Anda di halaman 1dari 60

HELLO!

We are from Group 6


We are here because we love to give presentations.

1
TAX PLANNING
PPN
by: Muhammad Ikbal – Noor Shinta Alifia – Nurul Fuadha
Ulmi
1
PENDAHULUAN
Setiap pembelian dan penjualan barang/jasa dari
perusahaan kena pajak dikenakan PPN

3
PENDAHULUAN

Langkah pembaruan dan penyempurnaan UU PPN No. 8 Tahun 1983 terus dilakukan
pemerintah semenjak tahun 1994, terakhir dengan diterbitkannya Undang-Undang PPN No.
42 Tahun 2009, yang meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi penggunaan Pajak
Pertambahan Nilai.

Beberapa peraturan Dirjen Pajak telah mengalami revisi yang mengubah ketentuan mengenai
pembuatan kode Faktur Pajak Keluaran, saat terutang pajak, dan saat pembuatan kode Faktur
Pajak dan PPN secara manula atau memalui data elektronik (e-SPT) dan yang disampaikan
lewat e-filing, adanya kewajiban untuk menyampaikan surat pemberitahuan kode cabang atau
penandatangan faktur Pajak. 4
Pajak Pertambahan
Nilai
adalah pajak tidak Place your screenshot here
langsung yang dikenakan
atas konsumsi
barang/jasa kena pajak
didalam daerah pabean.

5
Objek PPN menurut UU PPN No. 42 Tahun 2009

• Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) • Ekspor Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
didalam Daerah Pabean yang dilakukan Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
oleh pengusaha • Kegiatan membangun sendiri diluar kegiatan
• Impor Barang Kena Pajak usaha atau pekerjaannya yang digunakan
• Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) untuk tempat tinggal atau tempat usaha
didalam Daerah Pabean yang dilakukan • Penyerahan aktiva yang menurut tujuan
oleh pengusaha semula tidak untuk diperjual-belikan,
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak sepanjang PPN pada saat perolehannya dapat
berwujud dari luar Daerah Pabean dikreditkan
didalam Daerah Pabean
• Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean didalam Daerah Pabean

6
“ Mekanisme pemungutan PPN menggunakan
mekanisme Indirect Subtraction
Method/Invoice method (PK – PM)

7
UPAYA PERENCANAAN PPN

 Memaksimalkan mekanisme
pengkreditan PPN  PPN atas barang gratis untuk
 Memaksimalkan Fasilitan keperluan promosi
Dibidang PPN  Penjegaan cash flow
 Sentralisasi pengenaan PPN  Pengendalian PPN
 Memaksimalkan restitusi  Tanggung jawab renteng
PPN
 Membangun sendiri dalam
kegiatan usaha

8
2
MEKANISME
PENGKREDITAN PPN

9
Place your screenshot here Place your screenshot here

10
BIG CONCEPT
Jika PK > PM, maka selisihnya merupakan PPN
yang harus dibayar.

Jika PK < PM, maka selisihnya merupakan


kelebihan bayar PPN yang bisa dikompensasi
dengan Masa Pajak berikutnya atau dimintakan
kembali (restitusi).

11
PAJAK MASUKAN

Pajak masukan yang dapat Pajak masukan yang tidak dapat


dikreditkan dikreditkan
yang berhubungan langsung  Sebelum dikukuhkan menjadi PKP.
dengan produksi, distribusi,  Faktur pajak sederhana.
pemasaran, dan manajemen atas  Faktur pajak cacat (tidak diisi lengkap, ada
BKP/JKP dan faktur pajaknya coretan/hapusan).
adalah faktur pajak standar atau  Pajak masukan atas pembelian mobil sedan, jeep,
dokumen yang disamakan station wagon, van, dan combi.
dengan faktur pajak standar.  Pajak masukan berkaitan dengan produksi BKP/JKP.
 Pajak masukan yang tidak ada kaitannya secara
langsung dengan kegiatan atas BKP.
 Pajak masukan yang dilaporkan pada SPT masa PPN,
yang ditemukan pada saat pemeriksaan atau yang 12
ditagih melalui SKP.
MEKANISME PENGKREDITAN PPN

Secara umum mekanisme pengkreditan Pajak Masukan diatur dalam Pasal 9 UU Nomor 42
Tahun 2009
Pajak masukan dikreditkan dengan Pajak Keluaran
untuk Masa Pajak yang sama.

Apabila terdapat Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum


dikreditkan dengan Pajak Keluaran berikutnya paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan, sepanjang
belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

Jika dalam suatu Masa Pajak belum ada Pajak keluaran,


maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan.

13
3
FAKTUR PAJAK
Bukti pungutan pajak yang dibuat PKP yang melakukan
penyerahan BKP atau JKP, atau bukti pungutan pajak
karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
14
Secara umum, Faktur Pajak dapat dibagi menjadi
tiga :

Dokumen
Faktur yang
Faktur disamakan
Pajak
Pajak dengan
Gabungan Faktur
Pajak

15
Saat Pembuatan Faktur Pajak

Untuk meringankan beban Untuk membantu Faktur Pajak


administrasi wajib pajak, saat likuiditas Wajib Gabungan
yang tepat untuk membuatan Pajak, saat penyetoran merupakan Faktur
Faktur Pajak adalah pada saat
PPN dan pelaporan Pajak yang harus
terutangnya pajak, yaitu pada
saat penyerahan atau dalam hal SPT Masa PPN dibuat paling lambat
pembayaran mendahului diperlonggarkan pada akhir bulan
penyerahan maka Faktur Pajak menjadi paling penyerahan BKP dan
dibuat pada saat pembayaran. lambar akhir bulan atau JKP.
Dengan pengaturan ini, Wajib berikutnya setelah
Pajak tidak perlu lagi membuat Masa Pajak berakhir.
faktur penjualan (invoice) yang
berbeda dengan Faktur Pajak. 16
Penundaan Faktur Pajak

Dalam hal penjualan BKP/JKP yang pembayaran belum diketahui, pembuatan faktur Pajak
bisa ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak. Dalam kaitan dengan saat pembuatan Faktur Pajak, makin lambat PKP membuat
Faktur Pajak, maka akan lebih baik karena PKP tidak perlu menalangi pembayaran PPN.

Berkaitan dengan hal ini, sebaiknya PKP penjualan dalam menentukan syarat pembayaran
yang ideal, yaitu tidak lebih 45 hari setelah penyerahan BKP atau JKP (penerbitan invoice).
Jika pembayaran baru diterima PKP setelah lewat 45 hari berarti bahwa PKP penjual akan
menalangi pembayaran PPN ke Kas Negara.

17
4
SAAT TERUTANGNYA PPN
Peraturan Menkeu No. 240/PMK.03/2009

18

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah menganut prinsip akrual, artinya
terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak meskipun pembayaran
atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum
sepenuhnya diterima atau pada saat impor Barang Kena
Pajak. Saat terutangnya pajak untuk transaksi yang
dilakukan melalui electronic commerce tunduk pada
ketentuan ini.

19

Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan
Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena
Pajak, atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum
dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,
saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

20
5
BATAS WAKTU
PENYETORAN PPN DAN
PELAPORAN SPT MASA
PPN
Sesuai PER Dirjen Pajak No. 14/PJ/2010 21
Penjagaan terhadap batas
waktu penyetoran PPN
dan pelaporan SPT Masa
PPN ini sangat penting,
Place your screenshot here karena keterlambatan
pelaporan SPT Masa PPN
tersebut dikenakan denda
Rp 500.000, sedangkan
untuk keterlambatan
penyetoran PPN
dikenakan denda bunga
2% per bulan dari PPN
yang terutang.

22
6
MEMAKSIMALKAN
FASILITAS DI BIDANG PPN
UU Nomor 36 Tahun 2008, fasilitas dibidang PPN yang dikenal
dalam ketentuan PPN adalah PPN tidak dipungut, PPN
dibebaskan, dan PPN ditanggung pemerintah. 23
Fasilitas PPN tidak dipungut

Fasilitas PPN dibebaskan

Fasilitas PPN ditanggung


pemerintah

24
7
SENTRALISASI TEMPAT
PPN TERUTANG
25
Kriteria WP yang dapat mengajukan permohonan
Pemusatan/Sentralisasi Tempat PPN terutang kepada kanwil
DJP

 Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di KKP Wajib Pajak besar dapat
melakukan senrtralisasi otomatis sesuai dengan KEP-335/PJ./2002. Dalam hal PKP
tersebut mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha, tempat terutang pajak
untuk seluruh tempat kegiatan usaha tersebut ditetapkan hanya di tempat PKP
dikukuhkan oleh KPP Wajib Pajak Besar.

 PKP yang memiliki lebih dari satu tempat PPN terutang (selain butir a) dalam
memilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutan. Dalam
hal PKP memilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai Tempat Pemusatan PN Terutang,
PKP dimaksud harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Kepala KPP yang Wilayah kerjanya
meliputi tempat-tempat PPN terutang yang akan dipusatkan (PER19/PJ/2010).

26
Syarat-syarat pengajuan sentralisasi bagi PKP yang
memiliki lebih dari satu tempat PPN (PER 19/PJ./2010)

first second third


PKP harus Tempat tinggal, temat Pemberitahuan secara
menyampaikan kedudukan, atau tempat tertulis harus memenuhi
kegiatan usaha PKP persyaratan
pemberitahuan secara
berada di Kawasan Berikat;
tertulis kepada Kepala kawasan Ekonomi Khusus;
Kantor Wilayah dengan mendapatkan Fasilitas
tembusan kepada Kemudahan Impor Tujuan
Kepala KPP yang Ekspor, tidak dapat dipilih
wilayah kerjanya sebagai Tempat
Pemusatan PPN Terutang
meliputi tempat-
atau tempat PPN terutang
tempat PPN terutang yang akan dipusatkan.
yang akan dipusatkan. 27
8
MEMAKSIMALKAN
RESTITUSI PPN
28
Kriteria Umum bagi manajemen dalam memutuskan
perlu tidaknya mengajukan permohonan restitusi PPN

Bila sudah Bila prediksi


Bila besarnya Bila kondisi
diyakini masa depann
PPN yang lebih keuangan
kesiapan pembayaran
bayar tersebut perusahaan
perusahaan PPN
cukup mengalami
signifikan/mat untuk mengajukan
gangguan
erial jumlahnya diperiksa lebih bayar
cash flow
oleh fiskus PPN

29
9
MEMBANGUN SENDIRI
TIDAK DALAM KEGIATAN
USAHA

30

Membangun sendiri untuk tempat tinggl atau tempat usaha
oleh orang pribadi atau badan dikenai PPN, dengan kondisi
:

- Luas bangunan 200 m persegi atau lebih.


- Bangnan Permanen.
- Tarif 10% x 40% x biaya bangunan (tanpa harga tanah)
- Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya sejak
pembangunan dimulai.

31
10
PPN ATAS BARANG GRATIS
UNTUK KEPENTINGAN
PROMOSI
32
Contohnya

Perusahaan PT ABC yang bergerak di bidang penerbitan surat kabar. Dalam rangka
penetrasi pasar, karena perusahaan ini masih baru, manajemennya mengambil
kebijakan dalam rangka sales promotion memberikan surat kabar secara gratis
kepada pelanggan dan calon pelanggan, katakanlah sebulan lamanya. Dalam
Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 9(1) e, pemberian ini dikategorikan
sebagai pemberian dalam natura dan oleh sebab itu tidak bisa dibiayakan.
Kebijakan ini diharapkan akan dapat memberikan feedback, bahwa bulan
berikutnya akan mendapat tanggapan positif dari pelanggan dan calon pelanggan
berupa order atau repeat order untuk bulan bulan berikutnya.
Masalahnya, memberikan surat kabar secara Cuma-Cuma adalah suatu transaksi
penyerahan barang yang menjadi objek PPN. Jadi PPN-nya harus di bayarkan oleh
perusahaan tersebut dari harga pokoknya (bukan dari harga jualnya) sebagai
tambahan pengeluaran biaya perusahaan karena tidak mungkin dapat ditagih dari
pelanggan/calon pelanggan yang sudah menerima surat kabar yang gratisan itu.

33
Sebagai ilustrasi, PT ABC menjual surat kabar ke pelanggannya dalam
bulan Oktober 2008 :

Bila cara-1 ini


yang ditempuh,
maka dalam
bulan Oktober
Place your screenshot here
2008 tersebut PT
ABC
menyetorkan
pembayaran PPN
ke Kas Negara
sebesar Rp
850.000.

34
a tax Bila PT ABC mau meghemat pajak atas pemberian cuma-cuma tersebut
a i m a n
Bag -nya? maka hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah invoicing atau
n n in g
pla pemakturan dalam faktur pajak sebagi berikut:

35
Keuntungannya

 Bagi PT ABC atau penjual, tidak perlu harus membayar PN tambahan


sebesar Rp 50.000 atas pemberian cuma-cuma itu. Cara ini
menghemat cash flow perusahaan karena mengurangi PPN terutang
yang harus dibayar pada bulan berikutnya.

 Bagi pembelian distributor, tidak ada dampaknya terhadap harga


yang harus dibayar karena dengan pembayaran yang sama (Rp
8.800.000) maka mereka memperoleh jumlah eksemplar yang sama
(2.200 eksemplar).

36
11
PENJAGAAN TERHADAP
CASH FLOW PERUSAHAAN

37
Cara-cara aman dalam penjagaan cash flow
perusahaan

1. Menyegarakan Pengajuan Nomor Pokok Pengusaha Kena


Pajak (NPPKP) pada perusahaan yang baru berdiri.
Keuntungan :
- Terjadi mekanisme pegkreditan Pajak masukan (PM)
dengan Pajak Keluaran (PK).
- Bila PK<PM akan bias memperoleh restitusi.

38
Cara-cara aman dalam penjagaan cash flow
perusahaan

2. Memilih mendirikan perusahaan di lokasi yang mendapat fasilitas


perpajakan PPN.
Contoh : untuk berorientasi ekspor mendirikan perusahaan di Pulau Batam
(kawasan berikat), yang fasilitasnya :
PPN masukan atas bahan baku impor (ditanggung pemerintah)
PPN keluaran untuk ekspor sebesar 0%
Mengusahakna membeli bhaan baku pada saat akan menjalankan proses
produksi (just in time)
Mengajukan permohonan sentralisais PPN bagi perusahaan yang
mempunyai kantor cabang.
Penanganan faktur pajak dengan baik. 39
12
PENGENDALIAN PAJAK
MELALUI TAX REVIEW

40
“ Tax Review merupakan pelayanan
yang bertujuan untuk menelaah dan
meneliti tingkat kepatuhan wajib pajak
secara umum dan memberikan
rekomendasi untuk meminimalkan
pajak yang belum diketahui
perusahaan.

41
Tujuan tax review

Untuk mengetahui Hasil Tax Review


Hasil Tax Review
apakah terdapat dapat dimanfaatkan
dapat digunakan
kesalahan sebagai upaya
sebagia bahan acuan
implementasi antisipasi apabila
dasar untuk
kewajiban dan sewaktu-waktu
menyusun SPT
procedural dilakukan
Tahunan PPH Badan
perpajakan pemeriksaan pajak

42
Tax Review utuk Menangani Masalah Kepatuhan
Untuk menjaga agar tetap menjadi wajib pajak patuh maka perusahaan
seharusnya mempunyai program yang disebut Tax Review
1. Review waktu penerbitan faktur pajak.
2. Periksa apakah PPN masukan atas pembelian berhubungan
dengan kegiatan usaha atau bisnis dan telah di kreditkan
dengan PPN keluaran.
3. Review penyiapan SPT mas PPN.
4. Memastikan memiliki sistem filling atau penyampaian dokumen
PPN yang cukup untuk dapat menghadapi pemeriksaan pajak
dengan baik.
5. Hasil ekualisasi harus dapat menjelaskan berkaitan dengan
perbedaan antara penjualan yang diaporkan pada SPT PPh
badan dengan penjualan yang dilaporkan pada SPT masa PPN. 43
Tujuan Tax Review PPN

 Untuk mengetahui sejauh mana unit bisnis melauan pemenuhan kewajiban


perpajakan PPN-nya, sesuai dengan peraturan perpajakan.
 Meminimalisasi terjadinya transaksi berkaitan dengan PPN yang dapat
meinimbulkan risiko masalah perpajakan.
 Meminimalisasikan sanksi perpajakan PPN yang diakibatkan kesalahan
pencatatan yang dilakukan oleh unit bisnis dan memperbaikinya.
 Agar unit bisnis tidak melakukan kesalahan yang sama pada waktu yang
akan datang
 Mempersiapkan unit bisnis dalam menghahadapi pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak fiskus.

44
Prosedur Tax Review PPN

Melakukan kegiatan monitoring berupa penelitian data


yang telah dikirimkan oleh unit bisnis
SPT Masa dan PPN dan SPT Tahunan Badan, buku besar (ledger),
laporan keuangan, meliputi hal teknis pengisisan dan perhitungannya.

Meminta bukti atau dokumen pendukung untuk di cross


cek terhadap objek PPN
seperti Invoice Penjualan, Faktur pajak masukan, faktur pajak keluaran,
bukti kas, dan debit nota, bukti penyerahan barang atau jasa, yang
berkenaan dengan objek PPN.

Merekonsiliasikan data objek-objek pajak berupa


pendapatan atau omzet di ledger dengan SPT Masa PPN.
Bila ternyata pendapatan di ledger lebih besar, berarti ada penyerahan
jasa yang tidak dilaporkan di SPT masa PPN, dan sebaliknya.
45
Ekualisasi antara Buku Besar (Ledger)atau SPT Tahunan PPH
Badan dengan SPT Masa PPN

46
Contoh
ekualisasi dan
rekonsiliasi
antara jumlah Di dalam
penyerahan pemeriksaan,
menurut SPT apabila terdapat
Tahunan PPh selisih jumlah
peredaran
(omzet) antara
SPT PPh dan SPT
PPN, harus
dibuat rinci akan
dilakukan
ekualisasi,
jumlah yang
besar yang benar

47
13
TANGGUNG JAWAB RENTENG
UU PPN No. 42 tahun 2009 Pasal 16F, “Pembelian BKP atau
penerimaan JKP bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti
bahwa pajak telah dibayar .” 48
Cont
oh

49
Dari contoh diatas dapat kita pahami bahwa ketentuan tanggung jawab renteng ini
berlaku bgi pihak pembeli maupun penjual. Dlam memori penjelasannya di UU KUP tersebut
dijelaskan bahwa “sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak untuk pajak pertambahan
nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah ada pada pembeli atau
konsumen barang atau penerima jasa. Oleh karena itu sudah seharusnya apabila pembeli
atau konsumen barang dan penerima jasa bertanggung jawab renteng atas pembayaran
pajak yang terutang tersebut tidak dapat ditagih kepada penjual atau pembeli atau penerima
jasa tidak dapat menunjukkan bukti telah melakukan pembayaran pajak kepada penjual atau
pemberi jasa.”

50
CONTOH
KASUS
Kegiatan membangun sendiri, kegiatan membangun sendiri yang
dilakukan bertahap, melakukan pemusatan pajak terutang, dan lebih sering
melakukan ekspor BKP/JKP daripada penyerahan dalam negeri

51
Kegiatan Membangun Sendiri

Place your screenshot here

52
Tanpa tax planning

Jumlah PPN yang terutang = 10% x 40% x jumlah pengeluaran (kecuali harga tanah)
= 10% x 40% x (1M-400 juta)
= 24 juta

Dengan tax planning

PT Magetan Jaya mengalokasikan/mengkapitalisasikan harga pembelian bangunan


ke harga pembelian tanah sebesar 100 juta. Sehingga harga tanah menjadi 500 juta (400
juta+100 juta).
Jumlah PPN yang terutang = 10% x 40% x (1M-500 juta) =20 juta
Jadi, dengan tax planning PT Magetan Jaya dapat menghemat biaya pajak sebesar
53
4 juta.
Kegiatan Membangun Sendiri yang dilakukan Bertahap

Place your screenshot here

54
Sayangnya contoh ini sudah tidak bisa diterapkan dalam
kehidupan perpajakan sekarang seiring dengan diterbitkannya
PMK nomor 39/PMK.03/2010 dan Perdirjen Pajak nomor PER-
27/PJ/2010 tentang ketentuan kegiatan membangun sendiri.
Peraturan ini menyatakan bahwa “kegiatan membangun sendiri
yang dilakukan secara bertahap, sepanjang jangka waktu antar
tahapan-tahapan tidak lebih dari 2 tahun maka diperlakukan
sebagai satu kesatuan kegiatan”.

55
Melakukan Pemusatan Pajak Terutang

Sekarang dikenal adanya


Akan tetapi, ketentuan mengenai
prinsip desentralisasi pengukuhan
desentralisasi pengukuhan PKP itu menjadi hilang
PKP. Artinya, antara perusahaan
jika entitas yang bersangkutan memperoleh izin
pusat dan cabang-cabangnya
diperlakukan sebagai unit-unit yang pemusatan tempat pajak terutang. Keuntungan yang
berbedaPlace
dalam
your hal pengukuhan
screenshot here PKP. diperoleh seperti, setiap cabang tidak perlu lapor ke
Baik pusat maupun cabang masing- DJP mengenai penyerahan BKP antarcabang
masing dikukuhkan sebagai PKP oleh
sehingga compliance cost perusahaan dapat
Kantor Pelayanan Pajak Setempat.
semakin ditekan. Oleh karena itu, sebaiknya suatu
Jadi, setiap penyerahan BKP dari
entitas yang mempunyai banyak cabang meminta
pusat ke cabang dan atau antar
cabang akan dikenai PPN. izin untuk melakukan pemusatan pajak terutang.
56
Lebih sering melakukan ekspor BKP/JKP daripada penyerahan dalam negeri

Place your screenshot here

57
Pajak keluaran atas ekspor BKP : 0% x 2 M = 0
Pajak masukan yang dapat dikreditkan = 100 juta
Pajak Keluaran – pajak masukan = 0 – 100 juta = lebih bayar 100 juta

Mari kita andaikan jika penyerahan sebesar 2 M itu dilakukan dalam negeri (bukan ekspor), maka:
Pajak keluaran atas penyerahan BKP : 10% x 2 M = 200 juta
Pajak keluaran – pajak masukan = 200 juta – 100 juta
=kurang bayar 100 juta

Jadi, berdasarkan contoh di atas terlihat bahwa ekspor BKP/JKP sangat menguntungkan pihak WP.

58
Tarif PPN untuk ekspor BKP/JKP yang 0% sebaiknya
dimanfaatkan PKP untuk lebih memaksimalkan ekspornya daripada
penyerahan dalam negeri. Karena Bukan hanya tarif pajaknya saja
yang jauh lebih rendah tapi juga keuntungan dalam pengkreditan pajak
masukan yang menggiurkan pun siap didapat. Seperti yang kita tahu
bahwa PPN yang harus PKP bayar adalah sejumlah pajak keluaran
dikurangi dengan pajak masukan.

59
THANKS!
Any questions?

60

Anda mungkin juga menyukai