Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

BAHASA
INDONESIA
Tata Paragraf
Bahasa Indonesia
Fakultas
EKONOMI

Program
Studi

MANAJEMEN

Tatap
Muka

10

Kode MK

Disusun Oleh
DRS. SRI SATATA, MM

Abstract

Kompetensi

Setelah mempelajari materi


pada
bab
ini
diharapkan
mahasiswa dapat memahami
dan menggunakan paragraf
serta berbagai macam paragraf
dan
syarat-syarat
pembentukan paragraf, letak
kalimat
utama
dan
pola
pengembangan paragraf.

(1)Mampu memahami
kegunaan paragraf
(2)Mampu memahami berbagai
macam paragraf
(3)Mampu memahami berbagai
syarat pembentukan
paragraf
(4)Mampu menentukan letak
kalimat utama
(5)Mampu menentukan pola
pengembangan paragraf

BAB X

TATA PARAGRAF

10.1 Standar Kompetensi :


Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan menggunakan paragraf serta berbagai macam paragraf
dan syarat-syarat pembentukan paragraf, letak kalimat utama dan pola
pengembangan paragraf.

10.2

Kompetensi Dasar :

(6)

Mampu memahami kegunaan paragraf

(7)

Mampu memahami berbagai macam paragraf

(8)

Mampu memahami berbagai syarat pembentukan paragraf

(9)

Mampu menentukan letak kalimat utama

(10)

Mampu menentukan pola pengembangan paragraf

10.3 Indikator :
(1)

Mampu menjelaskan pengertian paragraf

(2)

Mampu menjelaskan kegunaan paragraf

(3)

Mampu menjelaskan berbagai macam paragraf

(4)

Mampu menjelaskan berbagai syarat pembentukan paragraf

(5)

Kemampuan menentukan letak kalimat utama dalam paragraf

(6)

Kemampuan menentukan pola pengembangan paragraf

10.4 Pengertian Paragraf


Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu
gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan
pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik
tersebut.1 Memang, sebuah paragraf dapat saja terdiri atas lebih dari empat atau
lima kalimat, tiga buah kalimat, dua buah kalimat, bahkan sebuah kalimat.
1 Solihin, Hudori, K.A., dan Embay Saadah, Terampil Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta:Uhamka Press, 2003, 77.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Kendatipun paragraf itu mengandung lebih dari empat atau lima buah kalimat,
tidak akan ada satu kalimat pun yang membicarakan persoalan atau topik lain.
Seluruh kalimat tersebut tentunya hanya akan membicarakan sebuah masalah
yang bertalian erat dengan pokok bahasan/topik pada paragraf tersebut.
Oleh karena itu, sebuah pikiran tidak cukup hanya dituangkan dalam
sebuah kalimat, tetapi perlu juga untuk dikembangkan, sehingga jadilah
kumpulan

kalimat

tersebut

dengan

paragraf.

Paragraf

merupakan

unit

keterampilan berbahasa pada taraf komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat


yang secara bersama-sama mendukung satu kesatuan pikiran. Kesatuan pikiran
ini dijewantahkan dalam pokok pikiran serta beberapa pikiran penjelas dan
diaktualisasikan dalam kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Jadi, pada
dasarnya, paragraf itu hanya terdiri atas dua hal, yaitu isi dan bentuk. Yang
dimaksud isi ialah pikiran, sedangkan bentuk adalah kalimat-kalimat yang
mendukung pikiran.2 Dari segi isi, paragraf mensyaratkan adanya kesatuan
pikiran, sedangkan dari segi bentuk mensyaratkan kepaduan.
Pengertian di atas menyiratkan bahwa sebuah paragraf itu harus
mengandung pertalian yang logis antarkalimatnya. Tidak akan ada satu pun
kalimat di dalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan
dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf sesungguhnya
merupakan sebuah keharusan. Persis dengan sebuah kalimat yang dituntut
memiliki pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga mutlak
harus memiliki ide utama atau pokok pikiran tersebut. Tanpa ide pokok tersebut,
sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf. 3
Dengan adanya pertautan yang terjadi antara kalimat satu dengan kalimat
lainnya itu mengandaikan akan terjadinya kepaduan dan kesatuan yang
membangun

paragraf

itu.

Selain

itu,

untuk

memberi

kejelasan

dan

pengembangan, paragraf juga mensyaratkan adanya kelengkapan.

2 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian,


Jakarta:Grasindo, 2009. 80.

