Ketika aset yang dimiliki diniatkan untuk dijual walaupun aset berwujud, ada bentuk fisiknya serta
umur ekonomis aset lebih dari satu tahun, tidak dapat dikategorikan sebagai aset tetap, melainkan
investasi.
Metode Depresiasi
a. Garis Lurus
Rumus:
HP - NR
UE
Keterangan:
HP : Harga Perolehan Aset
NR : Nilai Residu atau Nilai Sisa
UE : Umur Ekonomis Aset
PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000.
Jika menggunakan metode di atas maka penghitungan depresiasi menurut garis lurus menjadi
Rp20.000.000 - Rp4.000.000
Rp3.200.000 per tahun
5
Karena menggunakan metode garis lurus, maka depresiasi per tahun akan sama yaitu sebesar
Rp3.200.000
Skedul Depresiasi
Tanggal Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
1 Januari 2017 Rp20.000.000
31 Desember 2017 Rp3.200.000 Rp3.200.000 Rp16.800.000
31 Desember 2018 Rp3.200.000 Rp6.400.000 Rp13.600.000
31 Desember 2019 Rp3.200.000 Rp9.600.000 Rp10.400.000
31 Desember 2020 Rp3.200.000 Rp12.800.000 Rp7.200.000
31 Desember 2021 Rp3.200.000 Rp16.000.000 Rp4.000.000
Nilai buku pada 1 Januari 2022 akan sebesar nilai residu dari aset, yaitu Rp4.000.000
Jurnal mencatat depresiasi
Beban Depresiasi Kendaraan Rp3.200.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp3.200.000
PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000.
Jika menggunakan metode di atas maka penghitungan depresiasi menurut saldo menurun berganda
menjadi:
100%
2x = 40%
5
Depresiasi tahun I
40% x Rp20.000.000 = Rp8.000.000
Nilai Buku = Rp20.000.000 – Rp8.000.000 = Rp12.000.000
Depresiasi tahun II
40% x Rp12.000.000 = Rp4.800.000
Nilai Buku = Rp12.000.000 – Rp4.800.000 = Rp7.200.000
Depresiasi tahun III
40% x Rp7.200.000 = Rp2.880.000
Nilai Buku = Rp7.200.000 – Rp2.880.000 = Rp4.320.000
Depresiasi tahun IV
40% x Rp4.320.000 = Rp1.728.000
Nilai Buku = Rp4.320.000 – Rp1.728.000 = Rp2.592.000
Karena nilai buku mencapai Rp4.320.000 sedangkan nilai residu Rp4.000.000 maka beban depresiasi
untuk tahun ke 4 sebesar Rp4.320.000 – Rp4.000.000 = Rp320.000 bukan sebesar Rp1.728.000
Depresiasi tahun V
Karena sudah mencapai nilai residu, maka tahun ke 5 tidak ada beban depresiasi.
Skedul Depresiasi
Tanggal Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
1 Januari 2017 Rp20.000.000
31 Desember 2017 Rp8.000.000 Rp8.000.000 Rp12.000.000
31 Desember 2018 Rp4.800.000 Rp12.800.000 Rp7.200.000
31 Desember 2019 Rp2.880.000 Rp15.680.000 Rp4.320.000
31 Desember 2020 Rp320.000 Rp16.000.000 Rp4.000.000
31 Desember 2021 Rp0 Rp16.000.000 Rp4.000.000
Jurnal mencatat depresiasi tanggal 31 Desember 2020
Beban Depresasi Kendaraan Rp320.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp320.000
PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000. Kendaraan
ini diprediksi dapat beroperasi hingga 400.000 km. Distribusi pemakaian sebagai berikut:
Tahun I 100.000 km
Tahun II 120.000 km
Tahun III 75.000 km
Tahun IV 80.000 km
Tahun V 25.000 km
Total 400.000 km
Menghitung Depresiasi:
Jika perusahaan memutuskan untuk mendepresiasi menggunakan metode unit aktivitas, maka umur
ekonomis tidak dimasukkan kedalam perhitungan, penghitungan depresiasi sebagai berikut
Rp20.000.000 - Rp4.000.000
Rp40perkm
400.000
Untuk depresiasi per tahun hanya mengkalikan tarif yang sudah didapat dengan jumlah aktivitas di
tahun tersebut
Skedul Depresiasi
Tanggal Beban Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku
1 Januari 2017 Rp20.000.000
31 Desember 2017 Rp4.000.000 Rp4.000.000 Rp16.000.000
31 Desember 2018 Rp4.800.000 Rp8.800.000 Rp11.200.000
31 Desember 2019 Rp3.000.000 Rp11.800.000 Rp8.200.000
31 Desember 2020 Rp3.200.000 Rp15.000.000 Rp5.000.000
31 Desember 2021 Rp1.000.000 Rp16.000.000 Rp4.000.000
Jurnal mencatat depresiasi tanggal 31 Desember 2021
Beban Depresiasi Kendaraan Rp1.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp1.000.000
DISPOSAL ASET
Contoh:
PT Aku membeli kendaraan bermotor yang dibeli dan siap dipakai tanggal 1 Januari 2017 seharga
Rp20.000.000 yang mempunyai umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp4.000.000 didepresiasi
menggunakan garis lurus. Pada tanggal 16 Agustus 2017, Kendaraan mengalami kerusakan. Kebijakan
perusahaan atas mesin tersebut akan:
a. Diberhentikan pemakaian
b. Dihentikan lalu dijual sebagai barang bekas yang laku Rp1.000.000
c. Dijual laku Rp7.000.000
d. Ditukar dengan kendaraan baru senilai Rp16.000.000, dengan selisih dibayar tunai.
Langkah-langkah:
1. Mengetahui akumulasi depresiasi aset hingga tanggal disposal yaitu tanggal 16 Agustus 2018
Tahun I : (Rp20.000.000 – Rp4.000.000) / 5 = Rp3.200.000
Tahun II : Rp3.200.000 x 8/12 = Rp2.133.333
Akumulasi Depresiasi per 16 Agustus 2018 = Rp5.333.333
2. Mengetahui nilai buku aset lama saat tanggal disposal
Rp20.000.000 – Rp5.333.333 = Rp14.666.667
3. Mengetahui harga pasar aset yang akan didisposal saat tanggal disposal
Pada tanggal disposal, diketahui di soal sebesar Rp7.000.000
4. Menghitung keuntungan/kerugian:
Rp14.666.667 – Rp7.000.000 = Rp7.666.667 (kerugian)
5. Harga perolehan aset yang baru = Rp16.000.000 (diketahui di soal)
Kas yang dibayarkan = Rp16.000.000 – Rp7.000.000 = Rp9.000.000
Perlakuan Jurnal
a. Diberhentikan pemakaian
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kerugian Karena Rusak Rp14.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
b. Dihentikan lalu dijual sebagai barang bekas yang laku Rp1.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kas Rp1.000.000
Kerugian Karena Rusak Rp13.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
c. Dijual laku Rp7.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kas Rp7.000.000
Kerugian Karena Rusak Rp7.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
d. Ditukar dengan kendaraan baru senilai Rp16.000.000, dengan selisih dibayar tunai.
Asumsi Commercial Substance, yaitu pertukaran aset akan memengaruhi arus kas masa depan
perusahaan, jika asumsi Non Commercial Substance maka tidak akan memengaruhi arus kas
masa depan perusahaan.
Jika dalam asumsi CS, keuntungan pertukaran akan mengurangi harga perolehan aset baru.
Tetapi karena kondisi ini mengalami kerugian maka tidak memengaruhi penjurnalan
Jika dalam asumsi non CS, keuntungan akan tetap diakui dan tidak mengurangi dari harga
perolehan aset baru.
Kendaraan Baru Rp16.000.000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp5.333.333
Kerugian Karena Rusak Rp7.666.667
Kendaraan Rp20.000.000
Kas Rp9.000.000
Bangunan diperoleh pada 1 Januari 1 Januari 2012 dengan harga perolehan sebesar Rp800.000.000.
PT Ganteng memperkirakan masa manfaat dari bangunan tersebut adalah 20 tahun dan memiliki nilai
residu Rp40.000.000. PT Ganteng menggunakan metode garis lurus dalam menyusutkan aset
tetapnya. Nilai pakai diharapkan sebesar Rp520.000.000.
