Kemungkinan besar penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya
dan
3. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat
dibuat.
Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, maka provisi tidak dapat diakui.

Contoh:
PT ABC menjual produk dengan memberikan garansi selama 1 tahun dari tanggal penjualan. Jika
kerusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluruh produk yang dijual Rp200.000.000, jika
cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp1.000.000.000. Pengalaman entitas di masa lalu memberikan
indikasi bahwa dalam tahun mendatang kemungkinan 80% produk terjual tanpa cacat, 15% cacat
ringan, dan 5% cacat berat.
Berdasarkan pengalaman masa lalu tersebut, estimasi biaya perbaikan pada nilai yang diharapkan
(expected value) = (80% x 0) + (15% x Rp200.000.000) + (5% x Rp1.000.000.00) = Rp80.000.000

Entitas akan mengakui garansi tersebut:


Beban Garansi Rp80.000.000
Utang Garansi Rp80.000.000
Provisi diakui dan disajikan sedangkan kontinjensi diungkapkan dalam laporan keuangan.
CHAPTER 14: UTANG JANGKA PANJANG

Karakteristik yaitu tidak memenuhi kriteria sebagai utang jangka pendek:


1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya.
2. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
3. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode
pelaporan
4. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-
kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Liabilitas jangka panjang akan diukur menggunakan nilai waktu dari uang.

Contoh liabilitas jangka panjang: Obligasi

Rumus harga jual obligasi


1
PV of Bond : x nominal obligasi = Rp xxx (1)
(1  i) n
Bunga : TBO x nominal obligasi = Rp xxx (2)
1
1
(1  i) n
PV of Interest : x Bunga (2) = Rp xxx (3)
i
Harga jual (NPV) Obligasi (1) + (3) = Rp xxx

Keterangan:
i = Tingkat bunga efektif atau pasar, jika bunga dibayarkan dua kali maka nilai i dibagi dua. Misal
TBE = 8%, maka i bernilai 4%
n = umur obligasi, jika bunga dibayarkan dua kali maka periode dikali 2. Misal umur obligasi 2
tahun, maka n bernilai 4
TBO = Tingkat bunga obligasi, jika dibayarkan dua kali maka TBO dibagi dua. Misal TBO 6% maka nilai
TBO akan menjadi 3%
Kondisi penerbitan obligasi
Jika:
TBE < TBO maka liabilitas dijual pada harga premium
TBE = TBO maka liabilitas dijual pada nilai nominal
TBE > TBO maka liabilitas dijual pada harga diskon
Contoh:
Pada tanggal 1 Januari 2017 PT Danny menerbitkan 25.000 obligasi dengan nilai nominal Rp4.000 per
lembar yang jatuh tempo tanggal 1 Januari 2020 dengan tingkat bunga obligasi sebesar 4% dan tingkat
bunga efektif sebesar 6%. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Januari dan 30 Juni.
Penyelesaian:
1
PV of Bond : x Rp100.000.000
(1  0,03)6
: 0,837 x Rp100.000.000 = Rp83.700.000
Bunga : 2% x Rp100.000.000 = Rp2.000.000
1
1
(1  0,03)6
PV of Interest : xRp2.000.000
0,03
: 5,417 x Rp2.000.000 = Rp10.834.000
Harga jual Obligasi = Rp94.534.000

Skedul Amortisasi Obligasi


Tanggal Bunga per Kas1 Beban Bunga2 Amortisasi3 Nilai Buku4
1 Januari 2017 Rp94.534.000
30 Juni 2017 Rp2.000.000 Rp2.836.020 Rp836.020 Rp95.370.020
1 Januari 2018 Rp2.000.000 Rp2.861.100 Rp861.100 Rp96.231.120
30 Juni 2018 Rp2.000.000 Rp2.886.934 Rp886.934 Rp97.118.054
1 Januari 2019 Rp2.000.000 Rp2.913.542 Rp913.542 Rp98.031.596
30 Juni 2019 Rp2.000.000 Rp2.940.948 Rp940.948 Rp98.972.544
1 Januari 2020 Rp2.000.000 Rp3.027.456* Rp1.027.456* Rp100.000.000
1
Bunga per Kas didapatkan dari penghitungan bunga di awal
2
Beban Bunga didapat dari = Nilai buku terakhir dikali TBE (nilai TBE juga berlaku dibagi dua ketika
memang bunga yang dibayarkan 2x dalam satu tahun), sehingga misal tanggal 30 Juni 2018 dihitung
dengan Rp95.370.020 x 3% = Rp2.861.100
3
Amortisasi didapat dari selisih Beban Bunga dengan Bunga per Kas
4
Nilai Buku didapat dari Amortisasi (3) ditambah nilai buku sebelumnya, sehingga misal nilai buku 30
Juni 2019 didapat dari Nilai buku 1 Januari 2019 ditambah dengan amortisasi tanggal 30 Juni 2019.
*Pembulatan, karena pada saat jatuh tempo harus sebesar nilai nominal.

