Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

PERPAJAKAN

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Ekonomi dan Bisnis Manajemen F041700007 Riska Rosdiana, SE., M.Si

Materi Kompetensi
Mampu memaham menjelaskan dan Mahasiswa dapat memaham menjelaskan
menghitung PPh Pasal 4 Ayat (2) dan menghitung PPh Pasal 4 Ayat (2)
Pajak Penghasilan Pasal Pasal 4 Ayat (2)
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan, Undang-undang
memberikan mandat kepada Pemerintah untuk mengenakan PPh final atas penghasilan-
penghasilan tertentu. Berdasarkan ketentuan ini Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah untuk mengenakan PPh final atas penghasilan tertentu dengan pertimbangan
kesederhanaan, kemudahan, serta pengawasan.Pengenaan PPh Final sebagian berasal dari
ketentuan Pasal 4 ayat (2) ini. Namun demikian, ada juga pengenaan PPh final berdasarkan
Pasal lain yaitu Pasal 15, Pasal 19, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 26 Undang-undang
PPh.
Pemajakan atas jenis penghasilan tertentu diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh . PPh
terutang dihitung dengan menerapkan tarif tertentu (tarif tunggal) terhadap penghasilan bruto
dan bersifat final.

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Deposito Dan Tabungan, Dan
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di atur dengan peraturan
pemerintah No. 131 tahun 2000. Menurut PP No 131 tahun 2000, atas penghasilan
berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang
diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan BUT dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final. Besarnya PPh yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto.
PPh (final) = 20% x Bruto
 

1. PPh atas bunga deposito

Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank.

Contoh :

Pada tanggal 1 Januari 2008 Tuan Budi menyimpan uang di Bank Mandiri berbentuk
depositosebesar 100.000.000 dengan tingkat suku bunga 12 % per tahun, kesepakatan

2021 Perpajakan
2 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
penarikan antara Tuan Budi dan pihak bank yaitu 1 tahun yaitu pada 1 Januari 2009,
sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar  1.000.000.

Atas bunga sebesar 1.000.000 dipotong PPh Pasal 4 (2) sebesar : 1.000.000 x 20 % =
200.000

Uang yang diterima tuan budi dari bunga deposito per bulan sebesar :

1.000.000-200.000 = 800.000

2. PPh atas bunga tabungan

Bapak Budi pempunyai tabungan di Bank Mandiri. Sehingga Bapak Budi


memperoleh bunga atas tabungan total sebesar Rp. 30.000.000 per bulan. Pajak yang
dikenakan atas penghasilan berupa bunga tersebut yaitu :\

20% x Rp. 30.000.000,00 = Rp. 6.000.000,00

3. PPh atas Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

Diskonto adalah Jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present value)
dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat bunga nominal
lebih rendah dari tingkat bunga efektif.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank


Indonesia . SBI merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia
sebagai bank sentral untuk melakukan operasi pasar terbuka. Bank Indonesia
mengeluarkan SBI untuk menyerap kelebihan uang yang beredar.

Penghasilan berupa imbalan atau penghasilan sejenis lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun dari Sertifikat Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah.

Contoh :

Tahun 2011 Tuan Budi membeli surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia
senilai Rp 20.000.000, kemudian pada tahun 2013 dijual kepada Tuan Amin senilai
Rp. 22.000.000. Maka Tuan budi mendapat bruto sebesar Rp. 2.000.000,00 tersebut.

20% x Rp. 2.000.000 = Rp. 400.000

2021 Perpajakan
3 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sedangkan wajib pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap, biasanya PPh yang
dipotong adalah 20% dari jumlah bruto atau tarif berdasarkan perjanjian
penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.

Potongan PPh ini tidak dilakukan terhadap :

1. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

2. Bunga deposito dan tabungan serta Sertifikat bank Indonesia, sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp.
7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang pecah-pecah.

3. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
dana pensiun yang pendirianya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintan dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana,atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Catatan :

Bagi wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang seluruh penghasilanya
(termasuk bunga dan diskonto) dalam satu tahun pajak tidak melebihi Panghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP), atas pajak yang telah dipotong dapat diajukan
permohonan restitusi.