3 R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:Erlangga, 2009, 102.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dari segi penglihatan, paragraf biasanya tampak sebagai penggalan


naskah teks karena biasanya baris pertama bertakuh atau berupa suatu unit
yang dipisahkan dengan perbedaan spasi. Kalimat pertama bertakuk ke dalam
sebanyak lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya, surat, dan
delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, seperti; makalah, skripsi,
tesis, dan disertasi. Kemudian, paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan
selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi untuk menjelaskan,
menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.
Paragraf menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas.
Kalimat-kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik. 4 Jadi, paragraf sebenarnya
bukanlah sekumpulan kalimat topik, melainkan paragraf itu hanya berisi satu
kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail
yang sangat spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
10.5 Kegunaan Paragraf
Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang
penting.

Dengan

paragraf

tersebut,

pengarang

dapat

mengekspresikan

keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna,


sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan
penulisnya. Lebih jauh daripada itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah
karangan, sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik, sehingga
pembaca menjadi penuh semangat. Artinya, paragraf mempunyai fungsi
strategis dalam menjembatani gagasan penulis dan pembacanya. 5 Untuk itu,
agar paragraf memiliki fungsi startegis, berikut kegunaan paragraf, yaitu; (1)
dapat mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan memberi bentuk suatu
pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis,
dalam satu kesatuan, kemudian (2) dapat menandai peralihan gagasan baru bagi
karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran, (3)
paragraf juga memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan
4 Widjono Hs, Bahasa Indonesia:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,
Jakarta:Grasindo, 2007, 174.

5 Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:Kencana Prenada Media Group,
2010, 209.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

memudahkan

pemahaman

bagi

pembacanya,

dan

(4)

memudahkan

pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih


kecil, serta (5) dapat memudahkan pengendalian variabel terutama karangan
yang terdiri atas beberapa variabel.6
Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing berisi
pikiran-pikiran utama dan diikuti oleh sub-subpikiran penjelas, sebuah paragraf
belum cukup untuk mewujudkan keseluruhan karangan. Meskipun begitu,
sebuah paragraf merupakan satu sajian informasi yang utuh. Adakalanya sebuah
paragraf terdiri hanya satu paragraf karena karangan itu hanya berisi satu
pikiran. Untuk mewujudkan suatu kesatuan pikiran, sebuah paragraf yang terdiri
dari

satu pikiran utama dan beberapa pikiran pengembang dapat dipolakan

sebagai berikut; pikiran utama, beberapa pikiran pengembang, pikiran penjelas


atau

pikiran

pendukung.7

Pikiran-pikiran

pengembang

dapat

dibedakan

kedudukannya sebagai pikiran pendukung dan pikiranpenjelas.


Sebuah pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa pikiran
pendukung, dan tiap pikiran pendukung akan dikembangkan dengan beberapa
pikiran penjelas. Sebuah paragraf terdiri dari sebuah kalimat utama dan
beberapa kalimat pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama,
dan kalimat penjelas menyampaikan pikiran penjelas. Salah satu cara untuk
merangkai kalimat-kalimat yang membangun paragraf itu ialah menempatkan
kalimat utama pada awal paragraf yang kemudian disusul dengan kalimatkalimat pengembangnya.8 Hal tersebut dapat kita lakukan, tentunya, setelah kita
memberikan pengembangan yang memadai, yang kemudian ditutup dengan
kesimpulan.
10.6 Macam-macam Paragraf

6 Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 175.

7 Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 210.

8 Widjono Hs, Bahasa Indonesia.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Macam paragraf memang banyak ragamnya. Untuk membedakan antara


yang satu dengan lainnya, pembagian macam paragraf dapat dikelompokkan.
Menurut posisi kalimat topiknya, paragraf terdiri atas empat macam, yaitu;
paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, dan paragraf
penuh kalimat topik. Menurut sifat isinya, paragraf dibedakan atas paragraf
persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf
eskposisi, dan menurut fungsinya dalam sebuah karangan, paragraf biasanya
terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam, yakni paragraf pembuka, paragraf
pengembang, dan paragraf penutup. 9 Karangan atau tulisan minimal dalam
bidang apa pun, hampir selalu memiliki konstruksi tiga paragraf demikian ini.
Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga paragraf
demikian ini juga berlaku. Sebuah surat akan dikatakan baik bila memiliki
kualifikasi yang baik pada tiga jenis paragraf seperti yang tekah disebutkan di
awal tersebut. Sebuah karya ilmiah, baik populer maupun akademik yang
berlaku universal itu, juga mengikuti prinsip penjenisan paragraf seperti yang
disampaikan di depan tadi. Esai ilmiah yang ditulis untuk sebuah media massa
mungkin wujudnya seperti kolom, catatan, opini, feature, atau yang lainnya, juga
dipastikan akan setia dengan penjenisan paragraf yang sedemikian tersebut. 10
Jadi, dengan model pembagian seperti tersebut di atas, sebuah paragraf akan
dapat dideteksi, misalnya, sebuah paragraf dapat saja disebut induktif dari segi
posisi kalimat topiknya, disebut eksposisi dari segi isinya, dan disebut alinea
pembuka dari segi fungsinya dalam karangan.
Macam paragraf menurut fungsinya dalam sebuah karangan, terdiri atas;
(1) paragraf pembuka yaitu paragraf pengantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang akan menyusul kemudian. 11 Oleh sebab itu, paragraf
9 Lamuddin Finoza. Komposisi Bahasa Indonesia:untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. (Jakarta:Diksi Insan
Mulia, 2009), hlm. 198.

10 Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia, 121 122

11 E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi:Sebagai Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta:Akapress, 2008, 122.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup
menghubungkan

pikiran

pembaca

kepada

masalah

yang

akan

disajikan

selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip
pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang
yang terkenal. Atau dapat juga dengan cara memulai tulisan dengan peribahasa
atau anekdot, dapat juga dengan cara membatasi arti dari pokok atau subjek
tulisan, dan menunjukkan betapa pentingnya subjek tulisan, membuat tantangan
atas suatu pernyataan atau pendapat, menciptakan suatu kontras yang menarik,
mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang
pahit, menyatakan maksud dan tujuan tulisan, memulai tulisan dengan
pertanyaan. (2) Paragraf pengembang atau paragraf penghubung adalah
paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dengan paragraf yang terakhir
di dalam bab atau anak bab. 12 Paragraf ini membicarakan pokok penulisan yang
dirancang. Paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan
dikemukakan. Oleh karenanya, antara paragraf yang satu dengan paragraf
berikutnya harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf
dapat dikembangkan dengan beragam pola paragraf. Fungsi utama paragraf
pengembang adalah selain untuk mengemukakan inti persoalan sebagaimana
yang

telah

diungkapkan

pada

kalimat

sebelumnya,

juga

dapat

untuk

memberikan ilustrasi atau contoh, menjelaskan hal yang akan diuraikan pada
paragraf berikutnya, atau meringkas paragraf sebelumnya, serta mempersiapkan
dasar atau landasan bagi simpulan.13 Paragraf juga dapat dikembangkan dengan
cara ekspositoris, atau dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan
cara argumentatif. (3) Paragraf penutup merupakan paragraf yang terdapat pada
akhir karangan atau pada akhir satu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan
itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah
dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.14 Mengingat paragraf penutup
12 Solihin, Hudori, K.A., dan Embay Saadah, Terampil Berbahasa, 81.

13 Lamuddin Finoza. Komposisi, 204.

14 Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya


diharapkan memperhatikan hal-hal berikut ini; sebagai bagian penutup, paragraf
ini tidak boleh terlalu panjang, kemudian, isi paragraf harus berupa simpulan
sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian, dan
sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya paragraf ini dapat
menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca. 15 Jadi, karena paragraf
penutu hanya terdapat di akhir sebuah teks, isinya dapat berupa kesimpulan dari
paragraf pengembang atau dapat juga berupa penegasan kembali tentang halhal yang dianggap penting dari paragraf pengembang.
Macam paragraf menurut sifat isinya/teknik pemaparannya, paragraf
dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi,
paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi. Pembedaan seperti tersebut tentunya
bergantung pada maksud penulisnya dan tuntutan konteks serta sifat informasi
yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan
sebenarnya sudah cukup beralasan karena di awal sudah dinyatakan bahwa
pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga. Walaupun
karangan yang berbentuk satu alinea merupakan karangan sederhana, prinsip
penulisannya sama dengan karangan kompleks, sama-sama mempunyai topik,
pendahuluan, uraian, dan penutup.16 Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian
berikut ini;
Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang melukiskan atau memerikan
sesuatu. Artinya, paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi,
paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan
dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan
dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindra, 17 contoh:
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di
sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di
15 Lamuddin Finoza. Komposisi.
16 Lamuddin Finoza. Komposisi, 201.

17 Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa.131.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping
kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di
samping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan. Pada bagian belakang, dapat
kita temukan berpuluh-puluh pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat
lantai satu, dua, dan tiga.

Paragraf ekspositoris/eksposisi, yaitu yang disebut juga paragraf paparan.


Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur
saja.

Penyampaiannya

kronologis/keruangan.

18

dapat
Atau

menggunakan

singkatnya,

ini

perkembangan

merupakan

analisis

paragraf

yang

memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu, contoh;


Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat
sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus
meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang
yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.

Paragraf
masalah

argumentasi

dengan

bukti-bukti

merupakan
atau

paragraf

alasan yang

yang

membahas

suatu

mendukung. Paragraf ini

sebenarnya juga dapat dimasukkan ke paragraf ekspositoris, selain itu, paragraf


argumentasi disebut juga paragraf persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk
atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini
menggunakan pekembangan analisis.19, contoh:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan
Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi
sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan
lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi
cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan,
lebih dari 60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Kalau
memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga
ia tetap nyaman dinaiki?
Paragraf

naratif

atau

karangan

naratif

/narasi

biasanya

dihubung-

hubungkan dengan cerita. Oleh karena itu, sebuah karangan narasi atau
18 Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahas.
19 Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa, 132.

201
2

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

paragraf narasi biasanya hanya ditemukan dalam buku harian, novel, cerpen,
atau

hikayat.20

Jadi,

paragraf

naratif/narasi

merupakan

paragraf

yang

menuturkan peristiwa/keadaan dalam bentuk cerita/kisahan, contoh;


Wandasti Navely dilahirkan pada hari Sabtu Legi, tanggal 14 Maret 2009, pukul
13.40 WIB di Klinik Mugi Rahardjo, Kepa Duri, Jakarta Barat. Saat ini usianya
sudah tiga tahun empat bulan. Dia memiliki banyak teman. Dia bersekolah di
PAUD Melati Kemanggisan, Jakarta Barat. Setiap pagi, ketika akan berangkat ke
sekolah, dia selalu diantar oleh ayah dan ibunya. Banyak sekali acara ulang
tahun di sekolahnya itu. Selama bersekolah, Wandasti sudah pergi piknik
sebanyak dua kali. Yang pertama mengunjungi Kolam Renang Marcopollo di
Bogor, pada hari Rabu, 18 April 2012, dan yang kedua ke Ancol, pada hari Rabu,
13 Juni 2012. Wandasti merupakan nama yang berupa akronim dari wanita
dambaan setiap insan dan Navely yang berasal dari bahasa Rusia yaitu nasha
vechnaya lyubov yang dalam bahasa Indonesia adalah cinta abadi kami. Ini
sebagai tanda bahwa seorang anak merupakan perlambang keabadian cinta
kasih kedua orang tuanya. Sejak usia 18 bulan, Wandasti sudah memiliki alamat
e-mail dan facebook, yaitu wandasti_navely_2009@yahoo.co.id. Para orang tua
siswa di sekolah tersebut ternyata saling berkirim kabar melalui jejaring sosial
tersebut.
Paragraf persuasif/persuasi yaitu alinea yang mempromosikan sesuatu
dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. 21
WAP (Wireless Application Protocol) adalah aplikasi yang mewujudkan impian
mengakses dunia informasi dan layanan terkini langsung dari ponsel Anda
layaknya akses internet. Dengan Ericcson R320S, salah satu ponsel pertama
yang dilengkapi dengan WAP, Anda dengan cepat dapat mengakses ke pusat
data informasi dan layanan melalui situs WAP. Semuanya dapat dilakukan dari
telapak tangan Anda. Dengan dilengkapi fitur-fitur inovatif, dapat dikatakan
ponsel tipis yang memiliki berat 95 gr ini adalah sebuah kantor di dalam kantong
Anda.
Paragraf persuasi banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama
advertorial yang dewasa ini marak mengisi lembaran koran dan majalah.
Paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya digunakan dalam
karangan ilmiah seperti buku, skripsi, disertasi, makalah, dan laporan. Berita di
dalam surat kabar sebagian besar memakai alinea ekpsosisi. Paragraf narasi
sering dipakai dalam karangan fiksi atau nonilmiah seperti novel dan cerpen,
20 Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa.
21 Lamuddin Finoza. Komposisi.

201
2

10

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

termasuk buku harian. Paragraf narasi tidak dipantang digunakan dalam


karangan ilmiah, misalnya, jika ada bagian karangan yang perlu disajikan dengan
gaya bercerita.
10.7 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik dibutuhkan
kesatuan, kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf. Untuk itu akan diuraikan
ketiga hal tersebut; (1) Kesatuan, paragraf hanya berisi satu ide pokok yang
dalam pengungkapannya harus didukung oleh kalimat-kalimat, baik sebagai
kalimat utama maupun sebagai kalimat penjelas. Oleh sebab itu, semua kalimat
yang diungkapkan dalam paragraf merupakan jalinan yang membentuk ide
pokok tersebut. Tidak boleh ada satu kalimat yang tidak mendukung ide pokok. 22
Kesatuan di sini juga bukan berarti ia hanya memuat satu hal. Sebuah paragraf
yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa
perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk
menunjang sebuah maksud tunggal atau tema tunggal. Maksud tunggal itulah
yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf itu. 23 Karena fungsi paragraf
untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, tidak boleh terdapat unsurunsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi.
Contoh paragraf dengan kesatuan pikiran;
1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. 2)
Dengan kebebasan ini, para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya
sesuai dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya. 3) Kondisi kebebasan
tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah, dan
siswa termotivasi untuk berkembang. 4) Siswa belajar dalam suasana gembira,
aktif, kreatif, dan produktif. 5) Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat
melakukan berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di sekolah
dan lingkungannya. 6) Kreativitasnya menjadi tidak terbendung.
Paragraf (6 2) dikembangkan dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat
membahas pikiran yang sama yaitu kebebasan berekspresi (kalimat 1). 24 Kalimat
ke-2 membahas dampak pikiran pada kalimat 1 siswa dapat belajar sesuai
22 Solihin, Hudori, K.A., dan Embay Saadah, Terampil Berbahasa.
23 Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 214 215.

24 Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 181


201
2

11

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

dengan basis kompetensinya. Kalimat ke-3 siswa belajar penuh gairah sebagai
dampak pikiran kalimat ke-2. Kalimat ke-4 berisi siswa menjadi kreatif sebagai
dampak pikiran kalimat ke-3. Kalimat ke-5 berisi siswa belajar secara sinergis
teori dan praktik sebagai dampak pikiran kalimat ke-4. Kalimat ke-6 yaitu
kreativitas siswa tidak terbendung sebagai dampak pikiran kalimat ke-5.
Kemudian, (2) kepaduan, bahwa paragraf bukanlah merupakan kumpulan
kalimat yang satu dengan yang lain tidak berhubungan. Paragraf dibangun oleh
kalimat-kalimat yang saling mendukung satu sama lain secara timbal balik. Agar
hubungan

tampak

mesra

dan

kompak,

kalimat-kalimat

harus

dipadukan/disetailkan. Jadi, kepaduan menitikberatkan pada hubungan antara


kalimat yang satu dengan lainnya. 25 Maka, kepaduan tersebut diwujudkan dalam
pertautan antarkalimat yang dikenal dengan sebutan paragraf. Istilah lain dari
kepaduan paragraf adalah koherensi. Kepaduan yang baik apabila kalimatkalimat yang membina paragraf tersebut baik dan wajar, sehingga mudah
dipahami pembaca. Pembaca dapat dengan mudah mengikuti jalan pikiran
penulis. Jadi, perpautan (koherensi) membuat karangan terpadu, konsisten, dan
terpahami. Perpautan tersebut akan dapat dicapai bila ada jalinan dan ada
peralihan yang jelas di antara kalimat dan perenggangan. 26 Namun, ada pula
kejadian

yang

antarkalimat

berbeda
menurut

dari
nalar,

perpautan,

yang

sedangkan

satu

yang

mengenai
lainnya

hubungan

menyangkut

pengungkapan hubungan itu secara verbal.


Banyak orang Wionogiri pergi ke Jakarta (karena) kota itu disangka orang tempat
yang dengan mudah menyediakan mata pencaharian. (Tetapi), kenyataannya
tidak seperti yang diimpikan orang.

25 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia, 82.

26 Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 218 219.

201
2

12

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Kepaduan paragraf dapat terjalin jika menggunakan repetisi, kata ganti,


dan kata transisi.27 Berikut adalah contoh paragraf yang memiliki kepaduan
dengan menggunakan repetisi;
Pada dasarnya, paru-paru membersihkan dirinya sendiri secara teratur untuk
menjaga agar pernafasan tetap berlangsung efisien. Dalam hal ini dinding paruparu dilapisi oleh sel lendir yang berfungsi menangkap zat-zat asing yang
terhirup maupun virus, yang kemudian oleh bulu-bulu halus zat-zat tersebut
didorong keluar oleh paru-paru. Di sini batuk berperan membersihkan paruparu dari zat-zat tidak diperlukan tersebut, sehingga merupakan mekanisme
perlindungan.
Berikutnya, (3) kelengkapan paragraf, bahwa paragraf dikatakan lengkap
jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan
kalimat topik atau kalimat utama. Namun, sebaliknya, suatu paragraf dikatakan
tidak

lengkap

jika

tidak

pengulangan-pengulangan.

dikembangkan

atau

hanya

diperluas

dengan

28

10.8 Letak Kalimat Utama

Untuk memenuhi syarat kesatuan, sebuah paragraf hanya memiliki satu


ide pokok. Ide pokok tersebut diwujudkan dalam bentuk kalimat utama. Sebuah
paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya digolongkan menjadi (1) paragraf
deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf campuran, dan (4) paragraf
deskriptif/naratif. 29 Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut;

Paragraf deduksi dimulai dengan pernyataan tentang kalimat pokok


berupa

kesimpulan,

kemudian

disusul

dengan

sejumlah

rincian

yang

27 Solihin Hudori, Terampil Berbahasa, 78 79.

28 Yakub Nasucha, Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya
Ilmiah:Mata Kuliah Kepribadian. (Yogyakarta:Media Perkasa, 2010), hlm. 46

29 Solihin Hudori, Terampil Berbahasa, 82.

201
2

13

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

menjelaskan/mendukung kesimpulan tersebut,30 atau dengan kata lain dari


pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus, contoh;

Kosakata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar


dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang. Jumlah
kosakata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan
seseorang. Di samping itu, jumlah kosakata yang dikuasai seseorang, juga akan
menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin
banyak data yang dikuasai, semakin banyak pula pengetahuannya. Dengan
demikian seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat/cocok untuk
mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.

Paragraf induktif merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Paragraf


dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas. Kemudian diikuti oleh kalimat utama.
Paragraf ini biasanya bersifat induktif, dari hal-hal yang bersifat khusus kepada
yang bersifat umum,31 contoh;

Pada waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia


secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk
memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik
meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam
pergaulan dengan teman-temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih
intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah hanya berlangsung beberapa jam.
Baik waktu istirahat atau pun di antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa
daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan
gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang
menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya melaju terus
dengan cepat.

Paragraf campuran merupakan paragraf yang letak kalimat utamanya


berkombinasi dengan bagian awal paragraf (deduksi) dengan bagian akhir
30 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia, 87 88 .

31 Nasucha, Bahasa Indonesia,47 48.

201
2

14

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

paragraf (induksi). Ide pokok mula-mula dituangkan pada awal paragraf


kemudian ditegaskan kembali pada akhir paragraf. Kalimat utama paragraf
campuran berarti ada dua kalimat. Kalimat-kalimat penjelas terletak pada
kalimat kedua hingga menjelang dituangkannya kalimat utama yang berada
pada akhir paragraf,32 contoh;

Dunia manusia dihadapkan pada serentetan isi yang amat pelik. Rentetan isu
tersebut yakni pengadaan pangan bagi penduduk dunia yang terus bertambah,
masalah kesempatan kerja, masalah pendidikan, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masalah-masalah ini akan terus berkembang
seirama dengan perkembangan zaman. Rentetan isu tersebut muncul di sanasini, pada waktu dan tempat yang berlainan.

Atau dengan kata lain bahwa paragraf campuran meletakkan kalimat


pokok/kalimat utama di awal paragraf dan di akhir paragraf. Pengulangan
tersebut juga bertujuan untuk menegaskan kembali kalimat utama/kalimat
pokok, 33 contoh;
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan usaha
peningkatan taraf hidup. Petani yang berpendidikan cukup dapat mengubah
sistem pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya memenuhi
kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang
berpendidikan cukup, mampu memberikan umpan balik yang setimpal terhadap
gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya peningkatan taraf pendidikan
para petani dirasakan sangat mendesak.

Paragraf deskriptif/naratif, yaitu paragraf yang juga sering disebut dengan


paragraf tanpa kalimat topik, yaitu paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat
yang kadang-kadang menyajikan pikiran-pikiran yang setara, tidak ada pikiran
yang lebih utama dari lainnya. Paragraf yang demikian menyajikan kalimat32 Solihin Hudori, Terampil Berbahasa,83.

33 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia.

201
2

15

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

kalimat yang sama kedudukannya. Paragraf ini tidak memiliki pikiran utama dan
pikiran penjelas, juga tidak memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas. Semua
pikiran dan kalimat sama kedudukannya,34 contoh;

Pukul 07.00 Wandasti Navely sudah berada di kampus. Ia duduk sejenak di


taman kampus sambil tetap menggendong tas kuliahnya. Tidak terdengar
suaranya. Lima menit kemudian, tiga temannya telah datang di tempat yang
sama. Masing-masing membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa buku dan
alat tulisnya. Suasana sunyi. Lima menit kemudian mereka bersuara amat
gaduh. Mereka berdebat amat serius. Entah apa yang mereka perdebatkan.
Sepuluh menit kemudian suasana kembali sunyi. Mereka semuanya membaca
dan menulis. Tiga puluh menit kemudian salah seorang membacakan hasil akhir
mereka. Setelah itu, mereka kembali berdiskusi dan seorang dari mereka
membacakan kembali hasil diskusinya. Terdengar sayup-sayup, mereka berucap
alhamdulillah tugas kelompok selesai.

Paragraf di atas tidak menunjukkan adanya kalimat topik. Namun,


keberadaan gagasan utama dapat dirasakan oleh pembaca, yaitu diskusi tugas
kelompok mahasiswa. Paragraf yang tanpa kalimat topik ini biasanya juga
mengungkapkan proses yang disusun berdasarkan urutan waktu. Paragraf ini
jarang memiliki kalimat pokok atau kalimat utama yang bersifat umum, 35 contoh;

Ada saatnya orang menutup mata dan mencoba meraba-raba jalan dalam kamar
hendak mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang buta. Tidak banyak
orang yang sanggup meneruskan eksperimen itu terlalu lama. Perasaan tidak
enak muncul dengan tiba-tiba; dorongan dan kebutuhan yang kuat untuk
melihat kembali terasa sangat mendesak dan dengan membuka matanya,
sesuatu yang lebih dari penglihatan pulih kembali, ia berhubungan dengan
dunia.

34 Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 176.

35 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia, 88 89 .

201
2

16

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Paragraf

yang

tidak

memiliki

kalimat

utama/kalimat

topik,

pada

hakikatnya, kalimat utama/kalimat topiknya menyebar di seluruh kalimat yang


membangun paragraf tersebut.

10.9 Pola Pengembangan Paragraf

Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci
dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke dalam
satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran
penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaliknya sebuah
pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah
paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. 36 Inilah
yang dinamakan kerangka paragraf. Kerangka paragraf dapat dikembangkan
menjadi sebuah paragraf. Contoh kerangka paragraf;
Pikiran utama

: Keindahan alam yang mengecewakan

Pikiran penjelas

: - Manusia telah mengubah segala-galanya


-

Hutan, sawah, dan ladang tergusur

Pohon sudah tidak ada

Pagar bunga telah berganti

Pembangunan gedung-gedung mewah

Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau


pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa megambil salah satu
model pengembangan atau bisa pula mengombinasikan beberapa model
sekaligus.37

Pertentangan
36 Nasucha, Bahasa Indonesia, 49 50 .

37 Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia, 129.

201
2

17

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Paragraf yang dikembangkan dengan pertentangan, biasanya kalimat-kalimat


yang terdapat dalam paragraf tersebut menggunakan ungkapan seperti;
berbeda dari, bertentangan dari, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi,
dan bertolak belakang dari. 38

Alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan
waktu (kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa
pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan
waktu

adalah

urutan

yang

menggambarkan

urutan

terjadinya

peristiwa,

perbuatan, atau tindakan.39

Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai dari sesuatu yang
sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak
dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu
yang belum banyak dipahami publik.40

Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal
yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi lebih
lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. 41
38 Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 224.

39 Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 199 200 .

40 Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia,


41 Nasucha, Bahasa Indonesia, 55 .
201
2

18

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika menerangkan
suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang
digunakan yaitul; padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena. 42

Klimaks-Antiklimaks
Pengembangan paragraf dengan pola klimaks, yaitu gagasan utama mula-mula
diperinci dengan sebuah gagasan pengembang yang dianggap paling rendah
kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur diikuti gagasan-gagasan lain sampai
kepada gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Variasi
dari pola klimaks adalah antiklimaks. Pada pola ini penulis mulai dari suatu
gagasan atau topik yang dianggap paling tinggi kedudukannya kemudian
perlahan-lahan menurun pada gagasan-gagasan yang lebih rendah sampai
paling rendah.43

Komparatif dan Kontrastif


Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkan dengan cara
diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya,
karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Nah, pembandingan yang
dilakukan

dengan

cara

mencermati

dimensi-dimensi

kesamaannya

untuk

mengembangkan paragraf yang demikian ini dapat disebut dengan model


pengembangan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan

42 Alek A dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia, 222 227.

43 Solihin Hudori, Terampil Berbahasa,84.


201
2

19

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

cara

mencermati

dimensi-dimensi

perbedaannya

dapat

disebut

dengan

perbandingan kontrastif.44

Contoh-contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh
terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun
berbentuk paragraf.45

Definisi Luas
Definisi adalah uraian pengertian. Definisi dapat berupa sinonim kata, definisi
formal berupa kalimat, dan definisi luas yaitu uraian pengertian yang sekurangkurangnya terdiri dari satu paragraf. Artinya, ada definisi yang lebih luas yang
terdiri dari beberapa paragraf, bahkan lebih panjang lagi, misalnya, satu bab. 46

Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi paragraf
menguraikan suatu proses. Proses merupakan suatu urutan tindakan atau
perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau
tahap-tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus
menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian

44 Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia, 130.

45 Lamuddin Finoza. Komposisi. 209 .

46 Widjono Hs, Bahasa Indonesia, 206.

201
2

20

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin, misalnya,
tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah. 47

Sudut Pandang
Yang dimaksud dengan sudut pandang adalah tempat dari mana seorang penulis
melihat sesuatu. Bagaimana seorang penulis mengambil suatu posisi tertentu.
Bisa pula bagaimana tanggapan atau tanggapan penulis terhadap subjek yang
tengah ditulisnya.48

10.10 Ringkasan
Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu
gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan
pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik
tersebut. Kegunaan paragraf, yaitu; (1) dapat mengekspresikan gagasan secara
tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan, kemudian
(2) dapat menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran, (3) paragraf juga memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi
pembacanya, dan (4) memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam
satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, serta (5) dapat memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
Macam paragraf menurut posisi kalimat topiknya, paragraf terdiri atas
empat macam, yaitu; paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktifinduktif, dan paragraf penuh kalimat topik. Menurut sifat isinya, paragraf
dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi,
paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi, dan menurut fungsinya dalam sebuah
karangan, paragraf biasanya terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam, yakni
paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup. Untuk dapat
47 Lamuddin Finoza. Komposisi 208.
48 Solihin Hudori, Terampil Berbahasa,85.
201
2

21

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik dibutuhkan kesatuan, kepaduan,


termasuk kelengkaan paragraf. Sebuah paragraf berdasarkan letak kalimat
utamanya digolongkan menjadi (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3)
paragraf campuran, dan (4) paragraf deskriptif/naratif.
Pola pengembangan paragraf terdiri dari (1) pertentangan, (2) alamiah, (3)
analogi, (4) klasifikasi, (5) sebab-akibat, (6) klimaks-antiklimaks, (7) komparatif
dan kontrastif, (8) contoh-contoh, (9) definisi luas, dan (10) proses, serta (11)
sudut pandang.

201
2

22

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka
A, Alek dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Arifin, E Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi:Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Jakarta:Akapress
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia:untuk Mahasiswa
Nonjurusan Bahasa. Jakarta:Diksi Insan Mulia.
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta:Grasindo.
Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, dan Agus Budi Wahyudi. 2010. Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah:Mata Kuliah Wajib
Pengembangan Kepribadian. Yogyakarta:Media Perkasa.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:Erlangga.
Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi:Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Grasindo:Jakarta.
Solihin, Hudori K.A., dan Embay Saadiah. 2003. Terampil Berbahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Uhamka Press.

201
2

23

BAHASA INDONESIA
DRS. SRI SATATA, MM

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai