Anda di halaman 1dari 114

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 4 AYAT (2)


KARAKTERISTIK PPh FINAL

Umumnya
Pengenaan
Semua Laba tidak
nya diatur
Usaha kotor/margi mengguna
dengan
dianggap n laba kan tarif
atau
memiliki sudah progresif
berdasarka
laba ditentukan (kecuali
n PP
PPh Ps. 21)
OBJEK PPh FINAL
Bunga Deposito
dan Tabungan
Jasa Konstruksi Dividen yang
serta Diskonto
SBI diterima OP Penghasilan
Surat Kontraktor usaha
Persewaan hulu migas berupa
Perbendaharaa Tanah dan/atau
n Negara Selisih Lebih uplift/imbalan
Bangunan sejenis dan
Revaluasi Aset
Pengalihan Hak Penghasilan
Penghasilan Tetap
atas Tanah Kontraktor dari
berupa bunga dan/atau
obligasi Penghasilan dari pengalihan
Bangunan Usaha yang participating
Penjualan diterima/diperoleh interest
Hadiah Undian Saham di Bursa WP dengan
Efek peredaran bruto
tertentu
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
KMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI
produk penyimpanan uang di bank dengan sistem penyetoran yang penarikannya hanya
Deposito bisa dilakukan setelah melewati waktu tertentu

deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito berjangka,
sertifikat deposito dan deposit on call baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing
yang ditempatkan pada atau diterbitkan oleh bank

Deposito berjangka : penarikannya hanya dapat dilakukan pada jatuh tempo oleh pihak
yang namanya tertera pada bilyet

Sertifikat deposito : diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat sehingga dapat
diperjualbelikan

Deposit on call : tabungan berjangka dengan waktu penyimpanan yang relatif singkat,
minimal 7 hari dan paling lama hanya kurang dari 1 bulan
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
KMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI

simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang penarikannya dilakukan
Tabungan
menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank

Giro : simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan
menggunakan cek atau surat perintah pembayaran lain atau dengan cara
pemindahbukuan

Sertifikat surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan
Bank hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto
Indonesia
Diskonto : bunga yang dibayarkan oleh peminjam pada saat menerima pinjaman
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI
OBJEK PAJAK PENGECUALIAN

Jumlah deposito, Diterima Dana Pensiun


tabungan, SBI tidak yang pendiriannya
Bunga deposito, bunga melebihi Rp7.500.000,00 disahkan Menkeu
tabungan, diskonto SBI (bukan objek
Bunga pajak pada
tabungan PMK
Diterima Bank yang 234/PMK.03/2009)
bank yg ditunjuk
Termasuk bunga dari didirikan di Indonesia pemerintah dlm rangka
tabungan dan deposito atau cabang bank LN di pemilikan RS dan RSS,
yang ditempatkan di LN Indonesia kavling siap bangun
melalui bank yang → wajib dilaporkan dalam untuk RS dan RSS atau
didirikan di Indonesia SPT Tahunan Rumah Susun Sederhana
atau cabang bank LN di menggunakan Pasal 17 sesuai ketentuan yang
Indonesia UU PPh berlaku, untuk dihuni
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI

BUKAN SUBJEK PAJAK PEMOTONG PAJAK

OP Subjek Pajak DN yang Dapat mengajukan


seluruh penghasilannya permohonan Bank
dalam 1 (satu) tahun restitusi
Pajak termasuk bunga
dan diskonto tidak Bank Indonesia
melebihi PTKP
Diatur dengan Kep
Dirjen Pajak
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI
WPLN
Bunga

tabun ito,
gan,
s
Depo

SBI
BANK LN

Deposito,
tabungan
Via bank DN atau
Bunga cabang bank LN yang
ada di Ind

Deposito, tabungan, SBI

WPDN Bunga BANK DN SBI


PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Bunga deposito, mata uang dolar AS, Bunga deposito, mata uang rupiah,
bersumber dari DHE, dan ditempatkan bersumber dari DHE, dan ditempatkan
pada bank yang pada bank yang didirikan/berkedudukan Bunga tabungan, SBI, dan deposito
didirikan/berkedudukan di Indonesia di Indonesia atau cabang bank luar lainnya
atau cabang bank luar negeri di negeri di Indonesia
Indonesia

10% x bruto, deposito jk 7,5% x bruto, deposito jk 20% x bruto, WP DN dan


wkt 1 bln wkt 1 bln BUT (termasuk bunga
7,5% x bruto, deposito jk 5% x bruto, deposito jk wkt deposito yang
wkt 3 bln 3 bln ditempatkan kembali
2,5% x bruto, deposito jk 0%, deposito jk wkt ≥ 6 bln sebagai
wkt 6 bln deposito/perpanjangan
0%, deposito jk wkt > 6Persyaratan
bln deposito)
20% (atau tax treaty) x
PMK 26/PMK.010/2016

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI
Persyaratan penggunaan tarif PPh deposito yang bersumber dari DHE

Sumber dana deposito berupa DHE Deposito ditempatkan pada bank yang sama dengan
diperoleh setelah berlakunya PP 123 Tahun
2015 (28 Des 2015) dibuktikan dengan bank tempat diterimanya DHE dari luar negeri
laporan penerimaan DHE dari bank devisa
dilampiri surat pernyataan dari eksportir yang paling
sumber dana Deposito berasal dari sedikit memuat:
pemindahbukuan dana DHE yang
 identitas eksportir antara lain nama, alamat, NPWP,
ditempatkan pada rekening milik eksportir
pada bank tempat diterimanya DHE dari dan nomor rekening penempatan dana DHE
luar negeri dan rekening milik eksportir  data dana DHE antara lain nilai ekspor, saat
dimaksud hanya digunakan untuk diperolehnya dana DHE, nomor dan tanggal PEB, dan
menampung dana DHE
jenis valuta
 pernyataan bahwa sumber dana rekening berasal
dari DHE
 pernyataan bahwa sumber dana Deposito bukan
PP No 27 Tahun 2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Surat Perbendaharaan Negara (SPN) adl Surat Utang Negara (SUN) yang berjangka waktu
paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
SUN  surat berharga yang berupa pengakuan utang, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing, yang dijamin pembayaran pokok dan bunganya oleh negara sesuai dengan
masa berlakunya
Tarif Tari Tarif
20%/
Tari 20%/
f f
Tax Diskonto Diskonto Tax
20 20
Treaty SPN SPN Treaty
% %

Dijual di Jatuh
pasar SPN Tempo
sekunder
Harga Jual – WPDN Nilai Nominal
Perusahaan Harga Perolehan jatuh tempo – Penerbit SPN
Efek di pasar WPLN Harga Perolehan di (Emiten)/Kustodian
(Broker)/Bank perdana/sekund pasar (agen pembayar)
er perdana/pasar
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN

Penerbit SPN (emiten) atau diskonto yang diterima pemegang


kustodian yang ditunjuk Tanggal saat jatuh tempo
SPN saat jatuh tempo
selaku agen pembayar

Perusahaan efek (broker)


atau bank selaku pedagang
perantara (dealer)
diskonto yang diterima atau Tanggal transaksi
diperoleh penjual SPN pada saat penjualan SPN di pasar
Perusahaan efek (broker), transaksi di Pasar Sekunder sekunder
bank, dana pensiun, dan
reksadana selaku pembeli
SPN tanpa melalui pedagang
perantara
PP No 27 Tahun 2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 1
Pada tanggal 1 Mei 2008, Pemerintah A (emiten) menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara
sebagai berikut:
Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009).
PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga Rp 94.000.000,00.
PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat jatuh tempo SPN adalah
sebagai berikut:
Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 2

Pada contoh no. 1, PT D tidak memegang SPN tersebut sampai saat jatuh tempo melainkan
menjual seluruh SPN tersebut kepada PT M pada tanggal 1 Juli 2008 (di pasar sekunder) melalui
perusahaan efek PT X Sekuritas dengan harga jual Rp 95.000.000,00

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat penjualan SPN tanggal 1
Juli 2008 adalah sebagai berikut:
Diskonto = Rp 95.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00
dipotong oleh PT X Sekuritas selaku pedagang perantara
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 3
Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT M menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara yang
dimilikinya Kepada Dana Pensiun ABC (telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung
tanpa melalui pedagang perantara dengan harga jual Rp 97.000.000,00

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT M pada saat penjualan SPN tanggal 1
Agustus 2008 adalah sebagai berikut :
Diskonto = Rp 97.000.000,00 - Rp 95.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00 dipotong oleh Dana Pensiun selaku
pembeli SPN.

Meskipun penjualan SPN tidak dilakukan melalui pedagang perantara, dana pensiun sebagai
pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal
pembelian langsung dilakukan oleh perusahaan efek, bank, dan reksadana selaku investor
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 4

Pada tanggal 1 Desember 2008, Dana Pensiun ABC menjual seluruh Surat Perbendaharaan
Negara yang dimilikinya kepada PT Y dengan harga jual Rp 98.000.000,00

Perhitungan diskonto yang diterima oleh Dana pensiun ABC pada saat penjualan SPN tanggal 1
Desember 2008 adalah sebagai berikut :
Diskonto = Rp 98.000.000,00 - Rp 97.000.000,00 = Rp 1.000.000,00

Dalam hal ini, tidak ada Pajak Penghasilan yang terutang atas Diskonto SPN yang diterima
karena Dana Pensiun ABC merupakan Wajib Pajak yang dikecualikan dari pemotongan PPh Final
atas Diskonto SPN.

Diskonto SPN bukan objek pajak bagi Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu
(PMK 234/PMK.03/2009)
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 5

Pada tanggal 1 Mei 2009, PT Y menerima pelunasan seluruh SPN yang dimilikinya dari
Pemerintah A (emiten) dengan nilai pelunasan sebesar nilai nominal Rp 100.000.000,00

Perhitungan diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT Y pada saat jatuh tempo SPN tanggal 1
Mei 2009 adalah sebagai berikut:

Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 98.000.000,00 = Rp 2.000.000,00


PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00

dipotong oleh kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran


PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua
belas bulan).

Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam
bentuk bunga dan/atau diskonto.
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


bunga dan/atau
diskonto dari obligasi
dari jumlah bruto bunga sesuai bunga dari yang diterima dan/atau
dengan masa kepemilikan Obligasi dengan diperoleh Wajib Pajak
Obligasi kupon reksadana yang
WPL
N terdaftar pada Otoritas
dari selisih lebih harga jual diskonto dari
atau nilai nominal di atas
Jasa Keuangan
Obligasi dengan
harga perolehan Obligasi, untuk
kupon
Tarif 20% tidak termasuk bunga berjalan tahun
2014 untuk
atau
diskonto dari sampai tahun
Tax Treaty dari selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di atas Obligasi tanpa dengan 2021 dan
harga perolehan Obligasi bunga tahun seterusnya
2020

Diterima WPDN &


Tarif 15% BUT Tarif 5% Tarif 10%
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN

bunga dan/atau diskonto Tanggal saat jatuh tempo


yang diterima pemegang Obligasi pembayaran bunga
dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga dan/atau jatuh tempo
Obligasi dan/atau jatuh tempo obligasi
penerbit Obligasi atau obligasi
kustodian selaku agen
pembayaran yang ditunjuk diskonto
yang diterima pemegang Tanggal saat jatuh tempo
Obligasi tanpa bunga pada saat obligasi
jatuh tempo Obligasi

bunga dan
perusahaan efek, dealer,
diskonto yang diterima Tanggal transaksi
atau bank, selaku pedagang
penjual Obligasi pada saat penjualan obligasi
perantara dan/atau pembeli
transaksi
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

Bunga Bunga/disko
dan nto obligasi
diskonto
Obligasi Jatuh
tempo
Ditransaksik Obliga
bunga/jatuh
an si tempo
obligasi
perusahaan efek, WPDN
Penerbit Obligasi
dealer, atau bank,
/Kustodian (agen
selaku pedagang
pembayar)
perantara
dan/atau pembeli
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

Penghasilan bunga obligasi yang


diterima/diperoleh bank dikenai PPh tarif
umum

Bukan objek PPh (Pasal 4 ayat 3 huruf h UU


PPh; PMK 234/PMK.03/2009)
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 1
Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond)
sebagai berikut:
Nilai nominal Rp 10.000.000,00 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016).
Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai
nominal (at discount), yaitu sebesar Rp 9.000.000,00 per lembar.

Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT XYZ pada
saat jatuh tempo bunga pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut :
Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00

Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 1
Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) pada saat
penerbitan perdana tidak harus selalu sama dengan nilai nominalnya. Pembeli dapat memperoleh
Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) atau di atas nilai nominal (at
premium). Pada hakekatnya selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut
merupakan penyesuaian tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga perolehan.

Dalam hal investor atau pembeli Obligasi sebagaimana tersebut di atas adalah Wajib Pajak
Reksadana, maka penghitungan PPh final atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal
31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
- Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
- PPh final = 5% x Rp 8.000.000,00 = Rp 400.000,00
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 2
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT XYZ menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT PQR melalui
perusahaan efek PT MNO di over the counter (OTC), dengan harga jual Rp 10.400.000,00 per lembar termasuk
bunga berjalan

Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT XYZ pada saat penjualan Obligasi
tanggal 31 Maret 2012 adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (3/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 4.000.000,00
Diskonto = [(Rp 10.400.000,00 - Rp 400.000,00) - Rp 9.000.000,00] x 10 = Rp 10.000.000,00

Mengingat Wajib Pajak PT XYZ dikenakan PPh final dengan tarif yang sama, bunga berjalan dan diskonto
dapat dihitung sekaligus yaitu:
Bunga berjalan dan diskonto = (Rp 10.400.000,00 - Rp 9.000.000,00) x 10 = Rp 14.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 14.000.000,00 = Rp 2.100.000,00

Dipotong oleh PT MNO selaku perantara


PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 3

PT PQR memiliki Obligasi yang dibeli dari PT XYZ dengan masa kepemilikan hingga tanggal 31
Desember 2014. Untuk itu, pada setiap tanggal jatuh tempo bunga selama masa kepemilikan
Obligasi tersebut, PT PQR terutang PPh final sebesar 15% atas bunga yang diterima atau
diperolehnya (lihat contoh nomor 1), yang dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk
sebagai agen pembayaran.
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 4
Pada tanggal 31 Desember 2014, PT PQR setelah menerima bunga dari emiten menjual seluruh Obligasi yang
dimilikinya kepada PT CDE melalui Bank Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp10.500.000,00
per lembar

Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT PQR pada saat jatuh tempo bunga atau
saat penjualan Obligasi tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
PPh final atas bunga =15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran

Diskonto = (Rp 10.500.000,00 - Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 5.000.000,00


PPh final atas diskonto = 15% x Rp 5.000.000,00 = Rp 750.000,00
Dipotong oleh Bank Pundi Nasional selaku perantara

Pengertian diskonto dalam Peraturan Menteri ini tidak hanya terbatas pada realisasi selisih harga perolehan
perdana di bawah (at discount) nilai nominal Obligasi, melainkan mencakup selisih lebih harga jual di atas
harga perolehan Obligasi
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 5
Pada tanggal 31 Mei 2016, PT CDE menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada Dana Pensiun Sejahtera
Mandiri (dana pensiun yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui perantara
dengan harga jual Rp 10.666.667,00 per lembar termasuk bunga

Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang oleh PT CDE pada saat penjualan Obligasi
tanggal 31 Mei 2016 adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (5/12 x 16% Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 6.666.670,00
Diskonto = [(Rp 10.666.667,00 - Rp 666.667,00) - Rp 10.500.000,00] x 10 = (Rp 5.000.000,00) diskonto negatif
atau rugi.
Perolehan diskonto negatif atau rugi dapat diperhitungkan dengan penghasilan bunga berjalan. PPh terutang
yang bersifat final karena penjualan Obligasi, sebagai berikut:
PPh final = 15% x (Rp 6.666.670,00 - Rp 5.000.000,00) = Rp 250.001,00

Meskipun penjualan Obligasi tidak dilakukan melalui perantara dan tidak dilaporkan ke bursa, dana pensiun
sebagai pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal
pembelian langsung dilakukan oleh perusahaan efek, bank, dan reksa dana selaku investor
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 6

Pada tanggal 1 Juli 2016 (jatuh tempo Obligasi), Dana Pensiun Sejahtera Mandiri menerima pelunasan seluruh
Obligasi yang dimilikinya beserta imbalan bunga sesuai masa kepemilikan (1 bulan) dari PT ABC, yang
merupakan emiten Obligasi tersebut.

Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh Dana Pensiun Sejahtera Mandiri pada saat
jatuh tempo/pelunasan Obligasi tanggal 1 Juli 2016 adalah sebagai berikut:
Bunga = (1/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 1.333.330,00
Diskonto = (Rp 10.000.000 - Rp 10.000.000,00) x 10 = nihil.

PPh final tidak terutang oleh dana pensiun yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan
Menteri ini
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 7
Pada tanggal 1 Januari 2011, PT ABC menerbitkan Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt
securitiest) berjangka waktu 10 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Januari 2021) dengan nilai nominal sebesar Rp
10.000.000,00. Penerbitan perdana Obligasi tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT GHI membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga perdana sebesar Rp 6.000.000,00
per lembar.
Pada tanggal 31 Agustus 2014, PT GHI menjual 50 lembar Obligasi tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI)
melalui perusahaan efek PT MNO kepada PT JKL seharga Rp 7.000.000,00 per lembar

Penghitungan diskonto dan PPh Final yang terutang oleh PT GHI adalah sebagai berikut:
Diskonto = (Rp 7.000.000,00 - Rp 6.000.000,00) x 50 = Rp 50.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
Dipotong oleh PT MNO selaku perantara
Diskonto Obligasi tanpa bunga dikenakan pemotongan PPh final pada setiap kali dilakukan penjualan,
sepanjang:
penjualan dilakukan melalui perantara atau pembeli langsung yang ditunjuk sebagai pemotong pajak; dan
penjual Obligasi tidak dikecualikan dari pemotongan Pajak Penghasilan.
PP No 132 Tahun 2000, PER-11/PJ/2011

HADIAH UNDIAN

Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian

Nilai hadiah adalah nilai uang/nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan
dalam bentuk natura

Tarif 25%
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009

JASA KONSTRUKSI
Jasa konstruksi : layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi
pengawasan pekerjaan konstruksi
Pekerjaan konstruksi : keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan
atau bentuk fisik lain
Perencanaan Mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
Konstruksi perencanaan pembangunan fisik lain

Pelaksanaan Mewujudkan hasil perencanaan menjadi bentuk


Konstruksi bangunan atau bentuk fisik lain

Pengawasan Pengawasan sejak awal sampai berakhirnya


Konstruksi pelaksanaan pekerjaan konstruksi
UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

KUALIFIKASI JASA KONSTRUKSI

Stratifikasi yang ditentukan berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan


oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi

Didasarkan pada tingkat kedalaman kompetensi dan potensi


kemampuan usaha

Kualifikasi usaha
Kualifikasi usaha Kualifikasi usaha
kecil termasuk
besar menengah
usaha perorangan
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009

JASA KONSTRUKSI (OBJEK & TARIF)

Jasa Pelaksanaan Jasa Perencanaan & Pengawasan

Kualifikasi Non
Kualifikasi Non Kualifikasi
menengah/ Kualifikasi
usaha kecil Kualifikasi
besar

4% 6%
2% 4% 3%
Gred 4,3,2,1
Gred 4,3,2,1 Gred 5,6,7

Dari jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan yang merupakan bagian nilai kontrak,
tidak termasuk PPN
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009

JASA KONSTRUKSI

Disetor sendiri oleh


Penyedia Jasa, dalam Dipotong oleh
hal Pengguna Jasa PPh terutang Pengguna Jasa pada
bukan pemotong saat pembayaran

Saat pembayaran
JASA KONSTRUKSI - CONTOH
PT Lestari merupakan kontraktor yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang
diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan
Konstruksi Bidang Sipil Subbidang Bangunan-Bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi gred 6.
PT Lestari pada tahun 2016 ditunjuk oleh PT Barokah selaku pemilik Hotel Premiere untuk membangun gedung
baru dengan nilai kontrak sebesar Rp30.000.000.000,00 tidak termasuk PPN.
PT Lestari menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan, yaitu pada tanggal 23 Juni 2016
sebesar Rp10.000.000.000,00.
Termin pembayaran akan dilakukan sesuai dengan tingkat penyelesaian, yaitu:
Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 25%.
Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 50%.
Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 75%.
Sisa Rp5.000.000.000,00 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.
Pembangunan gedung harus diselesaikan oleh PT Lestari paling lama tanggal 31 Juli 2017 dengan masa
pemeliharaan selama 6 bulan.
Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh yang dilakukan oleh PT Barokah terkait pembayaran:
 Uang muka kontrak; dan
 Termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 30 September 2016
JASA KONSTRUKSI - CONTOH

Jawaban:
Dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut
dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran nilai kontrak jasa konstruksi.

Pembayaran uang muka kontrak:


Besarnya PPh atas penghasilan jasa konstruksi kualifikasi besar adalah sebesar = 3% x Rp10.000.000.000,00
= Rp300.000.000,00

Pembayaran termin pertama:


Besarnya PPh atas penghasilan jasa kontruksi kualifikasi besar adalah = 3% x Rp5.000.000.000,00 =
Rp150.000.000,00

Kewajiban PT Barokah:
 Memotong PPh final atas uang muka dan pembayaran termin pertama sebesar Rp300.000.000,00 dan
Rp150.000.000,00 dan memberikan bukti potong kepada PT Lestari.
 Melakukan penyetoran atas pemotongan paling lambat tgl 10 bulan berikutnya.
 Mekakukan pelaporan atas pemotongan paling lambat tgl 20 bulan berikutnya.
PP No 34 Tahun 2017 (berlaku 2 Januari 2018)

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan

Bangun Guna Serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas
tanah dan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada
investor untuk mendirikan Bangunan selama masa perjanjian dan mengalihkan kepemilikan
Bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah investor mengoperasikan Bangunan
tersebut atau sebelum investor mengoperasikannya

Investor adalah orang pribadi atau badan yang diberikan hak untuk mendirikan suatu Bangunan
dan
menggunakan atau mengusahakan Bangunan berdasarkan perjanjian Bangun Guna Serah
selama masa
perjanjian Bangun Guna Serah
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

OBJEK PAJAK PENGECUALIAN

penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan baik sebagian penghasilan yang
maupun seluruh Bangunan yang diterima atau diperoleh orang pribadi diterima atau
atau badan
diperoleh dari jasa
termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
pelayanan
badan pemegang hak atas tanah dari Investor terkait dengan
pelaksanaan perjanjian Bangun Guna Serah, meliputi: penginapan beserta
a. penghasilan atas pembayaran berkala selama masa perjanjian kamar, asrama untuk
akomodasinya
Bangun Guna Serah; mahasiswa/pelajar,
b. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan sebelum asrama atau pondok
perjanjian Bangun Guna Serah berakhir; pekerja, dan rumah
c. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan atau kos
seharusnya diserahkan pada saat perjanjian Bangun Guna Serah
berakhir; dan/atau
d. penghasilan lain terkait perjanjian Bangun Guna Serah, termasuk
PP Nomor 29 Tahun 1996 s.t.d.t.d PP
PP Nomor 34 Tahun 2017 Nomor 5 Tahun 2002

BGS

Tanah Tanah
Bangunan adl rumah, rumah susun,
Definisi/cakupan bangunan lebih luas apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, rumah kantor,
tidak termasuk penghasilan yang toko, rumah toko, gudang dan industri
diterima atau
diperoleh dari jasa pelayanan Tidak ada pengecualian
penginapan beserta akomodasinya
 antara lain kamar, asrama untuk
mahasiswa/pelajar, asrama atau pondok
pekerja, dan rumah kos
Mengatur BGS Tidak mengatur BGS
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

PPh terutang

10% Jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan

semua jumlah yang dibayarkan atau yang diakui sebagai utang oleh Penyewa
dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan/atau Bangunan
yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan,
biaya layanan, dan biaya fasilitas lainnya, baik yang perjanjiannya dibuat secara
terpisah maupun yang disatukan
nilai Bangunan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah dari Investor
→ nilai yang tertinggi antara nilai pasar dan nilai jual objek pajak Bangunan
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Contoh

PT A sebagai pemilik tanah melakukan perjanjian BGS dengan PT B untuk membangun gedung
perkantoran. Setelah proses pembangunan selesai, PT B mempunyai hak untuk menggunakan
Bangunan tersebut selama 20 (dua puluh) tahun. Setiap bulan sepanjang 20 (dua puluh) tahun
tersebut PT B akan membayarkan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada PT A dan di akhir
masa BGS PT B menyerahkan Bangunan perkantoran tersebut kepada PT A. PT B di tahun kedua
dikenai denda Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus dibayarkannya kepada PT A
dikarenakan tidak melaksanakan salah satu butir dalam kontrak yang telah disepakati

Penghasilan PT A yang harus dipotong PPh atas sewa tanah dan/atau Bangunan oleh PT B adalah
penghasilan yang diterima rutin setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
penghasilan berupa jumlah bruto nilai
Bangunan yang diterima pada saat BGS berakhir, dan denda pelanggaran kontrak
sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Ketentuan peralihan
Perjanjian persewaan Bangunan selain rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang dan industri, sebagaimana dimaksud dalam PP 29/1996
Penghasilan atas pelaksanaan sewa
dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh sampai
yang telah dimulai sebelum
dengan berakhirnya jangka waktu sewa
berlakunya PP ini
Penghasilan atas pelaksanaan sewa
dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 17 UU
yang mulai dilaksanakan setelah
PPh selama masa sewa secara proporsional dengan
berlakunya PP ini dan pembayaran
nilai sewa yang telah dibayar dimulai sejak awal
atas sewa dilakukan sebelum
pelaksanaan kontrak atau perjanjian sewa tersebut
berlakunya PP ini

Dipotong PPh Pasal 23 dalam hal Penyewa adalah


pemotong pajak
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

CONTOH 1

PT L sebagai pemilik tangki dan PT M menandatangani perjanjian sewa untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun pada tanggal sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pelaksanaan sewa dimulai dua tahun sebelum PP ini telah berlaku

Mengingat dimulainya pelaksanaan sewa dilakukan sebelum PP ini berlaku, atas penghasilan sewa
untuk tiga tahun setelah berlakunya PP ini dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh. Namun,
apabila PT L dan PT M melakukan perubahan perjanjian sewa pada saat PP ini berlaku maka atas
penghasilan sewa yang diubah tersebut dikenai PPh berdasarkan Peraturan Pemerintah ini
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

CONTOH 2

PT Q sebagai pemilik menara telekomunikasi dan PT W menandatangani perjanjian sewa untuk


jangka waktu 5 (lima) tahun pada tanggal sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00.
Dalam perjanjian diatur bahwa pelaksanaan sewa akan dimulai pada tanggal PP ini telah berlaku.

Pembayaran sewa dilakukan dua kali. Pembayaran pertama sebesar Rp. 150.000.000,00 dilakukan
sebelum PP ini berlaku yang merupakan pembayaran untuk satu tahun pertama dan bagian tahun
kedua. Pembayaran tersebut merupakan penghasilan untuk tahun pajak pertama dan bagian tahun
pajak kedua yang
dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh.

Atas pembayaran kedua sebesar Rp.350.000.000,00 yang dilakukan setelah PP ini


berlaku, dikenai PPh sesuai PP ini
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Ketentuan peralihan
perjanjian Bangun Guna Serah yang sudah dimulai sebelum berlakunya PP ini dan perjanjiannya
berakhir setelah berlakunya
PP ini
penghasilan atas pembayaran
berkala dan penghasilan lain terkait dikenai PPh sesuai UU PPh atas transaksi BGS
perjanjian BGS tmsk bagi hasil dan (KMK 248/KMK.04/1995 dan SE-38/PJ/1995)
denda

Penghasilan berupa bangunan yang


dikenai PPh berdasarkan PP 34/2017
diserahkan/seharusnya diserahkan
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
KEP-50/PJ/1996 WP OP sebagai pemotong
Poton Pemotong
g Pajak
Sewa
10%

WPDN WPDN

Menyetorkan Non
PPh Final 10% Pemotong
dari jumlah Sewa Pajak
bruto
KMK 394/KMK.04/1994 s.t.d.d. KMK 120/KMK.03/2002

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Saat terutang saat pembayaran atau terutangnya sewa

Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya, dalam hal dipotong oleh


Saat setor penyewa
Paling lambat tgl 15 bulan berikutnya, dalam hal disetor
sendiri

Saat lapor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya


PP No 29 Tahun 1996 s.t.d.d. PP No 5 Tahun 2002

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN - CONTOH

PT Prima Realty menyewakan 2 ruko yang dimilikinya kepada CV Serayu dan


Tuan Iqbal (PNS). Biaya persewaan untuk 2 tahun ke depan adalah sebesar Rp
200 juta per ruko, tidak termasuk service charge sebesar Rp 50 juta per
tahun, dan semua biaya telah dibayar di depan pada tgl 7 Januari 2017.
Bagaimana aspek perpajakan atas transaksi tersebut?

Jawab:
Aspek perpajakan
Penyewa Jumlah bruto nilai Tarif PPh Keterangan
sewa
CV Serayu 300.000.000 10% 30.000.000 Dipotong oleh CV Serayu
Tuan Iqbal 300.000.000 10% 30.000.000 Disetor sendiri oleh PT Prima
Realty
Jumlah 600.000.000 60.000.000
PP Nomor 34 Tahun 2016 (berlaku mulai 6 September 2016), PMK 261/PMK.03/2016

PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN


PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA

Objek Pajak

Penghasilan dari

Perjanjian pengikatan jual beli


Pengalihan hak atas tanah
atas tanah dan/atau bangunan dan
dan/atau bangunan
perubahannya

Penjualan, tukar menukar,


pelepasan hak, penyerahan hak,
lelang, hibah, waris, atau cara lain
yang disepakati para pihak
PP Nomor 34 Tahun 2016, PMK 261/PMK.03/2016

PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN


PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA

Nilai Pengalihan
Hak

WPDN
WPOP/BADAN
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA

nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal


pengalihan hak kepada pemerintah

nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan
peraturan lelang
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan
NILAI PENGALIHAN
hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang
HAK
dipengaruhi hubungan istimewa, selain pengalihan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b
nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dilakukan melalui jual
beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, selain pengalihan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b;
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga
pasar, dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
dilakukan melalui tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak,
hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
sebelum akta,
keputusan,
kesepakatan, atau
risalah lelang atas
pengalihan hak atas Nilai Pengalihan
tanah dan/atau
Hak
bangunan
ditandatangani oleh
pejabat yang
berwenang

WPDN
WPOP/BADAN usaha bukan
pengalihan hak atas
tanah/bangunan

PPh Final
2,5%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
saat diterimanya
sebagian atau
seluruh
pembayaran atas Nilai Pengalihan
pengalihan hak Hak
atas tanah dan/
atau bangunan

WPOP/BADAN usaha WPDN


pokok melakukan
pengalihan hak atas
tanah/bangunan
atas pengalihan Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana yang
PPh Final
dilakukan WP yang usaha pokoknya adalah pengalihan hak atas
1% tanah dan/atau bangunan
PPh Final atas pengalihan selain Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana
yang dilakukan WP yang usaha pokoknya adalah pengalihan
2,5%
hak atas tanah dan/atau bangunan
sebelum
melakukan
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN pembayaran
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA kepada orang
PERUBAHANNYA pribadi atau
badan yang
berhak
menerimanya
Nilai Pengalihan atau sebelum
Hak tukar menukar
dilaksanakan

Pemerintah
WPOP/BADAN Pemda/BUMN/
BUMD penugasan khusus
PPh
Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Final
berdasarkan penugasan khusus
0%
PPh
Pengalihan hak atas tanah/bangunan Final
2,5%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
sebelum terjadinya
perubahan atau adendum
atas perjanjian pengikatan
Jumlah bruto jual beli tersebut

UM
ND
DE
AD
WPOP/ WPDN
WPDN
BADAN (Pembeli
(Pembeli
(Penjual) II)
I)
Jumlah bruto
Tarif Tarif
2,5%, 2,5%, 1%
1%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA

nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh,


dalam hal pengalihan tanah dan/atau bangunan
dilakukan melalui pengalihan yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa
JUMLAH BRUTO
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam
hal pengalihan tanah dan/atau bangunan dilakukan
melalui pengalihan yang dipengaruhi hubungan
istimewa
WARIS HIBAH kepada Merger/akuisi
Di bawah Badan
HIBAH kepada keagamaan/sosial si
PTKP, /pendidikan yang menggunaka
keluarga sedarah
nilai lurus satu derajat tidak ada
n nilai buku
hubungan
BGS
pengaliha tidak ada
yang telah
hubungan usaha, Bukan SP
n< pekerjaan, ditetapkan
Rp60jt kepemilikan,
menkeu
penguasaan

Orang Pribadi Badan


PMK261/PMK.03/2016

CONTOH 1

Tuan Hisyam Faraz menjual rumah tokonya kepada Nyonya Mita seharga Rp1.000.000.000,00.
Pada tanggal 9 Oktober 2016 ditandatangani PPJB dengan cara tiga kali cicilan, masing-
masing sebesar:
a. Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Oktober 2016 (saat PPJB ditandatangani);
b. Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 November 2016; dan
c. Rp400.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Januari 2017.
Pada tanggal 16 Februari 2017, Akta Jual Beli (AJB) ditandatangani kedua pihak. Pajak
Penghasilan (PPh) yang harus dibayar oleh Tuan Hisyam ke Kas Negara adalah:

Tanggal 16 Februari 2017, yaitu pada saat AJB ditandatangani, tidak terdapat PPh yang
masih harus dibayar karena PPh yang terutang sudah lunas dibayar pada tanggal 15
Februari 2017
PMK261/PMK.03/2016

CONTOH 2

Pada tanggal 1 Februari 2017, Tuan Ghifari menjual rumah secara tunai di bawah tangan
dengan Tuan Indra Adi, dengan harga Rp2.000.000.000,00. Atas transaksi penjualan rumah
tersebut, Tuan Indra Adi tidak membuat PPJB dengan Tuan Ghifari, namun menerima surat
kuasa dari Tuan Ghifari untuk menjual dan surat kuasa untuk menandatangani AJB.
Pada tanggal 5 Juli 2017, Tuan Indra Adi menjual rumah tersebut kepada Ny. Patryangga
dengan harga Rp2.200.000.000,00 dan menerima seluruh pembayaran pada saat itu juga.
Pada tanggal 6 Juli 2017, penandatanganan AJB oleh Tuan Indra Adi (berdasarkan surat kuasa
menjual dan surat kuasa menandatangani AJB dari Tuan Ghifari), Ny. Patryangga dan PPAT
PPh yang harus dibayar adalah sebagai berikut:
a. Surat kuasa menjual dan surat kuasa untuk menandatangani AJB pada dasarnya
merupakan PPJB. Oleh karena itu, PPh yang terutang pada tanggal 1 Februari 2017,
sebesar 2,5% x Rp2.000.000.000,00 = Rp50.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh
Tuan Ghifari paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
b. PPh terutang pada saat pengalihan dari tuan Indra Adi kepada Ny. Patryangga sebesar
2,5% x Rp2.200.000.000,00 = Rp55.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan
Indra Adi paling lambat sebelum AJB ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Akta
PMK261/PMK.03/2016

CONTOH 3

PT Modal Kuat, sebuah perusahaan pengembang, bekerja sama dengan Tuan Dani
untuk mengembangkan kawasan perumahan di tanah milik Tuan Dani. Dalam
perjanjian kerja sama tersebut, pembagian hasil antara PT Modal Kuat dan Tuan
Dani masing-masing 50%.
Salah satu klausul dalam perjanjian kerja sama yaitu PT Modal Kuat menerima
seluruh pembayaran dari pembeli rumah dan surat kuasa untuk menandatangani
PPJB dan AJB (untuk memecah sertifikat).
Pada tanggal 1 Februari 2017, PT Modal Kuat menandatangani PPJB dengan Tuan
Fadhia. Uang muka diterima sebesar Rp200.000.000,00 dari harga rumah sebesar
Rp600.000.000,00. Pada tanggal 2 Februari 2017, PT Modal Kuat mentransfer uang
sejumlah Rp100.000.000,00 kepada Tuan Dani.
Pada tanggal 6 Maret 2017, pelunasan rumah sebesar Rp400.000.000,00 dilakukan
melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank ABC. AJB ditandatangani oleh PT Modal
Kuat, Tuan Fadhia, dan PPAT pada tanggal 7 Maret 2017.
PMK261/PMK.03/2016

CONTOH 3

PPh yang harus dibayar masing-masing pihak adalah:


a. Atas pembayaran yang diterima PT Modal Kuat dari Tuan Fadhia pada tanggal 1 Februari
2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib
dibayar ke Kas Negara oleh PT Modal Kuat paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
b. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 2 Februari
2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp100.000.000,00 = Rp2.500.000,00 yang wajib
dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Dani paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
c. Atas pembayaran dari Bank ABC kepada PT Modal Kuat pada tanggal 6 Maret 2017,
terutang PPh sebesar 2,5% x Rp400.000.000,00 = Rp 10.000.000,00 yang wajib dibayar ke
Kas Negara oleh PT Modal Kuat paling lambat sebelum AJB ditandatangani PPAT.
d. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 8 Maret 2017,
terutang PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke
Kas Negara oleh Tuan Dani paling lambat tanggal 17 April 2017 (Tanggal 15 dan 16 April
2017 merupakan hari libur sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya)
PMK261/PMK.03/2016

CONTOH 4 PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016

PT Agresif Bangun menjual satu unit apartemen kepada Ny Sari seharga Rp300.000.000,00
dan menandatangani PPJB pada tanggal 1 Mei 2016. Pembayaran disepakati dengan cara tiga
kali cicilan masing-masing sebesar Rp100.000.000,00 dengan tanggal pembayaran 1 Mei
2016 (saat PPJB dibuat), 1 Juli 2016, dan 7 September 2016. Pada tanggal 8 September 2016,
AJB ditandatangani kedua pihak dan PPAT.
PPh yang harus dibayar ke Kas Negara oleh PT Agresif Bangun adalah:
PMK261/PMK.03/2016

CONTOH 5 PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016

Pada tanggal 1 Februari 2016, PT Developer Maju menjual satu unit


apartemen seharga Rp600.000.000,00 kepada Tuan Teguh dengan
cara 12 kali cicilan masing-masing sebesar Rp50.000.000,00 dengan
PPJB. Setelah mengangsur selama 8 kali, pada tanggal 7 September
2016, Tuan Teguh mengalihkan unit apartemen tersebut kepada Tuan
Taufik dengan harga Rp450.000.000,00.
Pada tanggal 7 September 2016, adendum PPJB dibuat dan
ditandatangani untuk mencantumkan Tuan Taufik sebagai pembeli
yang menggantikan Tuan Teguh. Berdasarkan adendum PPJB tersebut
Tuan Taufik akan meneruskan cicilan yang sudah dibayar oleh Tuan
Teguh. Jadwal cicilan selanjutnya yang harus dibayar oleh Tuan Taufik
jatuh tempo pada tanggal 1 Oktober 2016.
PMK261/PMK.03/2016

CONTOH 5

PPh yang harus dibayar oleh masing-masing pihak adalah:


Penghasilan atas 8 kali cicilan yang sudah dibayar berdasarkan PPJB antara PT
Developer Maju dan Tuan Teguh terutang PPh berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 1994
s.t.d.t.d PP Nomor 71 Tahun 2008. PPh terutang untuk masing-masing cicilan
sebesar 5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh
PT Developer Maju paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah bulan
diterimanya pembayaran.
PPh terutang atas penghasilan dari perubahan PPJB yang diterima oleh Tuan Teguh
pada tanggal 7 September 2016 sebesar 2,5% x Rp450.000.000,00 =
Rp11.250.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Teguh paling lambat
tanggal 17 Oktober 2016 (Tanggal 15 Oktober dan 16 Oktober merupakan hari libur
sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya). → seharusnya sebelum
terjadinya adendum (paling lambat 7 September 2016)
Penghasilan atas 4 kali cicilan yang dibayar oleh Tuan Taufik kepada PT Developer
Maju mulai tanggal 1 Oktober 2016 terutang PPh masing-masing sebesar 2,5% x
PP Nomor 41 Tahun 1994 s.t.d.d. PP Nomor 14 Tahun 1997

PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK


Pendiri adalah orang pribadi atau badan namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham
Perseroan Terbatas atau tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum
Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
dalam rangka penawaran umum perdana ("initial public offering") menjadi efektif
Termasuk pengertian pendiri adalah OP/badan yang menerima pengalihan saham karena
hibah, warisan, cara lain yang tidak dikenakan PPh
saham yang dimiliki oleh mereka yang termasuk kategori
"pendiri"
Saham saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari
Pendiri kapitalisasi agio yang dikeluarkan setelah penawaran
umum perdana ("initial public offering")
saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.

saham yang berasal dari dividen saham


Bukan
dividen yg diperoleh stlh IPO yg berasal dari right issue,
Saham
waran, konversi
Pendiri
saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksa Dana
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
Saham
Pendiri
sell
Pemotong

Potong Bursa
Nilai transaksi 0,1%
WPDN penjualan
PPh Pasal 4 (2) tambahan = WP boleh memilih
0,5% x harga saham pada saat penawaran menggunakan tarif Pasal 17
umum perdana utk menghitung PPh atas
capital gain

Disetor selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah


saham perusahaan tersebut diperdagangkan di bursa
efek
KMK 282/KMK.04/1997

PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK


PEMOTONG, SAAT PEMOTONGAN, SAAT SETOR, SAAT LAPOR

Saat pemotongan Saat pelunasan transaksi Penyelenggara bursa efek

0,1% :
Paling lama tgl 20 bulan berikutnya
Penyelenggara bursa efek
Saat setor Tambahan saham pendiri 0,5% :
Emiten
Paling lama 1 bulan stlh saham
diperdagangkan di bursa efek

0,1% :
Paling lama tgl 25 bulan berikutnya Penyelenggara bursa efek
Saat lapor Tambahan saham pendiri 0,5% : Emiten
Paling lama tgl 20 bulan berikutnya
setelah bulan penyetoran
PP 19/2009; PMK 111/PMK.03/2010

DIVIDEN DITERIMA WP OP DN
Potong
i v i den
20%/ D
tax
treaty
WPLN

Poton Termasuk dividen:


g Dividen Pembagian SHU
10% koperasi

WP
BADAN Tarif PPh Pasal
WPOP
DN 23
atau Bukan
PT/ n
Divide Objek
Pembagi
Dividen
PMK 111/PMK.03/2010

DIVIDEN DITERIMA WP OP DN

Saat saat disediakan untuk dibayarkan


terutang Perusahaan tdk go public : saat pengumuman dividen atau ditentukan dalam RUPS
Perusahaan go public : tgl penentuan kepemilikan pemegang saham (tgl
pencatatan)
Penjelasan Pasal 15 ayat (3) PP 94/2010

Saat setor Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya

Saat lapor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya


PP 15/2009; PMK 112/PMK.03/2010

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI


KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI
Bun
Poton ga S
g 0% per impana
≤Rp bula n
240 n
.000
,00
Poton Bun
g ga S
i
10% per mpanan
>Rp bula
240 n
.000
,00

a suk
t e rm
ak a
Tid bung yang
WPOP
a n an an
p k
Simpanan sim erupa HU
KOPERASI m ian S
bag
PMK 112/PMK.03/2010

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI


KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI

Saat
Saat pembayaran
terutang

Saat setor Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya

Saat lapor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya


PP 15/2009

CONTOH

Contoh perhitungan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan:


1. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 240.000,00 untuk masa
Januari, maka PPh
terutang 0% x Rp 240.000,00 = Rp 0,00
2. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 245.000,00 untuk masa
Januari, maka PPh
terutang 10% x Rp 245.000,00 = Rp24.500,00
3. Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp 500.000,00 dengan
rincian:
Bulan Januari RP 250.000,00
Bulan Februari RP 150.000,00
Bulan Maret RP 100.000,00
PMK Nomor 79/PMK.03/2008

SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP

yang terletak atau


berada di
seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk Indonesia, dimiliki,
tanah yang berstatus hak milik atau hak dan dipergunakan
guna bangunan; atau untuk
Revaluasi mendapatkan,
seluruh aktiva tetap berwujud tidak menagih, dan
termasuk tanah memelihara
penghasilan yang
merupakan Objek
Pajak
PMK-79/PMK.03/2008
PER-12/PJ/2009
Nilai Asset Nilai Asset
berdasarkan berdasarkan Pembayaran
dilakukan paling
Nilai Buku Fiskal Nilai Pasar lambat 15 hari
setelah SK
diterbitkan

Persetujuan
Kepala Kanwil
DJPx
10%
selisih
lebih
WP
Badan Berlak
/BUT u5
(Rupia tahun
h)
PMK Nomor 79/PMK.03/2008

SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP

Perlakuan Aktiva Tetap setelah revaluasi

Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian
kembali
adalah nilai pada saat penilaian kembali

Masa manfaat disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok
aktiva tetap

Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva


tetap

Tidak dapat dilakukan revaluasi kembali sebelum lewat jangka waktu 5 tahun
SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA TETAP
PMK Nomor 257/PMK.011/2011

PENGHASILAN KONTRAKTOR USAHA HULU MIGAS BERUPA UPLIFT/IMBALAN


SEJENIS DAN PENGHASILAN KONTRAKTOR DARI PENGALIHAN PARTICIPATING
INTEREST

Kontraktor Kerja Sama Penghasilan Dalam Rangka


Minyak dan Gas Bumi Kontrak Bagi Hasil
adl badan usaha atau
bentuk usaha tetap yang
ditetapkan untuk melakukan Penghasilan Dalam Rangka
eksplorasi dan eksploitasi Kontrak Jasa
pada suatu wilayah kerja
berdasarkan kontrak kerja
sama dengan Badan Penghasilan Lain di Luar
Pelaksana Kontrak Kerja Sama
Penghasilan lain di luar kontrak
kerja sama
Uplift/Imbalan Sejenis
imbalan yang diterima oleh kontraktor
sehubungan dengan penyediaan dana
talangan untuk pembiayaan operasi
Kontrak Bagi Hasil yang seharusnya
merupakan kewajiban partisipasi
kontraktor lain, yang ada dalam satu
kontrak kerja sama, dalam pembiayaan

Pengalihan Participating
Interest
hak dan kewajiban sebagai kontraktor
kontrak kerja sama, baik secara
langsung maupun tidak langsung pada
suatu wilayah kerja untuk pelaksanaan
eksplorasi dan eksploitasi
Saat terutang:
UPLIFT/IMBALAN SEJENIS Saat dibayar atau diakui sbg biaya mana yg lbh dahulu

Ha
sil
50% Pro
du
PT i
ks
A
pengemb Potong 20%
alian x jml bruto

PT
B
50%

il
Has ksi
100% u
Prod
PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST Jumlah bruto:
Sesungguhnya diterima/diperoleh
Seharusnya diterima/diperoleh dlm hal
ada hub istimewa

Masa Potong
eksploit 7% x jml
50%
asi bruto

dialihkan
50%
PSC
Potong
Masa 5%
Saat terutang: x jml
Saat pembayaran, saat pengalihan, atau eksplora bruto
saat persetujuan oleh Menteri ESDM mana
yg lebih dahulu si
PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST
Eksplorasi

tidak mengalihkan seluruh


Participating Interest yang
dimilikinya melakukan kewajiban pengalihan
telah dimiliki lebih dari 3 (tiga) Participating Interest sesuai
tahun kontrak kerja sama kepada
telah dilakukan Eksplorasi dan perusahaan nasional
Kontraktor telah mengeluarkan
investasi
tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan

Eksploitasi
PMK 257/PMK.011/2011

CONTOH 1 (UPLIFT)

Alpha Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi,
yang didirikan di negara X.
Beta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas
bumi, yang didirikan di negara Y.
Pada tahun 2004 Alpha Ltd. dan Beta Pty. Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas
Arjuna di laut Jawa. Alpha Ltd. membentuk Alpha Arjuna Ltd. di negara Z (bukan negara mitra
P3B) dan Beta Pty. Ltd. membentuk Beta Arjuna Ltd. di negara Z. Kedua perusahaan kemudian
membentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan mendaftarkannya di Kantor Pelayanan Pajak Badan
dan Orang Asing Dua. Masing-masing BUT memegang 50% interest di blok migas Arjuna.
Jika dalam kontrak kerja sama migas disebutkan bahwa apabila salah satu Kontraktor
mengalami kesulitan keuangan dan atas kewajiban partisipasinya tersebut ditalangi terlebih
dahulu oleh Kontraktor lain, maka Kontraktor yang meminta dana talangan akan membayar
Uplift kepada Kontraktor yang memberikan dana talangan.
BUT Beta Arjuna Ltd. mengalami masalah likuiditas keuangan sehingga biaya untuk kegiatan
Eksplorasi pada tahun 2004 sampai dengan 2010 ditalangi oleh BUT Alpha Arjuna Ltd.. Pada
tahun 2011 Blok Arjuna memasuki tahap produksi. Atas dana talangan tersebut, BUT Alpha
PMK 257/PMK.011/2011

CONTOH 1 (UPLIFT)

Berdasarkan informasi tersebut, penghitungan PPh final atas penghasilan berupa Uplift yang
diterima BUT Alpha Arjuna Ltd. adalah sebagai berikut:
PPh final = 20% x US$10,000,000.00 = US$2,000,000.00
(dipotong oleh BUT Beta Arjuna Ltd., dan BUT Beta Arjuna Ltd. wajib memberikan bukti
potongnya kepada BUT Alpha Arjuna Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final
yang berasal dari Uplift adalah sebagai berikut:
Penghasilan Uplift = US$ 10,000,000.00
Biaya yg terkait langsung dengan Uplift = US$ 2,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 8,000,000.00
PPh final = US$ 2,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan Uplift = US$ 6,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang =(20%xUS$6,000,000.00) = US$ 1,200,000.00
PMK 257/PMK.011/2011

CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)

Charlie Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan
gas bumi, yang didirikan di negara X.
Delta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak
dan gas bumi, yang didirikan di negara Y. Delta Pty. Ltd. membentuk Special
Purpose Vehicle (SPV) Company Delta Pty. Ltd. di negara Z dan mendaftarkan BUT
Delta Pty. Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua.
Pada tahun 2009, Charlie Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Bima di
laut Jawa. Charlie Ltd. membentuk Charlie Bima Ltd. di negara Z dan mendaftarkan
BUT Charlie Bima Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. BUT
Charlie Bima Ltd. menandatangani kontrak dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) pada tahun 2009 dan memegang 100%
interest di blok Bima. Negara X, Y, dan Z adalah negara bukan mitra P3B.
PMK 257/PMK.011/2011

CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)

Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksplorasi


Pada tahun 2011, BUT Charlie Bima Ltd. mengalihkan 50% interest di blok Bima kepada BUT
Delta Pty. Ltd., dengan nilai transaksi sebesar US$20,000,000.00.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang oleh BUT Charlie Bima Ltd. adalah sebagai
berikut:
PPh final = 5% x US$20,000,000.00 = US$1,000,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut:
Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00
Biaya yang telah dikeluarkan = US$ 16,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 4,000,000.00
PPh final = US$ 1,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 3,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$3,000,000.00) = US$ 600,000.00
PMK 257/PMK.011/2011

CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)

Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksploitasi


Blok migas Bima telah berproduksi pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 BUT Charlie Bima
Ltd. mengalihkan lagi 10% interest di blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd. dengan nilai
transaksi sebesar US$20,000,000.00.
PPh final = 7% x US$20,000,000.00 = US$1,400,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut:
Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$
20,000,000.00
Biaya yang telah dikeluarkan
(tidak termasuk biaya-biaya yang sudah dikembalikan oleh Pemerintah) = US$
14,400,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 5,600,000.00
PPh final = US$ 1,400,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 4,200,000.00
PMK 257/PMK.011/2011

CONTOH 2 (PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST)

Pengalihan Participating Interest scr tidak langsung/pengalihan saham – masa


eksploitasi
Pada tahun 2017, Charlie Ltd. mengalihkan 30% interest di Blok Bima melalui
penjualan 100% saham Charlie Bima Ltd. kepada Gama Pty. Ltd. dengan nilai
transaksi US$20,000,000.00. Dengan demikian Gama Pty. Ltd. memiliki 30% interest
di blok Bima melalui Charlie Bima Ltd. (SPV company).
Atas transaksi penjualan saham tersebut termasuk dalam pengertian pengalihan
interest secara tidak langsung karena yang diperjualbelikan adalah interest di Blok
Bima. Meskipun secara formal transaksi tersebut adalah pengalihan saham namun
secara substansi transaksi tersebut adalah pengalihan interest (substance over
form).
[ latar belakang ]
 Kemudahan dan kesederhanaan → PPh final
 Pemberlakuan jangka waktu dimaksudkan untuk masa pembelajaran
untuk menyelenggarakan pembukuan sebelum dikenai PPh dengan tarif
umum
 Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam perekonomian
formal → penyesuaian tarif
 Memberikan keadilan bagi WP yang telah mampu menyelenggarakan
pembukuan dengan cara memberikan pilihan pengenaan PPh (final 0,5%
atau dengan tarif umum)
[ Dasar Hukum ]
 Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh :
Penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai pajak bersifat final

 Pasal 17 ayat (7) UU PPh :


Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak
tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1)
[ contoh 1 ]
[ contoh 1 ]
[ contoh 2 ]
[ contoh 3 ]
[ contoh ]
Uang yang diterima/diperoleh sebelum dikurangi potongan penjualan,
potongan tunai, dan/atau potongan sejenis
[ contoh 1 ]
[ contoh 2 ]
[ contoh 3 ]
[ contoh 4 ]
[ contoh ]
1 Juli 2018
[ contoh ]
[ contoh ]

Anda mungkin juga menyukai