Anda di halaman 1dari 123

PPh

Pasal 4 ayat 2
KARAKTERISTIK PPh FINAL

Umumnya
Pengenaannya
Laba tidak
Semua Usaha diatur dengan
kotor/margin menggunakan
dianggap atau
laba sudah tarif progresif
memiliki laba berdasarkan
ditentukan (kecuali PPh
PP
Ps. 21)
OBJEK PPh FINAL
Bunga Deposito
dan Tabungan serta Jasa Konstruksi Dividen yang diterima
Diskonto SBI OP
Surat Penghasilan Kontraktor
Perbendaharaan Persewaan Tanah usaha hulu migas berupa
Negara dan/atau Bangunan uplift/imbalan sejenis
Selisih Lebih Revaluasi
Aset Tetap dan Penghasilan
Pengalihan Hak atas Kontraktor dari
Penghasilan berupa Tanah dan/atau
bunga obligasi pengalihan participating
Bangunan interest
Penghasilan dari Usaha
yang diterima/diperoleh
Penjualan Saham di WP dengan peredaran
Hadiah Undian
Bursa Efek bruto tertentu
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
BUNGA DEPOSITO DANKMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016

TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI

produk penyimpanan uang di bank dengan sistem penyetoran yang penarikannya hanya bisa
Deposito dilakukan setelah melewati waktu tertentu

deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito berjangka, sertifikat
deposito dan deposit on call baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang ditempatkan pada
atau diterbitkan oleh bank

Deposito berjangka : penarikannya hanya dapat dilakukan pada jatuh tempo oleh pihak yang
namanya tertera pada bilyet

Sertifikat deposito : diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat sehingga dapat diperjualbelikan

Deposit on call : tabungan berjangka dengan waktu penyimpanan yang relatif singkat, minimal 7
hari dan paling lama hanya kurang dari 1 bulan
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015
BUNGA DEPOSITO DAN KMK 51/KMK.04/2001 s.t.d.d. PMK 26/PMK.010/2016

TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI

simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang penarikannya dilakukan menurut
Tabungan
syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank

Giro : simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan menggunakan
cek atau surat perintah pembayaran lain atau dengan cara pemindahbukuan

Sertifikat surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang
Bank berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto
Indonesia
Diskonto : bunga yang dibayarkan oleh peminjam pada saat menerima pinjaman
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN


TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI
OBJEK PAJAK PENGECUALIAN

Diterima Dana Pensiun yang


Jumlah deposito, tabungan, SBI
pendiriannya disahkan Menkeu
Bunga deposito, bunga tidak melebihi Rp7.500.000,00
(bukan objek pajak PMK
tabungan, diskonto SBI 234/PMK.03/2009)
Diterima Bank yang didirikan di
Termasuk bunga dari tabungan Indonesia atau cabang bank LN Bunga tabungan pada bank yg
dan deposito yang ditempatkan di Indonesia ditunjuk pemerintah dlm rangka
di LN melalui bank yang → wajib dilaporkan dalam SPT pemilikan RS dan RSS, kavling
didirikan di Indonesia atau Tahunan menggunakan Pasal 17 siap bangun untuk RS dan RSS
cabang bank LN di Indonesia UU PPh atau Rumah Susun Sederhana
sesuai ketentuan yang berlaku,
untuk dihuni sendiri
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN


TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI
BUKAN SUBJEK PAJAK PEMOTONG PAJAK

OP Subjek Pajak DN yang Dapat mengajukan


seluruh penghasilannya dalam 1 Bank
permohonan restitusi
(satu) tahun Pajak termasuk
bunga dan diskonto tidak
melebihi PTKP Bank Indonesia

Diatur dengan Kep Dirjen


Pajak
PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN


TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI
WPLN
Bunga

tabun to,
gan,
si
Depo

S BI
BANK LN

Deposito,
tabungan
Via bank DN atau cabang
Bunga bank LN yang ada di Ind

Deposito, tabungan, SBI

WPDN Bunga BANK DN SBI


PP No 131 Tahun 2000 s.t.d.d. PP No 123 Tahun 2015

BUNGA DEPOSITO DAN


TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Bunga deposito, mata uang dolar AS, Bunga deposito, mata uang rupiah,
bersumber dari DHE, dan ditempatkan pada bersumber dari DHE, dan ditempatkan pada
bank yang didirikan/berkedudukan di bank yang didirikan/berkedudukan di Bunga tabungan, SBI, dan deposito
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia atau cabang bank luar negeri di lainnya
Indonesia Indonesia

10% x bruto, deposito jk wkt 1 bln 7,5% x bruto, deposito jk wkt 1 bln 20% x bruto, WP DN dan BUT
7,5% x bruto, deposito jk wkt 3 bln 5% x bruto, deposito jk wkt 3 bln (termasuk bunga deposito yang
2,5% x bruto, deposito jk wkt 6 bln 0%, deposito jk wkt ≥ 6 bln ditempatkan kembali sebagai
0%, deposito jk wkt > 6 bln deposito/perpanjangan deposito)
20% (atau tax treaty) x bruto,
WP LN
Persyaratan
PMK 26/PMK.010/2016

BUNGA DEPOSITO DAN


TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI
Persyaratan penggunaan tarif PPh deposito yang bersumber dari DHE

Sumber dana deposito berupa DHE Deposito ditempatkan pada bank yang sama dengan bank tempat
diperoleh setelah berlakunya PP 123 Tahun
2015 (28 Des 2015) dibuktikan dengan laporan diterimanya DHE dari luar negeri
penerimaan DHE dari bank devisa
dilampiri surat pernyataan dari eksportir yang paling sedikit memuat:
sumber dana Deposito berasal dari  identitas eksportir antara lain nama, alamat, NPWP, dan nomor
pemindahbukuan dana DHE yang ditempatkan
pada rekening milik eksportir pada bank tempat
rekening penempatan dana DHE
diterimanya DHE dari luar negeri dan rekening  data dana DHE antara lain nilai ekspor, saat diperolehnya dana
milik eksportir dimaksud hanya digunakan untuk DHE, nomor dan tanggal PEB, dan jenis valuta
menampung dana DHE  pernyataan bahwa sumber dana rekening berasal dari DHE
 pernyataan bahwa sumber dana Deposito bukan berasal dari
penempatan kembali Deposito termasuk melalui mekanisme
perpanjangan Deposito
PP No 27 Tahun 2008

DISKONTO SURAT
PERBENDAHARAAN NEGARA
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) adl Surat Utang Negara (SUN) yang berjangka waktu paling lama 12 (dua
belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
SUN  surat berharga yang berupa pengakuan utang, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang
dijamin pembayaran pokok dan bunganya oleh negara sesuai dengan masa berlakunya

Tarif 20%/ Tarif Tarif 20%/


Tax Treaty Diskonto Tarif Tax Treaty
20% Diskonto
SPN 20%
SPN

Dijual di pasar SPN Jatuh Tempo


sekunder

WPDN Nilai Nominal jatuh


Harga Jual – Harga tempo – Harga Penerbit SPN
Perusahaan Efek WPLN (Emiten)/Kustodian (agen
(Broker)/Bank Perolehan di pasar Perolehan di pasar
perdana/sekunder perdana/pasar sekunder pembayar)
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT
PERBENDAHARAAN NEGARA
PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN

Penerbit SPN (emiten) atau diskonto yang diterima pemegang


kustodian yang ditunjuk selaku Tanggal saat jatuh tempo
SPN saat jatuh tempo
agen pembayar

Perusahaan efek (broker) atau


bank selaku pedagang perantara
(dealer)
diskonto yang diterima atau
Tanggal transaksi penjualan
diperoleh penjual SPN pada saat
SPN di pasar sekunder
Perusahaan efek (broker), bank, transaksi di Pasar Sekunder
dana pensiun, dan reksadana
selaku pembeli SPN tanpa
melalui pedagang perantara
PP No 27 Tahun 2008

DISKONTO SURAT
PERBENDAHARAAN NEGARA

i p e r o le
le h
h W
W aajjiibb
e rriim u
aa aattaau dipd e r o
y a n g
g d
d i
it
te m
to SPN N yan
aattaass D Diisskkoonnto SP b a n gg bbaannkk
a ta u c
c a
a b a n
Paajjaakk ::
P ik a n d
d i
i I
In
n d
d oonneessiiaa atau
k y ir
aanngg ddiiddirikan ;
 B a
a n
n k y
B
e g e r i d
d i
i I
I n
n d
d oonneessiiaa; b e n t u
u k
k a
a n
n n
n yyaa tteellaahh
lluuaarr nneger i n d i rriiaann//ppeem mben t
y a n g p
p e
e n d i
 D a n
n a
a P
P eennssiiuunn yang u a n g aann;;
D a
le h M e
e n
n t
t e
er
r i
i K
K e
e u a n g
e n g a w
w a
as
s P
P aassaarr
o M
ddiissaahhkkaann oleh terdaffttaarr ppaaddaa B p
aaddaann peng a
g d a B p e r t a
a m
m aa
a
a n an y a n g te r ta h u n
n p e r t
 R Reekkssaaddana yLembaaggaa,, sseellaam m maa)) tahu in usaahhaa..
aa 55 ((lliim
M o d a
a l
l d
d a
a n
n L e m b a t a u p e
e m
m b
b e
e rriiaann iizzin us
Mod p er u ssaahhaaaann atau p
d ir ia n
n p er u
sseejjaakk ppeenndiria
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 1
Pada tanggal 1 Mei 2008, Pemerintah A (emiten) menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara
sebagai berikut:
Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009).
PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga Rp 94.000.000,00.
PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat jatuh tempo SPN adalah
sebagai berikut:
Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 2

Pada contoh no. 1, PT D tidak memegang SPN tersebut sampai saat jatuh tempo melainkan
menjual seluruh SPN tersebut kepada PT M pada tanggal 1 Juli 2008 (di pasar sekunder) melalui
perusahaan efek PT X Sekuritas dengan harga jual Rp 95.000.000,00

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat penjualan SPN tanggal 1
Juli 2008 adalah sebagai berikut:
Diskonto = Rp 95.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00
dipotong oleh PT X Sekuritas selaku pedagang perantara
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 3

Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT M menjual seluruh Surat Perbendaharaan Negara yang
dimilikinya Kepada Dana Pensiun ABC (telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung
tanpa melalui pedagang perantara dengan harga jual Rp 97.000.000,00

Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT M pada saat penjualan SPN tanggal 1
Agustus 2008 adalah sebagai berikut :
Diskonto = Rp 97.000.000,00 - Rp 95.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00 dipotong oleh Dana Pensiun selaku
pembeli SPN.

Meskipun penjualan SPN tidak dilakukan melalui pedagang perantara, dana pensiun sebagai
pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal
pembelian langsung dilakukan oleh perusahaan efek, bank, dan reksadana selaku investor
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 4

Pada tanggal 1 Desember 2008, Dana Pensiun ABC menjual seluruh Surat Perbendaharaan
Negara yang dimilikinya kepada PT Y dengan harga jual Rp 98.000.000,00

Perhitungan diskonto yang diterima oleh Dana pensiun ABC pada saat penjualan SPN tanggal 1
Desember 2008 adalah sebagai berikut :
Diskonto = Rp 98.000.000,00 - Rp 97.000.000,00 = Rp 1.000.000,00

Dalam hal ini, tidak ada Pajak Penghasilan yang terutang atas Diskonto SPN yang diterima
karena Dana Pensiun ABC merupakan Wajib Pajak yang dikecualikan dari pemotongan PPh Final
atas Diskonto SPN.

Diskonto SPN bukan objek pajak bagi Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu
(PMK 234/PMK.03/2009)
PMK 63/PMK.03/2008

DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA


Contoh 5

Pada tanggal 1 Mei 2009, PT Y menerima pelunasan seluruh SPN yang dimilikinya dari
Pemerintah A (emiten) dengan nilai pelunasan sebesar nilai nominal Rp 100.000.000,00

Perhitungan diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT Y pada saat jatuh tempo SPN tanggal 1
Mei 2009 adalah sebagai berikut:

Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 98.000.000,00 = Rp 2.000.000,00


PPh Final = 20% x Rp 2.000.000,00 = Rp 400.000,00

dipotong oleh kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran


PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA


OBLIGASI

Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas bulan).

Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam bentuk bunga dan/atau
diskonto.
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA


OBLIGASI bunga dan/atau diskonto dari
obligasi yang diterima
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan bunga dari Obligasi dan/atau diperoleh Wajib
masa kepemilikan Obligasi dengan kupon Pajak reksadana yang
WPL terdaftar pada Otoritas Jasa
N dari selisih lebih harga jual atau nilai Keuangan
nominal di atas harga perolehan diskonto dari Obligasi
Obligasi, tidak termasuk bunga dengan kupon
Tarif 20% berjalan
untuk tahun
atau 2014 sampai untuk tahun
Tax Treaty dari selisih lebih harga jual atau nilai dengan tahun 2021 dan
diskonto dari Obligasi
nominal di atas harga perolehan seterusnya
Obligasi tanpa bunga 2020

Diterima WPDN &


Tarif 15% BUT Tarif 5% Tarif 10%
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA


OBLIGASI
PEMOTONG PAJAK DAN SAAT PEMOTONGAN

bunga dan/atau diskonto Tanggal saat jatuh tempo


yang diterima pemegang Obligasi dengan pembayaran bunga
kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi dan/atau jatuh tempo
dan/atau jatuh tempo obligasi
penerbit Obligasi atau kustodian obligasi
selaku agen pembayaran yang
ditunjuk diskonto
yang diterima pemegang Tanggal saat jatuh tempo
Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh obligasi
tempo Obligasi

perusahaan efek, dealer, atau bunga dan


Tanggal transaksi
bank, selaku pedagang diskonto yang diterima penjual
penjualan obligasi
perantara dan/atau pembeli Obligasi pada saat transaksi
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA


OBLIGASI

Bunga dan Bunga/diskonto


diskonto obligasi
Obligasi

Jatuh tempo
Ditransaksikan Obligasi bunga/jatuh
tempo obligasi

perusahaan efek, WPDN


Penerbit Obligasi
dealer, atau bank,
/Kustodian (agen
selaku pedagang
pembayar)
perantara dan/atau
pembeli
PP No 16 Tahun 2009 s.t.d.d. PP No 100 Tahun 2013

PENGHASILAN BERUPA BUNGA


OBLIGASI

y a n g d it e r ima atau
s B u n g a O bligasi
a ta
h W a j ib P a jak :
diperol e e sia atau Penghasilan bunga obligasi yang diterima/diperoleh
i I n d o n
k y a n g d id irikan d n e sia; bank dikenai PPh tarif umum
 Ban ar nege r i d i I n d o
a n g b a n k lu
cab e n s iu n yang
 Da n a P isahkan
n y a t e lah d Bukan objek PPh (Pasal 4 ayat 3 huruf h UU PPh; PMK
ir ia n /p e m b entukan 234/PMK.03/2009)
p en d
M e n te r i K euangan
oleh
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 1
Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai berikut:
Nilai nominal Rp 10.000.000,00 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016).
Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at
discount), yaitu sebesar Rp 9.000.000,00 per lembar.

Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT XYZ pada saat jatuh tempo
bunga pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut :
Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00

Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 1
Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) pada saat penerbitan
perdana tidak harus selalu sama dengan nilai nominalnya. Pembeli dapat memperoleh Obligasi dengan harga
di bawah nilai nominal (at discount) atau di atas nilai nominal (at premium). Pada hakekatnya selisih harga
beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut merupakan penyesuaian tingkat bunga Obligasi yang
diperhitungkan ke dalam harga perolehan.

Dalam hal investor atau pembeli Obligasi sebagaimana tersebut di atas adalah Wajib Pajak Reksadana, maka
penghitungan PPh final atas bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 adalah
sebagai berikut:
- Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
- PPh final = 5% x Rp 8.000.000,00 = Rp 400.000,00
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 2
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT XYZ menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT PQR melalui perusahaan efek PT
MNO di over the counter (OTC), dengan harga jual Rp 10.400.000,00 per lembar termasuk bunga berjalan

Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT XYZ pada saat penjualan Obligasi tanggal 31
Maret 2012 adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (3/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 4.000.000,00
Diskonto = [(Rp 10.400.000,00 - Rp 400.000,00) - Rp 9.000.000,00] x 10 = Rp 10.000.000,00

Mengingat Wajib Pajak PT XYZ dikenakan PPh final dengan tarif yang sama, bunga berjalan dan diskonto dapat dihitung
sekaligus yaitu:
Bunga berjalan dan diskonto = (Rp 10.400.000,00 - Rp 9.000.000,00) x 10 = Rp 14.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 14.000.000,00 = Rp 2.100.000,00

Dipotong oleh PT MNO selaku perantara


PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 3

PT PQR memiliki Obligasi yang dibeli dari PT XYZ dengan masa kepemilikan hingga tanggal 31 Desember 2014.
Untuk itu, pada setiap tanggal jatuh tempo bunga selama masa kepemilikan Obligasi tersebut, PT PQR
terutang PPh final sebesar 15% atas bunga yang diterima atau diperolehnya (lihat contoh nomor 1), yang
dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 4
Pada tanggal 31 Desember 2014, PT PQR setelah menerima bunga dari emiten menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya
kepada PT CDE melalui Bank Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp 10.500.000,00 per lembar

Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT PQR pada saat jatuh tempo bunga atau saat penjualan
Obligasi tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
PPh final atas bunga = 15% x Rp 8.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran

Diskonto = (Rp 10.500.000,00 - Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 5.000.000,00


PPh final atas diskonto = 15% x Rp 5.000.000,00 = Rp 750.000,00
Dipotong oleh Bank Pundi Nasional selaku perantara

Pengertian diskonto dalam Peraturan Menteri ini tidak hanya terbatas pada realisasi selisih harga perolehan perdana di
bawah (at discount) nilai nominal Obligasi, melainkan mencakup selisih lebih harga jual di atas harga perolehan Obligasi
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 5
Pada tanggal 31 Mei 2016, PT CDE menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada Dana Pensiun Sejahtera Mandiri
(dana pensiun yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui perantara dengan harga jual
Rp 10.666.667,00 per lembar termasuk bunga

Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang oleh PT CDE pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Mei
2016 adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (5/12 x 16% Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 6.666.670,00
Diskonto = [(Rp 10.666.667,00 - Rp 666.667,00) - Rp 10.500.000,00] x 10 = (Rp 5.000.000,00) diskonto negatif atau
rugi.
Perolehan diskonto negatif atau rugi dapat diperhitungkan dengan penghasilan bunga berjalan. PPh terutang yang bersifat
final karena penjualan Obligasi, sebagai berikut:
PPh final = 15% x (Rp 6.666.670,00 - Rp 5.000.000,00) = Rp 250.001,00

Meskipun penjualan Obligasi tidak dilakukan melalui perantara dan tidak dilaporkan ke bursa, dana pensiun sebagai
pembeli wajib melakukan pemotongan pajak. Ketentuan yang sama juga berlaku dalam hal pembelian langsung dilakukan
oleh perusahaan efek, bank, dan reksa dana selaku investor
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 6

Pada tanggal 1 Juli 2016 (jatuh tempo Obligasi), Dana Pensiun Sejahtera Mandiri menerima pelunasan seluruh Obligasi
yang dimilikinya beserta imbalan bunga sesuai masa kepemilikan (1 bulan) dari PT ABC, yang merupakan emiten Obligasi
tersebut.

Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh Dana Pensiun Sejahtera Mandiri pada saat jatuh
tempo/pelunasan Obligasi tanggal 1 Juli 2016 adalah sebagai berikut:
Bunga = (1/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 1.333.330,00
Diskonto = (Rp 10.000.000 - Rp 10.000.000,00) x 10 = nihil.

PPh final tidak terutang oleh dana pensiun yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri ini
PMK 85/PMK.03/2011 s.t.d.d. PMK 07/PMK.011/2012

PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI


Contoh 7
Pada tanggal 1 Januari 2011, PT ABC menerbitkan Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securitiest) berjangka
waktu 10 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Januari 2021) dengan nilai nominal sebesar Rp 10.000.000,00. Penerbitan perdana
Obligasi tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT GHI membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga perdana sebesar Rp 6.000.000,00 per lembar.
Pada tanggal 31 Agustus 2014, PT GHI menjual 50 lembar Obligasi tersebut di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
perusahaan efek PT MNO kepada PT JKL seharga Rp 7.000.000,00 per lembar

Penghitungan diskonto dan PPh Final yang terutang oleh PT GHI adalah sebagai berikut:
Diskonto = (Rp 7.000.000,00 - Rp 6.000.000,00) x 50 = Rp 50.000.000,00
PPh final = 15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
Dipotong oleh PT MNO selaku perantara
Diskonto Obligasi tanpa bunga dikenakan pemotongan PPh final pada setiap kali dilakukan penjualan, sepanjang:
penjualan dilakukan melalui perantara atau pembeli langsung yang ditunjuk sebagai pemotong pajak; dan
penjual Obligasi tidak dikecualikan dari pemotongan Pajak Penghasilan.
PP No 132 Tahun 2000, PER-11/PJ/2011

HADIAH UNDIAN

Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui undian

Nilai hadiah adalah nilai uang/nilai pasar apabila hadiah tersebut diserahkan dalam bentuk natura

Tarif 25%
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009

JASA KONSTRUKSI
Jasa konstruksi : layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi
Pekerjaan konstruksi : keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain

Mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan


Perencanaan Konstruksi
pembangunan fisik lain

Mewujudkan hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan


Pelaksanaan Konstruksi atau bentuk fisik lain

Pengawasan sejak awal sampai berakhirnya pelaksanaan


Pengawasan Konstruksi
pekerjaan konstruksi
UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
KUALIFIKASI JASA
KONSTRUKSI

Stratifikasi yang ditentukan berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga


Pengembangan Jasa Konstruksi

Didasarkan pada tingkat kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha

Kualifikasi usaha kecil


Kualifikasi usaha Kualifikasi usaha
termasuk usaha
besar menengah
perorangan
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009
JASA KONSTRUKSI (OBJEK &
TARIF)

Jasa Pelaksanaan Jasa Perencanaan & Pengawasan

Kualifikasi Non
Kualifikasi Non Kualifikasi
menengah/ Kualifikasi
usaha kecil Kualifikasi
besar

4% 6%
2% 4% 3%
Gred 4,3,2,1
Gred 4,3,2,1 Gred 5,6,7

Dari jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan yang merupakan bagian nilai kontrak, tidak termasuk PPN
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2022
Perubahan Tarif PPh Usaha Jasa Konstruksi
Berlaku mulai 21 Februari 2022

www.pajak.go.id
Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2022

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2022 berlaku sejak diundangkan yaitu


pada tanggal 21 Februari 2022, dengan ketentuan sebagai berikut :

Terhadap kontrak usaha jasa konstruksi yang ditandatangani sebelum Peraturan


Pemerintah ini diundangkan belaku ketentuan sebagai berikut :

1. Jika pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak dilakukan sebelum Peraturan
Pemerintah ini berlaku maka dasar pengenaan Pajak Penghasilan dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008

2. Jika pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak dilakukan pada tanggal 21
Februari 2022 dan setelahnya maka dasar pengenaan Pajak Penghasilan
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2022

3. Terhadap tagihan yang sudah masuk dan sampai dengan tanggal 21 Februari 2022
belum ada realisasi pembayaran, harus dilakukan penyesuaian tarif PPh sesuai
dengan PP No. 9 tahun 2022

www.pajak.go.id
Contoh Kasus PP No. 9 Tahun 2022

Atas Pembayaran Kontrak usaha jasa konstruksi sebelum tanggal 21 Februari


2022 atau sebelum PP 9 Tahun 2022 berlaku. (Jasa Pekerjaan Konstruksi)

Contoh Kasus :
PT. Brantas Abipraya mengajukan tagihan termin kepada PT. Angkasa Pura II atas
proyek pembangunan bandara sebesar Rp. 110.000.000,- (Incl. PPN) dan dibayar pada
tanggal 20 Februari 2022 (sebelum tanggal 21 Februari 2022).