Jurnal yang diperlukan:


1. Penerbitan
1 Januari 2017 Kas Rp94.534.000
Utang Obligasi Rp94.534.000
2. Pembayaran bunga
30 Juni 2017 Beban Bunga Rp2.000.000
Kas Rp2.000.000
JIKA BUNGA DIBAYAR per 31 Desember
31 Desember 2017 Beban Bunga Rp2.000.000
Kas Rp2.000.000
JIKA BUNGA DIBAYAR per 1 Januari
31 Desember 2017 Beban Bunga Rp2.000.000
Utang Bunga Rp2.000.000
1 Januari 2018 Utang Bunga Rp2.000.000
Kas Rp2.000.000
Dan seterusnya sampai jatuh tempo
3. Amortisasi Obligasi
30 Juni 2017 Beban Bunga Rp836.020
Utang Obligasi Rp836.020
Dan seterusnya sampai jatuh tempo
4. Saat jatuh tempo
31 Desember 2019 Beban Bunga Rp2.000.000
Utang Bunga Rp2.000.000
31 Desember 2019 Beban Bunga Rp1.027.456
Utang Obligasi Rp1.027.456
1 Januari 2020 Utang Obligasi Rp100.000.000
Utang Bunga Rp2.000.000
Kas Rp102.000.000

Tabel perbedaan jurnal penerbitan premium dan diskon


Jurnal Premium Diskon
Penerbitan Kas (Dr) Kas (Dr)
Utang Obligasi (Cr) Utang Obligasi (Cr)
Pembayaran Bunga Beban Bunga (Dr) Beban Bunga (Dr)
Kas (Cr) Kas (Cr)
Amortisasi Utang Obligasi (Dr) Beban Bunga (Dr)
Beban Bunga (Cr) Utang Obligasi (Cr)
Jatuh Tempo Utang Obligasi (Dr) Utang Obligasi (Dr)
Kas (Cr) Kas (Cr)

Contoh tabel diterbitkan saat diskon


Tanggal Bunga per Kas1 Beban Bunga2 Amortisasi3 Nilai Buku4
1 Januari 2017 Rp105.603.000
30 Juni 2017 Rp3.000.000 Rp2.112.060 Rp887.940 Rp104.715.060
1 Januari 2018 Rp3.000.000 Rp2.094.301 Rp905.699 Rp103.809.361
30 Juni 2018 Rp3.000.000 Rp2.076.187 Rp923.813 Rp102.885.548
1 Januari 2019 Rp3.000.000 Rp2.057.711 Rp942.289 Rp101.943.259
30 Juni 2019 Rp3.000.000 Rp2.038.865 Rp961.135 Rp100.982.124
1 Januari 2020 Rp3.000.000 Rp2.017.876* Rp982.124* Rp100.000.000
(tanggal terbit 1 Januari 2017, nilai nominal Rp100.000.000, TBO = 6%, TBE = 4%, umur 3 tahun,
bunga dibayarkan 30 Juni dan 1 Januari)
1
Bunga per Kas didapatkan dari penghitungan bunga di awal, yaitu 3% x Rp100.000.000
2
Beban Bunga didapat dari = Nilai buku terakhir dikali TBE (nilai TBE juga berlaku dibagi dua ketika
memang bunga yang dibayarkan 2x dalam satu tahun), sehingga misal tanggal 30 Juni 2018 dihitung
dengan Rp103.809.361 x 2% = Rp2.076.187
3
Amortisasi didapat dari selisih Beban Bunga dengan Bunga per Kas
4
Nilai Buku didapat dari Amortisasi (3) ditambah nilai buku sebelumnya, sehingga misal nilai buku 30
Juni 2019 didapat dari Nilai buku 1 Januari 2019 ditambah dengan amortisasi tanggal 30 Juni 2019.
*Pembulatan, karena pada saat jatuh tempo harus sebesar nilai nominal.
PELUNASAN SEBELUM JATUH TEMPO
Menggunakan soal di atas, jika PT Danny memutuskan untuk melunasi pada tingkat 104% tanggal 17
Agustus 2017.

