Anda di halaman 1dari 7

MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN

Nama : Ning Nikma Nim: 2021719010 Prodi : Pendidikan Fisika


Matkul : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Dalam pertemuan hari kita akan membahas


1. Hakikat keragamaan dan kesetaraan manusia
2. Keragaman dalam dinamika sisoal dan budaya
3. Keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan social budaya bangsa
4. Permasalahan keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam
kehrudupan
A. Hakikat keagamaan dan kesetaraan manusia
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat
perbedaaan2 dalam berbagai bidang (masyarakat yang majemuk). Keragaman
dalam masyarakat adalah sebuah keadaaan yang menunjukkan perbedaan
yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Unsur
keragamannya dapat dilihat dalam suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,
ideologi dan politik, tata karma, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan
sosial. Semua unsur tersebut merupakan hal yang harus dipelajari agar
keragaman tersebut tidak membawa dampak yang buruk bagi kehidupan
bermasyarakat.
kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk
tuhan yang memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa
dibedakan yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding
makhluk lain, dihadapan tuhan, semua manusia adalah sama derajat,
kedudukan atau tingkatannya yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaan
manusia tersebut terhadap tuhan.
Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan formal
dan pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa undang-undang,
maupuin norma, sedangkan pendekatan substantif mengkaji konsep
kesetaraan berdasarkan keluaran / output, maupun proses terjadinya
kesetaraan. Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status
sosial, dan berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta
persamaan-persamaan. Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang
wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat manusia.
B. Keragaman dalam dinamika sisoal dan budaya
Keragaman dalam masyarakat selalu membawa perubahan dan
perkembangan atau dinamika sehingga masyarakat menjadi dinamis.
Keragaman dalam masyarakat dibedakan ke dalam dua hal yang saling
berkaitan, yaitu:
1. Kemajemukan Sosial
Kemajemukan social, berkaitan dengan relasi antar orang atau antar
kelompok dalam masyarakat. Misalnya : perbedaan jenis kelamin, asal
usul keluarga atau kesukuan, perbedaan ideology atau wawasan berpikir,
perbedaan kepemilikan barang-barang atau pendapatan
ekonomi. Kemajemukan social dapat dibedakan dalam 3 hal penting :
a. Perbedaan Gender atau Seksualitas
Gender merupakan kerangka social yang diciptakan manusia
untuk membedakan laki-laki dan dan perempuan. Kerangka social ini
tidak dibangun secara ilmiah tetapi dibangun berdasarkan prasangka
yang berkembang dalam masyarakat. Sementara itu seksualitas
adalah pembeda karena jenis kelamin. Karena perbedaan seks
bersifat kodrati, maka yang bisa melahirkan dan menyusui hanyalah
perempuan.
b. Perbedaan Etnisitas, kesukuan, dan asal-usul keluarga
Dalam masyarakat kuno nama seseorang kadang menunjukkan
derajat kebangsawanan mereka. Tetapi masyarakat modern sekarang
ini tidak lagi mengaitkan nama dengan nama desa asal, tapi
tergantung dari keluarga masing-masing pemilik nama. Sekarang
banyak orang mengambil nama dari suku lain, bahkan bangsa lain
yang tidak punya ikatan sama sekali. Terlepas dari perubahan apapun
yang terjadi, etnisitas, kesukuan, dan asal-usul keluarga merupakan
cirri pembeda seseorang, kendatipun kemurniannya mulai menipis
lantaran frekuensi perkawinan campur antar antarsuku mulai
meningkat.
c. Perbedaan Ekonomi
Perbedaan yang paling mudah dilihat, yang dalam terminology
Marxisme tampak sebagai perbedaan kelas social (golongan kaya-
miskin), yang sering menimbulkan ketegangan dan konflik antar
golongan.
2. Kemajemukan Budaya
Kemajemukan budaya, berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan
dalam menjalani hidup. Misalnya: cara memandang dan menyelesaikan
persoalan, cara beribadah, perbedaan dalam menerapkan pola pengelolan
keluarga; atau dapat disebutkan bagaimana seseorang memandang dunia,
masyarakat dan kehidupan di dalamnya.
C. Keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan social budaya bangsa
Keragaman bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik,
disebut juga suku bangsa atau suku. Beragamnya etnik di Indonesia
menyebabkan banyak ragam budaya, tradisi, kepercayaan, dan pranata
kebudayaan lainnya karena setiap etnis pada dasarnya menghasilkan
kebudayaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultur
artinya memiliki banyak budaya.
Etnik atau suku merupakan identitas sosial budaya seseorang.
Artinya identifikasi seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya,
kepercayaan, dan pranata yang dijalaninya yang bersumber dari etnik dari
mana ia berasal. Namun dalam perkembangan berikutnya, identitas sosial
budaya seseorang tidak semata-mata ditentukan dari etniknya. Identitas
seseorang mungkin ditentukan dari golongan ekonomi, status sosial, tingkat
pendidikan, profesi yang digelutinya, dan lain-lain. Identitas etnik lama-
kelamaan bisa hilang, misalnya karena adanya perkawinan campur dan
mobilitas yang tinggi.
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesedarajatan itu secara
yuridis diakui dan dijamin oleh negara melalui UUD’45. Warga negara tanpa
dilihat perbedaan ras, suku, agama, dan budayanya diperlakukan sama dan
memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan negara
Indonesia mengakui adanya prinsip persamaan kedudukan warga negara.
Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27 ayat (1) UUD’45 bahwa
“segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”. Persamaan kedudukan di antara warga Negara,
misalnya dalam bidang kehidupan seperti persamaan dalam bidang politik,
hukum, kesempatan, ekonomi, dan sosial.
D. Permasalahan keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam kehudupan
1. Problem Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik.
Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan
menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang
multicultural. Namun, kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi
memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan
social.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri dari dua fase, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya
perbedaan pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan
antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase di mana sudah tidak dapat
lagi disatukannya pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang
menyebabkan pertentangan antarkelompok.
Konflik horizontal yang terjadi bukan disebabkan oleh adanya
perbedaan atau keragaman itu sendiri. Adanya perbedaan ras, etnik, dan
agama tidaklah harus menjadikan kita bertikai dengan pihak lain. Yang
menjadi penyebab adalah tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada
berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain, inilah justru yang dapat
memicu konflik. Kesadaranlah yang dibutuhkan untuk menghargai,
menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau kesederajatan
antar masyarakat tersebut. Satu hal yang penting adalah meningkatkan
pemahaman antar budaya dan masyarakat yang mana sedapat mungkin
menghilangkan penyakit budaya. Penyakit budaya tersebut adalah
etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space
goating.
Solusi lain yang dapat dipertimbangkan untuk memperkecil masalah
yang diakibatkan oleh pengaruh negates dari keragaman adalah sebagai
berikut :
a. Semangat religious
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralism
d. Dialog antar umat beragama
e. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan
harmonisasi dunia.
2. Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
Indicator kesederajatan adalah sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras,
gender, dan golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan
kehidupan yang layak
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan
anggota masyarakat.
Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah
munculnya sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan
derajat, hak, dan kewajiban antarmanusia atau antarwarga. Perilaku yang
membeda-bedakan orang disebut diskriminasi. Upaya untuk menekan dan
menghapus praktik-praktik diskriminasi adalah melalui perlindungan dan
penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Seperti negara kita
Indonesia yang berkomitmen untuk melindungi dan menegakkan hak asasi
warga negara melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
Ditetapkannya Imlek sebagai hari libur nasional menunjukkan
perkembangan upaya penghapusan diskriminasi rasial telah berada pada
arah yang tepat. Rumah tangga juga merupakan wilayah potensial
terjadinya perilaku diskriminatif. Untuk mencegah terjadinya perilaku
diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah ditetapkan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-
Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT).
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, kamelia (2016). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Dikutip pada 21
Oktober 2020 dari kamelia : https://www.kompasiana.com/amp/kamilia/ilmu-
sosial-dan-budaya-dasar_57e8d290b77a61d014008b10&ved.

Deni, cujang (2015). Hakikat keragaman dan Kesetaraan. Dikutip pada 21


Oktober 2020 dari: https://6inggris2cujangdeni.blogspot.com/2015/03/hakikat-
keragaman-dan-kesetaraan.html

Maelani, siti (2015). Hakikat Manusia keragaman dan kesetaraan dalam


dinamika social. Dikutip pada 21 Oktober 2020 dari Maelani siti:
http://sitimaelaniisbdbiologi2b.blogspot.com/2015/06/hakikat-manusia-keraga
man-dan.html.

Anda mungkin juga menyukai