Atas Pembayaran tagihan tersebut berlaku ketentuan sebagai berikut


:

Keterangan :
Nilai PPh tetap (tidak berubah)
karena tagihan dibayar tanggal 20
Februari 2022
(sebelum PP No. 9 tahun
berlaku
/ tanggal 21 Februari 2022)

www.pajak.go.id
Contoh Kasus PP No. 9 Tahun 2022

Atas Pembayaran Kontrak usaha jasa konstruksi sesudah tanggal 21 Februari


2022 atau sesudah PP 9 Tahun 2022 berlaku. (Jasa Pekerjaan Konstruksi)

Contoh Kasus :
PT. Brantas Abipraya menerima tagihan dari PT. Amarta Karya (sesama pemungut) atas
pekerjaan pembangunan Jalan Tol sebesar Rp. 220.000.000,- (Incl. PPN) dan dibayar
pada tanggal 22 Februari 2022.

Atas Pembayaran tagihan tersebut berlaku ketentuan sebagai berikut


:

Keterangan :
Nilai PPh BERUBAH karena tagihan
dibayar tanggal 22 Februari 2022
(sesudah PP No. 9 tahun berlaku /
tanggal 21 Februari 2022)

www.pajak.go.id
Contoh Kasus PP No. 9 Tahun 2022

Atas pembayaran Kontrak Usaha Jasa Perencanaan Konstruksi sesudah tanggal 21


Februari 2022 atau sesudah PP 9 Tahun 2022 berlaku. (Jasa Perencanaan
Konstruksi)
Contoh Kasus :
PT. Kontraktor Sejahtera menerima tagihan dari PT. Istaka Karya (sesama pemungut) atas
pekerjaan Perencanaan pembangunan Jalan Tol sebesar Rp. 55.000.000,- (Incl. PPN) dan
dibayar pada tanggal 24 Februari 2022.

Atas Pembayaran tagihan tersebut berlaku ketentuan sebagai berikut


:

Keterangan :
Nilai PPh BERUBAH karena tagihan
dibayar tanggal 24 Februari 2022
(sesudah PP No. 9 tahun berlaku /
tanggal 21 Februari 2022)

www.pajak.go.id
Contoh Kasus PP No. 9 Tahun 2022

Atas pembayaran Kontrak usaha jasa konstruksi yang tagihannya sudah dibuat
sebelum tanggal 21 Februari 2022 atau sebelum PP 9 Tahun 2022 berlaku tetapi
sampai dengan tanggal 21 Februari 2022 belum dilakukan pembayaran.

Contoh Kasus :
PT. Kontraktor Sejahtera menerima tagihan dari PT. ABC atas Pekerjaan pembangunan
Jalan Tol sebesar Rp. 77.000.000,- (Incl. PPN) yang diterima tanggal 15 Februari 2022
(berkas lengkap termasuk faktur pajak). Atas tagihan tersebut belum dibayar atau baru
akan dibayar pada tangal 21 Februari 2022.

Atas Pembayaran tagihan tersebut berlaku ketentuan sebagai berikut


:
Keterangan :
Dikarenakan sampai dengan tanggal 21
Februari 2022 tagihan tersebut belum
dilakukan pembayaran, maka sebelum
dilakukan pembayaran Berita Acara
Pembayaran, dll. harus direvisi terlebih
dahulu. (Menggunakan tarif PPh yang baru)

www.pajak.go.id
Contoh Kasus PP No. 9 Tahun 2022

Atas pembayaran Kontrak usaha jasa konstruksi yang tagihannya sudah dibuat
sebelum tanggal 21 Februari 2022 atau sebelum PP 9 Tahun 2022 berlaku tetapi
sampai dengan tanggal 01 April 2022 belum dilakukan pembayaran.

Contoh Kasus :
PT. Kontraktor Sejahtera menerima tagihan dari PT. XYZ (Non Wapu) atas Pekerjaan
Pengecoran Jalan sebesar Rp. 132.000.000,- (Incl. PPN) yang diterima pada tanggal 15
Februari 2022. Atas tagihan tersebut sampai dengan tanggal 01 April 2022 belum
dibayar.

Atas Pembayaran tagihan tersebut berlaku ketentuan sebagai berikut


:
Keterangan :
1. Nilai PPN Tetap karena tagihan sudah
diterima sebelum 01 April 2022
2. PPh berubah, dikarenakan tagihan
sebelum tanggal 21 februrari 2022
belum dibayar.

www.pajak.go.id
PP No 51 Tahun 2008 s.t.d.d. PP No 40 Tahun 2009

JASA KONSTRUKSI

Disetor sendiri oleh


Penyedia Jasa, dalam hal Dipotong oleh
Pengguna Jasa bukan PPh terutang Pengguna Jasa pada
pemotong saat pembayaran

Saat pembayaran
JASA KONSTRUKSI - CONTOH
PT Lestari merupakan kontraktor yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan
oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil
Subbidang Bangunan-Bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi gred 6.
PT Lestari pada tahun 2016 ditunjuk oleh PT Barokah selaku pemilik Hotel Premiere untuk membangun gedung baru
dengan nilai kontrak sebesar Rp30.000.000.000,00 tidak termasuk PPN.
PT Lestari menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan, yaitu pada tanggal 23 Juni 2016 sebesar
Rp10.000.000.000,00.
Termin pembayaran akan dilakukan sesuai dengan tingkat penyelesaian, yaitu:
Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 25%.
Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 50%.
Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 75%.
Sisa Rp5.000.000.000,00 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.
Pembangunan gedung harus diselesaikan oleh PT Lestari paling lama tanggal 31 Juli 2017 dengan masa pemeliharaan
selama 6 bulan.
Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh yang dilakukan oleh PT Barokah terkait pembayaran:
 Uang muka kontrak; dan
 Termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 30 September 2016
JASA KONSTRUKSI - CONTOH

Jawaban:
Dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dipotong oleh
pengguna jasa pada saat pembayaran nilai kontrak jasa konstruksi.

Pembayaran uang muka kontrak:


Besarnya PPh atas penghasilan jasa konstruksi kualifikasi besar adalah sebesar = 3% x Rp10.000.000.000,00
= Rp300.000.000,00

Pembayaran termin pertama:


Besarnya PPh atas penghasilan jasa kontruksi kualifikasi besar adalah = 3% x Rp5.000.000.000,00 = Rp150.000.000,00

Kewajiban PT Barokah:
 Memotong PPh final atas uang muka dan pembayaran termin pertama sebesar Rp300.000.000,00 dan
Rp150.000.000,00 dan memberikan bukti potong kepada PT Lestari.
 Melakukan penyetoran atas pemotongan paling lambat tgl 10 bulan berikutnya.
 Mekakukan pelaporan atas pemotongan paling lambat tgl 20 bulan berikutnya.
PP No 34 Tahun 2017 (berlaku 2 Januari 2018)

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan

Bangun Guna Serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dan investor, yang
menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan Bangunan selama masa
perjanjian dan mengalihkan kepemilikan Bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah investor
mengoperasikan Bangunan tersebut atau sebelum investor mengoperasikannya

Investor adalah orang pribadi atau badan yang diberikan hak untuk mendirikan suatu Bangunan dan
menggunakan atau mengusahakan Bangunan berdasarkan perjanjian Bangun Guna Serah selama masa
perjanjian Bangun Guna Serah
PP No 34 Tahun 2017
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN

OBJEK PAJAK PENGECUALIAN

penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan baik sebagian maupun seluruh penghasilan yang diterima
Bangunan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan atau diperoleh dari jasa
pelayanan penginapan
termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan pemegang hak
beserta akomodasinya
atas tanah dari Investor terkait dengan pelaksanaan perjanjian Bangun Guna Serah,
meliputi:
a. penghasilan atas pembayaran berkala selama masa perjanjian Bangun Guna Serah; kamar, asrama untuk
b. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan sebelum perjanjian Bangun Guna mahasiswa/pelajar, asrama
Serah berakhir; atau pondok pekerja, dan
c. penghasilan dalam bentuk Bangunan yang diserahkan atau seharusnya diserahkan pada rumah kos
saat perjanjian Bangun Guna Serah berakhir; dan/atau
d. penghasilan lain terkait perjanjian Bangun Guna Serah, termasuk pembayaran terkait
bagi hasil penggunaan Bangunan dan denda perjanjian Bangun Guna Serah
PP Nomor 29 Tahun 1996 s.t.d.t.d PP Nomor 5
PP Nomor 34 Tahun 2017 Tahun 2002

BGS

Tanah Tanah

Bangunan adl rumah, rumah susun, apartemen,


Definisi/cakupan bangunan lebih luas
kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang dan industri
tidak termasuk penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari jasa pelayanan penginapan beserta Tidak ada pengecualian
akomodasinya
 antara lain kamar, asrama untuk
mahasiswa/pelajar, asrama atau pondok pekerja,
dan rumah kos

Mengatur BGS Tidak mengatur BGS


PP No 34 Tahun 2017
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN

PPh terutang

10% Jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan

semua jumlah yang dibayarkan atau yang diakui sebagai utang oleh Penyewa dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan tanah dan/atau Bangunan yang disewa
termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya layanan, dan biaya fasilitas
lainnya, baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan

nilai Bangunan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah dari Investor
→ nilai yang tertinggi antara nilai pasar dan nilai jual objek pajak Bangunan
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Contoh

PT A sebagai pemilik tanah melakukan perjanjian BGS dengan PT B untuk membangun gedung perkantoran. Setelah proses
pembangunan selesai, PT B mempunyai hak untuk menggunakan Bangunan tersebut selama 20 (dua puluh) tahun. Setiap
bulan sepanjang 20 (dua puluh) tahun tersebut PT B akan membayarkan Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada PT
A dan di akhir masa BGS PT B menyerahkan Bangunan perkantoran tersebut kepada PT A. PT B di tahun kedua dikenai
denda Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang harus dibayarkannya kepada PT A dikarenakan tidak melaksanakan
salah satu butir dalam kontrak yang telah disepakati

Penghasilan PT A yang harus dipotong PPh atas sewa tanah dan/atau Bangunan oleh PT B adalah penghasilan yang diterima
rutin setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), penghasilan berupa jumlah bruto nilai
Bangunan yang diterima pada saat BGS berakhir, dan denda pelanggaran kontrak sebesar Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah)
PP No 34 Tahun 2017
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN

Ketentuan peralihan

Perjanjian persewaan Bangunan selain rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang dan industri, sebagaimana dimaksud dalam PP 29/1996

Penghasilan atas pelaksanaan sewa yang dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh sampai dengan
telah dimulai sebelum berlakunya PP ini berakhirnya jangka waktu sewa

Penghasilan atas pelaksanaan sewa yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 17 UU PPh selama
mulai dilaksanakan setelah berlakunya PP ini masa sewa secara proporsional dengan nilai sewa yang telah dibayar
dan pembayaran atas sewa dilakukan dimulai sejak awal pelaksanaan kontrak atau perjanjian sewa
sebelum berlakunya PP ini tersebut

Dipotong PPh Pasal 23 dalam hal Penyewa adalah pemotong pajak


PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

CONTOH 1

PT L sebagai pemilik tangki dan PT M menandatangani perjanjian sewa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun pada tanggal
sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pelaksanaan sewa dimulai dua tahun sebelum
PP ini telah berlaku

Mengingat dimulainya pelaksanaan sewa dilakukan sebelum PP ini berlaku, atas penghasilan sewa untuk tiga tahun setelah
berlakunya PP ini dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh. Namun, apabila PT L dan PT M melakukan perubahan
perjanjian sewa pada saat PP ini berlaku maka atas penghasilan sewa yang diubah tersebut dikenai PPh berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

CONTOH 2

PT Q sebagai pemilik menara telekomunikasi dan PT W menandatangani perjanjian sewa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
pada tanggal sebelum berlakunya PP ini sebesar Rp500.000.000,00. Dalam perjanjian diatur bahwa pelaksanaan sewa akan
dimulai pada tanggal PP ini telah berlaku.

Pembayaran sewa dilakukan dua kali. Pembayaran pertama sebesar Rp. 150.000.000,00 dilakukan sebelum PP ini berlaku
yang merupakan pembayaran untuk satu tahun pertama dan bagian tahun kedua. Pembayaran tersebut merupakan
penghasilan untuk tahun pajak pertama dan bagian tahun pajak kedua yang
dikenai PPh berdasarkan Pasal 17 UU PPh.

Atas pembayaran kedua sebesar Rp.350.000.000,00 yang dilakukan setelah PP ini berlaku, dikenai PPh
sesuai PP ini
PP No 34 Tahun 2017

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Ketentuan peralihan

perjanjian Bangun Guna Serah yang sudah dimulai sebelum berlakunya PP ini dan perjanjiannya berakhir setelah berlakunya
PP ini

penghasilan atas pembayaran berkala dan


dikenai PPh sesuai UU PPh atas transaksi BGS
penghasilan lain terkait perjanjian BGS tmsk
(KMK 248/KMK.04/1995 dan SE-38/PJ/1995)
bagi hasil dan denda

Penghasilan berupa bangunan yang


dikenai PPh berdasarkan PP 34/2017
diserahkan/seharusnya diserahkan
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN

KEP-50/PJ/1996 WP OP sebagai pemotong


Potong Pemotong
Sewa 10% Pajak

WPDN WPDN
Non
Menyetorkan PPh Pemotong
Final 10% dari Sewa Pajak
jumlah bruto
KMK 394/KMK.04/1994 s.t.d.d. KMK 120/KMK.03/2002

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Saat terutang saat pembayaran atau terutangnya sewa

Saat setor Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya, dalam hal dipotong oleh penyewa
Paling lambat tgl 15 bulan berikutnya, dalam hal disetor sendiri

Saat lapor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya


PP No 29 Tahun 1996 s.t.d.d. PP No 5 Tahun 2002

PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN - CONTOH

PT Prima Realty menyewakan 2 ruko yang dimilikinya kepada CV Serayu dan Tuan Iqbal (PNS).
Biaya persewaan untuk 2 tahun ke depan adalah sebesar Rp 200 juta per ruko, tidak termasuk
service charge sebesar Rp 50 juta per tahun, dan semua biaya telah dibayar di depan pada tgl 7
Januari 2017.
Bagaimana aspek perpajakan atas transaksi tersebut?

Jawab:
Aspek perpajakan
Penyewa Jumlah bruto nilai Tarif PPh Keterangan
sewa
CV Serayu 300.000.000 10% 30.000.000 Dipotong oleh CV Serayu
Tuan Iqbal 300.000.000 10% 30.000.000 Disetor sendiri oleh PT Prima
Realty
Jumlah 600.000.000 60.000.000
PP Nomor 34 Tahun 2016 (berlaku mulai 6 September 2016), PMK 261/PMK.03/2016

PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
Objek Pajak

Penghasilan dari

Perjanjian pengikatan jual beli atas


Pengalihan hak atas tanah dan/atau
tanah dan/atau bangunan dan
bangunan
perubahannya

Penjualan, tukar menukar, pelepasan


hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
waris, atau cara lain yang disepakati
para pihak
PP Nomor 34 Tahun 2016, PMK 261/PMK.03/2016

PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU


BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
Nilai Pengalihan Hak

WPDN
WPOP/BADAN
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA

nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal pengalihan hak kepada
pemerintah

nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang

NILAI PENGALIHAN nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
HAK dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa,
selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan/ atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa, selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b;
nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar, dalam hal
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan dilakukan melalui tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para
pihak
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
sebelum akta, keputusan,
kesepakatan, atau risalah
lelang atas pengalihan hak
atas tanah dan/atau Nilai Pengalihan Hak
bangunan ditandatangani
oleh pejabat yang
berwenang

WPDN
WPOP/BADAN usaha bukan
pengalihan hak atas
tanah/bangunan

PPh Final
2,5%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
saat diterimanya
sebagian atau seluruh
pembayaran atas
pengalihan hak atas Nilai Pengalihan Hak
tanah dan/ atau
bangunan

WPOP/BADAN usaha WPDN


pokok melakukan
pengalihan hak atas
tanah/bangunan
PPh Final atas pengalihan Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana yang dilakukan WP
1% yang usaha pokoknya adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

