Anda di halaman 1dari 29

A.

Keberagaman dalam
Masyarakat Indonesia
1. Pengertian Keragaman Indonesia

Keragaman adalah suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu ada pada
suku bangsa, ras, agama, budaya dan gender. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan
dan keindahan bangsa. Pemerintah harus bisa mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu
kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.

2. Faktor Penyebab keberagaman Bangsa Indonesia

Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku bangsa yang tinggal
di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan daerah. Setiap suku bangsa memiliki ciri
khas dan karakteristik sendiri pada aspek sosial dan budaya. Menurut penelitian badan statistik
auat BPS, yang di lakukan tahun 2010,di Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Keberagaman
yang ada pada masyarakat, bisa saja menjadi tantangan hal itu disebabkan karena orang yang
mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali. Munculnya perasaan kedaerahan dan
kesukuan yang berlebihan dan dibarengi tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut
dapat mengancam keutuhan NKRI. Karean itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan
bisa dilakukan dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kebersamaan,
kesetaraan, toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.

Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya sebagai berikut :

 Letak strategis wilayah Indonesia


 Kondisi negara kepulauan
 Perbedaan kondisi alam
 Keadaan transportasi dan kumunikasi
 Penerimaan masyarakat terhadap perubahan
 

3. Keberagaman suku bangsa dan budaya

Budaya mempunyai sifat yang universal. Hal tersebut berarti ada berbagai sifat umum yang
melekat dan menyatu pada setiap budaya yang ada dan dihasilkan. Beberapa sifat universal
budaya tersebut di antaranya :

 Kebudayaan merupakan milik bangsa


 Kebudayaan adalah hasil belajar
 Kebudayaan brdasar pada lambang
 Kebudayaan dapat terintegrasi
 Kebudayaan bisa disesuaikan
 Kebudayaan selalu berubah
 Kebudayaan bersifat nisbi dan relatif

Pada suatu budaya juga terdapat suatu pola prilaku yang biasa disebut patterm of behavior yang
merupakan tat cara masyarakat.

4. Keberagaman Agama, Kepercayaan dan Ras di Indonesia

Keberagaman ini antara lain di pengaruhi oleh letak geografis di jalur perdagangan internasional.
Dukungan kekayaan alam yang melimpah dan diperlukan oleh bangsa lain, maka perdagangan
asing datang ke Indonesia. Selain melakukan kegiatan perdagangan, mereka juga menyebarkan
ajaran agama dan kepercayaan yang mereka yakini yakni agama Hindu dan Budhamasuk dibawa
oleh bangsa India yang sudah lama berdagang dengan Indonesia, lalu menyusul para pedagang
Gujarat menyebarkan ajaran Islam. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama kristen dan
katolik, sedangkan pedagang Cina menganut agama Kong Hu Chu. Berbagai agama diterima
oleh bangsa Indonesia sebab sebelumnya masyarakat sudah mengenal kepercayaan sperti
animisme dan dinamisme. Juga sifat keterbukaan masyarakat Indonesia menerima budaya lain.

Keberagaman Ras bebrapa pakar mempunyai pendapat berbeda tentang pengertian ras, namun
biasany ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang mempunyai ciri-ciri fisik
yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras dengan manusia yang lainnya sebab
adanya perbedaan ciri-ciri fisik seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, ukuran badan,
bentuk badan, bentuk dan warna mata, dan ciri fisik lainnya. Masyarakat indonesia mempunyai
keberagaman ras disebabkan oleh kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia, sejarah
penyebaran ras di sunia, letak geografis wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di Indonesia
seperti ras malayan-mongoloid yang tersebar di wilayah sumatra, jawa, bali, kalimantan
sulawesi. Yang kedua adalah ras malanesoid yang tersebar di daerah Papua, maluku dan NTT.
Ketiga ras Asiatic mongoloid seperti orang Tionghoa, korea dan jepang. Ras ini tinggal dan
menyebar di seluruh wilayah Indonesia, namun terkadang mendiami daerah tertentu. Terakhir
yaitu ras Kaukosoid yaitu orang India, timur Tengah, Australia, Eropa dan Amerika.

Pengertian Konflik Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu
sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah
satu dari pihak-pihak tersebut menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap
tindakan tersebut.[3] Implikasi dari definisi konflik adalah : Konflik dapat terjadi di dalam atau
di luar sebuah system kerja peraturan. Konflik harus disadari oleh setidaknya salah satu pihak
yang terlibat dalam konflik tersebut. Keberlanjutan bukan suatu hal yang penting karena akan
terhenti ketika suatu tujuan telah tercapai Tindakan bisa jadi menahan diri dari untuk tidak
bertindak Konflik etnis adalah konflik yang terkait dengan permasalahan- permasalahan
mendesak mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial di antara dua komunitas etnis
atau lebih.[4] Menurut Indrio Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudita, banyak Tokoh yang
membahas mengenai “Teori Konflik” seperti Karl Marx, Durkheim, Simmel, dan lain-lain yang
dilatarbelakangi oleh permasalahan ekonomi dan sosial. Karl Marx melihat masyarakat manusia
sebagai sebuah proses perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Ia
mengantisipasi bahwa kedamaian dan harmoni akan menjadi hasil akhir sejarah perang dan
revolusi kekerasan. Namun bentrokan kepentingan kepentingan ekonomi ini akan berakhir di
dalam sebuah masyarakat yang tanpa kelas, tanpa konflik dan kreatifitas yang disebut
komunisme.[5] Kalau konflik ini terus terusan dibiarkan, akan membuat ketidakstabilan di
masyarakat. Masyarakat akan merasa terancam dan tidak kenang dalam hidupnya. Durkheim
menekankan proses sosial yang meningkatkan integritas sosial dan kekompakan. Meskipun dia
mengakui bahwa konflik terjadi dalam kehidupan sosial, dia cenderung untuk memperlakukan
konflik yang berlebih-lebihan sebagai sesuatu yang tidak normal dalam integrasi masyarakat.
Hubungan saling ketergantungan antara konflik dan kekompakan dinyatakan juga dalam
dinamika di dalam hubungan kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group).[6]
Suatu kelompok atau masyarakat cenderung memiliki sumber yang dapat dikerahkan dan
solidaritasnya diperkuat bila kelompok itu terlibat dalam konflik dengan kelompok atau
masyarakat lain. Selama masa dimana ada ancaman atau konflik dengan organisasi luar,
percekcokan atau konflik dalam kelompok cenderung rendah dan menurun. Konflik Antar Etnis
Konflik etnis adalah konflik yang terkait dengan permasalahanpermasalahan mendesak
mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial di antara dua kelompoketnis atau lebih.
[7] Konflik etnis seringkali bernuansa kekerasan, tetapi bisa juga tidak. Namun biasanya konflik
etnis bernuansa dengan kekerasan dan jatuh korban. Etnik atau suku bangsa, biasanya memiliki
berbagai kebudayan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yang dianggap baik atau sakral
dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. Perbedaan etnis tersebut dapat
menimbulkan terjadinya konflik antar etnis. Faturochman menyebutkan setidaknya ada enam hal
yang biasa melatarbelakangi terjadinya konflik etnis terjadi disebuah tempat.[8] Enam hal
tersebut antara lain yakni: 1.Kepentingan yang sama diantara beberapa pihak 2.Perebutan sumber
daya 3.Sumber daya yang terbatas 4.Kategori atau identitas yang berbeda 5.Prasangka atau
diskriminasi 6.Ketidakjelasan aturan (ketidakadilan). Konflik antar etnis yang terjadi dapat
dikatakan karena kepentingan beberapa oknum atau pihak yang memang bertujuan untuk
mengambil untung dari konflik tersebut. Etnis etnis yang saling berkonflik sangat mudah di adu
domba karena memang sumber daya manusia yang terbatas. Dalam arti pendidikannya kurang
dan tingkat ekonomi yang rendah. Seharusnya dari masing masing kepala daerah yang ada di
wilayah konflik tersebut harus tegas membuat atau merealisikan kebijkan ketika terjadi sebuah
konflik antar etnis. Dalam konteks Indonesia sendiri, kita kerap kali mendengar terjadinya
konflik antar etnis. Sebenarnya akar dari konflik ini adalah keterbelakangan dari masyarakat di
wilayah konflik tersebut. Sementara itu, Sukamdi menyebutkan bahwa konflik antar etnik di
Indonesia terdiri dari tiga sebab utama,[9] yakni: 1.Konflik muncul karena ada benturan budaya
2.Karena masalah ekonomi politik
3.Karena kesenjangan ekonomi sehingga timbul kesenjangan sosial.

Menurutnya konflik terbuka dengan kelompok etnis lain hanyalah merupakan bentuk perlawanan
terhadap struktur ekonomi-politik yang menghimpit mereka sehingga dapat terjadi konflik
diantara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan identitas sosial, dalam hal ini etnik dan
budaya khasnya, seringkali menimbulkan etnosentrisme yang kaku, dimana seseorang tidak
mampu keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan
perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar
belakang budayanya. Sikap etnosentrisme yang kaku ini sangat berperan dalam menciptakan
konflik karena ketidakmampuan orang-orang untuk memahami perbedaan.[10] Sebagai
tambahan, pengidentifikasian kuat seseorang terhadap kelompok cenderung akan menyebabkan
seseorang lebih berprasangka, yang akan menjadi konflik. Berdasarkan tulisan dari Stefan Wolff,
bahwa konflik etnis ini sebagian besar terjadi di wilayah Afrika, Asia, serta sebagian Eropa
Timur. Dikatakan bahwa negara-negara Eropa Barat serta Amerika Utara tidak terpengaruh atas
konflik etnis yang terjadi di dunia ini. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa
konflik tersebut terjadi di wilayah yang terbelakang secara peradaban? Belum ada jawaban atas
pertanyaan ini. Jawaban yang cukup masuk akal akan pertanyaan ini adalah berdasarkan rentan
waktu munculnya peradaban. Asia dan Afrika adalah dua benua yang memiliki sejarah
peradaban tertua di dunia. dan secara tidak sengaja, kedua benua ini memiliki berbagai macam
etnis,ras, ataupun suku bangsa.
Tentu saja hal ini tidak dapat ditemui di benua Amerika yang merupakan “peradaban
baru” bentukan Eropa. Peradaban-peradaban ini sejak dahulu selalu terlibat perang suku.
Celakanya, perang antar suku dan ras yang terjadi ini menyimpan dendam diantara semua pihak
yang bertikai dan masih terbawa hingga kini. Dengan demikian, Wolff menyimpulkan bahwa
“ethnic conflicts are based on ancient hatreds between groups fighting in them and that”.
Sebagian kecil konflik yang terjadi adalah akibat isu kontemporer politik ataupun agama.
Konflik Antar Etnis di Indonesia Beragamnya suku, agama, ras, dan golongan membuat
Indonesia sebagai bangsa yang rawan konflik. Dari ujung timur sampai ujung barat bangsa ini
sering kali terdengar jerit tangis bahkan tetesan darah menyelimuti Tanah Air. Semboyan yang
terdapat di kaki kuat sang Burung Garuda “Bhineka Tunggal Ika” nampaknya belum menjiwai
seluruh warga bangsa ini.[11] Rasa satu kesatuan sebagai warga negara bukanlah hal yang
utama, melainkan arti kata semboyan bangsa ini hanya sekedar wacana belaka.
Beberapa peristiwa akibat konflik setelah lengsernya otoritas orde baru dan lahirnya era
reformasi adalahsebagai berikut :
a. Krisis Aceh dengan adanya Gerakan Aceh merdeka (GAM).
b. Krisis Ambon yang memicu perpecahan bangsa karena keyakinan.
c. Krisis Poso di Sulawesi Tengah.
d. Gerakan Papua Merdeka
e. Peristiwa Dayak-Madura di Kalimantan Tengah.
f. Peristiwa Ketapang di Jakarta.
g. Peristiwa Bom Bali.
h. Peristiwa seputar Jemaah Ahmadiyah.
i. Peristiwa Monas di Jakarta.
j. dan timbulnya lagi krisis Ambon saat ini.
Sebenarnya masih banyak peristiwa lain yang terjadi akibatkonflik, seperti adanya tindak
anarkis antara karyawan dan perusahaan, warga masyarakat dan perusahaan, dan aksi preman
yang hampir di setiap kota besar terjadi. Di balik konflik antaretnis di Indonesia yang
memecahkan satu kesatuan bangsa jika ditelisik lebih mendalam terdapat sumbu yang membuat
satu etnis dengan etnis lainnya hanya memperlihatkan rasa keaku-akuannya, rasa “kami”, dan
“mereka”, mereka melihat etnis lain adalah kelompok luar darinya, dan etnis luar melihat etnis
lain sebagai musuh baginya. Setiap konflik yang berujung SARA bermula dari konflik individu
yang kemudian mengarah ke konflik kolektif yang mengatasnamakan etnis. Kasus konflik
Tarakan, Kalimantan Timur, berawal dari salah seorang pemuda Suku Tidung yang melintas di
kerumunan Suku Bugis, lantas di keroyok oleh lima orang hingga tewas karena sabetan senjata
tajam.
Konflik Tarakan menjadi memanas nyatanya tersimpan dendam ke Suku Bugis yang
lebih maju menguasai sektor ekonomi. Faktor ekonomi juga menjadi penyebab utama konflik di
bangsa ini, dalam kasus sebuah klub kafe di Bilangan Jakarta Selatan “Dari Blowfish Ke
Ampera” antara Suku Ambon dan Suku Flores yang berawal dari perebutan jasa penjaga preman
hingga konflik tersebut mengarah ke konflik etnis. Sampai pada Sidang Pengadilan masing-
masing pihak yang bertikai masih menunjukan etnosentrisnya. Penguasaan sektor ekonomi
memicu besarnya sentimen etnis dan adanya prejudice membuat konflik meranah ke agama.
Konflik agama yang terjadi di Poso jika ditelusi secara mendalam bermula dari pertikaian
pemuda yang berbeda agama yang sedang mabuk hingga karena sentimen kepercayaan hingga
merambah ke konflik etnis dan agama. Konflik Poso kian memanas ketika provokasi akan
adanya masjid yang dibakar oleh umat kristiani, agama memang sangat rentan. Aparat
Pemerintah bukanya sebagai penengah namun ikut andil dalam konflik ini. Nampaknya
kesenjangan sosial ekonomi dari pendatang yang sebagai mayoritas menguasai sektor ekonomi
membuat konflik menjadi lebih memanas. Ketidakmerataan penyebaran penduduk juga dapat
menimbulkan masalah. Kepadatan penduduk yang mendororong etnis Madura melakukan
migrasi ke Pulau Kalimantan. Di mana masih membutuhkan kebutuhan akan Sumber Daya
Manusia untuk mengolah kekayaan alam dan membangun infrastruktur perekonomian.
Pencapaian atas kerja keras, hidup hemat bahkan penderitaan yang dirasakan etnis Madura
terbayarkan sudah ketika keberhasilan sudah ditangan. Dengan menguasai sektor-sektor
perdagangan sehingga orang-orang non Madura yang lebih awal bergerak di bidang itu terpaksa
terlempar keluar. Alternatif dalam menyatukan etnis di Indonesia dengan mengadakan
akomodasi merupakan solusi yang tepat untuk menyatukan bangsa yang besar ini. KH.
Abdurahman Wahid mengungkapkan “Sebuah bangsa yang mampu bertenggang rasa terhadap
perbedaaan-perbedaaan budaya, agama, dan ideologi adalah bangsa yang besar” untuk
mewujudkan integrasi antaretnis di Indonesia dengan mutual of understanding, sehingga
semboyan yang mencengkram dalam kaki kuat Burung Garuda bukanlah wacana lagi.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/pandu_wibowo/konflik-antar-etnis-penyebab-dan-
solusi_54f6d84fa33311ea608b4a5e
PENGERTIAN DAN PENYEBAB KONFLIK

Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak
sempurna dapat menciptakan konflik.

DEFNISI KONFLIK MENURUT BEBERAPA AHLI

1. Menurut taquiri dalam newstorm dan davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang
boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi
memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka
secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di
dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Menurut minnery (1985), konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang
satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
5. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang
telah atau akan menyerang secara negatif (robbins, 1993).
BEBERAPA PANDANGAN MENGENAI PERAN KONFLIK

Ada pertentangan pendapat mengenai perbedaan pandangan terhadap peran konflik dalam organisasi
yang disebut oleh robbin (1996: 431) sebagai the conflict paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi
konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan
organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara
lain:
1. Pandangan tradisional (the traditional view). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang
buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah
violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi
yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk
tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (the human relation view. Pandangan ini menyatakan bahwa konflik
dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap
sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi
perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai
suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik
harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok
atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (the interactionist view). Pandangan ini cenderung mendorong suatu
kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang,
damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu,
menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan
sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
Stoner dan freeman (1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan tradisional
(old view) dan pandangan modern (current view):
1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini
disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh
karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan
oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini,
manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain
struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi
kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen
bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
Selain pandangan menurut robbin dan stoner dan freeman, konflik dipahami berdasarkan dua sudut
pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (myers, 1993:234)
1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari.
Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya
suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan
pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan
menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan
konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan
sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi
persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat
sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap
sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif,
melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya
bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
Berdasarkan penjabaran pandangan - pandangan di atas, ada dua hal penting yang bisa disorot
mengenai konflik:
1. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila kita ingin
mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik
mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Menurut
myers, jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan
individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik
(1982: 234). Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal
seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan (stewart & logan,
1993:341). Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak
yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak
diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.
2. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif (stewart &
logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam
memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk,
tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait.
Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang
kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu –
waktu terjadi kembali.
BERBAGAI MACAM KONFLIK DI INDONESIA
Konflik sebagai suatu gejala social, akan kita dapatkan dalam kehidupan bersama artinya konflik
merupakan gejala yang bersifat universal. Tidak ada kehidupan bersama tanpa adanya konflik, baik pada
skala besar maupun skala kecil. Baik menyangkut konflik antar individu, antar kelompok maupun antara
individu dengan kelompok.
Konflik berskala kecil akan menyebabkan sedikit orang dalam konflik tersebut dan tidak akan mencakup
area yang luas. Konflik antar individum , konflik dalam keluarga adalah konflik berskala kecil. Konflik
antar suku dan konflik antar negara merupakan konflik berskala besar yang cakupan areanya sangat luas
dan menyebabkan semakin banyaknya orang yang terlibat dalam konflik tersebut. Disamping
berdasarkan skala besar kecilnya konflik. Konflik social dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
Berikut ini adalah macam-cam konflik social dan penjelasannya. Menurut soerjono soekanto ada
beberapa konflik sosial :
KONFLIK ANTARPRIBADI
Konflik antar individu, adalah konflik social yang melibatkan individu di dalam konflik tersebut. Konflik ini
terjadi karena adanya perbedaan atau pertentangan atau juga ketidak cocokan antara individu satu
dengan individu lain. Masing-masing individu bersikukuh mempertahankan tujuannya atau
kepentinganya masing-masing.
Misalnya dua remaja yang berpacaran. Si pria adalah perokok berat dan si wanita tidak senang pacarnya
merokok. Kalau masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan si wanita melarang pacarnya
merokok dan pacarnya tadi tidak mau berhenti merokok atau tidak mau mendengarkan permintaan
pacarnya, maka terjadilah konflik antar individu dan jika berlarut terus dapat terjadi mereka putus cinta
dan tidak berpacaran lagi.
KONFLIK ANTAR ETNIK
Etnik atau suku bangsa, biasanya memiliki berbagai kebudfayan yang berbeda satu dengan lainnya.
Sesuatu yang dianggap baik atau sacral dari suku tertentu mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain.
Perbedaan etnis tersebut dapat menimbulkan terjadinya konflik antar etnis.
Misalnya konflik etnis di kalimantan antara suku dayak dan suku madura pendatang. Bagi suku madura
pendatang bekerja adalah suatu tuntutan bagi pemenuhan hidup di perantauan. Pekerjaan yang
dilakukan menebang kayu di hutan dan tempat dimana mereka menebang kayu tersebut adalah tempat
yang disakralkan oleh suku dayak. Kesalah fahaman ini menyebabkan terjadinya konflik antar etnik
dayak dan madura yang menelan korban banyak di antara kedua suku yang berkonflik tersebut.
KONFLIK ANTAR AGAMA
Keyakinan dalam agama adalah keyakinan yang bersifat mutlak, artinya tan[a pembanding. Beda dengan
ilmu pengetahuan kebenarannya bersifat relative. Jika ditemukan teori baru dan menyangkal teori lama,
maka teori lama akan diganti dengan teori baru. Agama tidak demikian kebenaran bersifat mutlak
dengan mrnrrima ajaran agama tersebut dengan keyakinan bahwa apa yang diajarkan dalam agama
adalah benar.
Sifat agama yang demikian sering menimbulkan berbagai konflik baik antar umat dalam satu agama,
umat antar agama, maupun umat beragama dengan pemerintah. Potensi konflik yang berkaitan dengan
agama tersebut pemerintah mencanangkan tiga kerukunan yaitu kerukunan antar umat beragama,
kerukunan antar agama dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.
Berangkat dari anggapan dasar yang mutlak tersebut konflik agama dapat menyebabkan bencana yang
besar karena mereka berkeyakinan pada jalan yang benar dan berani melakukan perlawanan sampai
titik darah penghabisan.; konflik di irlandia utara antara kristen protestan dan katholik adalah contoh
dari konflik antar agama. Penyerangan terhadap jemaah ahmadiyah di indonesia adalah contoh konflik
antar agama.
KONFLIK ANTAR GOLONGAN ATAU KELAS SOSIAL
Konflik yang terjadi antar kelas social biasanya berupa konflik yang bersifat vertical; yaitu konflik antara
kelas atas dan kelas social bawah. Konflik ini terjadi karena kepentingan yang berbeda antara dua
golongan atau kelas social yang ada.
Golongan buruh yang menuntut perbaikan upah kepada pemerintah maupun perusahaan adalah wujud
dari salah satu konflik antar golongan. Pemutusan hubungan kerja ( phk ) adalah wujud dari konflik
social antar kelas social yang ada. Pemerintah biasanya menjadi mediator agar kedua kepentingan kelas
yang berkonflik dapat mencapai kesepakatan dan perusahaan tetap dapat menjalankan aktivitas
produksinya.
Jika kesepakatan tidak tercapai maka perusahaan akan yerganggu proses produksinya dan buruh akan
kehilangan pekerjaanya, jika terjadi demikian maka pemerintah akan terkena dampak dari konflik antar
golongan yang ada.
KONFLIK ANTAR RAS
Ras atau warna kulit merupakan cirri yang dibawa suatu masyarakat sejak lahir. Merreka hidup dalam
suatu komunitas dan mengembangkan berbagai kesadaran kelompok dan solidaritas diantara mereka.
Oleh karena itu konflik yang terjadi karena perbedaan warna kulit dapat meluas karena adanya
solidaritas diantara mereka yang memiliki warna kulit sama.
Politik perbedaan warnas kulit ( aparheid ) yang terjadi di afrika selatan merupakan konflik yang di
dasarkan atas perbedaan warna kulit. Orang kulit hitam dan orang kulit putih memiliki hak dan
kewajiban yang berbeda dan pada dasarnya merendahkan harkat dan martabat orang kulit hitam.
Konflik antar ras biasanya sukar dipisahkan dari konflik antar suku, karena biasanya akan berimbas pada
suku dengan kulit yang sama diantara mereka.
Konflik antar negara
Konflik antar negara adalah konflik yang terjadi antara dua negara atau lebih. Mereka memiliki
perbedaan tujuan negara dan berupaya memaksakan kehendak negaranya kepada negara lain. Perang
dingin dahulu antara blok timur (negara uni soviet) dan sekutunya dan negara barat amerika dan
sekutunya merupakan konflik antar negara sebelum pecahnya negaram uni soviet. Perang dingin antar
pakistan dan india dengan masalah khasmir antara korea utara dan korea selatan merupakan wujud dari
konflik antar negara. Sedangkan konflik yang baru-baru ini terjadi adalah konflik antara palestina dengan
israel.

Konflik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di
mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat
dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Daftar isi
 1 Definisi konflik
 2 Konflik Menurut Robbin

 3 Konflik Menurut Stoner dan Freeman

 4 Konflik Menurut Myers

 5 Konflik Menurut Peneliti Lainnya

 6 Teori-teori konflik

 7 penyebab konflik

 8 Jenis-jenis konflik

 9 Akibat konflik

 10 Contoh konflik

 11 Lihat pula
Definisi konflik

Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.

1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan
saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama
lain.

3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu
atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara
umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di
dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan
individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini
terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.

5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan
tujuan.

6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak
lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).

7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan
kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace &
Faules, 1994:249).

8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger &
Poole: 1984).

9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai,
alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak
yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).

10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat
disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)

Konflik Menurut Robbin

Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks,
yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di
sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik.
Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:

1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal
yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan
istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional
akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan
kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa
konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi.
Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau
organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu,
konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja
organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi
atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.

3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu
kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif,
tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif.
Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum
secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis –
diri, dan kreatif.

Konflik Menurut Stoner dan Freeman

Stoner dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan
tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):

1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal
ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang
optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik
biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi.
Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan
konflik.
2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain
struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat
mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai
pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk
mencapai tujuan bersama.

Konflik Menurut Myers

Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan dua
sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)

1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari.
Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab
pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan
kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar.
Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok
atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu,
menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan
sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang
menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya
secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi.
Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu
hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun
organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.

Konflik Menurut Peneliti Lainnya


1. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini dimaksudkan apabila
kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku
komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada
komunikasi yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang
berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan
makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234). Konflik pun tidak hanya
diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut
muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan (Stewart & Logan, 1993:341). Konflik
tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang
berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak
diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.
2. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif
(Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana
pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya
membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya
perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari
konflik yang sama supaya tidak terulang kembali pada masa yang akan datang dan bagaimana
cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.

Teori-teori konflik

Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz,
yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan
kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.

penyebab konflik
 Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

 Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

 Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para
petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat
kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya
diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar
kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar
untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

 Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak
akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang
biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-
nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai
kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang
cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak,
akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan
masyarakat yang telah ada.
Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :

 Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam
keluarga atau profesi (konflik peran (role))
 Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar geng).

 Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

 Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

 Konflik antar atau tidak antar agama

 Konflik antar politik.

 konflik individu dengan kelompok

Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

 meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan
kelompok lain.
 keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

 perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.

 kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

 dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan
respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan
kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa
sebagai berikut:

 Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
mencari jalan keluar yang terbaik.

 Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.

 Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang
memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

 Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari
konflik.
PPKN Kelas X Integrasi dan disintegrasi _Menganalisis Indikator Ancaman Terhadap Begara
dalam Integrasi Nasional denga Bingkai Bhineka Tunggal Ika

Soal:

1.    Jelaskan tentang Bhineka Tunggal Ika !

2.  Jelaskan perbedaan integrasi dan disintegrasi !

3.  Berikan 3 contoh integrasi !

4.  Jelaskan sejauh mana pegaruh bhineka tunggal ika terhadap integrasi  NKRI !

5.  Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa !

6.  Berikan masing-masing 3 contoh disintegrasi dalam lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat
dan berbangsa bernegara !

7.  Sebutkan masing-masing 2 usaha yang dilakukan agar integrasi NKRI tetap kokoh !

a.   Sekolah

b.   Keluarga

c.   Masyarakat

d.   Pemerintah

Jawaban:

1.  Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa
Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-
beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata
"aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara
harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras,
suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma,
karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.

2.    Dilihat dari segi pengertiannya,maka perbedaan integrasi dan disintegrasi adalah sebagai
berikut:

        Integrasi adalah pembauran warga masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat
kedalam satu kesatuan sosial. Sebagai dasar negara Pancasila

        Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan tidak bersatu
padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.

3.   Contoh Integrasi :


        Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976.

        Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman,
tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.

        Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau
mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari
legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali.

4.   Pengaruh bhineka tunggal ika terhadap NKRI adalah Bhineka tunggal ika mempunyai banyak
peran penting dalam kemajuan, kemakmuran serta keamanan bangsa ini. Peran bhineka
tunggal ika yang paling penting atau utama adalah sebagai pemersatu bangsa ini untuk
meningkatkan derajat bangsa agar dapat dilihat dan tidak dipandang sebelah mata lagi
dengan negara-negara lain.

Dapat dipahami bahwa untuk mewujudkan kesatuan Indonesia dapat ditempuh setidak-tidak
tiga upaya berikut. Pertama, mentransformasikan kesadaran multikulturalisme menjadi
identitas nasional dengan bertumpu pada penghargaan terhadap kepluralistikan masyarakat
Indonesia. Untuk itu Bhinneka Tunggal Ika sebagai teks ideal senantiasa perlu dibaca ulang
pada setiap zaman karena pada prinsipnya identitas tidak pernah final. Kedua, membangun
integrasi nasional yang berbasis multikulturalisme dengan mendorong kesadaran masyarakat
menggunakan hak konstitusinya dalam berkumpul, berserikat, dan berpendapat guna
memperjuangkan hak-hak keadilan, kebebasan, kesetaraan, serta berpartisipasi aktif dalam
pembangunan.

5. Dari hasil penelitian Poetranto (2003) beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
disintegrasi bangsa :

a. Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah
daerah yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara
tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar,
seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.

b.Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran


penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain
masih rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.

c. Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan
penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi
bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan
apabila terjadi kerusakan  akibat dari pengelolaan.

d. Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di
negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan
agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat
menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya
penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan
komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.
e. Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat  dan  sering   mengakibatkan 
konflik   antar  masyarakat  yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana
akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian
kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga
sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena
dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti
perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan
bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan
ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.

f. Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar


penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang
semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya praktek KKN.

g. Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik
apabila tidak ditangani dengan bijaksana.  Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak
selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni
konflik antara kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif
terbelakang.

h. Pertahanan Keamanan. Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan


keamanan dapat terjadi dari seluruh permasalahan aspek asta gatra  itu sendiri.   Dilain
pihak turunnya wibawa TNI dan Polri akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri
digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai
alat pertahanan dan keamanan negara.

6. Contoh disintegrasi :

Disitegrasi Lingkungan Sekolah:

1.    Adanya sekelompok siswa yang hanya mementingkan kelompoknya (geng).

2.   Adanya sikap melawan guru(pemberontak)

3.   Suka membully teman.

4.   Tidak berjalannya tata tertib sekolah dengan sebagai mana mestinya.
Disintegrasi Lingkungan Masyarakat:

1.    Sikap individual : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak
menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2.   Tidak ada rasa toleransi,saling menghargai dan menghormati.

3.   Tidak ada sikap untuk saling hidup rukun dan berdampingan.

Disintegrasi Dalam berbangsa beregara:

1.    Masuknya budaya luar kedalam negeri (westernisasi)

2.   Tidak ada sikap untuk menghargai pendapat dan hak warga negara.

3.   Adanya HGAT (Hambatan,Gangguan,Ancaman,Tantangan) dari etnis dan golongan tertentu


yang bisa merusak ideologi bangsan.

7.   Usaha yang dilakukan agar integrasi NKRI tetap kokoh.

Disekolah:

 Saling memahami antara teman dan berusaha tetap saling menghormati walaupun ada
perbedaan.
 Menyelesaikan masalah dengan baik-baik dan selalu berpikir positif dengan jalan
yang positif juga.

Dikeluarga:
 Menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan dan tidak memaksakan kehendak
sendiri.
 Anak selalu bertoleransi kepada orangtua dengan selalu memahami kondisi orangtua.

Dimasyarakat:
 Selalu ikut serta dalam bersosialisasi agar tetap menciptakan kekeluargaan dan
tetap menjaga silaturahmi.
 Tetap saling berkerja sama walaupun ada perbedaan pendapat.

Pemerintah
 Pemimpin harus tetap adil dengan masyarakat,tidak memandang dari perbedaan.
 Selalu menghargai terhadap pendapat seseorang jika dia mengeluarkab pendapat dan
meningkatkan sikap saling menghargai itu. 
Syarat Integrasi
Adapula beberapa syarat keberhasilan Integrasi di dalam suatu negara diantaranya sebagai berikut.
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka semua berhasil untuk saling mengisi kebutuhan-kebutuhan
yang satu dengan yang lainnya.
Terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan
dijadikan menjadi suatu pedoman.
Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan yang baku dalam melangsungkan proses integrasi
sosial.

Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial


 Untuk meningkatkan Integrasi Sosial, Maka pada diri masing-masing harus mengendalikan
perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
 Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang
lainnya.

Pengertian Integrasi Nasional


Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi nasional mempunyai dua pengertian dasar,yakni integrasi dan nasional.Integrasi berasal dari
kata Latin yakni integrate yang berarti memberi tempat dalam suatu keseluruhan.Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia,integrasi berarti pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh.

Kata Nasional berasal dari kata nation (Inggris) yang berarti bangsa.Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Integrasi nasional mempunyai arti sebagai berikut. 

1. Secara politis,integrasi berarti proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam
kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
2. Secara antropologis,integrasi berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan
yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

   Howard Wriggins,seorang ahli sosiologi,menyatakan bahwa pengertian nasional sudah mengandung


adanya integrasi bangsa.Artinya,pernyataan unsur-unsur yang berbeda-beda dari suatu masyarakat
menjadi kesatuan yang lebih utuh.Atau dengan kata lain,nasional berarti berpadunya unsur-unsur
masyarakat yang kecil dan banyak jumlahnya itu menjadi satu kesatuan bangsa.   Pertanyaan kita
sekarang adalah faktor apakah yang mendorong terjadinya proses perpaduan itu.Menurut seorang ahli
sosiologi dari Perancis yang bernama Ernest Renant,proses perpaduan itu timbul akibat adanya
kesadaraan,hasrat dan kemauan untuk bersatu.Kemauan untuk bersatu atau to be come together itu
muncul akibat adanya berbagai kesamaan,antara lain nasib yang sama dalam perjalanan sejarah.

    Berangkat dari pengertian-pengertian di atas,dapat kita simpulkan bahwa integrasi nasional bangsa
indonesia adalah hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai satu bangsa yakni bangsa
indonesia.Hasrat dan kesadaraan untuk bersatu sebagai satu kesatuan bangsa itu resminya
direalisasikan dalam satu kesepakatan atau konsensus nasional melalui sumpah pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928.  

   Kami putra dan putri Indonesia mengaku:

1. bertanah air satu,tanah air indonesia.


2. berbangsa satu,bangsa Indonesia.

3. berbahasa satu,bahasa Indonesia.

   Kemauan untuk bersatu itu disadari benar oleh para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia,karena
mereka menyadari begitu heterogennya masyarakat dan budaya bngsa ini.Itulah sebabnya bentuk
negara sebagai salah satu perwujudan integrasi nasional adalah negara kesatuan republik
indonesia.Adapun perwujudan integrasi nasional masyarakat dan budaya bangsa Indonesia yang
heterogen itu diungkapkan dlam semboyan BhinnekaTunggal Ika.

PENTINGNYA PERSATUAN DALAM KERAGAMAN


By fairuz firdausi00.037 comments

Banyaknya perbedaan kebudayaan dalam suku bangsa bisa menjadi sunber-sunber untuk dapat
menyebabkan terjadinya konflik antara suku-suku bangsa dan golongan pada umumnya dalam negara-
negara yang berkembang seperti negara Indonesia, ada paling sedikit lima macam:

1.      Konflik bisa terjadi kalo warga dari dua suku-bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan
lapangan mata pencaharian hidup yang sama.
2.      Konflik bisa terjadi kalo warga dari satu suku-bangsa mencoba memaksakan unsur-unsur dari
kebudayaannya kepada warga dari suatu suku-bangsa lain.
3.      Konflik yang sama dasrnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya, bisa terjadi kalo warga dari satu suku
bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari suku-bangsa lain yang
berbeda agama.
4.      Konflik terang akan terjadi kalau satu suku-bangsa berusaha mendominasi suatu suku-bangsa lain
secara politis.
5.      Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan antara suku-suku bangsa yang telah bermusuhan
secara adat.

Potensi untuk bersatu atau paling sedikit untuk bekerjasama tentu ada dalam tiap-tiap hubungan antara
suku bangsa dan golongan. Potensi itu ada dua, yaitu:

1.      Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat saling bekerjasama secara sosial-ekonomis, kalu
mereka masing-masing bisa mendapatkan lapangan-lapangan mata pencaharian hidup yang berbeda-
beda dan yang saling lenglap-melengkapi. Dalam keadaan saling butuh-membutuhkan itu, akan
berkembang suatu hubungan , yang di dalam ilmu antropologi sering disebut dengan hubungan
simbiotik. Dalam hal itu sikap warga dari satu suku-bangsa terhadap yang lain dijiwai oleh suasana
toleransi.

2.      Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat juga hidup berdampingan tanpa konflik, kalau ada
orientasi ke arah suatu golongan ketiga, yang dapat menetralisasi hubungan antara kedua suku-bangsa
tadi.

Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi keanekaragaman budaya, menga-
rahkan pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme. Dalam asas multikulturalisme ada
kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal, tetapi terdiri atas sekian banyak komponen yang berbeda.
Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada kebudayaan yang tinggi dan tidak ada kebudayaan yang
rendah di antara keragaman budaya tersebut. Semua kebudayaan pada prinsipnya sama-sama ada dan
karena itu harus diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah dan berdiri  sama tinggi. 

Asas itu pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian dirumuskan dalam semboyan yaitu
“bhineka tunggal ika”.

“Bhinneka Tunggal Ika” merupakan alat pemersatu bangsa.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan dan
kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan tanah air
yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera kebangsaan merah
putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah falsafah dan dasar negara
Pancasila.

Realitas historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak di antara keragaman
budaya yang ada. Salah satu contoh nyata yaitu dengan dipilihnya bahasa Melayu sebagai akar bahasa
persatuan yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia. Dengan kesadaran yang tinggi semua
komponen bangsa menyepakati sebuah konsensus bersama untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan yang dapat mengatasi sekaligus menjembatani jalinan antarkomponen bangsa.

Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku
bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki
persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan
kekeluargaan.

Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan kita
dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi persamaan langkah
dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah Pancasila, kita harus dapat meningkatkan
rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.

Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di lingkungan
kita, seperti gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.
Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan sehati dalam kekuatan
wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.

Dalam pandangan Koentjaraningrat (1993:5) Indonesia dapat disebut sebagai negara plural
terlengkap  di dunia di samping negara Amerika. Di Amerika dikenal semboyan et pluribus unum, yang
mirip dengan bhineka tunggal ika, yang berarti  banyak namun hakikatnya satu.

Semboyan Bhineka Tunggal Ika memang menjadi sangat penting ditengah beragamnya adat dan
budaya Indonesia. Menjadi barang percuma, apabila semboyan penuh makna tersebut hanya menjadi
pelengkap burung garuda penghias dinding. Bhineka Tunggal Ika bermakna berbeda beda tetapi tetap
satu jua, sebuah semboyan jitu yang terbukti berhasil menyatukan bangsa dengan sejuta suku, bangsa
yang kaya akan ideologi, menjadi sebuah bangsa yang utuh dan merdeka.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar
memahami maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain, yakni:
1. Dasar Negara Pancasila

2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan

3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan

4. Lambang Negara Burung Garuda

5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

6. Lagu-lagu perjuangan

Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan kesatuan bangsa
tetap terjaga. Bisakah kamu menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam keragaman memiliki arti yang
sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat
mewujudkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang

2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab

3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah

4. Pembangunan berjalan lancar

Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam keragaman antara lain:

1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain

2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik

3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya

4. Lebih mengutamakan negara daripada kepentingan daerah atau suku masing-masing


Kita mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku dan budaya merupakan
kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Bangsa asing saja banyak yang berebut belajar budaya
daerah kita. Bahkan kita pun sempat kecolongan, budaya asli daerah kita diklaim atau diakui sebagai
budaya asli bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga banyak yang diklaim oleh bangsa lain. 
Memahami Makna Persatuan Dan Kesatuan Indonesia

7/30/2013

3 Comments

PERSATUAN DAN KESATUAN


Dua kata ini Persatuan dan Kesatuan merupakan padanan yang sangat tepat untuk menggambarkan
makna yang terkandung dalam keberagaman yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang
unik di dunia. Indonesia tidak hanya sebuah negara yang memiliki aneka suku adat budaya, aneka
bahasa, termasuk aneka agama. Oleh karena itu isu yang menyangkut SARA (Sosial Agama dan Ras)
merupakan hal yang sangat sensitif.  > (Artikel Selengkapnya, klik tulisan Read More)

Apa sebenarnya makna Persatuan dan Kesatuan dan mengapa hal ini harus dipahami oleh seluruh
elemen bangsa. Apa yang telah melatar belakangi lahirnya dan pentingnya persatuan dan kesatuan di
Indonesia

BEBERAPA PENGERTIAN PERSATUAN DAN KESATUAN INDONESIA

Persatuan berarti perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Sedangkan
Kesatuan hasil perkumpulan tersebut yang telah menjadi satu dan utuh. Sehingga kesatuan erat
hubungannya dengan keutuhan.

Persatuan dan kesatuan sendiri berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah.
Persatuan dan kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam
menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.”

Prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan dari keberagaman di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari
berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu
sebagai bangsa Indonesia.

2) Prinsip Nasionalisme Indonesia


Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita sendiri.
Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak
ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan semacam ini hanya
mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab


Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki kebebasan dan tanggung
jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
maha Esa.

4) Prinsip Wawasan Nusantara


Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik,
sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa
satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai
cita-cita pembangunan nasional.

5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi


Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan
pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.

PERSATUAN DAN KESATUAN INDONESIA


Dalam kaitannya dengan Indonesia sebagai negara kesatuan, maka pengertian  bisa dikatakan bahwa
persatuan adalah kumpulan bangsa-bangsa di Indonesia yang beragam macam yang mendiami wilayah
geografis pulau-pulai di Indonesia sehingga membentuk kesatuan wilayah.

Dari segi geografis bisa dilihat di peta wilayah Indonesia. Pengertian wilayah Indonesia berarti bagian
bumi yang membentang dari 95° sampai 141° Bujur Timur dan 6° Lintang Utara sampai 11o Lintang
Selatan atau wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke yaitu yang sesuai dengan batas-
batas wilayah Indonesia.

Indonesia dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib dan sepenanggungan yang
bermukim di dalam wilayah itu. Senasib karena telah berhasil menjadi bangsa yang merdeka dan
membentuk negara kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Arti Kesatuan itu
menjelaskan tentang semboyan dari bahasa Sanskerta Bhinneka Tunggal Ika. Sering terjadi kekeliruan
dengan menyebut bhineka yang sebetulnya adalah Bhinneka. Semboyan ini tersemat di kaki burung
Garuda Pancasila sebagai falsafah Negara Indonesia.

Persatuan Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong
untuk mencapai kehidupan yang bebas dan independen dalam wadah negara yang merdeka dan
berdaulat. Pertahanan Keamanan Nasional menjadi kepentingan bersama seluruh bangsa yang diatur
oleh Negara.

Definisi kesatuan yang sebenarnya ini perlu dipahami oleh seluruh elemen bangsa.

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut :
1.      Perasaan senasib

2.      Kebangkitan Nasional

3.      Sumpah Pemuda

4.      Proklamasi Kemerdekaan

Anda mungkin juga menyukai