Tujuan Resensi
500px.com
Berikut ini adalah beberapa tujuan meresensi buku :
1. Mengajak para pembaca untuk berdiskusi lebih jauh tentang
masalah yang diangkat dalam karya yang dibuat resensi. Entah itu
berupa buku, novel ataupun majalah.
2. Resensi dibuat untuk memberikan pemahaman serta informasi
Manfaat Resensi
500px.com
Beberapa manfaat resensi buku atau novel :
5. Sebagai bahan pertimbangan dan memberikan gambaran secara
umum kepada pembaca tentang suatu karya dan untuk
mempengaruhi mereka atas karya tersebut.
6. Mendapatkan uang atau imbalan serta buku-buku yang akan
diresensi secara gratis dari penerbit buku apabila karya yang
diresensinya di muat di koran atau majalah.
7. Merupakan sarana atau media promosi buku. Buku yang di resensi
merupakan buku baru yang belum pernah di resensi oleh orang
lain. Dengan demikian, resensi merupakan sebagai media promosi
buku baru tersebut untuk menarik perhatian orang yang suka
membaca.
8. Pengembangan kreatifitas. Semakin sering menulis, maka kita
akan semakin terlatih untuk lebih berinovasi dalam menulis. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengembangkan kreativitas yang kita miliki.
Jenis Jenis Resensi
sahabatnesia.com
Berikut ini adalah jenis-jenis resensi buku :
1. Resensi Informatif
Resensi informatif adalah resensi yang hanya memberikan informasi
mengenai isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan
buku atau karya.
2. Resensi Deskriptif
Resensi deskriptif adalah resensi yang membahas secara lebih detail
pada tiap bagian atau babnya.
3. Resensi Kritis
Resensi kritis adalah resensi yang berbentuk ulasan secara lebih
detail dengan metodologi ilmu.
sahabatnesia.com
Berikut ini adalah unsur unsur resensi buku atau resensi novel :
1. Identitas Buku
Identitas buku meliputi :
Judul Buku
Nama Pengarang
Nama Penerbit
Ketebalan Buku
Tahun Terbit
Nomor Edisi
Identitas buku juga dapat meliputi ukuran buku, warna dan ilustrasi
jilid buku. Akan tetapi dalam kepentingannya dengan penulisan
resensi hal ini jarang sekali dimunculkan atau dibuat.
2. Ikhtisar Buku
Ikhtisar buku disusun berdasarkan pokok-pokok yang terkandung
dalam buku. Akan tetapi karena buku yang akan di resensi berupa
novel maka cara menentukan pokok-pokoknya berbeda dengan buku
non fiksi.
Pokok-pokok isi novel dapat ditentukan dengan berdasarkan keadaan
maupun peristiwa-peristiwa penting yang digambarkan di dalam novel.
3. Kepengarangan
Sosok pengarang sering kali diceritakan dalam resensi novel. Hal ini
berkaitan dengan latar belakang, keahlian, sikap-sikap, dan karya-
karya yang dibuat olehnya.
Bagian-bagian tersebut diceritakan secara ringkas dan pada
umumnya tidak melebihi satu paragraf.
Sosok pengarang pada umumnya dicantumkan di halaman pertama
atau dibagian belakang novel tersebut. Dari sanalah kamu bisa
berbicara tentang unsur kepengarangan.
Untuk pengarang yang sudah terkenal, kamu dapat membaca dari
sumber-sumber lainnya seperti di internet.
4. Keunggulan dan Kelemahan Buku
Keunggulan dan kelemahan buku pada resensi dapat berkaitan
dengan unsur-unsur novel. Terhadap unsur-unsur ini, kamu dapat
memberikan penilaian, baik itu berdasarkan kesederhanaan,
kejelasan, kekhasan, penguasaan masalah, dan aspek-aspek lainnya
yang dapat kamu tentukan sendiri sesuai dengan kreatifitas kamu.
sahabatnesia.com
Cewek Smart
Identitas Buku
Judul Buku : Cewek Smart
Pengarang Buku : Ria Fariana
Penerbit Buku : Gema Insani
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2008
Tebal Buku : 200 halaman
Sinopsis Cewek Smart
Buku memang dirancang untuk membantu remaja perempuan agar
dapat menyikapi permasalahan yang terjadi disekitar kita. Buku ini
juga mengupas bagaimana menjadi seorang perempuan yang cerdas
dan mempunyai kepribadian yang baik sesuai syariat Agama Islam.
Perempuan yang cerdas sesuai syariat adalah seseorang yang dapat
menggunakan kecerdasannya untuk menambah keimanannya.
Perempuan cerdas itu tidak diukur dari seberapa tinggi nilai raportnya.
Tetapi bagaimana caranya ia mampu menyelesaikan suatu
permasalahan dalam hidupnya dengan tolak ukur tertentu yang penuh
tanggungjawab.
Secara umum, buku ini berisi dasar-dasar menjadi seorang
perempuan yang sholeha. Bagaimana sih menjadi perempuan yang
cerdas sesuai syariat ? Apa perlu perempuan itu harus centil ?
Kita enggak perlu yang namanya pacaran. Semuanya bermuara pada
sejumlah nasehat sederhana dan praktis yang dapat membantu untuk
menyikapi suatu permasalahan.
Buku ini mampu memabantu menyadarkan remaja perempuan untuk
bersikap sesuai syariat Agama Islam. Dengan membaca buku ini,
kamu dapat merenungkan mana yang seharusnya dilakukan dan yang
tidak dilakukan.
Di buku ini terdapat banyak kata-kata bijak seperti “Islam mendorong
perempuan untuk cerdas agar ia tidak muda di bodohi oleh siapapun”.
Kelebihan Buku
Dapat menuntun remaja perempuan zaman sekarang untuk hijrah ke
jalan yang benar sesuai syariat Agama Islam. Bahasa buku ini mudah
sekali untuk dipahami, karena bahasanya merupakan bahasa yang
populer dan gaul. Cover buku ini juga sangat menarik dengan kartun
yang lucu dan penuh warna yang menambah nuansa keistimewaan
buku ini.
Kekurangan Buku
Buku ini sangat sedikit penjualannya dan gambar ilustrasi yang
terdapat dalam buku ini masih bewarna hitam putih.
Baca juga artikel : 7 Contoh Resensi Novel Fiksi Terlengkap !
blog.zocdoc.com
Tips & Trik Jago Main Rubik
Identitas Buku
Judul Buku : Tips & Trik Jago Main Rubik
Penulis Buku : Wicaksono Hadi
Penerbit Buku : Gradien Mediatama
Cetakan : 1, 2009
Tebal Buku : 184 halaman
Sinopsis Tips & Trik Jago Main Rubik
Rubik merupakan permainan puzzle mekanik berbentuk kubus yang
mempunyai enam warna yang berbeda pada setiap sisinya.
Ditemukan pada tahun 1974 oleh Profesor Erno Rubik.
Profesor Erno Rubik adalah seorang arsitek dan pemahat asal
Hungaria. Dengan waktu yang tidak lama, rubik menciptakan sensasi
Internasional. Setiap orang ingin memilikinya dan memainkannya.
Demam ini menjalar baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Ada sesuatu yang memikat pada kubus kecil ini. Ia mempunyai
konsep yang serhana, elegan, namu secara mengejutkan sangat sulit
untuk diselesaikan.
Satu demi satu kompetisi lokal diadakan untuk berlomba
menyelesaikan permainan rubik. Diantaranya adalah United Kingdom
Rubik’s Cube Championship (Desember 1981), American Rubik’s
Cube Championship (November 1981), Canada Rubik’s Cube
Championship (Maret 1982).
Puncaknya adalah pada bulan Juni 1982 untuk pertama kalinya
diselenggarakan Rubik’s Cube World Championship di Budapest,
dimana orang-orang dari berbagai negara dipertemukan oleh
permainan rubik.
Kejuaraan tersebut dimenangkan oleh pelajar Vietnam yang baru
berumur 16 tahun dengan catatan waktu hanya 22,95 detik. Suatu
prestasi yang luar biasa sekali.
Ketertarikan publik pada permainan rubik mulai memudar menjelang
tahun 1990-an. Orang-orang sudah terlalu kesal saat mencoba
menyelesaikan tapi tak kunjung berhasil.
Sebagian orang lebih tertarik dengan kehadiran video game elektronik
pada saat itu. Namun hingga hari ini, lebih dari 30 juta rubik telah
terjual, menjadikannya sebagai permainan puzzle terlaris di Dunia
sepanjang masa.
Dengan kemunculan internet, rubik akhirnya bangkit. Pada tahun
2000-an, petunjuk untuk dapat menyelesaikan rubik telah banyak
ditemukan di internet. Demam rubik pun kembali melanda untuk
kedua kalinya.
Puncaknya terjadi pada tahun 2003, ketika World Championship
kedua yang diadakan di Canada. Rubik dipandang sebagai permainan
yang positif, melatih motorik, daya ingat, serta mampu mendorong
pemainnya untuk menjalin komunitas dan berkompetisi secara sehat.
Kelebihan Buku
Buku ini mempunyai banyak gambar yang menarik, penjelasannya
lebih terperinci dan jelas, serta terdapat indeks untuk kata-kata yang
sulit dimengerti.
Kekurangan Buku
Masih terdapat beberapa kata yang sulit dimengerti dan tidak
terindeks pada bagian indeks.
Baca juga artikel : Contoh Resensi Buku Pengetahuan yang Baik
dan Benar !
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah
ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan
dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan
penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir
ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku
itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang
berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
dalam penyusunan sebuah resensi.
1. 1 . Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal
yang berhubungan dengan tema atau isi.
3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan
Umumnya resensi terdiri dari
1. Judul
Judul resensi harus menarik dan selaras dengan keseluruhan isi resensi
2. Identitas buku
meliputi judul buku(judul asli dan Modern.terjemahan),penulis, penerbit, tahun terbit, tebal buku.
3. Isi
Meliputi
- ulasan singkat isi
- keunggulan buku,
- kelemahan buku,
- rumusan kerangka
4. Penutup
Penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Selain itu dapat juga
berisi kelemahan buku.
Kiat Praktis Menulis Resensi Buku
Apakah resensi itu?
Resensi adalah tulisan yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan sebuah karya baik yang
berupa buku maupun yang berupa karya seni. Tulisan ini biasanya dimuat di media cetak seperti
koran, majalah, atau tabloid. Dilihat dari segi isinya terdapat berbagai macam resensi, antara lain
resensi buku, resensi novel, resensi buku kumpulan cerpen, resensi film, resensi, patung, dan
sebagainya.
Uraian berikut ini lebih difokuskan pada resensi buku.
Siapakah penulis resensi?
Penulis resensi adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang bidang yang diresensi dan
memiliki kemampuan untuk menganalisis sebuah karya secara kritis sehingga dapat menjelaskan
kelemahan dan kelebihan dari karya yang diresensi.
Apakah tujuan ditulisnya sebuah resensi?
Resensi dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya
sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya yang bermutu
atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang diresensi relatif masih baru.
Semakin baru karya yang diresensi, semakin baik. Hal itu dimaksudkan agar pembaca segera
mengetahui apakah karya itu layak untuk dinikmati atau tidak..
Apa saja unsur-unsur dalam resensi?
Sekurang-kurangnya dalam resensi terdapat hal-hal berikut ini:
• Judul resensi
• Identitas karya (buku) yang diresensi
• Uraian tentang jenis karya yang diresensi
• Uraian tentang kelebihan dan kekurangan karya yang diresensi
• Kesimpulan yang berisi penegasan kembali mengenai layak tidaknya karya tersebut untuk
dinikmati oleh pembaca.
Bagaimana langkah-langkah menulis resensi buku (novel)?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis resensi buku (novel) adalah:
1. Tahap Persiapan meliputi:
(a) Membaca contoh-contoh resensi; dan
(b) Menentukan buku yang akan diresensi.
2. Tahap Pengumpulan Data meliputi:
(a) Membaca buku yang akan diresensi;
(b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang
menarik dan tidak menarik dari buku (novel) yang diresensi;
(c) Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang
diresensi..
3. Tahap Penulisan meliputi:
(a) Menuliskan identis buku;
(b) Mengemukakan isi buku (sinopsis novel dan unsur-unsur intrinsik lainnya );
(c) Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku (novel) baik dari segi isi maupun bahasa;
(d) Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya,
diksinya, ejaan dan tanda bacanya.
(e) Membuat judul resensi.
Catatan:
Judul resensi harus singkat, menarik, dan menggambarkan isi resensi.
Bagaimana cara menemukan kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi?
Cara menemukan kekurangan dan kelebihan buku yang diresensi adalah:
• membandingkan buku yang diresensi dengan buku lain yang sejenis baik oleh pengarang yang
sama maupun oleh pengarang lain yang meliputi segi isi atau pun bahasanya (untuk novel
meliputi semua unsur intrinsiknya);
• mencari hal-hal yang menarik atau disukai dan hal-hal yang tidak disukai dari buku tersebut
dan mencari alasan mengapa demikian.
Bagi Polycarpus Swantoro yang ahli sejarah dan jurnalis senior, membaca buku seolah-olah
seperti berolah yoga. Sebagaimana seorang empu keris yang bekerja dalam waktu yang lama
untuk membuat keris yang ringan dari bahan yang bobotnya puluhan kilogram, seperti itu
pulalah yang dilakukan oleh P. Swantoro. Bedanya, P. Swantoro tidak melakukan pekerjaan
menempa besi, tetapi membaca buku. Tentu saja ada ribuan judul buku yang sudah dibaca Pak
Swan. Namun, dalam bukunya yang berjudul Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung
Menjadi Satu ini "hanya" 200 judul buku yang ia "kisahkan".
Dengan cara yang menawan, ia mengisahkan bagaikan seorang kakek yang baru pulang dari
berkelana di negeri yang jauh, kemudian menceritakan peng-alamannya kepada anak cucunya.
Sebagai seorang pengelana di dunia buku, tidaklah mengherankan jika buku-buku yang ia
kisahkan merupakan buku-buku babon yang tua dan cukup langka,. Misalnya, The History of
Java karya Thomas S. Raffles yang terbit tahun 1817, Inleiding tot de Hindoe-Javaanche Kunst
karya N.J Krom yang terbit tahun 1919, atau De Ijombok Kxpedie karya W Cool yang terbit
tahun 1896. Memang, di sana-sini, untuk keperluan pendukung data, Pak Swan juga
menggunakan cukup banyak sumber sekunder. Sebenarnya, hal ini agak mengganggu. Ketika
membahas topik PKI, misalnya, Pak Swan, sebenarnya, perlu menggunakan sumber yang lebih
memadai.
Tema yang diangkat pun beraneka ragam, mulai dari cerita tentang lambang-lambang kota di
Indonesia, cerita tentang penulis pertama buku komunis di Indonesia, cerita Pak Poerwa, cerita
tentang meletusnya Gunung Merapi, cerita tentang para orientalis dan sarjana Indonesia,
romantika para pendiri bangsa, serta ditutup dengan khayalan Pak Swan agar para pemimpin dan
intelektual masa kini dapat beryogi. Bagi para pembaca "pemula", tema yang tumpang-tindih
tanpa sistematika yang jelas ini cukup merepotkan.
Dalam membicarakan suatu bab, Pak Swan sering meloncat-loncat kian kemari. Kata demi kata
mengalir tanpa jelas muaranya. Misalnya, ketika membicarakan Teeuw, Yogi Sastra, Yogi Keris,
Yogi Ilmu, pembaca benar-benar dituntut cermat untuk menginterpretasikan benang merah ide
tulisan-tulisan ini. Namun, jika kita bersabar untuk menikmati buku ini sampai habis, tentu kita
dapat menemukan keseluruhan ide Pak Swan dan kebingungan yang muncul di bab demi bab
akan terjawab.
Buku Pak Swan ini mengingatkan kita pada tiga jilid buku Nusa Jawa Silang Budaya karya
Denys Lombard. Tulisan Lombard juga mengabaikan kronologi waktu, yang merupakan syarat
untuk menulis sejarah konvensional. Namun, kecurigaan bahwa buku Pak Swan menggunakan
pola yang sama dengan buku Denys Lombard tidak terbukti mengingat dalam menulis buku ini
Pak Swan lebih mengandalkan memorinya, seperti pengakuan Pak Swan sendiri dalam
pengantar. Karena mengandalkan memori, tentu saja tulisan yang dihasilkannya menggunakan
pola penceritaan lisan.
Buku ini lebih merupakan buku sejarah walaupun temanya beraneka ragam. Pembaca yang baru
akan masuk ke wacana sejarah Indonesia, akan sangat terbantu dengan membaca
Buku ini sebenarnya akan lebih sempurna jika penulisnya, di samping membicarakan cara
pandang para orientalis Barat, juga memberikan contoh buku-buku yang memuat cara pandang
Timur. Sekadar contoh, dijelaskan tentang sebutan "Timur Tengah" untuk wilayah negara di
jazirah Arab. Mengapa orang Indonesia tidak menyebutnya sebagai "Barat Dekat", misalnya?
Bukankah sebutan "Timur Tengah" adalah sebutan orang Barat yang melihat jazirah Arab dari
sudut pandang wilayahnya? Pandangan seperti ini sangat diperlukan bagi para mahasiswa sejarah
di Indonesia yang tampaknya semakin kesulitan membaca buku-buku sumber utama.
Untuk keperluan studi para mahasiswa sejarah, akan sangat menggembirakan jika Pak Swan
menceritakan juga buku Orientalism karya Edward W. Said yang terbit tahun 1979. Selain itu,
sebaiknya, buku yang berisi sikap kita terhadap tradisi Barat yang berjudul Oksidentalisme karya
Hassan Hanafi yang diterbitkan Paramadina, Jakarta, tahun 2000 juga dibicarakan.
Hal lain yang belum dibahas secara lengkap oleh Pak Swan sebagai seorang ahli sejarah dan
pemerhati kebudayaan Jawa adalah tentang historiografi Jawa. Prof. C.C. Berg, memang, sempat
dimunculkan dalam bagian Babad: Kitab Dongeng? Namun, sayang sekali, karya C.C. Berg yang
berjudul Oavaanche Geschiedschrijving, yang terbit di Amsterdam tahun 1938, tidak
dimunculkan sehingga gambaran mengenai penulisan sejarah di Pulau Jawa menjadi agak
terabaikan.
Terlepas dari berbagai ketidaksempurnaan-nya, harus diakui bahwa buku pertama seorang "yogi
buku" ini merupakan karya yang memikat. Bahkan cara dan gaya pengungkapannya, dalam
kadar tertentu, telah memberikan sentuhan sastra yang cukup enak dinikmati. Kita menantikan
karya berikutnya.
“Sepanjang hidup, saya melihat manusia berkaki empat. Berbulu serigala, landak, atau harimau.
Dan berkepala ular, banteng, atau keledai.
Namun, tetap saja mereka bukan binatang. Cara mereka menyantap hidangan di depan meja
makan sangat benar. Cara mereka berbicara selalu menggunakan bahasa dan sikap yang sopan.
Dan mereka membaca buku–buku bermutu. Mereka menulis catatan-catatan penting. Mereka
bergaun indah dan berdasi. Bahkan, konon mereka mempunyai hati.” (halaman 1)
“Saya memperhatikan bayangan diri saya dalam cermin dengan cermat. Saya berkaki dua,
berkepala manusia, tapi menurut mereka, saya adalah seekor binatang. Kata mereka, saya adalah
monyet. Waktu mereka mengatakan itu pada saya, saya sangat gembira. Saya katakan, jika
seekor monyet maka saya satu-satunya binatang yang paling mendekati manusia. Berarti derajat
saya berada di atas mereka. Tapi mereka bersikeras bahwa mereka manusia bukan binatang,
karena mereka punya akal dan perasaan. Dan saya hanyalah seekor binatang. Hanya seekor
monyet!”
Reaktif, provokatif, bahkan subversif. Itulah kesan pertama saya membaca kalimat-kalimat
dalam salah satu cerpen Djenar Maesa Ayu berjudul “Mereka Bilang, Saya Monyet!”. Penggalan
cerpen yang juga dimuat di sampul belakang antologi ini menyuguhkan panorama baru,
pengutaraan prosa yang berkecenderungan punya “tegangan tinggi”.
Reaktif karena kebanyakan cerpen dalam buku yang memuat sebelas cerpen ini merupakan
tegangan-tegangan bahasa yang menuju pada simpul-simpul reaksi atas berbagai “kesakitan”
yang dialami (diminati) para tokoh. Reaksi ini bisa dialami pengarang sebagai “pengalaman
imajinatif”. Dialamijuga mengandung pengertian mengetahui dan dapat dirasakan. Provokasi
juga menjadi ujara morfologi pada cerpan – cerpen Djenar. Secara sublim, ia sebenarnya
memprovokasi dirinya lewat tokoh –tokoh untuk menggugat berbagai “ketidakbahagiaan hidup”.
Saya tidak melihatnya sebagai laku feminisitas. Djenar lebih sebagai moralis yang kadang puas
dengan menelanjngi dirinya. Ucapan “Mereka Bilang, Saya Monyet!” adalah provokasi bagi
sang aku untuk menyadari “kadar kemanusiaannya”. Sementara subversif dicapai dengan
penceritaan yang disampaikan secara tidak lazim, termasuk penggunaan bahasa.
Cerpenis kelahiran 14 januari 1973 yang sudah dikaruniai dua putri ini termasuk cerpenis yang
sudah membuktikan bakat dan kerja keras sebagai gabungan sukses setelah unsur “sudah
kehendak takdir”. Ia terbilang baru, tetapi punya karya yang mencengangkan. Saya tidak tahu
sejauh mana hubungan semiotik Djenar Maesa Ayu dengan tiga sastrawan yang juga dianggap
sebagai guru, yakni Sutardji Calzoum Bachri, Budi Darma, Seno Gumira Ajidarma. Djenar
mempersembahkannya untuk tiga sastrawan besar yang juga dikenal sebagai cerpenis itu.
Namun, ini juga merefleksikan benang merah prosa absurd hingga surealis yang menjadi dasar
kesastraan Djenar.
Kita kenal Sutadji punya sekumpulan cerpen, Hujan Menulis Ayam (Indonesia Tera),yang jeli
menggambarkan absurditas kehidupan.Kita menggali pribadi absurd pada tokoh-tokoh karya
Budi Darma,yang bahkan menjadi surealis, yang kemudian dikembangkan secara jenius oleh
Seno Gumira Ajidarma. Di titik Djenar seperti menemukan jalan penempuhan yang seirama
dengan mereka. Bahwa pengutaraan lain,itu tentu soal cap kebahasaan dan kesastraan.
Dengan cara itu disimak bahwa Djenar melebih-lebihkan objek atau peristiwa,seperti pada
cerpen “Lintah”. Sang pencerita menceritakan kebenciannya pada pacar ibunya yang ia lihat
sebagai lintah, bahkan kadang bisa membelah diri dan menjadi ular. Hiperbola itu juga
digunakan pada “Mereka Bilang, Saya Monyet!” yang melihat laki-laki jahat sebagai “berkepala
buaya berkaki kalajengking”, juga pada cerpen “Wong Asu” yang mempresentasikan relasi
manusia dengan anjing.
Dalam benak seorang surealis, kenyataan memang bisa selentur apa pun.Imajinasi memberi
peluang untuk merebut realitas dijadikan tahap realitas imajinatif yang hampir tiada batas.
Realitas temuan hanya menjadi sumbu peledak bagi realitas yang diungkapkan secara simbolis.
Pencapaian sastra didapat dari unsur daya kejut, refleksi, gaya ungkap, hingga sublimasi.Makna
dari tema dan pencapaian ikon/tanda yang secara semiotik diakui kefasihannya, Djenar telah
cukup memenuhi syarat itu.
Karyanya yang lain seperti”Durian” berkisah tentang dosa dan ketakutan berlebih punya anak
menderita kusta.”Melukis Jendela” berkisah tentang anak tidak bahagia yang melakukan
eskapisme (pelarian diri) dengan melukis dan “Asmoro” tentang pengarang yang jatuh cinta pada
tokoh fiksi ciptaannya. Kisah ini diungkapkan Djenar dengan cukup cerdas. Dalam penggunaan
bahasa, ia terlihat fasih dengan ucapan yang lugas dan tegas. Bahasanya padat dan kuat sehingga
mampu menohok setiap ihwal yang dijadikan objek tematik. Cerpen “Waktu Nyala”, misalnya,
merupakan cerpen yang mengalirkan kekuatan berbahasa yang dikuasai Djenar dalam berkisah
untuk menyihir pembaca. Uraiannya seperti.”Entah kapan persisnya Nayla tidak bersahabat
dengan waktu.Waktu bagaikan seorang pembunuh yang selalu membuntuti dan mengintai dalam
kegelapan. Siap menghunuskan pisau ke dadanya yang berdebar. Debaran yang pernah ia
lupakan rasanya. Debaran yang satu tahun lalu menyapanya dan mengulurkan persahabatan
abadi, hampir abadi, sampai ketika sang pembunuh tiba-tiba muncul dengan sebilah belati,”
menunjukkan kelancaran berbahasa dengan efektivitas diksi yang terjaga.
Ihwal peristiwa bahasa itu, ia juga menggunakan dalam cerpen “SMS”.Bahasa yang dipakai
layaknya kiriman pesan lewat SMS di handphone. Di situ kata-kata minimal dan nomor-nomor
atau angka digunakan sebagai kesatuan morfologis dalam cerita. Meskipun cerpen ini kurang
berhasil, ia menjadi kaya alternatif yang menggunakan medium bahasa teknologi dalam
pemaparan sebuah cerpen.”SMS” memang bertema biasa dan juga kurang berhasil sebagaimana
karya “Menepis Harapan”, ”Namanya …”serta “Manusia dan Dia”, yang lebih terasa sebagai
cerpen dengan tuturan bahasa kuat,mengalir, namun kehilangan roh tematik atau dalam beberapa
hal alur dan endingnya mudah diduga. Mungkin ini berkaitan dengan jam terbang Djenar Maesa
Ayu yang baru. Sebagai pendatang baru dalam dunia prosa Indonesia, Djenar sudah menjadi
young divas setelah Ayu Utami dan Dinar Rahayu. Ia juga seorang surealis andal setelah Joni
Ariadinata dan Agus Noor.(Eriyadi Budiman)
Campur tangan ibu Budiman dengan bantuan opo-opo (guna-guna) membuat budiman lupa akan
perbuatannya terhadap Nunuk, bahkan melupakan Nunuk, gadis yang dicintainya. Sebagai anak
orang kaya, Budiman melanjutkan sekolah di Perancis, tetap dengan gaya anak pejabat yang
lebih suka menghabis-habiskan uang daripada menggali ilmu pengetahuan yang bisa
diperolehnya di sana.
Sementara Nunuk yang punya keluarga di Belanda diceritakan memutuskan untuk membawa
anaknya yang baru lahir dan tinggal bersama keluarga ibunya di Belanda, melanjutkan sekolah di
sana. Pertemuannya dengan seorang pencari bakat turunan Turki membawanya berkelana
mencari pengalaman baru di Paris, Perancis. Kisah yang juga sama dengan pencari TKW yang
mengajak perempuan desa ke kota, ataupun ke luar negeri dengan janji pekerjaan demi
kehidupan yang lebih baik.
Jalan cerita selanjutnya tidak terlalu sulit untuk ditebak. Kepintaran Nunuk membawanya
menjadi bintang di Boulevard de Clichy dengan julukan Météore de Java. Tutur cerita yang
secara detil menggambarkan situasi Boulevard de Clichy, maupun gambaran detil perilaku
pelakon cerita serta perasaan-perasaan mereka, menjadi daya tarik utama dari novel-novel
karangan Remy Sylado.
Sayangnya, akhir cerita yang terkesan terburu-buru dan terlalu dipaksakan membuat kekuatan
cerita menjadi berkurang. Cerita Budiman dan Nunuk yang kembali lagi ke tanah air dan
bertemu kembali setelah terpisah selama 5 tahun ternyata tidak dikisahkan sedetil dan seindah
novel di bagian awal. Akhir cerita lebih berwarna "fairy tale", seperti kisah putri upik abu yang
disunting pangeran kaya-raya.
Memang ini bukan kisah seribu satu malam, atau HC Andersen yang selalu mengatakan bahwa
kejujuran dan kebaikan akan selalu menang dan juga bahwa kemenangan dan kemuliaan
bersumber dari usaha kerja keras dan penuh pengorbanan. Oleh karena itu, sah-sah saja kalau
jalan ceritanya menjadi demikian.
Membaca bagian akhir buku ini tidak lebih dari sekadar ingin menuntaskan suatu pekerjaan yang
sudah terlanjur dimulai, disertai harapan mudah-mudahan novel Remy Sylado berikutnya dapat
lebih hidup dan mengasyikkan sampai dengan akhir
cerita.
5. UNGKAPAN/IDIOM
Ungkapan/idiom adalah satuan bahasa, baik berbentuk kata, frasa, maupun klausa yang
maknanya sudah tidak dapat dirunut kembali dari makna denotasi unsur-unsur yang
menyusunnya.
Contoh :
a. Orang terkaya itu mempunyai gula-gula yang disimpannya di luar kota.
b. Si panjang tangan itu sudah memperbaiki tingkah lakunya.
c. Orang itu sedang dicari polisi karena tercatat dalam daftar hitam.
Berdasarkan atas makna unsur-unsur yang membentuknya, idiom dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yakni:
a. Idiom penuh, yaitu idiom atau ungkapan yang seluruh unsure pembentuknya tidak dapat
dikembalikan kepada makna denotasinya/sebenarnya.
Contoh:
1. Gulung tikar berarti bangkrut.
2. Pantat kuning berarti pelit/kikir.
Kata gulung dan kata tikar sudah kehilangan makna denotasinya. Demikian juga kata pantat dan
kata kuning.
b. Idiom sebagian, yaitu idiom atau ungkapan yang sebagian unsur pembentuknya masih dapat
dikembalikan kepada makna denotasinya.
Contoh:
1. Kabar burung berarti kabar atau berita yang belum tentu kebenarannya.
2. Daftar hitam berarti daftar nama orang yang terlibat dalam tindak kejahatan.
Dalam hal ini, kata kabar dan daftar masih dapat dikembalikan pada makna denotasinya.