Anda di halaman 1dari 10

Manusia, Keragaman, dan Kesetaraan

Disusun oleh :
Muhammad Rizki (1907101010110)
Shabrina Masturah (1907101010020)
M. Arif Ritonga (1907101010049)
Putri Kayla Harahap (1907101010139)
Sarah Nur Sapitri (1907101010096)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan keragaman.
Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status, hirarki sosial, dan berbagai
hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan.Sedangkan
konsep keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat
manusia.Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai
landasan dasar yang bertolak belakang.Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris
(berpusat pada manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam,
menunjukkan ciri teosentris (berpusat pada Tuhan).
Keragaman Manusia dan Kesederajatan merupakan masalah yang sangat rumit. Salah
satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk monodualis jiwa
raga. Dari aspek jiwa manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa sehinga dalam tingkah lakunya
mampu mempertimbangkan. Nilai-nilai yang terkandung dalam keragaman dan kesederajatan
manusia akan membawa manusia pada potensi sebagai makhluk yang paling sempurna.
Dengan keistimewaan yang dimiliki menyebabkan manusia perlu keseragaman dan
kesederajatan agar dapat memikul amanah sebagai kholifah yang bermoral di muka bumi ini.
ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan
mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud daripadanya. Memberikan
landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif untuk
memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggungjawab
terhadap sumber daya dan lingkungannya. Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan
keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki
manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada
dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia. Kesetaraan dalam derajat
kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial,
terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil
mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi, mengandung
elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat perhatiannya. Sedangkan Timur
mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan dan keberagaman,
berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya Penilaian atas realisasi
kesetaraan dan keragaman pada umat manusia, khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji
dari unsur-unsur universal kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat. Pada
makalah ini, dikaji tentang keragaman dan kesetaraan yang ada dalam diri manusia sebagai
individu, terutama dalam kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Uraian pada makalah ini
membahas tentang Manusia, keragaman, dan kesetaraan.
Kebudayaann Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan Indonesia yang
telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Keberagaman menjamin
kehormatan antarmanusia di atas perbedaan, dari seluruh prinsip ilmu pengetahuan yang
berkembang di dunia, baik ilmu ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Pancasila yang digali
dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah rasionalitas yang telah teruji. Pancasila
adalah rasionalitas kita sebagai sebuah bangsa yang majemuk, yang multi agama, multi bahasa,
multi budaya, dan multi ras yang bernama Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk membahas tentang persatuan Indonesia dengan mengangkat tema kemajemukan
budaya di Indonesia terdapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah makna Keberagaman dan Kesetaraan?
2. Apasajakah unsur-unsur keberagaman dalam masyarakat?
3. Bagaimanakah Pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat,
bernegara, dan kehidupan global?
4. Mengapa terjadinya problematika diskriminasi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari makalah ini sebagai
berikut :
1. Mengetahui makna Keberagaman dan Kesetaraan
2. Mengetahui unsur-unsur keberagaman dalam masyarakat
3. Mengetahui Pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat, bernegara,
dan kehidupan global
4. Mengetahui problematika diskriminasi
BAB II
LANDASAN TEORI

Makna Keragaman dan Kesetaraan

Keragaman manusia memiliki makna bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.


Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang memiliki ciri-ciri khas
tersendiri. Perbedaan itu terutama di tinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak,
kelakuan, temperamen, dan hasrat. Jadi, manusia adalah pribadi unik dan beragam. Selain
sebagai makhluk individu, manusia juga mahluk sosial yang membentuk kelompok
persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam. Masyarakat
sebagai persekutuan itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam hal ras,
suku, agama, budaya, ekonomi, agama, budaya,ekonomi, status social, jenis kelamin, daerah
tempat tinggal, dan lain-lain. Hal-hal demikian kita katakan sebagai unsur-unsur yang
membentuk keragaman dalam masyarakat. Keragaman manusia baik dalam tingkat individu di
tingkat masyarakat merupakan tingkat realitas atau kenyataan yang meski kita hadapi dan
alami. Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia, baik
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Sedangkan, kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahluk tuhan
memiliki tingkatatau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu
bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa di bedakan adalah ciptaan dengan
kedudukan yang sama, yaitu sebagai mahluk mulia dan tinggi derajatnya di banding mahluk
lain. Di hadapan tuhan, semua manusia adalah sama derajat, kedudukan, atau,
tingkatannya.Yang membedakan nantinya adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap
tuhan Yang Maha Esa. Persamaan kedudukan atau tingkatan manusia ini berimplikasi pada
adanya pengakuaan akan kesetaraan atau kesederajatan manusia. Jadi, kesetaraan atau
kesederajatantidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan manusia. Kesederajatan
adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban,sebagai sesama, manusia. Implikasi selanjutnya adalah perlunya jaminan akan hak-
hak setiapmanusia bisa merealisasikan serta perlunya merumuskan sejumlah kewjiban-
kewajiban agar semua bisa melaksanakan sehingga terciptanya ketertiban.

Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat


1. Suku, bangsa, dan ras suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang
sampai Merauke sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiria yabg sama
seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain
sebagainya
2. Agama dan keyakinan agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suau kekuatan yang lebih
tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca
indra
3. Ideologi dan politik idiologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang
berpengaruh kuat terhadap tingkah laku alam situasi khusus karena merupakan
kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental
4. Adat dan kesopanan
5. Tata kerama yang diartikan sebagai sopan santun, “bas basi”, pada dasarnya ialah
segala tindakan perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaedah
atau norma tertentu
6. Kesejangan ekonomi
7. Kesenjangan sosial

Pengaruh Keragaman
Pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat, bernegara, dan
kehidupan global yang dimiliki oleh masyarakat majemuk yang dijelaskan oleh Van de Berghe
Yaitu:
 Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
 Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplemeter.
 Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai
sosial yang bersifat dasar.
 Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
 Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan
didalam bidang ekonomi.
 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta


masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti :
o Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia
dengan dunia lingkungannya.
o Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan
memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu
saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
o Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-
macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih
tinggi dari ras/suku/kelompok lain.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan
oleh pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
1) Semangat Religius
2) Semangat Nasionalisme
3) Semangat Fluralisme
4) Dialog antar umat beragama
5) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar
agama, media, masa, dan harmonisasinya.

Problematika Diskriminasi
Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang membanggakan. Namun
demikian, keragaman tidak serta-merta menciptakan keunikan, keindahan, kebanggaan, dan
hal-hal yang baik lainnya. Keberagaman masyarakat memiliki ciri khas yang suatu saat bisa
berpotensi negatif bagi kehidupan bangsa tersebut. Masyarakat majemuk atau masyarakat yang
beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut:
 Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
 Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
 Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-
nilai sosial yang bersifat mendasar.
 Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
 Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di
dalam bidang ekonomi.
 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Berdasarkan hal di atas, keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi


kelompok, struktural yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi
yang dipaksakan, dan adanya dominasi kelompok. Tentu saja potensi demikian adalah potensi
yang melemahkan gerak kehidupan masyarakat. Keberagaman adalah modal berharga untuk
membangun Indonesia yang multikultural. Namun, kondisi tersebut juga berpotensi memecah
belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.Di tingkat permukaan,
efek negatif tersebut muncul dalam bentuk gesekan-gesekan, pertentangan, dan konflik terbuka
antar kelompok masyarakat. Pertikaian antar kelompok masyarakat Indonesia sering terjadi,
bahkan di era reformasi sekarang ini. Konflik tersebut bisa terjadi pada antarkelompok agama,
suku, daerah, bahkan antar golongan politik. Beberapa contoh, misalnya konflik Ambon tahun
1999, pertikaian di Sambas tahun 2000, dan konflik di Poso tahun 2002.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase disharmoni dan
fase disintegrasi. Fase disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang tujuan,
nilai, norma, dan tindakan antarkelompok. Fase disintegrasi merupakan fase di mana sudah
tidak dapat lagi disatukannya pandangan nilai, norma, dan tindakan kelompok yang
menyebabkan pertentangan antar kelompok. Disharmonisasi dan konfik horizontal yang terjadi
di Indonesia sesungguhnya bukan disebabkan oleh adanya perbedaan atau keragaman. Bertikai
dengan pihak lain, tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai kelompok
masyarakat dan budaya lain ini lah yang menjadi pemicu konflik. Oleh karena itu, dibutuhkan
adanya kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau
kesederajatan antar masyarakat tersebut. Masing-masing warga daerah bisa saling mengenal,
memahami, menghayati, dan bisa saling berkomunikasi.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan pemahaman antar
budaya dan masyarakat adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya.
Penyakit-penyakit inilah yang ditengarai bisa memicu konflik antar kelompok masyarakat di
Indonesia. Adapun beberapa hal yang menyebabkan konflik dan disintegrasi adalah
ethnosentrisme, stereotip, prasangka buruk, rasisme, diskriminasi, dan scape goating (kambing
hitam).
Dilihat dari tataran perundang-undangan, tentu saja tindakan diskriminasi sudah
dilarang oleh pemerintah melalui pembuatan peraturan perundang-undangan yang anti
diskriminatif serta pengimplementasiannya di lapangan. Misalnya adalah Undang-undang
nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi atas Konvensi International yang membahas tentang
penghapusan segala bentuk diskriminatif terhadap individu baik itu laki-laki maupun
perempuan sesuai dengan International convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women/CEDAW. Contoh lain ialah berlakukanya undang-undang
pemerintah yang sudah diimplementasikan sesuai diamanatkan undang-undang nomor 29
tahun 1999 yang merupakan ratifikasi atas konvensi internasional tentang penghapusan segala
bentuk diskriminasi rasial.
Dalam hal ini, untuk mewujudkan persamaan di depan hukum dan penghapusan
diksriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan
Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan Presiden (Keppres) nomor 56 tahun 1996 dan
Instruksi Presiden nomor 4 tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek sebagai hari libur
nasional menunjukkan perkembangan upaya penghapusan diskriminasi rasial, telah berada
pada arah yang tepat. Pencegahan terjadinya perilaku diksriminatif dalam rumah tangga, juga
telah ditetapkan Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT). Kedua undang-undang tersebut telah mengategorikan kekerasan terhadap anak dan
kekerasan dalam rumah tangga sebagai suatu tindak pidana, karena itu layak untuk diberikan
sanksi pidana. Kriminalisasi perilaku diskriminatif di dalam rumah tangga merupakan langkah
maju untuk menghapus praktik diskriminatif dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP

Dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan


keragaman. Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status, hirarki sosial,
dan berbagai hal lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-
persamaan.Sedangkan konsep keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan
dan kebudayaan umat manusia.
Keragaman manusia memiliki makna bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang memiliki ciri-ciri khas
tersendiri. Perbedaan itu terutama di tinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak,
kelakuan, temperamen, dan hasrat. Jadi, manusia adalah pribadi unik dan beragam. Selain
sebagai makhluk individu, manusia juga mahluk sosial yang membentuk kelompok
persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup manusia juga beragam.
Adapun unsur-unsur keragaman dalam masyarakat, yaitu
1. Suku, bangsa, dan ras suku bangsa
2. Agama dan keyakinan agama
3. Ideologi dan politik ideologi
4. Adat dan kesopanan
5. Tata kerama
6. Kesejangan ekonomi
7. Kesenjangan sosial
Pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat, bernegara, dan
kehidupan global yang dimiliki oleh masyarakat majemuk yang dijelaskan oleh Van de
Berghe Yaitu:
o Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
o Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat
non komplemeter.
o Kurang mengembangkan konsesus diantara anggota masyarakat tentang nilai-nilai
sosial yang dasar.
o Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang
lainnya.
o Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di
bidang ekonomi.
o Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta
masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti disharmonisasi,
perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak
menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, serta eksklusivisme, rasialis,
bersumber dari superioritas diri.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan
oleh pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
A. Semangat Religius
B. Semangat Nasionalisme
C. Semangat Fluralisme
D. Dialog antar umat beragama
E. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antar agama, media, masa, dan harmonisasinya.
Keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi kelompok, struktural
yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang dipaksakan,
dan adanya dominasi kelompok. Tentu saja potensi demikian adalah potensi yang
melemahkan gerak kehidupan masyarakat. Keberagaman adalah modal berharga untuk
membangun Indonesia yang multikultural. Namun, kondisi tersebut juga berpotensi memecah
belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.Di tingkat permukaan,
efek negatif tersebut muncul dalam bentuk gesekan-gesekan, pertentangan, dan konflik
terbuka antar kelompok masyarakat. Pertikaian antar kelompok masyarakat Indonesia sering
terjadi, bahkan di era reformasi sekarang ini. Konflik tersebut bisa terjadi pada
antarkelompok agama, suku, daerah, bahkan antar golongan politik.
Beberapa peraturan perundang – undangan yang telah dibuat oleh pemerintah :
Undang-undang nomor 7 tahun 1984 tentang Ratifikasi atas Konvensi International yang
membahas tentang penghapusan segala bentuk diskriminatif terhadap individu baik itu laki-
laki maupun perempuan sesuai dengan International convention on the Elimination of All
Forms of Discrimination Against Women/CEDAW. Contoh lain ialah berlakukanya undang-
undang pemerintah yang sudah diimplementasikan sesuai diamanatkan undang-undang
nomor 29 tahun 1999 yang merupakan ratifikasi atas konvensi internasional tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial.
Saran :
1. Orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan sikap menghormati, sikap
menerima keberagaman, dan sikap empati. Orang tua sebaiknya membantu menumbuhkan
sikap tersebut dengan cara menjadikan dirinya sebagai teladan bagi anaknya, sehingga anak
akan terbiasa didik dengan sikap positif
2. Bagi para pelajar dan mahasiswa hendaknya membiasakan sikap toleran dengan
teman yang berbeda suku baik dengan teman yang sebaya, di lingkungan keluarga, dan di
lingkungan sekolah. Mampu menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain
sebagai manusia yang memiliki persamaan kedudukann, harkat, derajat, dan martabat
Daftar Pustaka
Bunyamin. 2016. Pendidikan Multikultural Menuju Masyarakat Bermartabat. Jurnal
Pendidikan Islam Vol. 7, No. 2.

Hakim, Lukmanul. 2019. Paradigma Pendidikan Multikultural dalam Keragaman Mahasiswa


Nusantara di Rumah Susun Mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa. Jurnal Tambora Vol.
3, No. 2.

Ridwan. 2015. Problematika Keragaman Kebudayaan dan Alternatif Pemecahan. Jurnal


Madaniyah Vol. 2, Edisi IX.

Elly M. Setiadi. 2017. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Penerbit Kencana

Anda mungkin juga menyukai