Penyelesaian:
1. Menghitung beban bunga per tanggal 17 Agustus 2017
Menggunakan nilai buku terdekat yaitu tanggal 30 Juni 2017 sebesar Rp104.715.060 lalu
dihitung dengan:
2% x 2/12 x Rp104.715.060 = Rp349.050
2. Menghitung bunga per kas tanggal 17 Agustus 2017
3% x 2/12 x Rp100.000.000 = Rp500.000
3. Menghitung amortisasi tanggal 17 Agustus 2017 (selisih antara beban bunga dengan bunga per
kas)
Rp500.000 – Rp349.050 = Rp150.950
4. Mengetahui nilai buku, dengan menambahkan nilai buku terdekat dengan amortisasi (hasil poin
3)
Rp104.715.060 + Rp150.950 = Rp104.866.010
5. Mengetahui keuntungan atau kerugian
Dilunasi pada tingkat 104%, yaitu = 104% x Rp100.000.000 = Rp104.000.000
Nilai buku per tanggal 17 Agustus 2017 = Rp104.866.010
Keuntungan pelunasan = Rp866.010

Jurnal yang dibutuhkan:


1. Pembayaran bunga dan amortisasi diskon
17 Agustus 2017 Beban Bunga Rp349.050
Utang Obligasi Rp150.950
Kas Rp500.000
2. Pelunasan obligasi
17 Agustus 2017 Utang Obligasi Rp104.866.010
Kas Rp104.000.000
Keuntungan Pelunasan Rp866.010
Penjurnalan dari sisi Investor Obligasi
Jurnal Premium Diskon
Pembelian Obligasi Investasi dalam Obligasi (Dr) Investasi dalam Obligasi (Dr)
Kas (Cr) Kas (Cr)
Pembayaran Bunga Kas (Dr) Kas (Dr)
Pendapatan Bunga (Cr) Pendapatan Bunga (Cr)
Amortisasi Pendapatan Bunga (Dr) Investasi dalam Obligasi (Dr)
Investasi dalam Obligasi (Cr) Pendapatan Bunga (Cr)
Jatuh Tempo Kas (Dr) Kas (Dr)
Investasi dalam Obligasi (Cr) Investasi dalam Obligasi (Cr)

Contoh dari soal sebelumnya, dari sisi investor akan dijurnal:


1. Penerbitan
1 Januari 2017 Investasi dalam Obligasi Rp94.534.000
Kas Rp94.534.000
2. Pembayaran bunga
30 Juni 2017 Kas Rp2.000.000
Pendapatan Bunga Rp2.000.000
JIKA BUNGA DIBAYAR per 31 Desember
31 Desember 2017 Kas Rp2.000.000
Pendapatan Bunga Rp2.000.000
JIKA BUNGA DIBAYAR per 1 Januari
31 Desember 2017 Piutang Bunga Rp2.000.000
Pendapatan Bunga Rp2.000.000
1 Januari 2018 Kas Rp2.000.000
Piutang Bunga Rp2.000.000
Dan seterusnya sampai jatuh tempo
3. Amortisasi Obligasi
30 Juni 2017 Investasi dalam Obligasi Rp836.020
Pendapatan Bunga Rp836.020
Dan seterusnya sampai jatuh tempo
4. Saat jatuh tempo
31 Desember 2019 Piutang Bunga Rp2.000.000
Pendapatan Bunga Rp2.000.000
31 Desember 2019 Investasi dalam Obligasi Rp1.027.456
Pendapatan Bunga Rp1.027.456
1 Januari 2020 Kas Rp102.000.000
Piutang Bunga Rp2.000.000
Investasi dalam Obligasi Rp100.000.000
CHAPTER 15: EKUITAS