Penyelesaian:
Harga perolehan = Rp800.000.000
Akumulasi depresiasi = 5 x (Rp800.000.000 – Rp40.000.000) / 20 = Rp190.000.000
Nilai tercatat = Rp610.000.000
Nilai terpulihkan merupakan nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar – biaya penjualan dengan nilai
pakai. Dari kasus di atas didapatkan nilai Rp684.000.000
Kesimpulannya NILAI TERPULIHKAN > NILAI TERCATAT, sehingga tidak terjadi penurunan nilai.
Jika misal nilai wajar – biaya penjualan didapatkan Rp484.000.000, maka nilai terpulihkannya menjadi
Rp520.000.000 karena masih lebih tinggi nilai pakainya. Sehingga dalam uji penurunan nilai
didapatkan NILAI TERPULIHKAN < NILAI TERCATAT, maka harus dilakukan penurunan nilai dengan
kerugian penurunan sebesar selisihnya yaitu Rp90.000.000, dijurnal:
Aset tidak berwujud merupakan aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik.
Karakteristik aset tidak berwujud:
1. Dapat diidentifikasi: dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual,
dipindahkan,dilisensikan, disewakan, atau ditukarkan, baik secara tersendiri atau bersama-
sama dengan kontrak terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas
bermaksud untuk melakukan hal tersebut atau timbul dari kontrak atau hak legal lainnya.
2. Dapat dikendalikan: memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomis dari aset
tersebut dan dapat tmembatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis
tersebut
3. Tidak mempunyai bentuk fisik: ada beberapa yang memiliki bentuk fisik, contohnya sistem yang
terdatabase dalam CD
Goodwill timbul karena pembelian diatas nilai wajar dari aset bersih yang teridentifikasi
Goodwill diukur selisih pembelian diatas nilai wajar dengan nilai wajar dari aset bersih yang
teridentifikasi.
Aset bersih = Aset – Liabilitas
Contoh:
PT Tampan menginginkan divisi baru dalam perusahaannya. Presiden PT Tampan berencana membeli
PT Ganteng sebagai bagian dari perusahaan. Laporan posisi keuangan PT Ganteng sebagai berikut:
PT Ganteng memutuskan menerima tawaran dari PT Tampan dibeli pada harga $800.000.
Penyelesaian:
Goodwill = Consider Transferred – Nilai wajar aset bersih
Goodwill = $800.000 - $700.000 = $100.000
PT Tampan akan menjurnal:
Kas $50.000
Piutang Usaha $70.000
Persediaan $244.000
Paten $36.000
Aset Tetap $410.000
Goodwill $100.000
Liabilitas Lancar $110.000
Kas $800.000
CHAPTER 13: UTANG JANGKA PENDEK
Jurnal standar:
Utang Usaha xxx
Kas xxx
Liabilitas kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan, liabilitas ini hanya perlu diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Provisi
Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum, konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa
lalu
2. Kemungkinan besar penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya
dan
3. Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat
dibuat.
Jika tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, maka provisi tidak dapat diakui.
Contoh:
PT ABC menjual produk dengan memberikan garansi selama 1 tahun dari tanggal penjualan. Jika
kerusakan terdeteksi cacat ringan biaya perbaikan atas seluruh produk yang dijual Rp200.000.000, jika
cacat berat biaya yang dikeluarkan Rp1.000.000.000. Pengalaman entitas di masa lalu memberikan
indikasi bahwa dalam tahun mendatang kemungkinan 80% produk terjual tanpa cacat, 15% cacat
ringan, dan 5% cacat berat.
Berdasarkan pengalaman masa lalu tersebut, estimasi biaya perbaikan pada nilai yang diharapkan
(expected value) = (80% x 0) + (15% x Rp200.000.000) + (5% x Rp1.000.000.00) = Rp80.000.000
Liabilitas jangka panjang akan diukur menggunakan nilai waktu dari uang.
