Anda di halaman 1dari 7

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

I.

Pengertian Keragaman Keragaman adalah keadaan dalam masyarakat dimana terdapat banyak perbedaan

dalam berbagai aspek, misalnya suku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya (masyarakat yang majemuk). Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai factor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik. Di Indonesia unsur keragamannya dapat dilihat dalam suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, tata karma, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial. Semua unsur tersebut merupakan hal yang harus dipelajari agar keragaman hal tersebut tidak membawa dampak yang buruk bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Agama sendiri adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat adalah sebagai sesuatu yang edukatif yaitu agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Agama juga berfungsi sebagai penyelamat, perdamaian, sosial kontrol, pemupuk rasa solidaritas, transformatif (membawa perubahan), kretif, dan agama berfungsi sublimatif (perubahan ke tingkat yang lebih baik). Dampak buruk dari tidak adanya sikap terbuka, logis, dan dewasa atas keragaman masyarakat tersebut antara lain adalah disharmonisasi (tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan lingkungannya), perilaku diskriminatif terhadap kelompok masyarakat tertentu, eksklusivisme/rasialis (menganggap derajat kelompoknya lebih tinggi dari kelompok lain). Untuk menghindari dampak buruk di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan semangat religius, semangat nasionalisme, semangat pluralism, semangat humanism, dialog antar- umat beragama, dan membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar agama, media massa, dan harmonisasi dunia.

II.

Pengertian Kesetaraan Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahluk Tuhan memiliki

tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama bersumber dari pandangan bahwa semua manusia adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Dihadapan Tuhan , semua manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaan manusia tersebut terhadap Tuhan. Sedangkan kesederajatan adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki suatu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki. Kesederajatan adalah persamaan harkat, nilai , harga, taraf yang membedakan makhluk yang satu dengan yang lainnya. Kesederajatan dalam masyarakat adalah suatu keadaan menunjukan adanya pemeliharaan kerukunan dan kedamaian yang saling menjaga harkat dan martabatnya. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, dan kelas sosial-ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik, serta batas negara, dan kebangsaan seseorang. Diskriminasi itu sendiri terjadi karena adanya persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan, adanya tekanan dan intimidasi yang dilakukan oleh kelompok yang dominan terhadap kelompok yang lebih lemah, ketidakberdayaannya golongan miskin akan intimidasi yang mereka terima sehingga mereka menjadi korban diskriminasi. Selain diskriminasi juga terdapat problematika lain yang harus diwaspadai yaitu adanya disintegrasi bangsa. Ada enam faktor utama yang menjadi penyebab utama proses tersebut yaitu kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, demoralisasi tentara dan polisi, dan intervensi asing. Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang merupakan ungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk (heterogen). Masyarakat Indonesia terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku bangsa dengan beraneka ragam latar belakang kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebutKebudayaan Nasional. Perubahan sosial-budaya terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor dari luar : a. Akulturasi Akulturasi yaitu meleburnya suatu kebudayaan asing ke dalam kebudayaan sendiri tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian.

b. Difusi Difusi yaitu penyebaran unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain. c. Penetrasi Penetrasi yaitu masuknya unsur kebudayaan asing secara paksa sehingga merusak kebudayaan sendiri. d. Invasi Invasi yaitu masuknya unsur kebudayaan asing melalui masa peperangan/penjajahan. e. Asimilasi Asimilasi yaitu proses penyesuaian seseorang yang asing dengan kebudayaan setempat. f. Hibridisasi Hibridisasi yaitu perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuran antara orang asing dengan penduduk setempat. g. Milenarisasi Milenarisasi merupakan salah satu bentuk kebangkitan yang mengangkat golongan bawah yang tertindas. Sedangkan faktor dari dalam yang menyebabkan perubahan itu terjadi yaitu sistem pendidikan yang maju yang terdiri dari : a. inovasi b. discovery c. invention d. Enkulturasi : pembauran unsur teknologi dan ekonomi dari kebudayaan : penemuan unsur kebudayaan yang baru : perolehan hal baru yang dilakukan melalui usaha yang sungguh-sungguh : suatu proses manusia mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan sistem norma yang tumbuh di dalam masyarakat. Selain faktor pendidikan yang maju, faktor dari dalam yang mendasarinya perubahan sosial-budaya itu adalah adanya sikap menghargai hasil karya orang lain, adanya keterbukaan di dalam masyarakat, adanya toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang, penduduk yang heterogen. III. Permasalahan Keragaman dan Kesetaraan dalam Bermasyarakat Di Indonesia, berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut keyakinan keagamaan, ataupun antarkelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta harta benda, seperti kasus Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah. Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan yang egalitarian dan demokratis.

Persoalan-persoalan tersebut sering muncul akibat adanya dominasi sosial oleh suatu kelompok. Adanya dominasi sosial didasarkan pada pengamatan bahwa semua kelompok manusia ditujukan kepada struktur dalam sistem hirarki sosial suatu kelompok. Di dalamnya ditetapkan satu atau sejumlah kecil dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan satu atau sejumlah kelompok subordinat pada posisi paling bawah. Di antara kelompokkelompok yang ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan yang lebih besar dalam pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat mengakibatkan konflik sosial yang lebih tajam. Negara-bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dapat disebut sebagai masyarakat multikultural. Berbagai keragaman masyarakat Indonesia terwadahi dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan karakter utama mengakui pluralitas dan kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui keragaman dan menghormati kesetaraan adalah pilihan terbaik untuk mengantarkan masyarakat Indonesia pencapaian kemajuan peradabannya. Cita-cita yang mendasari berdirinya NKRI yang dirumuskan para pendiri bangsa telah membekali bangsa Indonesia dengan konsepsi normatif negara bangsa Bhinneka Tunggal Ika, membekali hidup bangsa dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Hal tersebut merupakan kesepakatan bangsa yang bersifat mendasar. Konstitusi secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berkesetaraan. Pasal 27 menyatakan: Setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan adalah rujukan yang melandasi seluruh produk hukum dan ketentuan moral yang mengikat warga negara. Keberagaman bangsa yang berkesetaraan akan merupakan kekuatan besar bagi kemajuan dan kesejahteraan negara bangsa Indonesia. Negara bangsa yang beragam yang tidak berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan menghadirkan kehancuran.

1.

ProblematikaDiskriminasi

Diskriminasi adalah tindakan yang melakukan pembedaan terhadap individu atau kelompok karena status, kelas ekonomi, dan kondisi fisik. Faktor-faktor yang menyebabkan diskriminasi antara lain: Persaingan yang semakin ketat di berbagai bidang. Adanya tekanan dari yang kuat pada yang lemah. Ketidak berdayaan kaum miskin

2.

Masalah SARA Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentiment

identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan dalam tindakan SARA. Tindakan ini melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia. Sara dapat di golongkan menjadi 3 kategori : a. Individual : Adalah tindakan SARA yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk dalam kategori ini adalah tindakan atau pernyataan yang bersifat menyerang, melecehkan, menghina identitas diri orang lain maupun golongan. b. Institusional : Adalah tindakan SARA yang dilakukan oleh institusi termasuk Negara, baik secara langsung maupun tidak langsung dan sengaja atau tidak sengaja. c. Kultural : Adalah penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melaalui struktur budaya masyarakat. IV. 1. Keragaman Sebagai Kekuatan dan Kelemahan Keragaman Sebagai Kekuatan Keanekaragaman; ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan, bahasa daerah dan lainnya di Indonesia yang tumbuh dan berkembang sebagai nilai-nilai yang mengakar dalam kelompok kelompok masyarakat adalah sebagai kekuatan. Apabila dikelola dengan baik untuk menimbulkan kekuatan bangsa yang besar. Bagi pemimpin aspek inilah merupakan peluang dalam memainkan pola kepemimpinan yang bagaimana harus dilakukan dalam menghadapi masyarakat tertentu. Selanjutnya keragaman tersebut akan menumbuhkan keterikatan keterikatan akan bidang; hukum, aturan atau dogma dogma agama yang dianut masyarakat. Karena itu seorang pemimpin perlu memahami kondisi tersebut dalam memimpin masyarakat tertentu. Disamping munculnya konflik konflik kepentingan antar kelompok tersebut dengan pembinaan rasa kesatuan bangsa (nation building) harus diutamakan dalam memimpin kelompok masyarakat dan masyarakat bangsa. 2. Keragaman sebagai kelemahan Keanekaragaman atau kemajmukan; ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan dll, apabila tidak dapat dibina dalam satu kesatuan yang bulat bukan tidak mungkin akan

menimbulkan perpecahan. Dimulai dari perpecahan kecil menjadi semakin besar bila tidak pernah diantisipasi dengan upaya kepemimpinan dengan memperhatikan budaya untuk mempersatukan mereka dalam pembangunan menuju masyarakat yang sejahtera. Perpecahan yang cukup rawan; masalah keragaman agama, adat istiadat, perbedan suku/etnis/ras, perbedaan kebiasaan dll. V. 1. KESIMPULAN Makna keragaman Keragaman adalah kondisi dimana di dalamnya terdapat berbagai perbedaan baik ras, agama, dan keyakinan, sedangkan kesederajatan adalah sama tingkatan (pangkat, kedudukan), dimana adanya perbedaan tetap berada pada satu tingkatan atau kedudukan yang sama. 2. Makna kesetaraan Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir 3. Permasalahan keragaman dan kesetaraan Diskriminasi adalah tindakan yang melakukan pembedaan terhadap individu atau kelompok karena status, kelas ekonomi, dan kondisi fisik Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentiment identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan 4. Keragaman sebagai kekuatan dan kelemahan Keanekaragaman; ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan, bahasa daerah dan lainnya di Indonesia yang tumbuh dan berkembang sebagai nilai-nilai yang mengakar dalam kelompok kelompok masyarakat adalah sebagai kekuatan Keanekaragaman atau kemajmukan; ethnis, agama, adat istiadat, kebiasaan dll, apabila tidak dapat dibina dalam satu kesatuan yang bulat bukan tidak mungkin akan menimbulkan perpecahan

DAFTAR PUSTAKA

Herimanto, Drs. M Pd MSi Winarno S Pd MSi.2010.Ilmu Sosial & Budaya Dasar.Bumi Aksara. Jakarta Internet. http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia (diakses pada 5 November 2012, pukul 13.00 Wib) ----------. http://id.wikipedia.org/wiki/Bhineka_tunggal _ika (diakses pada 5 November 2012, pukul 13.00 Wib) Internet. http://www.scribd.com/agus_muhardi/shelf (diakses pada 5 November 2012, pukul 13.00 Wib) Supartono W, Drs. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai