BAHASA
INDONESIA
Modul 9
Tata Paragraf
Abstract Kompetensi
Setelah mempelajari materi pada (1) Mampu memahami kegunaan
bab ini diharapkan mahasiswa paragraf
dapat memahami dan (2) Mampu memahami berbagai
menggunakan paragraf serta macam paragraf
berbagai macam paragraf dan (3) Mampu memahami berbagai
syarat-syarat pembentukan syarat pembentukan paragraf
paragraf, letak kalimat utama dan (4) Mampu menentukan letak
pola pengembangan paragraf. kalimat utama
(5) Mampu menentukan pola
pengembangan paragraf
MODUL 9
TATA PARAGRAF
9.1 Standar Kompetensi :
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan menggunakan paragraf serta berbagai macam paragraf dan syarat-syarat
pembentukan paragraf, letak kalimat utama dan pola pengembangan paragraf.
9.2 Kompetensi Dasar :
(1) Mampu memahami kegunaan paragraf
(2) Mampu memahami berbagai macam paragraf
(3) Mampu memahami berbagai syarat pembentukan paragraf
(4) Mampu menentukan letak kalimat utama
(5) Mampu menentukan pola pengembangan paragraf
9.3 Indikator :
(1) Mampu menjelaskan pengertian paragraf
(2) Mampu menjelaskan kegunaan paragraf
(3) Mampu menjelaskan berbagai macam paragraf
(4) Mampu menjelaskan berbagai syarat pembentukan paragraf
(5) Kemampuan menentukan letak kalimat utama dalam paragraf
(6) Kemampuan menentukan pola pengembangan paragraf
9.4 Pengertian Paragraf
Oleh karena itu, sebuah pikiran tidak cukup hanya dituangkan dalam sebuah kalimat,
tetapi perlu juga untuk dikembangkan, sehingga jadilah kumpulan kalimat tersebut
1
Solihin, Hudori, K.A., dan Embay Sa’adah, Terampil Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta:Uhamka Press, 2003, 77.
Dari segi penglihatan, paragraf biasanya tampak sebagai penggalan naskah teks
karena biasanya baris pertama bertakuh atau berupa suatu unit yang dipisahkan
dengan perbedaan spasi. Kalimat pertama bertakuk ke dalam sebanyak lima ketukan
spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya, surat, dan delapan ketukan untuk jenis
karangan ilmiah formal, seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Kemudian,
paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat
pengembang yang berfungsi untuk menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan
pikiran utama yang ada dalam kalimat topik. Paragraf menggunakan pikiran penjelas
yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat-kalimat ini berisi detail-detail
kalimat topik.4 Jadi, paragraf sebenarnya bukanlah sekumpulan kalimat topik,
melainkan paragraf itu hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas.
2
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian,
Jakarta:Grasindo, 2009. 80.
3
R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:Erlangga, 2009, 102.
4
Widjono Hs, Bahasa Indonesia:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,
Jakarta:Grasindo, 2007, 174.
Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting.
Dengan paragraf tersebut, pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan
secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna, sehingga bermakna dan
dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Lebih jauh
daripada itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan, sehingga menjadi
lebih hidup, dinamis, dan energik, sehingga pembaca menjadi penuh semangat.
Artinya, paragraf mempunyai fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis
dan pembacanya.5 Untuk itu, agar paragraf memiliki fungsi startegis, berikut
kegunaan paragraf, yaitu; (1) dapat mengekspresikan gagasan secara tertulis
dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat
yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan, kemudian (2) dapat menandai
peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf
berarti ganti pikiran, (3) paragraf juga memudahkan pengorganisasian gagasan bagi
penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya, dan (4) memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil,
serta (5) dapat memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri
atas beberapa variabel.6
5
Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2010, 209.
6
Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 175.
7
Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 210.
Macam paragraf memang banyak ragamnya. Untuk membedakan antara yang satu
dengan lainnya, pembagian macam paragraf dapat dikelompokkan. Menurut posisi
kalimat topiknya, paragraf terdiri atas empat macam, yaitu; paragraf deduktif, paragraf
induktif, paragraf deduktif-induktif, dan paragraf penuh kalimat topik. Menurut sifat
isinya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf
narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi, dan menurut fungsinya dalam
sebuah karangan, paragraf biasanya terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam, yakni
paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup. 9 Karangan atau
tulisan minimal dalam bidang apa pun, hampir selalu memiliki konstruksi tiga paragraf
demikian ini. Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga paragraf
demikian ini juga berlaku. Sebuah surat akan dikatakan baik bila memiliki kualifikasi
yang baik pada tiga jenis paragraf seperti yang tekah disebutkan di awal tersebut.