Keterangan:
i = Tingkat bunga efektif atau pasar, jika bunga dibayarkan dua kali maka nilai i dibagi dua. Misal
TBE = 8%, maka i bernilai 4%
n = umur obligasi, jika bunga dibayarkan dua kali maka periode dikali 2. Misal umur obligasi 2
tahun, maka n bernilai 4
TBO = Tingkat bunga obligasi, jika dibayarkan dua kali maka TBO dibagi dua. Misal TBO 6% maka nilai
TBO akan menjadi 3%
Kondisi penerbitan obligasi
Jika:
TBE < TBO maka liabilitas dijual pada harga premium
TBE = TBO maka liabilitas dijual pada nilai nominal
TBE > TBO maka liabilitas dijual pada harga diskon
Contoh:
Pada tanggal 1 Januari 2017 PT Danny menerbitkan 25.000 obligasi dengan nilai nominal Rp4.000 per
lembar yang jatuh tempo tanggal 1 Januari 2020 dengan tingkat bunga obligasi sebesar 4% dan tingkat
bunga efektif sebesar 6%. Bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Januari dan 30 Juni.
Penyelesaian:
1
PV of Bond : x Rp100.000.000
(1 0,03)6
: 0,837 x Rp100.000.000 = Rp83.700.000
Bunga : 2% x Rp100.000.000 = Rp2.000.000
1
1
(1 0,03)6
PV of Interest : xRp2.000.000
0,03
: 5,417 x Rp2.000.000 = Rp10.834.000
Harga jual Obligasi = Rp94.534.000
Penyelesaian:
1. Menghitung beban bunga per tanggal 17 Agustus 2017
Menggunakan nilai buku terdekat yaitu tanggal 30 Juni 2017 sebesar Rp104.715.060 lalu
dihitung dengan:
2% x 2/12 x Rp104.715.060 = Rp349.050
2. Menghitung bunga per kas tanggal 17 Agustus 2017
3% x 2/12 x Rp100.000.000 = Rp500.000
3. Menghitung amortisasi tanggal 17 Agustus 2017 (selisih antara beban bunga dengan bunga per
kas)
Rp500.000 – Rp349.050 = Rp150.950
4. Mengetahui nilai buku, dengan menambahkan nilai buku terdekat dengan amortisasi (hasil poin
3)
Rp104.715.060 + Rp150.950 = Rp104.866.010
5. Mengetahui keuntungan atau kerugian
Dilunasi pada tingkat 104%, yaitu = 104% x Rp100.000.000 = Rp104.000.000
Nilai buku per tanggal 17 Agustus 2017 = Rp104.866.010
Keuntungan pelunasan = Rp866.010
Penerbitan saham digunakan perusahaan untuk mendanai aset selain dari liabilitas. Terkadang
perolehan aset juga dapat dibayarkan menggunakan saham.
Pembelian kembali saham biasa oleh perusahaan merupakan saham treasuri. Saldo saham treasuri
akan mengurangi ekuitas.
Contoh:
PT Handsome tanggal 5 Mei 2017 menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai pari Rp600.
Harga pasar saham Rp700.
Kas Rp700.000
Ekuitas Saham Biasa Rp600.000
Premi Saham Biasa Rp100.000
Jika perusahaan menerbitkan saham untuk memperoleh hak paten dengan harga pasar Rp900.000,
maka PT Handsome menjurnal:
Hak Paten Rp900.000
Ekuitas Saham Biasa Rp600.000
Premi Saham Biasa Rp300.000
PT Handsome membeli kembali saham biasa yang sudah beredar sebanyak 100 lembar dengan harga
Rp650
Saham Treasuri Rp65.000
Kas Rp65.000
Catatan: Rp650 akan menjadi nilai pari dari saham treasuri.
PT Handsome menerbitkan 60 lembar saham trasuri dengan harga Rp660 per lembar
Kas Rp39.600
Saham Treasuri Rp39.000
Premi Saham Treasuri Rp600
PT Handsome menerbitkan 40 lembar saham treasuri dengan harga Rp550 per lembar
Kas Rp22.000
Premi Saham Treasuri Rp600
Saldo Laba Rp3.400
Saham Treasuri Rp26.000
Catatan: Dikarenakan PT Handsome hanya memiliki Premi Saham Treasuri sebesar Rp600, maka harus
mendebitkan kekurangan dari Saldo Laba sebesar Rp3.400
Contoh kasus:
PT AQ membeli 200 paket saham dengan harga per paket Rp100.000. Satu paket saham terdiri dari 2
saham preferen dan 3 saham biasa
Nilai pari Saham Preferen Rp15.000 per lembar
Nilai pari Saham Biasa Rp12.000 per lembar
Harga pasar Saham Preferen Rp25.000 per lembar
Harga pasar Saham Biasa Rp20.000 per lembar
Langkah:
METODE PROPORSIONAL
Mencari harga jual relatif:
Saham Harga Pasar Penghitungan Harga Jual Relatif Harga Jual Relatif
Biasa Rp20.000 x 3 = Rp60.000 6/11 x Rp100.000 Rp54.545
Preferen Rp25.000 x 2 = Rp50.000 5/11 x Rp100.000 Rp45.455
Total Rp110.000 Rp100.000
Membandingkan harga jual relatif dengan nilai pari
Saham Harga Jual Relatif Nilai Pari Premi
Biasa Rp54.545 Rp12.000 x 3 = Rp36.000 Rp18.545
Preferen Rp45.445 Rp15.000 x 2 = Rp30.000 Rp15.455
Jurnal Penerbitan
Kas (200 paket x Rp100.000) Rp20.000.000
Ekuitas Saham Biasa (Rp12.000 x 3 x 200) Rp7.200.000
Premi Saham Biasa (Rp18.545 x 200) Rp3.709.000
Ekuitas Saham Preferen (Rp15.000 x 2 x 200) Rp6.000.000
Premi Saham Preferen (Rp15.455 x 200) Rp3.091.000
METODE INCREMENTAL
Misal dari kasus di atas tidak diketahui harga pasar saham biasa, hanya diketahui harga pasar saham
preferen
Langkah:
Harga Paket Pasar = Rp100.000
Harga Pasar Saham Preferen (Rp25.000 x 2) = Rp50.000
Harga Pasar Saham Biasa (a) = Rp50.000
Nilai Pari Saham Biasa (b) = Rp36.000
Premi Saham Biasa (a) – (b) = Rp14.000 per paket
Premi Saham Preferen = Rp50.000 – Rp30.000 = Rp20.000 per paket
Jurnal Penerbitan:
Kas (200 paket x Rp100.000) Rp20.000.000
Ekuitas Saham Biasa (Rp12.000 x 3 x 200) Rp7.200.000
Premi Saham Biasa (Rp14.000 x 200) Rp2.800.000
Ekuitas Saham Preferen (Rp15.000 x 2 x 200) Rp6.000.000
Premi Saham Preferen (Rp20.000 x 200) Rp4.000.000
Dividen Tunai
Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Utang Dividen Rp xxx
2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Rp xxx
Kas Rp xxx
Dividen Saham
Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Ekuitas Saham yang Akan Dibagikan Rp xxx
2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Penerbitan Saham
Ekuitas Saham yang Akan Dibagikan Rp xxx
Ekuitas Saham ... Rp xxx
Dividen Property
Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Utang Dividen Property Rp xxx
2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Property Rp xxx
Property yang Dibagikan Rp xxx
Contoh: Akan membagikan Investasi Saham yang dimiliki oleh Perusahaan
Jurnal pada Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Property Rp1.250.000
Investasi pada Saham Rp1.250.000
Misal saat pengumuman dividen, Investasi saham bernilai Rp1.250.000 namun saat pembayaran
dividen property nilai Investasi pada Saham naik menjadi Rp2.000.000, maka harus dijurnal:
Investasi pada Saham Rp750.000
Keuntungan Belum Direalisasi L/R Rp750.000
Dividen Likuidasi
Jurnal Jurnal:
1. Tanggal Pengumuman Dividen
Saldo Laba Rp xxx
Premi Saham Biasa Rp xxx
Utang Dividen Rp xxx
2. Tanggal Pencatatan
NO ENTRY
3. Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Rp xxx
Kas Rp xxx
Investasi Saham
1. Kepemilikan saham perusahaan < 20% menggunakan metode Nilai Wajar
2. Kepemilikan saham perusahaan 20% - 50% menggunakan metode Ekuitas
3. Kepemilikan saham perusahaan > 50% akan dikonsolidasi
Jurnal Umum
Metode Nilai Wajar Metode Ekuitas
Pembelian Saham Investasi Saham pada PT. X (Dr) Investasi Saham pada PT. X (Dr)
Kas (Cr) Kas (Cr)
Pengumuman Laba - Investasi Saham pada PT. X (Dr)
Pendapatan Investasi (Cr)
Pengumuman Rugi - Kerugian Investasi pada PT. X (Dr)
Investasi Saham pada PT. X (Cr)
Penyesuaian Nilai Wajar Penyesuaian Nilai Wajar (Dr) -
Keuntungan/Kerugian Belum
Terealisasi (Cr)
Pengumuman Dividen Piutang Dividen (Dr) Piutang Dividen (Dr)
Pendapatan Dividen (Cr) Investasi Saham pada PT. X (Cr)
Pembayaran Dividen Kas (Dr) Kas (Dr)
Piutang Dividen (Cr) Piutang Dividen (Cr)
Contoh Kasus
1. Danny membeli 100 lembar saham PT Ambis sebesar Rp1.000.000. Jumlah saham PT
Ambis yang beredar 800 lembar dengan nilai pari Rp9.000 per lembar
2. Akhir tahun PT Ambis mengumumkan memperoleh laba sebesar Rp20.000.000
3. Di akhir tahun pula, saham PT Ambis memiliki harga pasar Rp11.000 per lembar
4. Awal tahun berikutnya, PT Ambis mengumumkan akan membayar dividen Rp2.000.000
5. Dividen akan dibayarkan 2 minggu kemudian
Jurnal:
1 Investasi Saham pada PT Ambis Rp1.000.000
Kas Rp1.000.000
Catatan: Perlu diingat, ketika melakukan investasi saham pada perusahaan lain,
pencatatan investasi sebesar kas yang dibayarkan, tidak berpengaruh terhadap nilai
pari saham.
2 NO ENTRY, karena metode nilai wajar tidak memperhatikan pengumuman laba
3 Penyesuaian Fair Value Rp100.000
Keuntungan Belum Terealisasi Rp100.000
4 Piutang Dividen (12,5% x Rp2.000.000) Rp250.000
Pendapatan Dividen Rp250.000
5 Kas Rp250.000
Piutang Dividen Rp250.000
Misal, menggunakan soal yang sama tetapi jumlah saham yang dimiliki oleh PT Ambis sebanyak
400 lembar maka:
Jurnal:
1 Investasi Saham pada PT Ambis Rp1.000.000
Kas Rp1.000.000
2 Investasi Saham pada PT Ambis (25% x Rp20.000.000) Rp5.000.000
Pendapatan Investasi Rp5.000.000
Catatan: Karena perusahaan mencatat dengan metode ekuitas, maka pengumuman
laba atau rugi akan memengaruhi nilai investasi saham dari Danny, sehingga perlu
dijurnal sesuai dengan kepemilikan saham, dalam soal ini berarti 25% (merupakan
kepemilikan saham) x Rp20.000.000 (laba PT Ambis).
3 NO ENTRY, karena Danny menggunakan metode ekuitas dalam mencatat investasi,
maka tidak perlu menyesuaikan harga pasar dari investasi sahamnya.
4 Piutang Dividen (25% x Rp2.000.000) Rp500.000
Investasi Saham pada PT Ambis Rp500.000
5 Kas Rp500.000
Piutang Dividen Rp500.000
Catatan:
1. Rangkuman ini harapannya akan membantu kalian dalam belajar, namun jangan dijadikan
rangkuman ini sebagai acuan utama, mohon dilihat kembali buku referensinya (Kieso).
2. Jika ada kekurangan dalam materi ini, saya mohon maaf. Harapannya mencari dan
memperdalam materi secara mandiri.
3. Semangat teman-teman dalam menghadapi UAS, semoga hasil belajar selaras dengan nilai yang
diberikan. Nilai bukanlah segalanya, ilmu yang didapat lebih bermanfaat daripada nilai yang
didapat tanpa adanya proses belajar.
4. Saya mohon maaf apabila selama asistensi berlangsung ada kesalahan kata maupun perbuatan.
Terimakasih banyak.
Referensi Rangkuman:
Kieso, Jerry, & Warfield. (2014). Intermediate Accounting IFRS 2nd Edition. New Jersey: John Wiley &
Sons.
Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, Tanujaya, & Hidayat. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, Tanujaya, & Hidayat. (2015). Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.