Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada matakuliah
Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang kohesi dan koherensi itu sendiri bagi para pembaca dan juga
penulis. Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Mulya Tiara Fauziah M.Pd
selaku dosen matakuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini
studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
masing berdiri sendiri, tetapi kalimat-kalimat itu dibangun oleh adanya hubungan
pikiran utama. Di dalam sebuah paragraf harus memperhatikan unsur kohesi dan
koherensi.
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang
Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu gagasan mulai dan
berakhir. Kita akan merasa kesulitan membaca suatu tulisan atau buku jika tidak ada
suatu paragraf. Oleh sebab itu, kita perlu mempelajari paragraf baik kegunaan,
Selama ini masik banyak orang yang asal-asalan dalam menyusun paragraf.
Hal ini dikarenakan kurang pahamnya dalam memahami makna paragraf itu sendiri.
Mengembangkan sebuah gagasan pokok atau pikiran utama menjadi suatu paragraf
yang terpadu bukanlah suatu hal yang mudah. Penulis yang masih dalam taraf belajar
diketahui bagaimana tata cara atau teknik dalam mengembangkan suatu paragraf.
dengan memperhatikan aspek kohesi dan koheresi. Pembahasan akan kami mulai dari
Melalui kohesi dan koherensi ini akan mencerminkan isi dari tulisan yang akan
dibaca. Selain itu, kohesi dan koherensi dapat menjadikan sebuah tulisan yang dibaca
bermakna, memiliki ide dan informasi yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca.
koherensi?
PEMBAHASAN
Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran
atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas
beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami
pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan
demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan
kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan
Dalam pembentukan paragraf yang baik terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan, yaitu
unsur kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Unsur kesatuan paragraf mengisyaratkan pada
adanya persyaratan bahwa suatu paragraf hanya memiliki satu topik, satu pikiran utama.
Fungsi paragraf dalam hal ini adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh karena itu,
pengembangan paragraf tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tidak boleh terdapat
unsur yang sama seklai tidak berhubungan dengan topik, dan tidak mendukung topik.
paragraf tidak efektif. Jadi, satu paragraf idealnya hanya berisi satu gagasan pokok satu topik.
Semua kalimat dalam suatu paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
(1) Dari hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan,terdapat dua
kelompok fenomena yang mampu menjelaskan perbedaan antara larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit. Pertama, larutan yang menimbulkan gelembung-gelembung
gas pada elektroda dan yang kedua, ada larutan yang tidak menimbulkan gelembung-
gelembung gas. Perbedaan penomena ini tidak mungkin disebabkan oleh konsentrasi
larutan, juga tidak boleh kekuatan arus, karena konsentrasi larutan dibuat sama begitu
juga kekuatan sumber arus juga sama (konsentrasi larutan dan kekuatan sumber arus
merupakan variabel kontrol). Jenis zat terlarut diduga merupakan variabel bebas
Unsur kepaduan paragraf sering disebut dengan koherensi. Suatu paragraf bukanlah
merupakan kumpulan atau deretan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau
terlepas, melainkan dibangun oleh kalimat-kalimat yang memiliki hubungan timbal balik.
Paragraf yang padu akan membuat pembaca mudah memahami dan mengikuti jalan
pikiran penulis.
Urutan pikiran yang teratur dalam paragraf akan memperlihatkan adanya kepaduan.
Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama suatu paragraf dan bagaimana hubungan
antara pikiran utama dengan pikiran penjelas dapat dilihat dari urutan perinciannya.
dedukasi, induksi) (lihat Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992,Soeparno, Haryadi, dan Suhardi,
2001).
Unsur kelengkapan paragraf mengacu pada adanya pikiran utama yang berwujud kalimat
paragraf tidak lengkap jika tidak dikembangkan secara baik oleh karena itu, unsur
kelengkapan itu sering pula disebut pengembangan, bahkan ada yang menyebut
perkembangan (lihat Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan
haruslah dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi paragraf yang baik, yaitu paragraf yang
dan kalimat-kalimat penjelas haruslah menggunakan cara yang jelas sehingga dapat
kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas. Ada pula yang menambah satu lagi yaitu kalimat
penegas (lihat Soeparno, 2001). Kalimat penegas pada hakikatnya sama dengan kalimat
topik, hanya saja kalimat penjelas biasanya merupakan penyimpulan, sehingga tidak pernah
terdapat pada awal paragraf. Struktur paragraf biasanya dikaitkan dengan pengurutan letak
kalimat utama, dan kalimat-kalimat penjelas. Khusus paragraf naratif dan deskriptif tidak
Atas dasar kategori kalimat dalam paragraf tersebut, secara garis besar struktur paragraf
(selain paragraf narasi dan deskripsi) dapat dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:
(1) Kalimat utama pada awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat
penjelas,
(2) Kalimat pada akhir paragraf dan didahului dengan kalimat-kalimat penjelas,
serta
(3) Kaliat utama terdapat pada awal dan akhir paragraf, diselingi dengan kalimat-kalimat
penjelas.
2.4 Pengembangan paragraf Berdasarkan Teknik
Pengembangna paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti
kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan,
dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu
kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya
kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf
naratif dan prosedural.Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat
membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti
kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu,
dan diikuti oleh kalimatkalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi
yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan, sebab
cara yang demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami pesan.
klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang kedua antiklimaks.
pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang
dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan,
dua, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus, dan khusus ke umum.
Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang dimulai dengan
gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian diikuti dengan gagasan
khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf yang dikembangkan dengan cara
umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan
secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan khusus sebagai
gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan gagasan umum yang biasanya
merupakan gagasan utama. Paragraf yang dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini
biasa disebut dengan paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik
dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum (induktif), paling banyak
diguankan, lebih-lebih dalam karya ilmiah karena karya ilmiah pada umumnya merup sintesis
antara deduktif dan induktif (lihat Akhadiah M.K. dkk., 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan
Suhardi 2001)
Berdasarkan isinya pengembangan paragraf antara lain dapat dilakukan dengan cara
secara singkat.
mempertentangkan tersebut berupa penyajian persamaan dan perbedaan antara dua hal.
Sesuatu yang dipertentangkan adalah dua hal yangmemiliki tingkat yang sama. Dan keduanya
memiliki persamaan dan perbedaan. Kedua, pengembangan paragraf dengna car apemberian.
gagasan umum. Gagasan umum dapat diletakkan pada awal paragraf atau diakhiri paragraf
bergantung pada gaya yang dikehendaki oleh penulis. Ketiga, pengembangan paragraf
dengan sebab akibat. Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangna
paragraf cara ini dapat dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok/utama
baru diikuti akibatnya sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akbiat sebagai
pengembangan paragraf dengan cara klaisifikasi. Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan
penyajian gagasan pokok/utama kemudian diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci.
Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A,
Paragraf berpotensi terdiri atas beberapa kalimat yang secara visual ditandai dengan
kepaduan, dan kelengkapan. Untuk itu, diperlukan pengembangan paragraf yang baik.
Kerangka struktur paragraf dikembangkan berdasarkan peletakan kalimat utama dan kalimat-
1. Kohesi
Kohesi dalam sebuah paragraf adalah tarik menarik antarkalimat dalam paragraf sehingga
kalimat-kalimat tersebut tidak saling bertentangan, tetapi tampak menyatu dan bersama-
sama mendukung pokok pikiran paragraf. Paragraf yang demikian disebut sebagai
paragraf yang padu (kohesif) (Wiyanto, 2004:32). Halliday dan Hasan (1976:6) membagi
kohesi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.
1. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal dibedakan menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi
(padan kata), antonimi (lawan kata), hiponimi (hubungan atas bawah), kolokasi (sanding
a. Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat)
yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
(Sumarlam, 2003:34).
b. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama (Keraf, 2009:36).
Hubungan sinonimi bisa terbentuk antara kata dengan kata, kata dengan frasa atau
c. Keraf (2009:39) menyebutkan bahwa istilah antonimi dipakai untuk menyatakan “lawan
e. Kolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu domain atau jaringan
f. Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan
Dalam hal ini, sejumlah kata hasil afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya
2. Kohesi Gramatikal
a. Penunjukan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang
b. Penggantian atau penyulihan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa penggantian
satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk
c. Pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa penghilangan atau pelesapan
Referensi
Referensi mengacu pada situasi dimana satuan lingual dapat berasal dari dalam maupun
luar teks. Referensi ini merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang mengacu pada
satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya. Menurut Paltridge (2006), jenis kohesi
gramatikal referensi ini dapat dikelompokkan ke dalam lima macam, yaitu: Anaphoric
Reference (Referensi Anaforis) Referensi anaforis mengacu pada kata atau frase yang
merujuk kembali pada kata atau frase lainnya yang telah digunakan di awal teks.
Contoh:Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau
romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih
perawan. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata.(Sumber:
Tempo (2013) dalam Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (2015))
Frasa tempat-tempat itu pada kalimat ketiga di atas digunakan untuk merujuk pada frasa
tempat indah pada kalimat sebelumnya. Rujukan tersebut dimaksudkan untuk menunjuk pada
Referensi kataforis menjelaskan satuan lingual yang mengacu pada kata atau frasa
Contoh: Sepertinya kamu sudah menonton film itu: Dilan dan Milea.
Dalam hal ini, pendengar atau pembaca mengetahui bahwa acuan yang dimaksud belum
Referensi komparatif adalah referensi yang digunakan untuk menilik dua hal yang memiliki
Kolokasi (collocation)
Kolokasi merupakan asosiasi antara satu kata dengan kata lain yang memiliki kecenderungan
Expectancy relation terjadi ketika terdapat kolokasi yang dapat diprediksi. Kolokasi tersebut
dapat berupa hubungan antara sebuah kata kerja dengan subjek atau objek kata kerja tersebut.
Hubungan ini menghubungkan elemen nominal dengan elemen verba dan tindakan dengan
Konjungsi (conjunction)
Konjungsi merupakan kata yang menghubungkan frase, klausa, atau bagian dari teks yang
memiliki hubungan logika semantik. Konjungsi merupakan bagian penting dari pengetahuan
diskursus yang diperlukan oleh penulis dan pembicara dan pembaca dan pendengar.Menurut
Halliday dan Hasan (1976), konjungsi memiliki beberapa jenis, yaitu additive, adversative,
causal, dan temporal. Sedangkan menurut Martin dan Rose (2003), jenis-jenis konjungsi ialah
consequential (akibat). Konjungsi additive ialah kata hubung yang menjelaskan penambahan.
Contoh kata tersebut: dan, lagi pula, lagi, dan serta. Konjungsi komparatif ialah jenis
konjungsi yang menjelaskan perbandingan (persamaan, perbedaa, pertentangan) antara dua
kalimat, frase, klausa, atau teks. Contoh kata konjungsi komparatif ialah tetapi, melainkan,
sedangkan, akan tetapi, padahal, sebaliknya, dan namun. Konjungsi temporal merupakan kata
yang memiliki hubungan waktu antara dua hal atau kejadian. Contoh kata dari konjungsi
menjelaskan sebab dari sesuatu. Contoh kata nya meliputi: sebab, karena, sebab itu, dan
karena itu.
Substitusi
Substitusi merupakan penggantian sebuah kata dengan kata lain. Contoh penggunaan
Apakah Anda sudah mencoba buku terbaru? Ini merupakan karya terbaru Tere Liye. Dalam
kalimat di atas, buku terbaru di-substitusi oleh kata ini. Substitusi dapat meliputi pergantian
percakapan di atas.
Elipsis
Elipsis merupakan penghapusan elemen yang dirasa tidak perlu karena telah diucapkan
B: [saya ingin mengutarakan bahwa] saya minta maaf kepada seluruh pihak yang merasa
dirugikan.
B: [yang akan saya lakukan ialah] menghapus unggahan saya mengenai debat Pilgub
tersebut.
Kata dalam [] tersebut mengalami elipsis karena B merasa tidak perlu mengucapkannya
Salah satu perbedaannya ialah referensi dapat merujuk sebuah elemen jauh jauh ke belakang
dalam sebuah teks. Artinya, penggunaan referensi Stu dapat merujuk pada Stuart yang telah
disebutkan pada halaman awal sebuah teks. Sedangkan elipsis dan subtitusi tidak dapat
merujuk jauh ke belakang. Ellipsis dan substitusi hanya dapat merujuk pada klausa yang
sedang berlangsung.
Perbedaan penting lainnya yaitu dengan referensi dapat ditemukan makna tipikal dari
coreference atau referensi bersama. Artinya, dua unit dapat merujuk pada satu unit lain yang
Kohesi Leksikal
Lexical cohesion atau kohesi leksikal ialah hubungan makna antara unit leksikal (lexical
item) dan content words dalam sebuah teks. Jenis-jenis utama kohesi leksikal ini ialah
merupakan kata yang diulang dalam sebuah teks yang memiliki tujuan sebagai penekanan
terhadap sesuatu. Seperti contoh pengulangan kata Stu dalam sebuah teks. Penulis tersebut
mengulang kata Stu sebagai sebuah penekanan bahwa Stu merujuk pada orang yang sama,
Sinonimi (synonymy)
Sinonimi merupakan kata yang memiliki makna yang sama atau serupa. Contohnya ialah
penggunaan kata pria dan laki-laki. Kedua kata ini memiliki makna yang sama. Penulisan
sinonimi dalam sebuah teks bertujuan untuk memberikan variasi diksi yang digunakan dalam
teks tersebut.
Antonimi (antonymy)
Antonimi ialah pengertian sebaliknya dari sinonimi. Jika sinonimi merupakan persamaan
kata, antonimi merupakan kata yang memiliki makna yang berlawanan. Contoh kata ini
antara lain ialah: membunuh dan menyembuhkan, menyakiti dan membahagiakan, dan lain
sebagainya.
Konsep ini merupakan hubungan taksonomi yang terdapat dalam sebuah teks. Hubungan
tersebut dibagi menjadi dua yaitu: superordination dan composition. Superordination ialah
hubungan antara satu sama lain (meronimi) dan hubungan seluruh-sebagian (hiponimi)
Hiponimi (hyponym)
Hiponimi ialah hubungan antara unit leksikal yang bersifat umum-khusus, contoh dari, atau
bagian dari. Contoh nya ialah, buku ternak dan buku berjudul Ternak Lele memiliki
hubungan hiponimi karena Ternak Lele merupakan bagian dari atau jenis dari buku ternak.
Meronimi (meronymy)
Meronimi membahas hubungan satu unit leksikal dengan unit leksikal lain sebagai sebuah
bagian. Contoh meronimi ialah CPU dan komputer jinjing. CPU merupakan bagian dari
komputer jinjing. Maka dari itu, CPU dan komputer jinjing merupakan sebuah
sebagai berikut
Hiponimi dan meronimi bergantung pada pengetahuan pembaca mengenai setiap unit leksikal
dan hubungannya dengan unit leksikal lain. Dengan kata lain, pembaca yang tidak memiliki
pengetahuan mengenai komputer tidak akan bisa mendeteksi bahwa CPU dan komputer
Koherensi
Sebuah teks dikatakan koheren apabila terdapat kepaduan dengan kohesifnya. Apabila suatu
ujaran atau wacana tidak memiliki koherensi, maka hubungan semantik-pragmatik yang
seharusnya ada menjadi tidak terbina dan tidak logis. Kridalaksana (dalam Hartono, 2012,
hlm. 151) mengemukakan bahwa “koherensi merupakan hubungan semantis”. Brown dan
Yule (dalam Mulyana, 2005, hlm. 135) menegaskan bahwa “koherensi berarti kepaduan
antarsatuan lingual dalam teks atau tuturan”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
koherensi merupakan unsur di luar kalimat yang keberadaannya berfungsi untuk menciptakan
kepaduan antarbagian dalam teks. Menurut Renkema (2004), koherensi dapat dibedakan
Hubungan aditif dapat ditelusuri dari konjungsi dan terkait dengan berbagai jenis koordinasi.
Hubungan koordinasi dapat direpresentasikan dengan kata-kata seperti and (konjungsi atau
penambahan), but (kontras), or (pemilihan), atau makna yang sama dengan kata-kata ini.
Contoh:Dewi membeli hadiah untuk ibunya. (Tapi) Dia lupa membawa uang.
Koherensi hubungan kausal dapat ditelusuri dari implikasinya dan terkait dengan subordinasi.
Dalam tata bahasa tradisional, hubungan kausal yang paling penting dibedakan menjadi tujuh
jenis:
c. means (cara), memanfaatkan sebab secara sengaja untuk mencapai apa yang dikehendaki.
Contoh: Kamu bisa lulus, kok. Buat saja makalah perbaikan yang dosen minta.
d. consequence (konsekuensi)
Contoh: Penulisan nama di formulir harus menggunakan huruf kapital. Diharapkan dapat
g. concession (konsesi), mengindikasikan sebab atau alasan yang mungkin menjadi hasil
https://repository.usd.ac.id/11935/2/131224022_full.pdf
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/12.1.01.07.0053.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/10507/1/Kohesi%20dan%20Koherensi%20Tek
s%20Bacaan.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDON
ESIA/196711031993032-
NOVI_RESMINI/PENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf
https://lib.unnes.ac.id/20934/1/2302411054-S.pdf