Sebuah karya ilmiah, baik populer maupun akademik yang berlaku universal itu, juga
mengikuti prinsip penjenisan paragraf seperti yang disampaikan di depan tadi. Esai
ilmiah yang ditulis untuk sebuah media massa mungkin wujudnya seperti kolom,
catatan, opini, feature, atau yang lainnya, juga dipastikan akan setia dengan
penjenisan paragraf yang sedemikian tersebut.10 Jadi, dengan model pembagian
seperti tersebut di atas, sebuah paragraf akan dapat dideteksi, misalnya, sebuah
paragraf dapat saja disebut induktif dari segi posisi kalimat topiknya, disebut eksposisi
dari segi isinya, dan disebut alinea pembuka dari segi fungsinya dalam karangan.
8
Widjono Hs, Bahasa Indonesia.
9
Lamuddin Finoza. Komposisi Bahasa Indonesia:untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. (Jakarta:Diksi
Insan Mulia, 2009), hlm. 198.
10
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia, 121 – 122
Paragraf pembuka disebut juga paragraf pengantar karena paragraf tersebut bertugas
untuk mengantar pembaca sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul
kemudian.11 Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan
perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah
yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah
dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang
terkemuka atau orang yang terkenal. Atau dapat juga dengan cara memulai tulisan
dengan peribahasa atau anekdot, dapat juga dengan cara membatasi arti dari pokok
atau subjek tulisan, dan menunjukkan betapa pentingnya subjek tulisan, membuat
tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat, menciptakan suatu kontras yang
menarik, mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun
yang pahit, menyatakan maksud dan tujuan tulisan, memulai tulisan dengan
pertanyaan.
Paragraf pengembang atau paragraf penghubung adalah paragraf yang terletak antara
paragraf pembuka dengan paragraf yang terakhir di dalam bab atau anak bab. 12
Paragraf ini membicarakan pokok penulisan yang dirancang. Paragraf pengembang
mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karenanya, antara
paragraf yang satu dengan paragraf berikutnya harus memperlihatkan hubungan yang
serasi dan logis. Paragraf dapat dikembangkan dengan beragam pola paragraf. Fungsi
utama paragraf pengembang adalah selain untuk mengemukakan inti persoalan
sebagaimana yang telah diungkapkan pada kalimat sebelumnya, juga dapat untuk
memberikan ilustrasi atau contoh, menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya, atau meringkas paragraf sebelumnya, serta mempersiapkan dasar atau
landasan bagi simpulan.13 Paragraf juga dapat dikembangkan dengan cara
ekspositoris, atau dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara
argumentatif.
Paragraf penutup merupakan paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada
akhir satu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup
berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian
11
E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi:Sebagai Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta:Akapress, 2008, 122.
12
Solihin, Hudori, K.A., dan Embay Sa’adah, Terampil Berbahasa, 81.
13
Lamuddin Finoza. Komposisi, 204.
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana.
Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar
terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat
warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula
berjenis-jenis buah-buahan. Pada bagian belakang, dapat kita temukan berpuluh-puluh
pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.
14
Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa.
15
Lamuddin Finoza. Komposisi.
16
Lamuddin Finoza. Komposisi, 201.
17
Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa.131.
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan
puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap
kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI
dari Pasar Tanah Abang.
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha
Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab
pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19
tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang
dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60%
pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Kalau memang aman, lalu
bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman dinaiki?
Wandasti Navely dilahirkan pada hari Sabtu Legi, tanggal 14 Maret 2009, pukul 13.40
WIB di Klinik Mugi Rahardjo, Kepa Duri, Jakarta Barat. Saat ini usianya sudah tiga
tahun empat bulan. Dia memiliki banyak teman. Dia bersekolah di PAUD Melati
Kemanggisan, Jakarta Barat. Setiap pagi, ketika akan berangkat ke sekolah, dia selalu
diantar oleh ayah dan ibunya. Banyak sekali acara ulang tahun di sekolahnya itu.
Selama bersekolah, Wandasti sudah pergi piknik sebanyak dua kali. Yang pertama
mengunjungi Kolam Renang Marcopollo di Bogor, pada hari Rabu, 18 April 2012, dan
yang kedua ke Ancol, pada hari Rabu, 13 Juni 2012. Wandasti merupakan nama yang
18
Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahas.
19
Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa, 132.
20
Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa.
Paragraf persuasi banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama advertorial yang
dewasa ini marak mengisi lembaran koran dan majalah. Paragraf argumentasi,
deskripsi, dan eksposisi umumnya digunakan dalam karangan ilmiah seperti buku,
skripsi, disertasi, makalah, dan laporan. Berita di dalam surat kabar sebagian besar
memakai alinea ekpsosisi. Paragraf narasi sering dipakai dalam karangan fiksi atau
nonilmiah seperti novel dan cerpen, termasuk buku harian. Paragraf narasi tidak
dipantang digunakan dalam karangan ilmiah, misalnya, jika ada bagian karangan yang
perlu disajikan dengan gaya bercerita.
Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik dibutuhkan kesatuan,
kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf. Untuk itu akan diuraikan ketiga hal tersebut;
(1) Kesatuan, paragraf hanya berisi satu ide pokok yang dalam pengungkapannya
harus didukung oleh kalimat-kalimat, baik sebagai kalimat utama maupun sebagai
kalimat penjelas. Oleh sebab itu, semua kalimat yang diungkapkan dalam paragraf
merupakan jalinan yang membentuk ide pokok tersebut. Tidak boleh ada satu kalimat
yang tidak mendukung ide pokok.22 Kesatuan di sini juga bukan berarti ia hanya
memuat satu hal. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung
beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-
sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau tema tunggal.
21
Lamuddin Finoza. Komposisi.
22
Solihin, Hudori, K.A., dan Embay Sa’adah, Terampil Berbahasa.
23
Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 214 – 215.
24
Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 181
25
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia, 82.
26
Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 218 – 219.
Banyak orang Wionogiri pergi ke Jakarta (karena) kota itu disangka orang tempat yang
dengan mudah menyediakan mata pencaharian. (Tetapi), kenyataannya tidak seperti
yang diimpikan orang.
Kepaduan paragraf dapat terjalin jika menggunakan repetisi, kata ganti, dan kata
transisi.27 Berikut adalah contoh paragraf yang memiliki kepaduan dengan
menggunakan repetisi;
Pada dasarnya, paru-paru membersihkan dirinya sendiri secara teratur untuk menjaga
agar pernafasan tetap berlangsung efisien. Dalam hal ini dinding paru-paru dilapisi
oleh sel lendir yang berfungsi menangkap zat-zat asing yang terhirup maupun virus,
yang kemudian oleh bulu-bulu halus zat-zat tersebut didorong keluar oleh paru-paru.
Di sini batuk berperan membersihkan paru-paru dari zat-zat tidak diperlukan tersebut,
sehingga merupakan mekanisme perlindungan.
Berikutnya, (3) kelengkapan paragraf, bahwa paragraf dikatakan lengkap jika berisi
kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau
kalimat utama. Namun, sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak
dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.
Kosakata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam
kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang. Jumlah kosakata yang
dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping
itu, jumlah kosakata yang dikuasai seseorang, juga akan menjadi indikator bahwa
27
Solihin Hudori, Terampil Berbahasa, 78 – 79.
28
Solihin Hudori, Terampil Berbahasa, 82.
29
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia, 87 – 88 .
Paragraf induktif merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Paragraf dimulai dengan
kalimat-kalimat penjelas. Kemudian diikuti oleh kalimat utama. Paragraf ini biasanya
bersifat induktif, dari hal-hal yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum, 30
contoh;
Pada waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara
metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas
dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia
kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan teman-
temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah.
Jam sekolah hanya berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat atau pun di antara
jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika
sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-
faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya
melaju terus dengan cepat.
31
Solihin Hudori, Terampil Berbahasa,83.
32
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia.
Ada saatnya orang menutup mata dan mencoba meraba-raba jalan dalam kamar
hendak mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang buta. Tidak banyak orang yang
sanggup meneruskan eksperimen itu terlalu lama. Perasaan tidak enak muncul
dengan tiba-tiba; dorongan dan kebutuhan yang kuat untuk melihat kembali terasa
sangat mendesak dan dengan membuka matanya, sesuatu yang lebih dari penglihatan
pulih kembali, ia berhubungan dengan dunia.
Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama/kalimat topik, pada hakikatnya, kalimat
utama/kalimat topiknya menyebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf
tersebut.
33
Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 176.
34
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia, 88 – 89 .
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan pikiran-
pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke dalam satu kalimat penjelas
atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran penjelas dituang ke dalam
sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaliknya sebuah pikiran penjelas dituang ke dalam
sebuah kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan
beberapa pikiran penjelas.35 Inilah yang dinamakan kerangka paragraf. Kerangka
paragraf dapat dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Contoh kerangka paragraf;
Pikiran penjelas :
Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan
variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa megambil salah satu model pengembangan atau
bisa pula mengombinasikan beberapa model sekaligus.36
Pertentangan
Alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan waktu
(kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu
35
Nasucha, Bahasa Indonesia, 49 – 50.
36
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia, 129.
37
Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 224.
Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya
umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami
kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu yang belum
banyak dipahami publik.39
Klasifikasi
Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika menerangkan suatu
kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan
yaitul; padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.41
Klimaks-Antiklimaks
38
Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 199 – 200
39
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia,
40
Nasucha, Bahasa Indonesia, 55.
41
Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 222 – 227.
42
Solihin Hudori, Terampil Berbahasa,84.
Contoh-contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai,
lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk
paragraf.44
Definisi Luas
Definisi adalah uraian pengertian. Definisi dapat berupa sinonim kata, definisi formal
berupa kalimat, dan definisi luas yaitu uraian pengertian yang sekurang-kurangnya
terdiri dari satu paragraf. Artinya, ada definisi yang lebih luas yang terdiri dari beberapa
paragraf, bahkan lebih panjang lagi, misalnya, satu bab.45
Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi paragraf menguraikan
suatu proses. Proses merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk
menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap-tahap kejadian
berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut
(kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu
sama lainnya. Proses kerja suatu mesin, misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan
proses peristiwa sejarah.46
Sudut Pandang
43
Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia, 130.
44
Lamuddin Finoza. Komposisi. 209 .
45
Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 206.
46
Lamuddin Finoza. Komposisi 208.
9.10 Ringkasan
Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau
topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau
mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Kegunaan
paragraf, yaitu; (1) dapat mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan memberi
bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun
secara logis, dalam satu kesatuan, kemudian (2) dapat menandai peralihan gagasan
baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran,
(3) paragraf juga memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan
memudahkan pemahaman bagi pembacanya, dan (4) memudahkan pengembangan
topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, serta (5) dapat
memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa
variabel.
Macam paragraf menurut posisi kalimat topiknya, paragraf terdiri atas empat macam,
yaitu; paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, dan paragraf
penuh kalimat topik. Menurut sifat isinya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi,
paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi, dan
menurut fungsinya dalam sebuah karangan, paragraf biasanya terbagi dalam tiga jenis
atau tiga macam, yakni paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf
penutup. Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik dibutuhkan
kesatuan, kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf. Sebuah paragraf berdasarkan
letak kalimat utamanya digolongkan menjadi (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif,
(3) paragraf campuran, dan (4) paragraf deskriptif/naratif.
Pola pengembangan paragraf terdiri dari (1) pertentangan, (2) alamiah, (3) analogi, (4)
klasifikasi, (5) sebab-akibat, (6) klimaks-antiklimaks, (7) komparatif dan kontrastif, (8)
contoh-contoh, (9) definisi luas, dan (10) proses, serta (11) sudut pandang.
Daftar Pustaka
47
Solihin Hudori, Terampil Berbahasa,85.
Arifin, E Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi:Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta:Akapress
Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi. 2010. Bahasa Indonesia
untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah:Mata Kuliah Wajib Pengembangan Kepribadian.
Yogyakarta:Media Perkasa.
Solihin, Hudori K.A., dan Embay Sa’adiah. 2003. Terampil Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta:Uhamka Press.