1. Penerbitan saham senilai nilai pari


Kas Rp xxx
Ekuitas saham ... Rp xxx
2. Penerbitan saham di atas nilai pari
Kas Rp xxx
Ekuitas saham ... Rp xxx
Premi saham ... Rp xxx
3. Penerbitan saham di bawah nilai pari
Kas Rp xxx
Premi saham ... Rp xxx
Ekuitas saham ... Rp xxx

Penerbitan saham digunakan perusahaan untuk mendanai aset selain dari liabilitas. Terkadang
perolehan aset juga dapat dibayarkan menggunakan saham.
Pembelian kembali saham biasa oleh perusahaan merupakan saham treasuri. Saldo saham treasuri
akan mengurangi ekuitas.

Contoh:
PT Handsome tanggal 5 Mei 2017 menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp600.
Harga pasar saham Rp700.
Kas Rp700.000
Ekuitas Saham Biasa Rp600.000
Premi Saham Biasa Rp100.000

Misal tidak diketahui nilai parinya, maka penjurnalan sebagai berikut:


Kas Rp700.000
Ekuitas Saham Biasa Rp700.000

Jika perusahaan menerbitkan saham untuk memperoleh hak paten dengan harga pasar Rp900.000,
maka PT Handsome menjurnal:
Hak Paten Rp900.000
Ekuitas Saham Biasa Rp600.000
Premi Saham Biasa Rp300.000

PT Handsome membeli kembali saham biasa yang sudah beredar sebanyak 100 lembar dengan harga
Rp650
Saham Treasuri Rp65.000
Kas Rp65.000
Catatan: Rp650 akan menjadi nilai pari dari saham treasuri.

PT Handsome menerbitkan 60 lembar saham trasuri dengan harga Rp660 per lembar
Kas Rp39.600
Saham Treasuri Rp39.000
Premi Saham Treasuri Rp600
PT Handsome menerbitkan 40 lembar saham treasuri dengan harga Rp550 per lembar
Kas Rp22.000
Premi Saham Treasuri Rp600
Saldo Laba Rp3.400
Saham Treasuri Rp26.000
Catatan: Dikarenakan PT Handsome hanya memiliki Premi Saham Treasuri sebesar Rp600, maka harus
mendebitkan kekurangan dari Saldo Laba sebesar Rp3.400

PT Handsome melakukan stock split saham biasa 2-for-1


Jurnal: NO ENTRY
Catatan: Perusahaan tidak perlu menjurnal, tetapi perlu diingat bahwa jumlah saham bertambah
tetapi nilai pari berkurang
Sebelum stock split
1 lembar = Rp600 per lembar
Sesudah stock split
2 lembar = Rp300 per lembar
Jadi 1 lembar saham akan menjadi 2 lembar saham.

PEMBELIAN SAHAM LUMP SUM


Ketika kedua harga pasar saham diketahui, maka memakai metode proporsional.
Ketika hanya salah satu harga pasar saham diketahui, maka memakai metode incremental.

Contoh kasus:
PT AQ membeli 200 paket saham dengan harga per paket Rp100.000. Satu paket saham terdiri dari 2
saham preferen dan 3 saham biasa
Nilai pari Saham Preferen Rp15.000 per lembar
Nilai pari Saham Biasa Rp12.000 per lembar
Harga pasar Saham Preferen Rp25.000 per lembar
Harga pasar Saham Biasa Rp20.000 per lembar

Langkah:
METODE PROPORSIONAL
Mencari harga jual relatif:
Saham Harga Pasar Penghitungan Harga Jual Relatif Harga Jual Relatif
Biasa Rp20.000 x 3 = Rp60.000 6/11 x Rp100.000 Rp54.545
Preferen Rp25.000 x 2 = Rp50.000 5/11 x Rp100.000 Rp45.455
Total Rp110.000 Rp100.000
Membandingkan harga jual relatif dengan nilai pari
Saham Harga Jual Relatif Nilai Pari Premi
Biasa Rp54.545 Rp12.000 x 3 = Rp36.000 Rp18.545
Preferen Rp45.445 Rp15.000 x 2 = Rp30.000 Rp15.455

Jurnal Penerbitan
Kas (200 paket x Rp100.000) Rp20.000.000
Ekuitas Saham Biasa (Rp12.000 x 3 x 200) Rp7.200.000
Premi Saham Biasa (Rp18.545 x 200) Rp3.709.000
Ekuitas Saham Preferen (Rp15.000 x 2 x 200) Rp6.000.000
Premi Saham Preferen (Rp15.455 x 200) Rp3.091.000
METODE INCREMENTAL
Misal dari kasus di atas tidak diketahui harga pasar saham biasa, hanya diketahui harga pasar saham
preferen

Langkah:
Harga Paket Pasar = Rp100.000
Harga Pasar Saham Preferen (Rp25.000 x 2) = Rp50.000
Harga Pasar Saham Biasa (a) = Rp50.000
Nilai Pari Saham Biasa (b) = Rp36.000
Premi Saham Biasa (a) – (b) = Rp14.000 per paket
Premi Saham Preferen = Rp50.000 – Rp30.000 = Rp20.000 per paket
Jurnal Penerbitan:
Kas (200 paket x Rp100.000) Rp20.000.000
Ekuitas Saham Biasa (Rp12.000 x 3 x 200) Rp7.200.000
Premi Saham Biasa (Rp14.000 x 200) Rp2.800.000
Ekuitas Saham Preferen (Rp15.000 x 2 x 200) Rp6.000.000
Premi Saham Preferen (Rp20.000 x 200) Rp4.000.000

PENGUMUMAN DIVIDEN OLEH PERUSAHAAN


Macam-macam Dividen:
1. Dividen Tunai
2. Dividen Saham
3. Dividen Property
4. Dividen Likuidasi

Dividen Tunai
Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Utang Dividen Rp xxx
2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Rp xxx
Kas Rp xxx

Dividen Saham
Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Ekuitas Saham yang Akan Dibagikan Rp xxx

2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Penerbitan Saham
Ekuitas Saham yang Akan Dibagikan Rp xxx
Ekuitas Saham ... Rp xxx
Dividen Property
Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Utang Dividen Property Rp xxx
2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Property Rp xxx
Property yang Dibagikan Rp xxx
Contoh: Akan membagikan Investasi Saham yang dimiliki oleh Perusahaan
Jurnal pada Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Property Rp1.250.000
Investasi pada Saham Rp1.250.000
Misal saat pengumuman dividen, Investasi saham bernilai Rp1.250.000 namun saat pembayaran
dividen property nilai Investasi pada Saham naik menjadi Rp2.000.000, maka harus dijurnal:
Investasi pada Saham Rp750.000
Keuntungan Belum Direalisasi L/R Rp750.000

Dividen Likuidasi
Jurnal Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Premi Saham Biasa Rp xxx
Utang Dividen Rp xxx
2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Rp xxx
Kas Rp xxx

APPENDIX: DIVIDEND PREFERENCES


Saham preferen dalam pembagian dividen merupakan prioritas dibanding dengan saham biasa, ada
empat kondisi:
1. Jika saham preferen merupakan non kumulatif dan non partisipasi
2. Jika saham preferen kumulatif dan non partisipasi (berimbas jika pada tahun-tahun sebelumnya
perusahaan tidak membayar dividen).
3. Jika saham preferen non kumulatif dan partisipasi penuh
4. Jika saham preferen kumulatif dan partisipasi penuh
Contoh:
PT Ambis akan membagian $50.000 dividen kepada pemegang sahamnya yang terdiri dari pemegang
saham biasa dengan nilai pari $400.000 dan saham preferen tingkat 6% dengan nilai pari $100.000. PT
Ambis belum membayar 2 tahun berturut-turut sebelumnya.
1. Jika saham preferen merupakan non kumulatif dan non partisipasi
Distribusi dividen: Preferen Biasa Total
Saham preferen, 6% x $100.000 $6.000 - $6.000
Sisa untuk Saham Biasa - $44.000 $44.000
Total $6.000 $44.000 $50.000
Dalam asumsi ini, dividen dibayarkan tidak kumulatif, sehingga dividen 2 tahun berturut-turut
sebelumnya tidak diperhitungkan.
2. Jika saham preferen kumulatif dan non partisipasi
Distribusi dividen: Preferen Biasa Total
Dividen preferen utk 2 tahun berturut-turut $12.000 - $12.000
Dividen preferen tahun ini, 6% x $100.000 $6.000 - $6.000
Sisa untuk Saham Biasa - $32.000 $32.000
Total $18.000 $32.000 $50.000
Dalam asumsi ini karena kumulatif, dividen preferen untuk 2 tahun berturut-turut sebelumnya
harus dibayarkan dahulu ditambah dividen tahun ini, sehingga sisa dividen setelah distribusi ke
dividen preferen akan didistribusikan ke dividen untuk saham biasa.
3. Jika saham preferen non kumulatif dan partisipasi penuh
Karena partisipasi penuh, maka penerimaan dividen preferen dan saham biasa mendapatkan
presentase yang sama.
Distribusi dividen: Preferen Biasa Total
Dividen tahun ini, 6% $6.000 $24.000 $30.000
Sisa dividen ($50.000 - $30.000) = $20.000
Sisa dividen ini akan didistribusikan kembali mengingat partisipasi penuh, dengan cara:
Total nilai pari saham biasa dan preferen yang akan dipartisipasi = $100.000 + $400.000 =
$500.000
Tingkat partisipasi ($20.000 : $500.000) x 100% = 4%
Maka akan didistribusikan
Distribusi dividen: Preferen Biasa Total
Dividen tahun ini, 6% $6.000 $24.000 $30.000
Dividen partisipasi, 4% (dari $100.000 dan $400.000) $4.000 $16.000 $20.000
Total $10.000 $40.000 $50.000
4. Jika saham preferen kumulatif dan partisipasi penuh
Karena saham preferen kumulatif, dividen preferen untuk 2 tahun berturut-turut sebelumnya
harus dibayarkan dahulu
Distribusi dividen: Preferen Biasa Total
Dividen preferen utk 2 tahun berturut-turut $12.000 - $12.000
Dividen tahun ini, 6% $6.000 $24.000 $30.000
Sisa dividen ($50.000 – $12.000 - $30.000) = $8.000
Sisa dividen ini akan didistribusikan kembali mengingat partisipasi penuh, dengan cara:
Total nilai pari saham biasa dan preferen yang akan dipartisipasi = $100.000 + $400.000 =
$500.000
Tingkat partisipasi ($8.000 : $500.000) x 100% = 1,6%
Maka akan didistribusikan
Distribusi dividen: Preferen Biasa Total
Dividen preferen utk 2 tahun berturut-turut $12.000 - $12.000
Dividen tahun ini, 6% $6.000 $24.000 $30.000
Dividen partisipasi, 4% (dari $100.000 dan $400.000) $1.600 $6.400 $8.000
Total $19.600 $30.400 $50.000
CHAPTER 17: INVESTASI

Investasi Saham
1. Kepemilikan saham perusahaan < 20% menggunakan metode Nilai Wajar
2. Kepemilikan saham perusahaan 20% - 50% menggunakan metode Ekuitas
3. Kepemilikan saham perusahaan > 50% akan dikonsolidasi

Jurnal Umum
Metode Nilai Wajar Metode Ekuitas
Pembelian Saham Investasi Saham pada PT. X (Dr) Investasi Saham pada PT. X (Dr)
Kas (Cr) Kas (Cr)
Pengumuman Laba - Investasi Saham pada PT. X (Dr)
Pendapatan Investasi (Cr)
Pengumuman Rugi - Kerugian Investasi pada PT. X (Dr)
Investasi Saham pada PT. X (Cr)
Penyesuaian Nilai Wajar Penyesuaian Nilai Wajar (Dr) -
Keuntungan/Kerugian Belum
Terealisasi (Cr)
Pengumuman Dividen Piutang Dividen (Dr) Piutang Dividen (Dr)
Pendapatan Dividen (Cr) Investasi Saham pada PT. X (Cr)
Pembayaran Dividen Kas (Dr) Kas (Dr)
Piutang Dividen (Cr) Piutang Dividen (Cr)

Contoh Kasus
1. Danny membeli 100 lembar saham PT Ambis sebesar Rp1.000.000. Jumlah saham PT
Ambis yang beredar 800 lembar dengan nilai pari Rp9.000 per lembar
2. Akhir tahun PT Ambis mengumumkan memperoleh laba sebesar Rp20.000.000
3. Di akhir tahun pula, saham PT Ambis memiliki harga pasar Rp11.000 per lembar
4. Awal tahun berikutnya, PT Ambis mengumumkan akan membayar dividen Rp2.000.000
5. Dividen akan dibayarkan 2 minggu kemudian

Pertama harus mengidentifikasi persentase kepemilikan dahulu dengan cara:


Saham yang dimiliki Danny dibagi dengan jumlah saham PT Ambis = 100:800 = 12,5%
Dengan kepemilikan < 20%, maka pencatatan investasi menggunakan metode nilai wajar

Jurnal:
1 Investasi Saham pada PT Ambis Rp1.000.000
Kas Rp1.000.000
Catatan: Perlu diingat, ketika melakukan investasi saham pada perusahaan lain,
pencatatan investasi sebesar kas yang dibayarkan, tidak berpengaruh terhadap nilai
pari saham.
2 NO ENTRY, karena metode nilai wajar tidak memperhatikan pengumuman laba
3 Penyesuaian Fair Value Rp100.000
Keuntungan Belum Terealisasi Rp100.000
4 Piutang Dividen (12,5% x Rp2.000.000) Rp250.000
Pendapatan Dividen Rp250.000
5 Kas Rp250.000
Piutang Dividen Rp250.000
Misal, menggunakan soal yang sama tetapi jumlah saham yang dimiliki oleh PT Ambis sebanyak
400 lembar maka:

Pertama harus mengidentifikasi persentase kepemilikan dahulu dengan cara:


Saham yang dimiliki Danny dibagi dengan jumlah saham PT Ambis = 100:400 = 25%
Dengan kepemilikan 20% - 50% maka pencatatan investasi menggunakan metode ekuitas.

Jurnal:
1 Investasi Saham pada PT Ambis Rp1.000.000
Kas Rp1.000.000
2 Investasi Saham pada PT Ambis (25% x Rp20.000.000) Rp5.000.000
Pendapatan Investasi Rp5.000.000
Catatan: Karena perusahaan mencatat dengan metode ekuitas, maka pengumuman
laba atau rugi akan memengaruhi nilai investasi saham dari Danny, sehingga perlu
dijurnal sesuai dengan kepemilikan saham, dalam soal ini berarti 25% (merupakan
kepemilikan saham) x Rp20.000.000 (laba PT Ambis).
3 NO ENTRY, karena Danny menggunakan metode ekuitas dalam mencatat investasi,
maka tidak perlu menyesuaikan harga pasar dari investasi sahamnya.
4 Piutang Dividen (25% x Rp2.000.000) Rp500.000
Investasi Saham pada PT Ambis Rp500.000
5 Kas Rp500.000
Piutang Dividen Rp500.000

Catatan:
1. Rangkuman ini harapannya akan membantu kalian dalam belajar, namun jangan dijadikan
rangkuman ini sebagai acuan utama, mohon dilihat kembali buku referensinya (Kieso).
2. Jika ada kekurangan dalam materi ini, saya mohon maaf. Harapannya mencari dan
memperdalam materi secara mandiri.
3. Semangat teman-teman dalam menghadapi UAS, semoga hasil belajar selaras dengan nilai yang
diberikan. Nilai bukanlah segalanya, ilmu yang didapat lebih bermanfaat daripada nilai yang
didapat tanpa adanya proses belajar.
4. Saya mohon maaf apabila selama asistensi berlangsung ada kesalahan kata maupun perbuatan.
Terimakasih banyak.

Referensi Rangkuman:
Kieso, Jerry, & Warfield. (2014). Intermediate Accounting IFRS 2nd Edition. New Jersey: John Wiley &
Sons.
Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, Tanujaya, & Hidayat. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, Tanujaya, & Hidayat. (2015). Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai