Anda di halaman 1dari 68

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

(PER-31/PJ/2012)
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak atas Penghasilan
Sehubungan Dengan

• Pekerjaan atau jabatan


• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:


Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Subyek Pajak Dalam Negeri

Yang dimaksud dengan Subyek Pajak Dalam Negeri (Ps 2 ayat


3) adalah :
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
3. Warisan yang belum terbagi (sebagai satu kesatuan),
menggantikan yang berhak.
Subyek Pajak Luar Negeri

Yang dimaksud dengan Subyek Pajak Luar Negeri (Pasal 2 ayat 4)


adalah :
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan serta badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan serta badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Pemotong PPh Pasal 21/26
• pemberi kerja yang terdiri dari:
a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian
atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan atau unit tersebut.
• bendahara atau pemegang kas pemerintah
• dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja
dan badan-badan lain
• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas serta badan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan

Pasal 2 ayat (1)


Tidak Termasuk Pemberi Kerja Sebagai
Pemotong PPh Pasal 21/26

• Kantor perwakilan negara asing


• Organisasi-organisasi internasional yang
ditetapkan Menteri Keuangan
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau
pekerjaan bukan dalam rangka melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Pasal 2 ayat (2)


Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26
(Pasal 3)

• pegawai;
• penerima uang pesangon, pensiun atau
uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk
ahli warisnya;
• bukan pegawai; Bukan pegawai :
1. Tenaga ahli
• anggota dewan komisaris/pengawas yang 2. Seniman/pekerja seni, pembawa
acara
tidak merangkap sebagai pegawai; 3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih,
penceramah, penyuluh dan
• mantan pegawai; moderator
5. Pengarang, peneliti, penerjemah
• peserta kegiatan: 6. Pemberi jasa dalam segala bidang
7. Agen iklan
– Peserta perlombaan 8. Pengawas dan pengelola proyek
9. Pembawa pesanan/yang
– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, menemukan langganan/perantara
kunjungan kerja 10. Petugas penjaja barang dagangan
11. Petugas dinas luar asuransi
– Peserta/anggota kepanitiaan 12. Distributor MLM, Direct Selling
– Peserta pendidikan, pelatihan dan magang
– Peserta kegiatan lainnya
Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur


• penghasilan penerima pensiun secara teratur
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua
yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
• imbalan kepada bukan pegawai;
• imbalan kepada peserta kegiatan;
• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
• imbalan kepada mantan pegawai;
• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

• Wajib Pajak PPh Final


• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Pasal 5
Penghitungan Besarnya Penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan
Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21

• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan,


kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan
Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi kerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga
yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf l UU PPh

PPh yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang


ditanggung oleh Pemerintah, merupakan penerimaan dalam
bentuk natura / kenikmatan

Pasal 8 ayat (1)


PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak, Masa Pajak terakhir


kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto Selisih antara PPh yang


yang akan diterima selama terutang atas seluruh
setahun, penghasilan kena pajak selama
Penghasilan teratur sebulan setahun dengan PPh yang
dikali 12 telah dipotong masa-masa
sebelumnya
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Disetahunkan Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan 1. WP OP DN mulai bekerja
Indonesia selamanya; pada tahun berjalan;
2. Orang asing mulai bekerja
di Indonesia pada tahun 2. WP OP DN pindah kerja ke
berjalan untuk jangka waktu pemberi kerja yang lain
lebih dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
PPh Pasal 21:
Pegawai Tetap & Penerima Pensiun Berkala
Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap Penerima Pensiun
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja

Dikurangi Dengan Dikurangi Dengan


1. Biaya Jabatan, 5% dari pengh. Biaya Pensiun, 5% dari pengh. Bruto
Bruto maks. Rp6.000.000 per maks. Rp2.400.000 per tahun atau
tahun atau Rp500.000 per bulan Rp200.000 perbulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang
dibayar sendiri

PENGHASILAN NETO (SETAHUN/DISETAHUNKAN)


Dikurangi: PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17
Iuran Pensiun Vs Premi Asuransi

Ditinjau dari sisi karyawan sebagai penerima penghasilan:


Iuran Pensiun Premi asuransi
Dibayar Sendiri Pengurang Bukan Pengurang

Dibayar Pemberi Bukan Objek PPh Objek PPh


Kerja
Pembayaran/
Penggantian Bagi Objek PPh Bukan Objek PPh
Penerima
PTKP:
PMK 162/PMK.011/2012

Rp24.300.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp2.025.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap anggota


keluarga sedarah semenda dalam
Rp2.025.000,- garis keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Tarif

Sampai dengan Rp 50 juta


5% Sesuai
Pasal 17 ayat (1)
huruf a
UU PPh
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
15%

25%
Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta

Di atas Rp 500 juta 30%


PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan melebihi
Rp 7.000.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 200.000 > 200.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 200.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt sebulan
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
PPh Pasal 21:
Lainnya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi, tantiem,


honorarium atau gratifikasi, bonus atau
imbalan yang bersifat penarikan dana
imbalan lain yang pensiun
tidak teratur bersifat tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan


tidak dipecah
TETAP Ph NETO - PTKP

PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP


TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 200 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) –
PTKP Harian

Ph BRUTO(>7jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto


Penerima Penghasilan Tidak ber-
NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh Pasal
21 yang seharusnya (20% lebih
tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit pajak
pemotong dengan PPh
dalam SPT Tahunan
Pasal 21 bulan-bulan
PPh
selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


Ketentuan Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010


PPh Pasal 26

Tarif Pasal 26:


20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

akhir bulan dilaku-


Saat dilakukannya kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank
paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26
Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima
Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai
berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong
dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT
Masa PPh Pasal 21
Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu
Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan
Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi
Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd
Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai
Tahun Kalender Berikutnya
Metode Penghitungan PPh Pasal 21

1. Simple Method
2. Cumulative Method
3. Hybrid / Year-End Adjusted Method

Pasal 8 ayat (1)


Simple Method

• Perhitungan setiap bulan tidak dipengaruhi atau


mempengaruhi perhitungan di bulan yang lain
• Cara penghitungan:
– Penghasilan neto sebulan disetahunkan, dihitung PPh
terutang dengan menerapkan tarif PPh yang berlaku, PPh
untuk bulan ybs = PPh atas jumlah yang disetahunkan
dibagi 12; atau
– Penghasilan neto sebulan diterapkan tarif PPh yang telah
disesuaikan untuk penghasilan proporsional satu bulan
• Diterapkan bagi:
– Pegawai tetap (untuk Masa Januari s.d. November)
– Pegawai tidak tetap
– Peserta kegiatan
Cummulative Method

• Perhitungan suatu bulan dipengaruhi dan mempengaruhi


perhitungan di bulan yang lain
• Perhitungan memerlukan effort yang lebih bagi pemotong
pajak
• Cara Penghitungan:
– Perhitungan PPh selalu disesuaikan untuk setiap bulan,
yaitu berdasarkan jumlah akumulasi penghasilan dan ada
perhitungan dengan akumulasi PPh yang telah dipotong
s.d. bulan sebelumnya
• Diterapkan kepada bukan pegawai, Kecuali Peserta Kegiatan
Year-End Adjusted Method

• Memadukan beberapa feature dari Simple Method dan


Cumulative Method
• Mekanisme:
– Perhitungan bulanan (kecuali bulan Desember) sama
dengan Simple Method
– Year-End Adjustment dilakukan bulan Desember, atau
bulan dimana pegawai berhenti
• Diterapkan kepada pegawai tetap
CONTOH PERHITUNGAN
PPh PASAL 21
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan

Ahmad Zakaria bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi dengan


memperoleh Gaji sebulan Rp 4.500.000,00 dan membayar iuran
pensiun sebesar Rp 100.000,00. Ahmad menikah tetapi belum
mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21-nya adalah sebagai

berikut :
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan
Ahmad Zakaria bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi dengan memperoleh Gaji
sebulan Rp 4.500.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Ahmad
menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21-nya adalah
sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp 4,500,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 4,500,000 Rp 225,000
2. Iuran pensiun 100,000
Rp 325,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 4,175,000
Penghasilan Neto setahun
12 x 4,175,000 Rp 50,100,000
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 24,300,000
Tambahan WP Kawin Rp 2,025,000
Tanggungan -
Rp 26,325,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 23,775,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 23,775,000 Rp 1,188,750
PPh Pasal 21 sebulan
1,188,750 : 12 Rp 99,063
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)

Bambang Yuliawan pegawai pada perusahaan PT Yasa Buana,


menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp 4.000.000,00.
PT Yasa Buana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30%
dari gaji.
PT Yasa Buana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Bambang Yuliawan
membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap
bulan.
Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti program pensiun
untuk pegawainya.
PT Yasa Buana membayar iuran pensiun untuk Bambang
Yuliawan ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,00,
sedangkan Bambang Yuliawan membayar iuran pensiun sebesar
Rp 50.000,00
Pegawai Tetap : Gaji Bulanan (2)
Gaji sebulan Rp 4,000,000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 20,000
Premi Jaminan Kematian 12,000
Penghasilan Bruto 4,032,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 4,032,000 Rp 201,600
2. Iuran pensiun 50,000
3. Iuran Jaminan Hari Tua 80,000
Rp 331,600
Penghasilan Neto sebulan Rp 3,700,400
Penghasilan Neto setahun
12 x 3,700,400 Rp 44,404,800
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 24,300,000
Tambahan WP Kawin Rp 2,025,000
Tanggungan
Rp 26,325,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 18,079,800
Pembulatan 18,079,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 18,079,000 Rp 903,950
PPh Pasal 21 sebulan
903,950 : 12 Rp 75,329
Pegawai Tetap : Karyawati Kawin

Endang Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah


tanpa anak, bekerja pada PT Ventura Entiti dengan gaji sebulan sebesar
Rp. 3.500.000,00. Endang VIdyawati membayar iuran pensiun ke dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sebesar Rp. 50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari
Pemda tempat Endang Vidyawati berdomisili yang diserahkan kepada
pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan
apapun.
Pegawai Tetap : Karyawati Kawin
Endang Vidyawati adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada PT
Ventura Entiti dengan gaji sebulan sebesar Rp. 3.500.000,00. Endang VIdyawati membayar iuran
pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp.
50.000,00 sebulan. Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Endang Vidyawati berdomisili yang
diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apapun.
Gaji sebulan Rp 3,500,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 3,500,000 Rp 175,000
Iuran pensiun Rp 50,000
Rp 225,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 3,275,000

Penghasilan Neto setahun


12 x 3,275,000 Rp 39,300,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 24,300,000
Tambahan WP Kawin Rp 2,025,000
Rp 26,325,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 12,975,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 12,975,000 Rp 648,750
PPh Pasal 21 sebulan
648,750 : 12 Rp 54,063
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21 (Ada Kenaikan Gaji dan Ada
Bonus)

Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Aman Bahagia dengan


gaji sebulan Rp 8.000.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 200.000,00. Budiyanta menikah tetapi belum
mempunyai anak. Pada bulan Juli 2013 menerima kenaikan gaji,
menjadi Rp 10.000.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1
Januari 2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut
tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000,00
(kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Pada bulan
Oktober 2013 menerima bonus tahunan sebesar Rp
20.000.000,00.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 8.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000
Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 62.475.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 12.475.000,00 = Rp 1.871.000
Rp 4.371.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 4.371.000,00 : 12 = Rp 364.250
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 10.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000
Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 85.275.000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 35.275.000,00 = Rp 5.291.000
Rp 7.791.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 7.791.000,00 : 12 Rp 649.250
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2013 seharusnya adalah :
6 x Rp 649.250,00 Rp 3.895.500
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2013
6 x Rp 364.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 2.185.500
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1.710.000
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus
Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120.000.000
Bonus Rp 20.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6.000.000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2.400.000 Rp 8.400.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000
- tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 105.275.000
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 55.275.000,00 = Rp 8.291.250
10.791.250
*PPh Pasal 21 setahun dibulatkan Rp 10.791.000
PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 7.791.000
PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3.000.000
PPh 21 UPAH HARIAN

Ahmad dengan status belum menikah bekerja sebagai buruh harian PT.
Harpa. Ia Bekerja Selama 12 hari dengan menerima upah harian sebesar
Rp. 200.000,-
PPh 21 Upah Harian
Ahmad dengan status belum menikah bekerja sebagai buruh harian PT. Harpa. Ia
Bekerja Selama 12 hari dengan menerima upah harian sebesar Rp. 200.000,-

Perhitungan PPh Pasal 21 terutang :

Upah sehari Rp 200.000


Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan
pemotongan PPh Rp 200.000
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp -
PPh 21 dipotong atas upah sehari Rp -

Sampai dengan hari ke -10 karena jumlah kumulatif upah yang diterima
belum melebihi Rp. 2.025.000, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang
dipotong.
PPh 21 Upah Harian

Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp.
2.025.000, maka PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah
setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
Upah s.d. hari ke-11 (Rp. 200.000 X 11) Rp. 2.200.000
PTKP sebenarnya :
11 X (Rp. 24.300.000 / 360) Rp. 742.500
Penghasilan Kena Pajak s.d. hari ke-11 Rp. 1.457.500
PPh Pasal 21 terutang s.d. hari ke-11
5% X Rp. 1.457.500 Rp. 72.875
PPh 21 yang telah dipotong s.d. hari ke-10 Rp. -
PPh 21 yang harus dipotong s.d. hari ke-11 Rp. 72.875
Sehingga pada hari ke-11 upah bersih yang diterima Ahmad :
Rp. 200.000 - Rp. 72.875 = Rp. 127.125.
PPh 21 Upah Harian

Pada hari ke-12 jumlah PPh 21 yang dipotong adalah :


Upah sehari Rp. 200.000
PTKP sehari
Untuk WP sendiri (Rp. 24.300.000 : 360) Rp. 67.500
Penghasilan Kena Pajak Rp. 132.500
PPh Pasal 21 terutang :
5% X Rp. 132.500 Rp. 6.625

Sehingga pada hari ke-12 upah bersih yang diterima Ahmad :


Rp. 200.000 - Rp. 6.625 = Rp. 193.375.
PPh 21 Upah Harian Dibayar Bulanan
Badu bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayar
bulanan. Dalam bulan januari Badu hanya bekerja 20 hari dengan upah sehari adalah
Rp. 150.000, dengan status menikah tetapi belum memiliki anak.

Perhitungan PPh Pasal 21 terutang :

Upah Januari = 20 X Rp. 150.000 Rp 3.000.000


Penghasilan setahun = 12 X Rp. 3.000.000 Rp 36.000.000
PTKP :
Untuk WP sendiri Rp 24.300.000
Tambahan karena menikah Rp 2.025.000
Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 9.675.000
PPh 21 setahun = 5%X Rp. 9.675.000 Rp 483.750
PPh 21 sebulan = Rp. 483.750 : 12 Rp 40.313
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus, Premi
dan Sejenisnya

Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan


memperoleh gaji sebesar Rp 4.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang
bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp 5.000.000,00. Setiap
bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp
60.000,00

Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :


Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus, Premi
dan Sejenisnya
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar Rp
4.000.000,00 sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima bonus sebesar Rp 5.000.000,00.
Setiap bulannya Joko membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan sebesar Rp 60.000,00
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :

A. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus :


Gaji Setahun (12 x Rp 4.000.000) Rp 48,000,000
Bonus Rp 5,000,000
Rp 53,000,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 53,000,000 Rp 2,650,000
2. Iuran pensiun
12 x 60,000 Rp 720,000
Rp 3,370,000
Penghasilan Neto setahun Rp 49,630,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 24,300,000
Rp 24,300,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 25,330,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 25,330,000 Rp 1,266,500
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, THR, Bonus, Premi
dan Sejenisnya

B. PPh Pasal 21 atas Gaji :


Gaji Setahun Rp 48,000,000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 48,000,000 2,400,000
2. Iuran pensiun Rp 720,000
Rp 3,120,000
Penghasilan Neto setahun Rp 44,880,000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 24,300,000
Rp 24,300,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 20,580,000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 20,580,000 Rp 1,029,000

C. PPh Pasal 21 atas Bonus :


Rp 1.266.500,00 – Rp1.029.000,00 = Rp 237.500,00
PASAL 21 ATAS PEMBAYARAN UANG RAPEL

Ahmad Zakaria sebagaimana tersebut dalam contoh di atas pada bulan


Juni 2009 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 3.500.000,00 sebulan dan
berlaku surut sejak 1 Januari 2009. Dengan adanya kenaikan gaji yang
berlaku surut tersebut maka Ahmad menerima rapel sejumlah Rp
5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2009). Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu
dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d. Mei 2009 atas
dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan demikian
penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya adalah sebagai berikut :
PASAL 21 ATAS PEMBAYARAN UANG RAPEL
Ahmad Zakaria sebagaimana tersebut dalam contoh di atas pada bulan Juni 2009 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp
3.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2009. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut
maka Ahmad menerima rapel sejumlah Rp 5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2009). Untuk
menghitung PPh Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa Januari s.d.
Mei 2009 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji. Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 21 terutangnya
adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp 3,500,000

Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 3,500,000 Rp 175,000
2. Iuran pensiun 100,000
Rp 275,000
Penghasilan Neto sebulan Rp 3,225,000

Penghasilan Neto setahun


12 x 3,225,000 Rp 38,700,000

PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Tambahan WP Kawin Rp 1,320,000
Rp 17,160,000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 21,540,000

PPh Pasal 21 setahun


5 x 21,540,000 Rp 1,077,000
PPh Pasal 21 sebulan
1,077,000 : 12 Rp 89,750
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2009 seharusnya adalah:
5 x 89,750.00 Rp 448,750

PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2009


5 x 42,250.00 Rp 211,250
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237,500
CONTOH IMBALAN JASA TENAGA AHLI
Ir. Garda Suganda, MArch adalah seorang arsitek, pada bulan Maret
menerima fee sebesar Rp 100.000.000,- dari Bendahara Instansi ABC
sebagai imbalan pemberian jasa yang dilakukannya. Pada bulan Juli
menrima pelunasan sisa fee sebesar Rp50.000.000.

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21


Dasar Pemotongan
Dasar
PPh Pasal 21 Tarif
Pemotongan PPh PPh Pasal 21
Penghasilan Bruto Pasal 17
Bulan Pasal 21 Terutang
ayat 1a
Kumulatif
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)   (Rupiah)
(1) (2) (3)= 50% x (2) (4) (5) (6) = (3) x (5)

Maret 100.000.000,- 50.000.000,- 50.000.000,- 5% 2.500.000,-

Juli 50.000.000,- 25.000.000,- 75.000.000,- 15% 3.750.000,-

Jumlah 150.000.000,- 75.000.000,-     6.250.000,-


PENGHASILAN YANG DITERIMA OLEH
BUKAN PEGAWAI LAINNYA YANG MENERIMA
PENGHASILAN YANG TIDAK BERSIFAT
BERKESINAMBUNGAN

CONTOH
Dwi Amiarsih, M.B.A adalah seorang penceramah yang
memberikan ceramah pada suatu lokakarya sehari yang
diselenggarakan KANWIL DJP JAKARTA PUSAT
honorarium yang dibayarkan adalah sebesar Rp
2.500.000,-

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21


PPh Pasal 21 yang terutang

5% x 50%xRp 2.500.000,- = Rp 125.000,- 


Penghitungan PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai Selain Tenaga Ahli
Atas Imbalan Berkesinambungan

Memiliki NPWP dan Hanya Tidak Punya NPWP Atau Menerima


Menerima Penghasilan Dari Penghasilan Dari Selain Pemotong
Pemotong Pajak Yang Bersangkutan Pajak Yang Bersangkutan

Tarif Pasal 17 atas Jumlah Tarif Pasal 17 atas Jumlah


Kumulatif Penghasilan Kena Pajak Kumulatif Penghasilan Bruto
PKP adalah Penghasilan Bruto
Dikurangi PTKP per bulan

Menyerahkan fotokopi kartu NPWP


dan bagi wanita kawin menyerahkan
fotokopi NPWP suami serta fotokopi
surat nikah & KK
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai Selain Tenaga Ahli

Atas Imbalan Yang Tidak


Bersifat Berkesinambungan

TARIF PS. 17
X
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :

JUMLAH PENGHASILAN BRUTO

PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH


DAN TIDAK DAPAT DIPECAH
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Rifki Zain seorang PNS golongan IVa di Kantor Imigrasi Medan


berdasarkan data pada bulan Maret 2013 Rifki Zain memperolah gaji
perbulan Rp.2.822.200,00, tunjangan jabatan Rp.540.000,00 perbulan
dan mempunyai 3 orang anak.
Pada tanggal 25 Maret 2013 Kantor Imigrasi Medan membayar honor
tim kepada Rifki Zain sebesar Rp.1.200.000,00.
Mendapatkan rapel kenaikan gaji pada bulan Juli 2013 karena kenaikan
gaji berkala sehingga gaji Rifki Zain menjadi Rp.2.906.200,00.
Pada Bulan Agustus 2013 ditugaskan di Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh tunjangan jabatan
Rp.3.000.000,00 per bulan dan dari Kantor Imigrasi Medan hanya
mendapatkan gaji dan tunjangan selain tunjangan jabatan.
A. PPh Pasal 21 Masa Maret 2013
Gaji Pokok Rp. 2.822.200
Tunjangan Istri Rp. 282.220
Tunjangan anak Rp. 112.888
Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 3.217.308
Tunjangan Jabatan Rp. 540.000
Tunjangan Beras Rp. 270.000
Pembulatan Rp. -
Jumlah penghasilan bruto Rp. 4.027.308
Rp.
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x 4.027.308 = Rp. 201.365
Iuran pensiun
4,75% x 3.217.308 = Rp. 152.822 354.188
Rp.
Penghasilan neto: 3.673.120
Penghasilan neto disetahunkan :
12 x 3.673.120 44.077.446
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak 24.300.000
- Status WP Kawin 2.025.000
- Tanggungan (3 anak) 6.075.000  
Rp. 32.400.000
 
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 11.677.446

PKP dibulatkan Rp. 11.677.000


PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan setahun 583.850
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan sebulan 48.654
Tambahan 20% lebih tinggi karena belum ber-NPWP -
B. PPh Pasal 21 atas Honorarium di Bulan Maret 2013

= 1.200.000 x 15%

= 180.000

(PPh Pasal 21 atas Honorarium bersifat final)


C. PPh Pasal 21 atas Pembayaran Rapel Kenaikan Gaji Berkala 2013
Gaji Pokok Rp. 2.822.200
Tunjangan Istri Rp. 282.220
Tunjangan anak Rp. 112.888
Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 3.217.308
Tunjangan Jabatan Rp. 540.000
Tunjangan Beras Rp. 270.000
Pembulatan Rp. -
Jumlah penghasilan bruto Rp. 4.027.308

Penghasilan disetahunkan
12 x 4.027.308 = 48.327.696
Jumlah rapel Kenaikan gaji
6 x 95.760 = 574.560
Jumlah Penghasilan Bruto Setahun Rp. 48.902.256
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x 48.902.256 = Rp. 2.445.113
Iuran pensiun
4,75% x 38.607.696 = Rp. 1.833.866 Rp. 4.278.978
Penghasilan neto setahun: 44.623.278
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak 24.300.000
- Status WP Kawin 2.025.000
- Tanggungan (3 anak) 6.075.000  
Rp. 32.400.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 12.223.278
PKP dibulatkan Rp. 12.223.000
PPh Pasal 21 setahun atas seluruh penghasilan 611.150
PPh Pasal 21 setahun tanpa rapel kenaikan gaji berkala 583.850
PPh Pasal 21 atas rapel kenaikan gaji berkala 27.800
D. PPh Pasal 21 Masa Agustus s.d. November 2013 di Kantor Imigrasi Medan (1)
Gaji Pokok Rp. 2.906.200
Tunjangan Istri Rp. 290.620
Tunjangan anak Rp. 116.248
Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 3.313.068
Tunjangan Jabatan * Rp.
Tunjangan Beras Rp. 270.000
Pembulatan Rp. -
Jumlah penghasilan bruto Rp. 3.583.068
Rp.
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x 3.583.068 = Rp. 179.153
Iuran pensiun
4,75% x 3.313.068 = Rp. 157.371 336.524
Rp.
Penghasilan neto: 3.246.544
Penghasilan neto disetahunkan :
38.958.526
12 x 3.246.544
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak 24.300.000
- Status WP Kawin 2.025.000
- Tanggungan (3 anak) 6.075.000  
Rp. 32.400.000
 
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 6.558.526
PKP dibulatkan Rp. 6.558.000
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan setahun 327.900
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan sebulan 27.325
D. PPh Pasal 21 Masa Desember 2013 di Kantor Imigrasi Medan (2)

Penghasilan Bruto Januari s.d. Juli 2013 28.861.476


Penghasilan Bruto Agustus s.d. Desember 2013 17.915.340
Pembulatan -
Total Penghasilan Bruto Setahun 46.776.816
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x 46.776.816 = Rp. 2.338.841
Iuran pensiun
4,75% x 39.756.816 = Rp. 1.888.449 4.227.290
Rp.
Penghasilan neto setahun: 42.549.526
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak 24.300.000
- Status WP Kawin 2.025.000
- Tanggungan (3 anak) 6.075.000  
Rp.
32.400.000
 
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 10.149.526
PKP dibulatkan Rp. 10.149.000
PPh Pasal 21 setahun 507.450
PPh Pasal 21 Terutang (Jan s.d. Nov)
a. PPh Pasal 21 Januari s.d. Juli
7 x 52.975 = 370.825

b. PPh Pasal 21 Agustus s.d. November


4 x 27.325 = 109.300
 
480.125
PPh Pasal 21 Masa Desember 27.325
Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Agustus s.d. November di Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan
cara:
a. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima dari Kantor
Imigrasi Medan (sebagaimana slide sebelumnya)
b. Menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima dari Kantor
Imigrasi Medan dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Utara
c. PPh Pasal 21 yang terutang atas tunjangan jabatan yang dibayarkan
oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara
adalah PPh Pasal 21 pada huruf b dikurangi PPh Pasal 21 pada huruf a
D. PPh Pasal 21 Masa Agustus s.d. November 2013 di Kanwil Agama Medan (1)
1. Penghasilan dari Kantor Imigrasi Medan
Gaji Pokok Rp. 2.906.200
Tunjangan Istri Rp. 290.620
Tunjangan anak Rp. 116.248
Jumlah gaji dan tunjangan keluarga Rp. 3.313.068
Tunjangan Jabatan Rp.
Tunjangan Beras Rp. 270.000
Pembulatan Rp. -
Jumlah Rp. 3.583.068
2. Penghasilan dari Kanwil Agama Medan
Tunjangan Jabatan 3.000.000
Jumlah Penghasilan Bruto 6.583.068
Rp.
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x 6.583.068 = Rp. 329.153
Iuran pensiun
4,75% x 3.313.068 = Rp. 157.371 486.524
Rp.
Penghasilan neto: 6.096.544
Penghasilan neto disetahunkan :
12 x 6.096.544 73.158.526
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak 24.300.000
- Status WP Kawin 2.025.000
- Tanggungan (3 anak) 6.075.000  
Rp. 32.400.000
 
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 40.758.526
PKP dibulatkan Rp. 40.758.000
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan setahun 2.037.900
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan sebulan 169.825
PPh Pasal 21 di Kantor Imigrasi Medan 27.325
PPh Pasal 21 di Kanwil Agama Medan 142.500
D. PPh Pasal 21 Masa Desember 2013 di Kanwil Agama Medan (2)
Penghasilan Bruto Agustus s.d. Desember 2013 15.000.000
Penghasilan Kantor Imigrasi Medan (Jan-Des) 46.776.816
Pembulatan -
Total Penghasilan Bruto Setahun 61.776.816
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x 61.776.816 = Rp. 3.088.841
Iuran pensiun
4,75% x 39.756.816 = Rp. 1.888.449 4.977.290
Rp.
Penghasilan neto setahun: 56.799.526
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak 24.300.000
- Status WP Kawin 2.025.000
- Tanggungan (3 anak) 6.075.000  
Rp. 32.400.000
 
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 24.399.526
PKP dibulatkan Rp. 24.399.000
PPh Pasal 21 setahun 1.219.950
PPh Pasal 21 Kantor Imigrasi Medan
a. PPh Pasal 21 Januari s.d. Juli
7 x 52.975 = 370.825
b. PPh Pasal 21 Agustus s.d. November
4 x 27.325 = 109.300

PPh Pasal 21 Masa Desember 27.325


PPh Psl 21 Kanwil Agama Medan (Agst- Nov)
4 x 142.500 = 570.000 1.077.450
PPh Pasal 21 Desember Kanwil Agama Medan 142.500

Anda mungkin juga menyukai