PPh Final atas pengalihan selain Rumah Sederhana dan Rusun Sederhana yang dilakukan
2,5% WP yang usaha pokoknya adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
sebelum
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL melakukan
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA pembayaran
kepada orang
PERUBAHANNYA pribadi atau badan
yang berhak
menerimanya atau
Nilai Pengalihan Hak sebelum tukar
menukar
dilaksanakan

Pemerintah
WPOP/BADAN Pemda/BUMN/
BUMD penugasan khusus

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum PPh


berdasarkan penugasan khusus Final 0%
PPh
Pengalihan hak atas tanah/bangunan Final
2,5%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
sebelum terjadinya perubahan atau
adendum atas perjanjian
Jumlah bruto pengikatan jual beli tersebut

UM
ND
DE
AD
WPOP/ WPDN
WPDN
BADAN (Pembeli II)
(Pembeli I)
(Penjual)

Jumlah bruto
Tarif 2,5%, Tarif 2,5%,
1% 1%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA

nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal


pengalihan tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui pengalihan
yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa

JUMLAH BRUTO

nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan


tanah dan/atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang
dipengaruhi hubungan istimewa
WARIS HIBAH kepada Merger/akuisisi
Di bawah Badan
HIBAH kepada keagamaan/sosial/pen menggunakan
PTKP, nilai didikan yang tidak ada nilai buku yang
keluarga sedarah lurus
pengalihan satu derajat tidak ada hubungan
telah ditetapkan
< Rp60jt hubungan usaha, BGS
pekerjaan, menkeu
Bukan SP
kepemilikan,
penguasaan

Orang Pribadi Badan


PMK261/PMK.03/2016

Contoh 1
Tuan Hisyam Faraz menjual rumah tokonya kepada Nyonya Mita seharga
Rp1.000.000.000,00. Pada tanggal 9 Oktober 2016 ditandatangani PPJB dengan cara tiga
kali cicilan, masing-masing sebesar:
a. Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Oktober 2016 (saat PPJB ditandatangani);
b.Rp300.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 November 2016; dan
c. Rp400.000.000,00 dibayar pada tanggal 9 Januari 2017.
Pada tanggal 16 Februari 2017, Akta Jual Beli (AJB) ditandatangani kedua pihak. Pajak
Penghasilan (PPh) yang harus dibayar oleh Tuan Hisyam ke Kas Negara adalah:

Tanggal 16 Februari 2017, yaitu pada saat AJB ditandatangani, tidak terdapat PPh yang masih harus dibayar
karena PPh yang terutang sudah lunas dibayar pada tanggal 15 Februari 2017
PMK261/PMK.03/2016

Contoh 2
Pada tanggal 1 Februari 2017, Tuan Ghifari menjual rumah secara tunai di bawah tangan dengan Tuan
Indra Adi, dengan harga Rp2.000.000.000,00. Atas transaksi penjualan rumah tersebut, Tuan Indra Adi
tidak membuat PPJB dengan Tuan Ghifari, namun menerima surat kuasa dari Tuan Ghifari untuk menjual
dan surat kuasa untuk menandatangani AJB.
Pada tanggal 5 Juli 2017, Tuan Indra Adi menjual rumah tersebut kepada Ny. Patryangga dengan harga
Rp2.200.000.000,00 dan menerima seluruh pembayaran pada saat itu juga. Pada tanggal 6 Juli 2017,
penandatanganan AJB oleh Tuan Indra Adi (berdasarkan surat kuasa menjual dan surat kuasa
menandatangani AJB dari Tuan Ghifari), Ny. Patryangga dan PPAT
PPh yang harus dibayar adalah sebagai berikut:
a. Surat kuasa menjual dan surat kuasa untuk menandatangani AJB pada dasarnya merupakan PPJB.
Oleh karena itu, PPh yang terutang pada tanggal 1 Februari 2017, sebesar 2,5% x Rp2.000.000.000,00
= Rp50.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Ghifari paling lambat tanggal 15 Maret
2017.
b. PPh terutang pada saat pengalihan dari tuan Indra Adi kepada Ny. Patryangga sebesar 2,5% x
Rp2.200.000.000,00 = Rp55.000.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Indra Adi paling
lambat sebelum AJB ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT
PMK261/PMK.03/2016

Contoh 3
PT Modal Kuat, sebuah perusahaan pengembang, bekerja sama dengan Tuan Dani untuk
mengembangkan kawasan perumahan di tanah milik Tuan Dani. Dalam perjanjian kerja sama tersebut,
pembagian hasil antara PT Modal Kuat dan Tuan Dani masing-masing 50%.
Salah satu klausul dalam perjanjian kerja sama yaitu PT Modal Kuat menerima seluruh pembayaran dari
pembeli rumah dan surat kuasa untuk menandatangani PPJB dan AJB (untuk memecah sertifikat).
Pada tanggal 1 Februari 2017, PT Modal Kuat menandatangani PPJB dengan Tuan Fadhia. Uang muka
diterima sebesar Rp200.000.000,00 dari harga rumah sebesar Rp600.000.000,00. Pada tanggal 2
Februari 2017, PT Modal Kuat mentransfer uang sejumlah Rp100.000.000,00 kepada Tuan Dani.
Pada tanggal 6 Maret 2017, pelunasan rumah sebesar Rp400.000.000,00 dilakukan melalui Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) Bank ABC. AJB ditandatangani oleh PT Modal Kuat, Tuan Fadhia, dan PPAT pada
tanggal 7 Maret 2017.
Selanjutnya Tuan Dani menerima pembayaran sebesar Rp200.000.000,00 dari PT Modal Kuat tanggal 8
Maret 2017
PMK261/PMK.03/2016

Contoh 3
PPh yang harus dibayar masing-masing pihak adalah:
a. Atas pembayaran yang diterima PT Modal Kuat dari Tuan Fadhia pada tanggal 1 Februari 2017,
terutang PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara
oleh PT Modal Kuat paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
b. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 2 Februari 2017, terutang
PPh sebesar 2,5% x Rp100.000.000,00 = Rp2.500.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan
Dani paling lambat tanggal 15 Maret 2017.
c. Atas pembayaran dari Bank ABC kepada PT Modal Kuat pada tanggal 6 Maret 2017, terutang PPh
sebesar 2,5% x Rp400.000.000,00 = Rp 10.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT
Modal Kuat paling lambat sebelum AJB ditandatangani PPAT.
d. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal 8 Maret 2017, terutang
PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 = Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan
Dani paling lambat tanggal 17 April 2017 (Tanggal 15 dan 16 April 2017 merupakan hari libur sehingga
jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya)
PMK261/PMK.03/2016

Contoh 4 PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016

PT Agresif Bangun menjual satu unit apartemen kepada Ny Sari seharga Rp300.000.000,00 dan
menandatangani PPJB pada tanggal 1 Mei 2016. Pembayaran disepakati dengan cara tiga kali cicilan
masing-masing sebesar Rp100.000.000,00 dengan tanggal pembayaran 1 Mei 2016 (saat PPJB dibuat), 1
Juli 2016, dan 7 September 2016. Pada tanggal 8 September 2016, AJB ditandatangani kedua pihak dan
PPAT.
PPh yang harus dibayar ke Kas Negara oleh PT Agresif Bangun adalah:
PMK261/PMK.03/2016

Contoh 5 PP 34/2016 berlaku mulai 6 September 2016

Pada tanggal 1 Februari 2016, PT Developer Maju menjual satu unit apartemen seharga
Rp600.000.000,00 kepada Tuan Teguh dengan cara 12 kali cicilan masing-masing
sebesar Rp50.000.000,00 dengan PPJB. Setelah mengangsur selama 8 kali, pada tanggal
7 September 2016, Tuan Teguh mengalihkan unit apartemen tersebut kepada Tuan
Taufik dengan harga Rp450.000.000,00.
Pada tanggal 7 September 2016, adendum PPJB dibuat dan ditandatangani untuk
mencantumkan Tuan Taufik sebagai pembeli yang menggantikan Tuan Teguh.
Berdasarkan adendum PPJB tersebut Tuan Taufik akan meneruskan cicilan yang sudah
dibayar oleh Tuan Teguh. Jadwal cicilan selanjutnya yang harus dibayar oleh Tuan Taufik
jatuh tempo pada tanggal 1 Oktober 2016.
PMK261/PMK.03/2016

Contoh 5
PPh yang harus dibayar oleh masing-masing pihak adalah:
Penghasilan atas 8 kali cicilan yang sudah dibayar berdasarkan PPJB antara PT Developer Maju dan Tuan
Teguh terutang PPh berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 1994 s.t.d.t.d PP Nomor 71 Tahun 2008. PPh
terutang untuk masing-masing cicilan sebesar 5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00 wajib dibayar ke
Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah bulan
diterimanya pembayaran.
PPh terutang atas penghasilan dari perubahan PPJB yang diterima oleh Tuan Teguh pada tanggal 7
September 2016 sebesar 2,5% x Rp450.000.000,00 = Rp11.250.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh
Tuan Teguh paling lambat tanggal 17 Oktober 2016 (Tanggal 15 Oktober dan 16 Oktober merupakan hari
libur sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya). → seharusnya sebelum terjadinya
adendum (paling lambat 7 September 2016)
Penghasilan atas 4 kali cicilan yang dibayar oleh Tuan Taufik kepada PT Developer Maju mulai tanggal 1
Oktober 2016 terutang PPh masing-masing sebesar 2,5% x Rp50.000.000,00 = Rp 1.250.000,00 yang
wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya
setelah bulan diterimanya pembayaran.
PP Nomor 41 Tahun 1994 s.t.d.d. PP Nomor 14 Tahun 1997

PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK


Pendiri adalah orang pribadi atau badan namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau
tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka penawaran umum perdana ("initial public offering") menjadi efektif
Termasuk pengertian pendiri adalah OP/badan yang menerima pengalihan saham karena hibah, warisan, cara lain yang
tidak dikenakan PPh

saham yang dimiliki oleh mereka yang termasuk kategori "pendiri"

Saham Pendiri saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi agio yang
dikeluarkan setelah penawaran umum perdana ("initial public offering")
saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.

saham yang berasal dari dividen saham


Bukan Saham dividen yg diperoleh stlh IPO yg berasal dari right issue, waran,
Pendiri konversi
saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksa Dana
PENJUALAN SAHAM DI BURSA
EFEK
Saham Pendiri
sell
Pemotong

Potong Bursa
Nilai transaksi 0,1%
WPDN penjualan

PPh Pasal 4 (2) tambahan = WP boleh memilih menggunakan


0,5% x harga saham pada saat penawaran umum perdana tarif Pasal 17 utk menghitung PPh
atas capital gain

Disetor selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham


perusahaan tersebut diperdagangkan di bursa efek
KMK 282/KMK.04/1997

PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK


PEMOTONG, SAAT PEMOTONGAN, SAAT SETOR, SAAT LAPOR

Saat pemotongan Saat pelunasan transaksi Penyelenggara bursa efek

0,1% :
Paling lama tgl 20 bulan berikutnya
Penyelenggara bursa efek
Saat setor Tambahan saham pendiri 0,5% :
Emiten
Paling lama 1 bulan stlh saham
diperdagangkan di bursa efek

0,1% :
Paling lama tgl 25 bulan berikutnya Penyelenggara bursa efek
Saat lapor Tambahan saham pendiri 0,5% : Emiten
Paling lama tgl 20 bulan berikutnya
setelah bulan penyetoran
DIVIDEN DITERIMA WP OP PP 19/2009; PMK 111/PMK.03/2010

DN
i vi den
Potong D
20%/
tax treaty

WPLN

Termasuk dividen:
Potong Dividen Pembagian SHU
10%
koperasi

WP
BADAN
WPOP
DN Tarif PPh Pasal 23
atau Bukan Objek
PT/ Dividen
Pembagi Dividen
DIVIDEN DITERIMA WP OP PMK 111/PMK.03/2010

DN

Saat saat disediakan untuk dibayarkan


terutang Perusahaan tdk go public : saat pengumuman dividen atau ditentukan dalam RUPS
Perusahaan go public : tgl penentuan kepemilikan pemegang saham (tgl pencatatan)
Penjelasan Pasal 15 ayat (3) PP 94/2010

Saat setor Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya

Saat lapor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya


PP 15/2009; PMK 112/PMK.03/2010

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH


KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG
PRIBADI
Bung
Potong bulan a Simpan
0% ≤Rp2 an
40.0 per
00,00

Potong Bu
per b nga Sim
10% ulan p
>Rp2 anan
40.00
0,0 0

a suk
ak term anan
WPOP Tid a simp kan
g a
bun merup U
g
Simpanan yan gian SH
KOPERASI ba
PMK 112/PMK.03/2010
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH
KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI
ORANG PRIBADI

Saat terutang Saat pembayaran

Saat setor Paling lambat tgl 10 bulan berikutnya

Saat lapor Paling lambat tgl 20 bulan berikutnya


PP 15/2009

Contoh
Contoh perhitungan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan:
1. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 240.000,00 untuk masa Januari, maka PPh
terutang 0% x Rp 240.000,00 = Rp 0,00
2. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp 245.000,00 untuk masa Januari, maka PPh
terutang 10% x Rp 245.000,00 = Rp24.500,00
3. Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp 500.000,00 dengan rincian:
Bulan Januari RP 250.000,00
Bulan Februari RP 150.000,00
Bulan Maret RP 100.000,00
Maka yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari sebesar
10% x Rp 250.000,00 = Rp 25.000,00 dan untuk bulan Februari dan Maret RP 0,00
PMK Nomor 79/PMK.03/2008
SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA
TETAP

yang terletak atau


seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berada di Indonesia,
berstatus hak milik atau hak guna bangunan; atau dimiliki, dan
dipergunakan untuk
Revaluasi mendapatkan, menagih,
seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah dan memelihara
penghasilan yang
merupakan Objek Pajak
PMK-79/PMK.03/2008
PER-12/PJ/2009
Nilai Asset Nilai Asset
berdasarkan Nilai berdasarkan Nilai
Pembayaran dilakukan
Buku Fiskal Pasar paling lambat 15 hari
setelah SK diterbitkan

Persetujuan Kepala
Kanwil DJP
10% x
selisih
lebih
WP
Badan/ Berlaku
BUT 5 tahun
(Rupiah
)
PMK Nomor 79/PMK.03/2008
SELISIH LEBIH REVALUASI AKTIVA
TETAP
Perlakuan Aktiva Tetap setelah revaluasi

Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali
adalah nilai pada saat penilaian kembali

Masa manfaat disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tetap

Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap

Tidak dapat dilakukan revaluasi kembali sebelum lewat jangka waktu 5 tahun
SELISIH LEBIH REVALUASI
AKTIVA TETAP
PMK Nomor 257/PMK.011/2011
PENGHASILAN KONTRAKTOR USAHA HULU MIGAS
BERUPA UPLIFT/IMBALAN SEJENIS DAN PENGHASILAN
KONTRAKTOR DARI PENGALIHAN PARTICIPATING
INTEREST

Penghasilan Dalam Rangka


Kontraktor Kerja Sama Minyak dan Kontrak Bagi Hasil
Gas Bumi
adl badan usaha atau bentuk usaha
tetap yang ditetapkan untuk Penghasilan Dalam Rangka
melakukan eksplorasi dan Kontrak Jasa
eksploitasi pada suatu wilayah kerja
berdasarkan kontrak kerja sama
dengan Badan Pelaksana Penghasilan Lain di Luar Kontrak
Kerja Sama
Penghasilan lain di luar kontrak kerja sama

Uplift/Imbalan Sejenis
imbalan yang diterima oleh kontraktor
sehubungan dengan penyediaan dana talangan
untuk pembiayaan operasi Kontrak Bagi Hasil
yang seharusnya merupakan kewajiban partisipasi
kontraktor lain, yang ada dalam satu kontrak kerja
sama, dalam pembiayaan

Pengalihan Participating Interest


hak dan kewajiban sebagai kontraktor kontrak
kerja sama, baik secara langsung maupun tidak
langsung pada suatu wilayah kerja untuk
pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi
UPLIFT/IMBALAN SEJENIS
Saat terutang:
Saat dibayar atau diakui sbg biaya mana yg lbh dahulu

H
Pro asil
50% duk
si
PT
A
pengembali Potong 20% x
an jml bruto

PT
B
50%
o du ksi
l Pr
Hasi
100%
PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST Jumlah bruto:
Sesungguhnya diterima/diperoleh
Seharusnya diterima/diperoleh dlm hal
ada hub istimewa

Masa
eksploitasi Potong 7%
50% x jml bruto

dialihkan
50%
PSC

Masa Potong 5%
Saat terutang: x jml bruto
Saat pembayaran, saat pengalihan, atau eksplorasi
saat persetujuan oleh Menteri ESDM mana
yg lebih dahulu
PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST
Eksplorasi

tidak mengalihkan seluruh


Participating Interest yang dimilikinya melakukan kewajiban pengalihan
telah dimiliki lebih dari 3 (tiga) tahun Participating Interest sesuai kontrak
telah dilakukan Eksplorasi dan kerja sama kepada perusahaan
Kontraktor telah mengeluarkan nasional
investasi
tidak dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan

Eksploitasi
PMK 257/PMK.011/2011

Contoh 1 (Uplift)
Alpha Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan di negara X.
Beta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan gas bumi, yang didirikan di
negara Y.
Pada tahun 2004 Alpha Ltd. dan Beta Pty. Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Arjuna di laut Jawa. Alpha
Ltd. membentuk Alpha Arjuna Ltd. di negara Z (bukan negara mitra P3B) dan Beta Pty. Ltd. membentuk Beta Arjuna
Ltd. di negara Z. Kedua perusahaan kemudian membentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan mendaftarkannya di Kantor
Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. Masing-masing BUT memegang 50% interest di blok migas Arjuna.
Jika dalam kontrak kerja sama migas disebutkan bahwa apabila salah satu Kontraktor mengalami kesulitan keuangan
dan atas kewajiban partisipasinya tersebut ditalangi terlebih dahulu oleh Kontraktor lain, maka Kontraktor yang
meminta dana talangan akan membayar Uplift kepada Kontraktor yang memberikan dana talangan.
BUT Beta Arjuna Ltd. mengalami masalah likuiditas keuangan sehingga biaya untuk kegiatan Eksplorasi pada tahun
2004 sampai dengan 2010 ditalangi oleh BUT Alpha Arjuna Ltd.. Pada tahun 2011 Blok Arjuna memasuki tahap
produksi. Atas dana talangan tersebut, BUT Alpha Arjuna Ltd. mendapatkan imbalan berupa Uplift dari BUT Beta
Arjuna Ltd. sebesar US$10,000,000.00 yang dibayarkan pada bulan Desember 2012.
PMK 257/PMK.011/2011

Contoh 1 (Uplift)
Berdasarkan informasi tersebut, penghitungan PPh final atas penghasilan berupa Uplift yang diterima BUT Alpha
Arjuna Ltd. adalah sebagai berikut:
PPh final = 20% x US$10,000,000.00 = US$2,000,000.00
(dipotong oleh BUT Beta Arjuna Ltd., dan BUT Beta Arjuna Ltd. wajib memberikan bukti potongnya kepada BUT Alpha
Arjuna Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi PPh final yang berasal dari Uplift
adalah sebagai berikut:
Penghasilan Uplift = US$ 10,000,000.00
Biaya yg terkait langsung dengan Uplift = US$ 2,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 8,000,000.00
PPh final = US$ 2,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) atas penghasilan Uplift = US$ 6,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang =(20%xUS$6,000,000.00) = US$ 1,200,000.00
PMK 257/PMK.011/2011

Contoh 2 (pengalihan participating interest)


Charlie Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak dan
gas bumi, yang didirikan di negara X.
Delta Pty. Ltd. adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan minyak
dan gas bumi, yang didirikan di negara Y. Delta Pty. Ltd. membentuk Special
Purpose Vehicle (SPV) Company Delta Pty. Ltd. di negara Z dan mendaftarkan BUT
Delta Pty. Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua.
Pada tahun 2009, Charlie Ltd. memenangkan tender penawaran blok migas Bima di
laut Jawa. Charlie Ltd. membentuk Charlie Bima Ltd. di negara Z dan mendaftarkan
BUT Charlie Bima Ltd. di Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. BUT
Charlie Bima Ltd. menandatangani kontrak dengan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) pada tahun 2009 dan memegang 100%
interest di blok Bima. Negara X, Y, dan Z adalah negara bukan mitra P3B.
PMK 257/PMK.011/2011

Contoh 2 (pengalihan participating interest)


Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksplorasi
Pada tahun 2011, BUT Charlie Bima Ltd. mengalihkan 50% interest di blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd., dengan
nilai transaksi sebesar US$20,000,000.00.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang oleh BUT Charlie Bima Ltd. adalah sebagai berikut:
PPh final = 5% x US$20,000,000.00 = US$1,000,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut:
Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00
Biaya yang telah dikeluarkan = US$ 16,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 4,000,000.00
PPh final = US$ 1,000,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 3,000,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$3,000,000.00) = US$ 600,000.00
PMK 257/PMK.011/2011

Contoh 2 (pengalihan participating interest)


Pengalihan Participating Interest scr langsung – masa eksploitasi
Blok migas Bima telah berproduksi pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 BUT Charlie Bima Ltd. mengalihkan lagi 10% interest di
blok Bima kepada BUT Delta Pty. Ltd. dengan nilai transaksi sebesar US$20,000,000.00.
PPh final = 7% x US$20,000,000.00 = US$1,400,000.00 (dipotong oleh BUT Delta Pty. Ltd.)
Perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) sebagai berikut:
Penghasilan dari pengalihan Participating Interest = US$ 20,000,000.00
Biaya yang telah dikeluarkan
(tidak termasuk biaya-biaya yang sudah dikembalikan oleh Pemerintah) = US$ 14,400,000.00
Penghasilan Kena Pajak = US$ 5,600,000.00
PPh final = US$ 1,400,000.00
DPP PPh Pasal 26 ayat (4) = US$ 4,200,000.00
PPh Pasal 26 ayat (4) terutang (20%xUS$4,200,000.00) = US$ 840,000.00
PMK 257/PMK.011/2011

Contoh 2 (pengalihan participating interest)


Pengalihan Participating Interest scr tidak langsung/pengalihan saham – masa eksploitasi
Pada tahun 2017, Charlie Ltd. mengalihkan 30% interest di Blok Bima melalui penjualan 100% saham
Charlie Bima Ltd. kepada Gama Pty. Ltd. dengan nilai transaksi US$20,000,000.00. Dengan demikian
Gama Pty. Ltd. memiliki 30% interest di blok Bima melalui Charlie Bima Ltd. (SPV company).
Atas transaksi penjualan saham tersebut termasuk dalam pengertian pengalihan interest secara tidak
langsung karena yang diperjualbelikan adalah interest di Blok Bima. Meskipun secara formal transaksi
tersebut adalah pengalihan saham namun secara substansi transaksi tersebut adalah pengalihan interest
(substance over form).
[ latar belakang ]
 Kemudahan dan kesederhanaan → PPh final
 Pemberlakuan jangka waktu dimaksudkan untuk masa pembelajaran
untuk menyelenggarakan pembukuan sebelum dikenai PPh dengan tarif
umum
 Mendorong masyarakat untuk berperan serta dalam perekonomian
formal → penyesuaian tarif
 Memberikan keadilan bagi WP yang telah mampu menyelenggarakan
pembukuan dengan cara memberikan pilihan pengenaan PPh (final 0,5%
atau dengan tarif umum)
[ Dasar Hukum ]
 Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh :
Penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai pajak bersifat final

 Pasal 17 ayat (7) UU PPh :


Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak
tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1)
[ contoh 1 ]
[ contoh 1 ]
[ contoh 2 ]
[ contoh 3 ]
[ contoh ]
Uang yang diterima/diperoleh sebelum dikurangi potongan penjualan,
potongan tunai, dan/atau potongan sejenis
[ contoh 1 ]
[ contoh 2 ]
[ contoh 3 ]
[ contoh 4 ]
[ contoh ]
1 Juli 2018
[ contoh ]
[ contoh ]
PP 23 setelah UU HPP
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai