Anda di halaman 1dari 21

BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN PARAGRAF DENGAN


MEMPERHATIKAN ASPEK KOHESI DAN KOHERESI
Dosen Pengampu:
Mulya Tiara Fauziah M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 4


1. Dara Atheria Syahadat (2281190070)

2.Dea Hardelia Hartati (2281190016)

3. Ferly Sagita (2281190072)

4. Ida Trianawati (2281190038)

5. Komala Dewi (2281190063)

6. Siti Nurholipah (2281190019)

7. Putri Almaida (2281190045)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

pengembangan paragraf berdasarkan aspek kohesi dan koherensi. Dengan

memperhatikan tata cara penulisan paragraf dengan benar.Adapun tujuan

penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada matakuliah

Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang kohesi dan koherensi itu sendiri bagi para pembaca dan juga

penulis. Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Mulya Tiara Fauziah M.Pd

selaku dosen matakuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini

sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang

studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 24 Setember 2019

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebuah paragraf bukanlah sebuah tumpukan kalimat-kalimat yang masing-

masing berdiri sendiri, tetapi kalimat-kalimat itu dibangun oleh adanya hubungan

timbal-balik. Dengan demikian diperlukan urutan pikiran yang koheren (terpadu),

sehingga tidak terdapat loncatan pikiran yang membingungkan. Suatu paragraf

dikatakan koheren jika kalimat-kalimat itu saling berhubungan untuk mendukung

pikiran utama. Di dalam sebuah paragraf harus memperhatikan unsur kohesi dan

koherensi.

Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang

memiliki kesatuan dan menjelaskan satu ide pokok/gagasan utama (Maria,2017).

Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu gagasan mulai dan

berakhir. Kita akan merasa kesulitan membaca suatu tulisan atau buku jika tidak ada

suatu paragraf. Oleh sebab itu, kita perlu mempelajari paragraf baik kegunaan,

macam-macam, syarat pembentukan paragraf dan pengembangan paragraf.

Selama ini masik banyak orang yang asal-asalan dalam menyusun paragraf.

Hal ini dikarenakan kurang pahamnya dalam memahami makna paragraf itu sendiri.

Mengembangkan sebuah gagasan pokok atau pikiran utama menjadi suatu paragraf

yang terpadu bukanlah suatu hal yang mudah. Penulis yang masih dalam taraf belajar

(pemula) sering menemukan kesulitan dalam memelihara kesatuan dari sebuah

paragraf. Hingga saat ini mengembangkan paragraf yang memiliki kesatuan,


kepaduan, dan kelengkapan masih merupakan sebuah kesulitan. Maka dari itu, perlu

diketahui bagaimana tata cara atau teknik dalam mengembangkan suatu paragraf.

Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang pengembangan paragraf

dengan memperhatikan aspek kohesi dan koheresi. Pembahasan akan kami mulai dari

hal yang paling sederhana yaitu pengertian paragraf, kegunaan, macam-macam

hingga syarat-syarat paragraf dan pengembangan paragraf itu sendiri.

Melalui kohesi dan koherensi ini akan mencerminkan isi dari tulisan yang akan

dibaca. Selain itu, kohesi dan koherensi dapat menjadikan sebuah tulisan yang dibaca

bermakna, memiliki ide dan informasi yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kohesi dan koherensi?

2. Bagaimana fungsi kohesi dan koherensi dalam suatu paragraf?

3. Bagaimana cara mengembangkan suatu paragraf berdasarkan kohesi dan

koherensi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Dapat menjelaskan pengertian kohesi dan koherensi?

2. Dapat menjelaskan tata cara pengembangan paragraf dengan aspek kohesi

3. Dapat menjelaskan tata cara pengembangan paragraf dengan aspek koherensi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paragraf

Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran

atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas

beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami

pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan

demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan

kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan

pengendali suatu paragraf.

2.2 Pembentukan Paragraf

Dalam pembentukan paragraf yang baik terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan, yaitu

unsur kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Unsur kesatuan paragraf mengisyaratkan pada

adanya persyaratan bahwa suatu paragraf hanya memiliki satu topik, satu pikiran utama.

Fungsi paragraf dalam hal ini adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh karena itu,

pengembangan paragraf tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tidak boleh terdapat

unsur yang sama seklai tidak berhubungan dengan topik, dan tidak mendukung topik.

Penyimpangan pengembangan paragraf akan menyulitkan pembaca, akan mengakibatkan

paragraf tidak efektif. Jadi, satu paragraf idealnya hanya berisi satu gagasan pokok satu topik.

Semua kalimat dalam suatu paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.

Berikut ini diberikan contoh paragraf,

(1) Dari hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan,terdapat dua

kelompok fenomena yang mampu menjelaskan perbedaan antara larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit. Pertama, larutan yang menimbulkan gelembung-gelembung

gas pada elektroda dan yang kedua, ada larutan yang tidak menimbulkan gelembung-

gelembung gas. Perbedaan penomena ini tidak mungkin disebabkan oleh konsentrasi

larutan, juga tidak boleh kekuatan arus, karena konsentrasi larutan dibuat sama begitu

juga kekuatan sumber arus juga sama (konsentrasi larutan dan kekuatan sumber arus

merupakan variabel kontrol). Jenis zat terlarut diduga merupakan variabel bebas

terhadap munculnya gelembung gas itu. Oleh karena itu,.........

Unsur kepaduan paragraf sering disebut dengan koherensi. Suatu paragraf bukanlah

merupakan kumpulan atau deretan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau

terlepas, melainkan dibangun oleh kalimat-kalimat yang memiliki hubungan timbal balik.

Paragraf yang padu akan membuat pembaca mudah memahami dan mengikuti jalan

pikiran penulis.

Urutan pikiran yang teratur dalam paragraf akan memperlihatkan adanya kepaduan.

Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama suatu paragraf dan bagaimana hubungan

antara pikiran utama dengan pikiran penjelas dapat dilihat dari urutan perinciannya.

Perincian dapat dilakukan secara alamiah (kronologis, spasial), dan logis(kausalitas,

dedukasi, induksi) (lihat Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992,Soeparno, Haryadi, dan Suhardi,

2001).

Unsur kelengkapan paragraf mengacu pada adanya pikiran utama yang berwujud kalimat

utama dan pikiran penjelas yang berwujud kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat

penjelas haruslah menunjang kejellasan kalimat utama. Paragraf dinyatakan sebagai

paragraf tidak lengkap jika tidak dikembangkan secara baik oleh karena itu, unsur

kelengkapan itu sering pula disebut pengembangan, bahkan ada yang menyebut
perkembangan (lihat Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan

Suhardi,2001; Keraf, 1981)

2.3 Kerangka Struktur Paragraf

Paragraf diasumsikan berpotensi terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut

haruslah dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi paragraf yang baik, yaitu paragraf yang

memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Pendistribusian kalimat utama

dan kalimat-kalimat penjelas haruslah menggunakan cara yang jelas sehingga dapat

dirumuskan strukturnya. Kalimat-kalimat dalam paragraf dapat dikategorikan menjadi (1)

kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas. Ada pula yang menambah satu lagi yaitu kalimat

penegas (lihat Soeparno, 2001). Kalimat penegas pada hakikatnya sama dengan kalimat

topik, hanya saja kalimat penjelas biasanya merupakan penyimpulan, sehingga tidak pernah

terdapat pada awal paragraf. Struktur paragraf biasanya dikaitkan dengan pengurutan letak

kalimat utama, dan kalimat-kalimat penjelas. Khusus paragraf naratif dan deskriptif tidak

dapat ditemukan kalimat utama dan kalimat penjelas.

Atas dasar kategori kalimat dalam paragraf tersebut, secara garis besar struktur paragraf

(selain paragraf narasi dan deskripsi) dapat dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:

(1) Kalimat utama pada awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat

penjelas,

(2) Kalimat pada akhir paragraf dan didahului dengan kalimat-kalimat penjelas,

serta

(3) Kaliat utama terdapat pada awal dan akhir paragraf, diselingi dengan kalimat-kalimat

penjelas.
2.4 Pengembangan paragraf Berdasarkan Teknik

Pengembangna paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan

tekniknya pengembangan paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1)

pengembangan secara alamiah, dan (2) pengembangan secara logis.

Pengembangan Secara Alamiah

Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti

kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan,

dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu

kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya

kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf

naratif dan prosedural.Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat

membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti

kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu,

dan diikuti oleh kalimatkalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi

yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan, sebab

cara yang demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami pesan.

Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.

Pengembangan Secara Logis

Pengembangan paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf

menggunakan pola pikir tertentu.Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan

menjadi dua,yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus.Paragraf yang dikembangkan

klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang kedua antiklimaks.

Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasangagasan


yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan

gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya. Sebaliknya,

pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang

dianggap paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti

dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan,

gagasan yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.

Pengembangan paragraf berdasarkan kriteria umum-khusus, dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus, dan khusus ke umum.

Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang dimulai dengan

gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian diikuti dengan gagasan

khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf yang dikembangkan dengan cara

umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan

secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan khusus sebagai

gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan gagasan umum yang biasanya

merupakan gagasan utama. Paragraf yang dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini

biasa disebut dengan paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik

dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum (induktif), paling banyak

diguankan, lebih-lebih dalam karya ilmiah karena karya ilmiah pada umumnya merup sintesis

antara deduktif dan induktif (lihat Akhadiah M.K. dkk., 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan

Suhardi 2001)

2.5 Pengembangan paragraf Berdasarkan Isi

Berdasarkan isinya pengembangan paragraf antara lain dapat dilakukan dengan cara

menapilkan perbandingan atau pertentangan,


contoh, sebab-akibat, dan klasifikasi. Berikut disajikan pengertian keempat cara tersebut

secara singkat.

Pertama, pengembangan paragraf dengan cara pembandingan. Cara pembandingan

merupakan sebuah pengembangna paragraf yang dilakukan dengan membandingkan atau

mempertentangkan guna memperjelas suatu paparan. Kegiatan membandingkan atau

mempertentangkan tersebut berupa penyajian persamaan dan perbedaan antara dua hal.

Sesuatu yang dipertentangkan adalah dua hal yangmemiliki tingkat yang sama. Dan keduanya

memiliki persamaan dan perbedaan. Kedua, pengembangan paragraf dengna car apemberian.

Contohcontoh disajikan sebagai gagasan penjelas untuk mendungku atau memperjelas

gagasan umum. Gagasan umum dapat diletakkan pada awal paragraf atau diakhiri paragraf

bergantung pada gaya yang dikehendaki oleh penulis. Ketiga, pengembangan paragraf

dengan sebab akibat. Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangna

paragraf cara ini dapat dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan pokok/utama

baru diikuti akibatnya sebagai gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akbiat sebagai

gagasan pokok utama diikuti dengan penyebabnya sebagai gagasan penjelas.Keempat,

pengembangan paragraf dengan cara klaisifikasi. Cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan

penyajian gagasan pokok/utama kemudian diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci.

Gagasan penjelas merupakan kalsifikasi dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A,

memiliki gagasan penjelas yang dapat diklasifikasikan menjadi X dan Z.

Paragraf berpotensi terdiri atas beberapa kalimat yang secara visual ditandai dengan

indensasi. Pembentukkan paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan kesatuan,

kepaduan, dan kelengkapan. Untuk itu, diperlukan pengembangan paragraf yang baik.

Kerangka struktur paragraf dikembangkan berdasarkan peletakan kalimat utama dan kalimat-

kalimat penjelas. Pengembangan paragraf berdasarkan tekniknya dapat dikelompokkan


menjadi alamiah dan logis. Pengembnagna paragraf berdasarkan isinya, antara lain dapat

dilakukan dengan perbandingan, contoh, sebab-akibat dan klasifikasi.

Untuk membuat suatu paragraf dibutuhkannya aspek kohesi dan koherensi.

1. Kohesi

Kohesi dalam sebuah paragraf adalah tarik menarik antarkalimat dalam paragraf sehingga

kalimat-kalimat tersebut tidak saling bertentangan, tetapi tampak menyatu dan bersama-

sama mendukung pokok pikiran paragraf. Paragraf yang demikian disebut sebagai

paragraf yang padu (kohesif) (Wiyanto, 2004:32). Halliday dan Hasan (1976:6) membagi

kohesi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

1. Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal dibedakan menjadi enam macam, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi

(padan kata), antonimi (lawan kata), hiponimi (hubungan atas bawah), kolokasi (sanding

kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).

a. Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat)

yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai

(Sumarlam, 2003:34).

b. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama (Keraf, 2009:36).

Hubungan sinonimi bisa terbentuk antara kata dengan kata, kata dengan frasa atau

sebaliknya, frasa dengan frasa, maupun klausa/kalimat dengan klausa/kalimat.x

c. Keraf (2009:39) menyebutkan bahwa istilah antonimi dipakai untuk menyatakan “lawan

makna” sedangkan kata yang berlawanan disebut dengan antonim.


d. Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas-bawah atau dalam suatu

makna terkandung sejumlah komponen yang lain.

e. Kolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam suatu domain atau jaringan

tertentu (Sumarlam, 2003:43).

f. Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan

lingual lain dalam sebuah paradigma.

Dalam hal ini, sejumlah kata hasil afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya

hubungan kesepadanan (Sumarlam, 2003:44).

2. Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal terdiri dari penunjukan (reference), penggantian (substitution), pelesapan

(ellipsis), dan perangkaian (conjunction) (Halliday dan Hasan. 1976:6).

a. Penunjukan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa satuan lingual tertentu yang

menunjuk satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya (Baryadi 2002:18).

b. Penggantian atau penyulihan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa penggantian

satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk

memperoleh unsur pembeda (Sumarlam, 2003:26).

c. Pelesapan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa penghilangan atau pelesapan

satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya (Sumarlam, 2003:30).

d. Sudaryanto (1992:120) menyebutkan bahwa konjungsi antarkalimat berfungsi

menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.

Referensi
Referensi mengacu pada situasi dimana satuan lingual dapat berasal dari dalam maupun

luar teks. Referensi ini merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang mengacu pada

satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya. Menurut Paltridge (2006), jenis kohesi

gramatikal referensi ini dapat dikelompokkan ke dalam lima macam, yaitu: Anaphoric

Reference (Referensi Anaforis) Referensi anaforis mengacu pada kata atau frase yang

merujuk kembali pada kata atau frase lainnya yang telah digunakan di awal teks.

Contoh:Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau

romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih

perawan. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata.(Sumber:

Tempo (2013) dalam Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (2015))

Frasa tempat-tempat itu pada kalimat ketiga di atas digunakan untuk merujuk pada frasa

tempat indah pada kalimat sebelumnya. Rujukan tersebut dimaksudkan untuk menunjuk pada

tempat yang telah disebutkan sebelumnya.

Cataphoric Reference (Referensi Kataforis)

Referensi kataforis menjelaskan satuan lingual yang mengacu pada kata atau frasa

lainnya yang digunakan dalam kalimat yang mengikutinya.

Contoh: Sepertinya kamu sudah menonton film itu: Dilan dan Milea.

Dalam hal ini, pendengar atau pembaca mengetahui bahwa acuan yang dimaksud belum

disebutkan sehingga mereka melanjutkan mendengar atau membaca untuk mengetahui

maksud dari kata itu.

Homophoric Reference (Referensi Homoforis)


Referensi homoforis adalah referensi yang objek acuannya dapat berasal dari pengetahuan

budaya secara umum, daripada konteks dalam suatu teks.

Comparative Reference (Referensi Komparatif)

Referensi komparatif adalah referensi yang digunakan untuk menilik dua hal yang memiliki

kesamaan, kemiripan, atau perbedaan dalam sebuah teks.

Kolokasi (collocation)

Kolokasi merupakan asosiasi antara satu kata dengan kata lain yang memiliki kecenderungan

untuk muncul bersamaan. Contoh kolokasi ialah: gelap-gulita, hingar bingar.

Kolokasi memliki jenis lain, yaitu expectancy relation.

Expectancy relation terjadi ketika terdapat kolokasi yang dapat diprediksi. Kolokasi tersebut

dapat berupa hubungan antara sebuah kata kerja dengan subjek atau objek kata kerja tersebut.

Hubungan ini menghubungkan elemen nominal dengan elemen verba dan tindakan dengan

pelaku atau kejadian dengan lokasi kejadian.

Konjungsi (conjunction)

Konjungsi merupakan kata yang menghubungkan frase, klausa, atau bagian dari teks yang

memiliki hubungan logika semantik. Konjungsi merupakan bagian penting dari pengetahuan

diskursus yang diperlukan oleh penulis dan pembicara dan pembaca dan pendengar.Menurut

Halliday dan Hasan (1976), konjungsi memiliki beberapa jenis, yaitu additive, adversative,

causal, dan temporal. Sedangkan menurut Martin dan Rose (2003), jenis-jenis konjungsi ialah

additive (aditif), comparative (perbandingan/pertentangan), temporal (waktu), dan

consequential (akibat). Konjungsi additive ialah kata hubung yang menjelaskan penambahan.

Contoh kata tersebut: dan, lagi pula, lagi, dan serta. Konjungsi komparatif ialah jenis
konjungsi yang menjelaskan perbandingan (persamaan, perbedaa, pertentangan) antara dua

kalimat, frase, klausa, atau teks. Contoh kata konjungsi komparatif ialah tetapi, melainkan,

sedangkan, akan tetapi, padahal, sebaliknya, dan namun. Konjungsi temporal merupakan kata

yang memiliki hubungan waktu antara dua hal atau kejadian. Contoh kata dari konjungsi

temporal meliputi sebelumnya dan sesudahnya. Konjungsi akibat berfungsi untuk

menjelaskan sebab dari sesuatu. Contoh kata nya meliputi: sebab, karena, sebab itu, dan

karena itu.

Substitusi dan ellipsis (substitution dan ellipsis)

Substitusi

Substitusi merupakan penggantian sebuah kata dengan kata lain. Contoh penggunaan

substitusi ialah sebagai berikut:

Apakah Anda sudah mencoba buku terbaru? Ini merupakan karya terbaru Tere Liye. Dalam

kalimat di atas, buku terbaru di-substitusi oleh kata ini. Substitusi dapat meliputi pergantian

kata dan bahkan frase:

A: Saya berharap kamu bahagia menjalani kehidupan pernikahan

B: Ya saya pun berharap demikian

Bahagia menjalani kehidupan pernikahan digantikan oleh kata demikian dalam

percakapan di atas.

Elipsis

Elipsis merupakan penghapusan elemen yang dirasa tidak perlu karena telah diucapkan

pada kalimat sebelumnya. Contoh ellipsis ialah berikut ini:


A: Apa yang ingin Anda utarakan?

B: [saya ingin mengutarakan bahwa] saya minta maaf kepada seluruh pihak yang merasa

dirugikan.

A: Apa yang akan Anda lakukan setelah ini?

B: [yang akan saya lakukan ialah] menghapus unggahan saya mengenai debat Pilgub

tersebut.

Kata dalam [] tersebut mengalami elipsis karena B merasa tidak perlu mengucapkannya

karena hal tersebut telah diucapkan oleh A.

Perbedaan referensi, elipsis, dan substitusi

Salah satu perbedaannya ialah referensi dapat merujuk sebuah elemen jauh jauh ke belakang

dalam sebuah teks. Artinya, penggunaan referensi Stu dapat merujuk pada Stuart yang telah

disebutkan pada halaman awal sebuah teks. Sedangkan elipsis dan subtitusi tidak dapat

merujuk jauh ke belakang. Ellipsis dan substitusi hanya dapat merujuk pada klausa yang

sedang berlangsung.

Perbedaan penting lainnya yaitu dengan referensi dapat ditemukan makna tipikal dari

coreference atau referensi bersama. Artinya, dua unit dapat merujuk pada satu unit lain yang

sama. Elipsis dan substitusi tidak memiliki fitur ini.

Kohesi Leksikal

Lexical cohesion atau kohesi leksikal ialah hubungan makna antara unit leksikal (lexical

item) dan content words dalam sebuah teks. Jenis-jenis utama kohesi leksikal ini ialah

pengulangan (repetition), sinonimi (synonymy), antonimi (antonymy), hiponimi (hyponymy),


meronimi (meronymy), dan kolokasi (collocation). Pengulangan (repetition) Pengulangan

merupakan kata yang diulang dalam sebuah teks yang memiliki tujuan sebagai penekanan

terhadap sesuatu. Seperti contoh pengulangan kata Stu dalam sebuah teks. Penulis tersebut

mengulang kata Stu sebagai sebuah penekanan bahwa Stu merujuk pada orang yang sama,

yaitu Stuart (Stu panggilan dari Stuart).

Sinonimi (synonymy)

Sinonimi merupakan kata yang memiliki makna yang sama atau serupa. Contohnya ialah

penggunaan kata pria dan laki-laki. Kedua kata ini memiliki makna yang sama. Penulisan

sinonimi dalam sebuah teks bertujuan untuk memberikan variasi diksi yang digunakan dalam

teks tersebut.

Antonimi (antonymy)

Antonimi ialah pengertian sebaliknya dari sinonimi. Jika sinonimi merupakan persamaan

kata, antonimi merupakan kata yang memiliki makna yang berlawanan. Contoh kata ini

antara lain ialah: membunuh dan menyembuhkan, menyakiti dan membahagiakan, dan lain

sebagainya.

Hiponimi dan meronimi (hyponymy dan meronymy)

Konsep ini merupakan hubungan taksonomi yang terdapat dalam sebuah teks. Hubungan

tersebut dibagi menjadi dua yaitu: superordination dan composition. Superordination ialah

hubungan antara satu sama lain (meronimi) dan hubungan seluruh-sebagian (hiponimi)

Hiponimi (hyponym)
Hiponimi ialah hubungan antara unit leksikal yang bersifat umum-khusus, contoh dari, atau

bagian dari. Contoh nya ialah, buku ternak dan buku berjudul Ternak Lele memiliki

hubungan hiponimi karena Ternak Lele merupakan bagian dari atau jenis dari buku ternak.

Meronimi (meronymy)

Meronimi membahas hubungan satu unit leksikal dengan unit leksikal lain sebagai sebuah

bagian. Contoh meronimi ialah CPU dan komputer jinjing. CPU merupakan bagian dari

komputer jinjing. Maka dari itu, CPU dan komputer jinjing merupakan sebuah

hubunganmeronimi. Layaknya hiponimi, meronimi pun dapat digambarkan melalui diagram

sebagai berikut

Hiponimi dan meronimi bergantung pada pengetahuan pembaca mengenai setiap unit leksikal

dan hubungannya dengan unit leksikal lain. Dengan kata lain, pembaca yang tidak memiliki

pengetahuan mengenai komputer tidak akan bisa mendeteksi bahwa CPU dan komputer

jinjing memiliki hubungan meronimi.

Koherensi

Sebuah teks dikatakan koheren apabila terdapat kepaduan dengan kohesifnya. Apabila suatu

ujaran atau wacana tidak memiliki koherensi, maka hubungan semantik-pragmatik yang

seharusnya ada menjadi tidak terbina dan tidak logis. Kridalaksana (dalam Hartono, 2012,

hlm. 151) mengemukakan bahwa “koherensi merupakan hubungan semantis”. Brown dan

Yule (dalam Mulyana, 2005, hlm. 135) menegaskan bahwa “koherensi berarti kepaduan

antarsatuan lingual dalam teks atau tuturan”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

koherensi merupakan unsur di luar kalimat yang keberadaannya berfungsi untuk menciptakan

kepaduan antarbagian dalam teks. Menurut Renkema (2004), koherensi dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu:


Koherensi Hubungan Aditif

Hubungan aditif dapat ditelusuri dari konjungsi dan terkait dengan berbagai jenis koordinasi.

Hubungan koordinasi dapat direpresentasikan dengan kata-kata seperti and (konjungsi atau

penambahan), but (kontras), or (pemilihan), atau makna yang sama dengan kata-kata ini.

Contoh:Dewi membeli hadiah untuk ibunya. (Tapi) Dia lupa membawa uang.

Koherensi Hubungan Kausal

Koherensi hubungan kausal dapat ditelusuri dari implikasinya dan terkait dengan subordinasi.

Dalam tata bahasa tradisional, hubungan kausal yang paling penting dibedakan menjadi tujuh

jenis:

a. cause (sebab), mengindikasikan konsekuensi yang berada di luar ranah kehendak.

Contoh: Jaka tidak pergi ke sekolah. Dia sakit.

b. reason (alasan), menunjukkan keberadaan kehendak.

Contoh:Andi tidak datang bersama kita. Dia tidak suka pesta.

c. means (cara), memanfaatkan sebab secara sengaja untuk mencapai apa yang dikehendaki.

Contoh: Kamu bisa lulus, kok. Buat saja makalah perbaikan yang dosen minta.

d. consequence (konsekuensi)

Contoh: Andin sakit. Kemarin dia kehujanan.

e. purpose (tujuan), menghasilkan konsekuensi yang dikehendaki.

Contoh: Penulisan nama di formulir harus menggunakan huruf kapital. Diharapkan dapat

mencegah kesulitan dalam membaca.


f. condition (syarat), mengindikasikan sebab atau alasan menjadi hasil.

Contoh: Kamu boleh main, nak. Tapi cuci piring dahulu.

g. concession (konsesi), mengindikasikan sebab atau alasan yang mungkin menjadi hasil

yang tidak tercapai.

Contoh: Dia kaya. Tapi dia tidak pernah beramal.


DAFTAR PUSTAKA

https://repository.usd.ac.id/11935/2/131224022_full.pdf

http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/12.1.01.07.0053.pdf

http://repositori.kemdikbud.go.id/10507/1/Kohesi%20dan%20Koherensi%20Tek

s%20Bacaan.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDON

ESIA/196711031993032-

NOVI_RESMINI/PENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf

https://lib.unnes.ac.id/20934/1/2302411054-S.pdf

Anda mungkin juga menyukai