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Atau Diskonto Obligasi Yang
Dijual Di Bursa Efek
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga atau diskonto obligasi
yang dijual di bursa efek diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2002. Menurut PP
No. 6 tahun 2002, atas penghasilan yang diterima wajib pajak berupa bunga dan diskonto
obligasi yang diperdagangkan dan atau dilaporkan di bursa efek dikenakan Pajak Penghasilan
yang bersifat final. Besarnya pajak penghasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Atas bunga obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebesar :

2021 Perpajakan
4 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a. 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT (Bentuk Usaha Tetap), BUT
adalah bentuk usaha Tidak kurang dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia.
b. 20% atau tarif sesuai dengan ketentuan persetujuan penghindaran pajak
berganda (P3B) yang berlaku, bagi wajib pajak penduduk/berkedudukan di
luar negri. Perjanjian penghindaran pajak berganda antara dua negara bilateral
yang mengatur mengenai pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang
diperoleh atau diterima  oleh  penduduk  dari  salah  satu  atau  kedua  negara 
pihak  pada persetujuan (both contracting states).
Dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period)
obligasi.
2. Atas diskonto obligasi dengan kupon sebesar :
a. 20% atau tarif sesuai ketentuan persetujuan penghindaran pajak berganda
(P3B) yang berlaku, bagi wajib pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri
b. 20% atau tarif sesuai ketentuan Penghindaraan Pajak Berganda (P3B) yang
berlaku bagi Wajib Pajak penduduk/berkedudukan diluar negeri.
Dari selisih harga jual obligasi atau nilai nominal di atas harga perolehan
obligasi, tidak termasuk bunga berjalan.
3. Atas diskonto obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) sebesar:
a. 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT (Bentuk Usaha Tetap)
b. 20% atau tariff sesuai dengan ketentuan persetujuan perhindaran pajak
berganda yang berlaku bagi wajib pajak penduduk/berkendudukan di luar
negeri.
Dari selisih harga jual atau nilai nominal diatas harga perolehan obligasi.

PPh (final) = 20% x Bruto

Diperbarui :
1. Bunga Obligasi dengan kupon, tarif untuk WPDN/BUT 15%, WPLN 20% dari bruto

2021 Perpajakan
5 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Diskonto obligasi dengan kupon, tarif untuk WPDN/BUT 15%, WPLN 20% dari
selisih harga jual
3. Diskonto obligasi tanpa bunga, tarif untuk WPDN/BUT 15%, WPLN 20% dari selisih
harga jual
4. Bunga/diskonto diterima reksadana, tahun 2009-2010 = 0% (bebas), tahun 2011-2013
= 5%, mulai 2014 =15%. Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal
bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi
yang tersedia di Pasar modal baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun
efek/sekuriti lainnya
Contoh untuk Bunga Obligasi dengan kupon :
PT Sukses pada 1 Juli 2002, menerbitkan obligasi dengan kupon yang jangka waktunya 5
tahun. Nilai nominal Rp. 10.000.000,- Bunga tetap 12 % per tahun, jatuh tempo bunga 31
Desember. Saat penerbitan perdana, PT STAN (investor) membeli 10 lembar obligasi.
Penghitungan bunga dan PPh final yang terutang oleh PT STAN pada saat jatuh tempo
bunga 1 tahun adalah :
Bunga = (12% x Rp 10.000.000) x 10lembar x 5thn = Rp. 60.000.000
PPh Final = 20% x Rp. 60.000.000 = Rp. 12.000.000 (dipotong oleh emiten ataukustodian
yang ditunjuk sebagai agen pembayar)
Catatan:
Atas bunga atau diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh wajib pajak:
1. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
2. Dana pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
3. Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) selama 5
tahun pertama sejak pendirian atau pemberian izin usaha
Tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Sewa Tanah Dan/Atau Bangunan


Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah dan atau bangunan
diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 2002.Menurut ketentuan tersebut penghasilan berupa sewa
tanah dan atau bangunan dikenakan Pph bersifat final. Besarnya Pph yang dipotong adalah
sebesar 10% baik atas penghailan yang diterima oleh Wajib Pajak badan maupun orang
pribadi dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan.

2021 Perpajakan
6 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pph (final)= 10% x bruto
 
 

Contoh:
PT.BDS menyewa sebuah ruko dari tuan Wibawa untuk dijadikan kantor dengan nilai
sewa sebesar Rp. 40.000.000,00 per bulan. Pph pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. BDS
adalah :
10% x Rp. 40.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00

PPh Final Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Atau Bangunan
1. Wajib pajak orang pribadi dan yayasan atau organisasi yang sejenis yang mengalihkan hak
atas tanah dan atau bangunan wajib membayar Pph Final 5% dari jumlah Bruto Nilai
Pengalihan (nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta jual beli/pengalihan dan NJOP tanah
& bangunan sesuai SPPT PBB).
2. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang jumlah penghasilannya melebihi penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP), apabila melakukan pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan yang
jumlah brutonya kurang dari Rp. 60.000.000,00 penghasilan yang diperoleh dari pengalihan
tersebut merupakan objek Pajak Penghasilan dan pajak penghasilan terutang yang bersifat
final sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan, wajib dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
dengan Surat Setoran Pajak Final sebelum akhir tahun pajak yang bersangkutan, kecuali
penghasilan yang diperoleh dari pengalihan penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak,
penyerahan hak, atau cara lain kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.
3. Atas transaksi penghasilan hak atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan Wajib Pajak
Badan Yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan di luar kegiatan usaha
pokok, diwajibkan meyetor Pph 5% melalui bank persepsi. Setoran Pph tersebut tidak bersifat
final, sehingga merupakan angsuran Pph dalam tahun berjalan yang dapat dikreditkan.

Pph (Final) = 5% x Bruto


 

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan termasuk koperasi
yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanh dan atau bagunan,

2021 Perpajakan
7 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengenaan Pajak Penghasilannya berdasarkan ketentuan umum Pasal 16 ayat (1) dan pasal 17
UU Pph. Dengan demikian, kewajiban pembayaran Pajak Penghasilan dalam tahunberjalan
terutang dan dilaksanakan sendiri berdasarkan ketentuan Pasal 25.

Contoh :
Pada tahun 2000 Bapak Herman membeli tanah Tanah seluas 50m persegi senilai Rp.
60.000.000,00. Pada tahun 2009 terjual dengan harga Rp. 115.000.000,00
Diket Bruto Bapak Herman Rp. 115.000.000,00 – Rp. 60.000.000,00 = Rp. 55.000.000,00
5% x 55.000.000,00 = Rp. 2.750.000,00

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Usaha Jasa Konstruksi


Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi diatur
dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008. Berikut ini adalah beberapa pengertian
menurut PP No.51 Tahun:
1. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konstruksi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi.
2. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujutkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
3. Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesiona dibidangl perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujutkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
4. Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa konstruksi yang g mampu
menyelenggarakan kegiatan untuk mewujutkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk
bangunan bentuk fisik lain,termasuk didalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi
penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan
pembangunan (engineering,proturement and contruction) serta model penggabungan
perencanaan dan pembangunan (design and build).
5. Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional dibidang pengawasan konstrusi,yang mampu

2021 Perpajakan
8 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melaksanakan pekerjaan pengawasan jasa konstrusi sejak awal pelaksanaan pekerjaan
konstrusi sampai selesai dan diserahterimakan.
6. Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk tetap, yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi,
pelaksana konstruksi dan pengawasan kostruksi maupun sup-supnya.

Atas penghasilan daru usaha jasa konstruksi dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final .
Besarnya PPh yang dipotong adalah sebagai berikut:

Golongan Besar Golongan Menengah Golongan Kecil

Kualifikasi Gred 4  Kualifikasi Gred 3   Kualifikasi Gred 2

Nilai Pekerjaan/Nilai Nilai Pekerjaan/Nilai Nilai Pekerjaan/Nilai


Proyek Proyek Proyek

Kualifikasi Gred 4 dapat Kualifikasi Gred 3 dapat Kualifikasi Gred 2 dapat


melaksanakan pekerjaan melaksanakan pekerjaan melaksanakan pekerjaan
dengan batasan nilai dengan batasan nilai dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) pekerjaan (nilai proyek) pekerjaan (nilai proyek)
diatas Rp. 400 juta sampai diatas Rp. 400 juta sampai sampai dengan Rp. 400 juta
tidak terbatas dengan Rp. 1 milyar Bentuk Badan Usaha
Bentuk Badan Usaha Bentuk Badan Usaha Badan usaha untuk
Badan usaha untuk Badan usaha untuk kualifikasi Gred 2 dapat
kualifikasi Gred 4 harus kualifikasi Gred 3 harus berbentuk Perseroan
berbentuk Perseroan berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma,
Terbaras (PT), termasuk Terbatas (PT), tidak Kopereasi atau Perseroan
badan usaha PT-PMA termasuk badan usaha PT- Terbatas (PT), tidak
PMA termasuk badan usaha PT-
PMA
Persyaratan Tenaga Ahli
Persyaratan Tenaga Ahli Persyaratan Tenaga Ahli
Memiliki SKA minimal ahli
madya untuk PJT dan SKA Memiliki SKA minimal Memiliki SKA minimal ahli

minimal ahli muda untuk ahli madya untuk PJT dan madya untuk PJT dan SKA

PJB SKA minimal muda untuk

2021 Perpajakan
9 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PJT minimal muda untuk PJT

1.     
PPh(final)=2% x Jumlah jasa
 
2% (dua persen) untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
memiliki kualifikasi usaha kecil;

2.     
PPh(final)=4% x Jumlah jasa
 
4% (empat persen) untuk pelaksanaan kontruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha;

3.      3% (tiga persen) untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
memiliki kualifikasi usaha besar/menengah;

PPh(final)= 3% x Jumlah jasa


 
 
4.     
PPh(final)= 4% x Jumlah jasa
 
4% untuk perencanaan kontruksi atau pengawasan kontruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha;

5.     
PPh(final)= 6% x Jumlah jasa
 
6% untuk perencanaan kontruksi atau pengawas kontruksi yang dilakukan oleh penyedia
jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;

Pajak penghasilan atas jasa konstruksi :


Ø  Dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa merupakan
pemotong pajak; atau
Ø  Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong
pajak.
Contoh :

2021 Perpajakan
10 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
CV Polan merupakan pelaksana usaha konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha kecil,
menerima penghasilan atas jasa kosntruksi yang diserahkannya ke Dinas Pendidikan kota A
sebesar Rp500.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong Dinas
Pendidikan Kota A atas penghasilan yang diterima CV Polan yaitu :

2% x Rp500.000.000,- = Rp10.000.000,-

Pajak Penghasilan Atas Hadiah Undian


Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa hasiah undian di atur dalam
peratiran pemerintah No. 132 Tahun 2000. Menurut ketentuan peraturan tersebut penghasilan
berupa undian dengan nama dan dalam bentuk apapun dipotong atau dipungut pajak
penghasilan yang bersifat final. Besarnya pajak penghasilan yang wajib dipotong atau
dipungut adalah sebesar 25% dari jumlah bruto hadiah undian.
 

PPh(final)= 25% x Bruto


 
Contoh :
PT. Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan undian dengan
hadiah berupa uang tunai senilai Rp. 100.000.000,00. PPh pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh
PT. Dipta adalah :
25% x Rp. 100.000.000,00 = 25.000.000,00

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak


Berjangka yang Diperdagangkan di Bursa
Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai Pajak Penghasilan
yang bersifat final. Yang dimaksud dengan “transaksi derivatif’ adalah transaksi yang
didasari pada kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai
instrumen yang mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti, dan indeks, baik
yang diikuti dengan pergerakan maupun tanpa pergerakan dana atau instrumen. Yang
dimaksud dengan “kontrak berjangka” adalah suatu perjanjian termasuk kontrak standar
untuk membeli atau menjual sejumlah efek atau komoditi yang jumlah, mutu, jenis, tempat,
dan waktu penyerahan di kemudian hari telah ditetapkan. Yang dimaksud dengan “bursa”

2021 Perpajakan
11 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
adalah bursa efek dan bursa berjangka di Indonesia yang menyelenggarakan transaksi kontrak
berjangka. 

Besarnya Pajak Penghasilan transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang


diperdagangkan di bursa adalah sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari margin awal.
Yang dimaksud dengan “margin awal” adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus
ditempatkan oleh pialang berjangka atau anggota bursa pada lembaga kliring dan penjamin
untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka. Yang dimaksud dengan “lembaga
kliring dan penjamin” adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan transaksi di bursa, termasuk
lembaga kliring dan penjamin berjangka.

Lembaga kliring dan penjamin wajib memungut Pajak penghasilan sebagaimana


dimaksud diatas pada saat menerima penyetoran margin awal oleh pialang berjangka atau
anggota bursa. Lembaga kliring dan penjamin wajib menyetor seluruh pajak yang dipungut
sebagaimana dimaksud diatas kepada kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan. Lembaga kliring dan penjamin wajib menyampaikan laporan pemungutan dan
penyetoran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud diatas kepada Kantor Pelayanan Pajak.

Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi derivitif berupa kontrak
berjangka yang diperdagangkan di bursa diatur dalam peraturan pemerintah No. 17 Tahun
2009. Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh oleh orang pribadi atau badan dari
transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai pajak
penghasilan yang bersifat final sebesar 2.5% dari margin awal.
PPh(final)= 2,5% x Margin Awal
 

Contoh :
Misalnya, A dan B membuat kontrak pada 1 Januari 2008. A akan menjual US$ 1 juta dengan
kurs Rp 9.600 per US$ kepada B pada 30 Juni 2008. A dan B sepakat memeberikan uang
sebesar Rp. 60.000.000 kepada badan usaha lembaga kliring dan penjamin. Maka Pphnya
yaitu?
PPh(final)= 2,5% x Rp. 60.000.000 = Rp. 1.500.000

Pajak Penghasilan Atas Penghasilan saham di bursa efek


Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan

2021 Perpajakan
12 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut. Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan
dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa itu. Berikut
rumus perhitungan Pphnya :
 

PPh(final)= 0,1% x Bruto


 
Contoh :
Pada dasarnya,batasan minimal atau jumlah nominal membeli saham tidak ada tapi di Bursa
Efek Indonesia pembelian minimal 500 lembar atau 1 lot.
Misalnya harga saham perusahaan XYZ senilai Rp. 100 maka dana minimal yang dibutuhkan
untuk membeli satu lot sama dengan Rp. 50.000 ( 500 lembar dikali Rp. 100). Perusahaan
XYZ mendapatkan bruto Rp. 20.000. Maka Pphnya yaitu :
PPh (final) = 0.1% x Rp. 20.000 = Rp. 20

Pajak Penghasilan Atas Penjualan saham perusahaan modal ventura


Modal ventura adalah merupakan suatu investasi dalam bentuk pembiayaan berupa
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai pasangan usaha (investee
company) untuk jangka waktu tertentu. Berikut perhitungan Pphnya :
 

PPh(final)= 0,1% x Bruto


 
Contoh :
Tuan Basri menginvestasikan modal sebesar Rp. 90.000.000 ke perusahaan swasta baru
berdiri yaitu pweusahaan ABC. Setahun kemudian perusahaan tersebut berkembang pesat,
sehingga Tuan Basri memperoleh bruto sebesar Rp. 50.000.000. Maka Pphnya yaitu :
PPh (final) = 0,1 x Rp. 50.000.000 = Rp. 50.000

Pajak Penghasilan Atas Bunga simpanan koperasi

Bunga simpanan koperasi kepada anggota lebih dari Rp 240.000 per bulan PPh terutang
yaitu :

2021 Perpajakan
13 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PPh(final)= 10% x Bruto
 
 

Contoh :

Sebuah koperasi simpan pinjam di lingkungan tertentu mempunyai 30 anggota, tiap anggota
mendapatkan bunga tiap bulannya sebesar Rp. 3.000.000. jadi PPh pasal 4 ayat 2 yaitu
PPh (final) = 10% x Rp. 3.000.000
= Rp. 300.000

DAFTAR OBJEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN

Obyek Dasar
Tarif Sifat
PPh Pasal 4 ayat (2) Perhitungan 
1. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI 20% (untuk Jumlah Bruto Final
Dasar Hukum : PP No. 131 Tahun 2000 WPDN & Bunga
BUT)
Pengecualian: 20% atau
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto Tarif P3B
SBI sepanjang jumlah deposito dan tabungan (untuk
serta SBI tersebut tidak melebihi Rp WPLN)
7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah
yang dipecah-pecah.
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau
diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia.
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto
SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun
yang telah disahkan Menteri Keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari sumber
pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992
Tentang Dana Pensiun.

2021 Perpajakan
14 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk
Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhada, kapling siap
bangun untuk rumah sederhana dan sangat
sederhana, atau rumah susun sederhana
sepanjang untuk dihuni sendiri.

2. Transaksi Saham Di Bursa Efek


Dasar Hukum : PP No. 41 Tahun 1994 jo.
PP No. 14 Tahun 1997
a. Bukan Saham Pendiri 0,1% X  Nilai Transaksi
(0,1% X Nilai Transaksi) +
(0,5% X nilai saham pasar
Final
b. Saham Pendiri saat Penawaran Umum
Perdana (IPO))

3. Bunga atau Diskonto Obligasi yang Final


Diperdagangkan di Bursa Efek
Dasar Hukum : PP No. 16 TAHUN 2009

Bunga Obligasi dengan kupon (interest bearing


a.
bond)
1. WP DN & BUT 15 %  Jumlah bruto
20 % atau bunga sesuai
Tarif dengan masa
2. WP LN selain BUT
berdasarkan kepemilikan
P3B obligasi

b. Diskonto Obligasi dengan kupon


1. WP DN & BUT 15 % Selisih lebih
2. WP LN selain BUT 20 % atau harga jual atau
Tarif nilai nominal di
berdasarkan atas harga

2021 Perpajakan
15 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
P3B
perolehan
obligasi, tidak
termasuk bunga
Diskonto Obligasi tanpa bunga (zero coupon
c.
bond)
1. WP DN & BUT 20 % Selisih lebih
harga jual atau
20 % atau
nilai nominal di
Tarif
2. WP LN selain BUT atas harga
berdasarkan
perolehan
P3B
obligasi

d. bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang


diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
1. untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 0% Jumlah bruto
2. untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 5% bunga sesuai
dengan masa
kepemilikan
obligasi /
Selisih lebih
3. untuk tahun 2014 dan seterusnya 15 % harga jual atau
nilai nominal di
atas harga
perolehan
obligasi

Pengecualian :
a. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau
pembentukannya telah disahkan oleh Menteri

2021 Perpajakan
16 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf h Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan
b. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia
4. Hadiah Undian
Jumlah Bruto
Dasar Hukum : PP No. 132 Tahun 2000 25% Final
Hadiah Undian
KEP-395/PJ./2001
5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Dasar Hukum : PP No. 29 Tahun 1996 jo. 10% Jumlah Bruto Final
   PP No. 5 Tahun 2002
6. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan
Dasar Hukum : PP No. 48 Tahun 1994 jo.
PP No. 27 Tahun 1996 jo.
PP No. 79 Tahun 1999 jo.
PP No. 71 Tahun 2008 
Jumlah Bruto Final
Wajib Pajak yang melakukan transaksi
a. 5% Nilai
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
Pengalihan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang mengalihkan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang jumlah Jumlah Bruto
b. bruto nilai pengalihannya kurang dari Rp. 60 jt 5% Nilai
namun penghasilan lainnya dalam 1 tahun Pengalihan
melebihi PTKP.
c. pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan 1% Jumlah Bruto
Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Nilai

2021 Perpajakan
17 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
Pengalihan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

7. Usaha Jasa Konstruksi


Dasar Hukum : PP No. 51 Tahun 2008 jo.
PP No. 40 Tahun 2009
Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
Penghasilan
a. oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi 2%
bruto
usaha kecil
Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
Penghasilan
b. oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki 4%
bruto
kualifikasi usaha
Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa Penghasilan
c. 3% Final
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf bruto
b
Jasa Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Penghasilan
d. Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa 4%
bruto
yang memiliki kualifikasi usaha
Jasa Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Penghasilan
e. Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa 6%
bruto
yang tidak memiliki kualifikasi usaha 
8. Penghasilan perusahaan modal ventura dari 0,1 % Jumlah Bruto Final
transaksi penjualan saham atau pengalihan Nilai Transaksi
penyertaan modal pada perusahaan pasangan Penjualan/
usahanya Pengalihan
Dasar Hukum : PP No. 4 Tahun 1995 Penyertaan
Modal
Syarat : 
a. merupakan perusahaan kecil, menengah, atau
yang melakukan kegiatan dalam sektor-sektor
usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
dan

2021 Perpajakan
18 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
di Indonesia.
9. Penghasilan dari transaksi derivarif berupa kontrak
2.5% Margin awal Final
berjangka yang diperdagangkan di bursa
10 Bunga simpanan koperasi kepada anggota lebih dari
10% Bruto Final
. Rp 240.000 per bulan PPh terutang

Daftar Pustaka
Abut S, Hilarius. 2005. Perpajakan 2005-2006. Jakarta: Diadit Media.
Anastasia Diana & Lilis Setiawati. “Perpajakan-Teori dan Peraturan Terkini”. ANDI.
Yogyakarta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi
Siti Kurnia Rahayu, 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia Buku I. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.

2021 Perpajakan
19 Riska Rosdiana, SE., M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai