Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya oleh
Dosen Pembimbing :
SY Didik Widiyanto,
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
sebelumnya.
makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai yang kami
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
Makna Keragaman
1. tingkah laku
2. macam jenis.
3. lagu musik : langgam
4. warna :corak : ragi
5. laras (tata bahasa).
Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamis, antara lain ditandai
oleh keragaman suku bangsa, agama, dan kebudayaan. Sebagaimana diketahui
bahwa bangsa Indonesia memiliki keragaman suku bangsa yang begitu banyak,
terdiri dari berbagai suku bangsa, mulai dari sabang hingga Merauke, ada suku
Batak, suku Minang, suku Ambon, suku Madura, suku Jawa, suku Asmat, dan
masih banyak lainnya.
Kesederajatan berasal dari kata derajat. Dalam kamus besar bahasa indonesia
derajat berarti :
2) Gelar yang diberikan oleh perguruan tinggikepada mahasiswa yang telah lulus
ujian.
Konsep kesetaraan adalah konsep yang dipakai dalam sistem komunisme atau
sentralistik dan tentu saja konsep ini bertentangan dengan konsep keragaman.
Kesetaraan lebih mengacu pada bagaimana perbedaan yang ada harus hidup serasi
dan selaras, tanpa harus meninggalkan identitas perbedaan yang ada pada masing-
masing individu tersebut.
Tuntutan kesetaraan mungkin belum beberapa abad terakhir ini di mulai oleh
manusia. Tentunya seruan dengan suara kecil malah yang hampir tidak terdengar,
pada ribuan tahun yang lalu sudah ada. Tingkatannya rakyat jelata, tetapi
berkeinginan agar menjadi sepadan dengan para bangsawan, dengan para orang
kaya serta berkuasa bahkan menjadi anggota kalangan Sang Baginda Raja. Kalau
kita mau memikirkan masak-masak keinginan untuk setara itu, biasanya dan
selalu datang dari pihak yang kurang beruntung untuk menyamai kaum yang
sedang atau sudah beruntung.
1. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender,
dan golongan
2. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan
yang layak.
3. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan
anggota masyarakat.
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan
perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
anatr manusia atau antar warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut
diskriminasi.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa
diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,
kelompok, golongan, status sosial.
2. MemahamiMasyarakatMultikultural
Pemahaman terhadap multikulturalisme sendiri sebenarnya tidak
dapat dilepaskan dari pengertian kebudayaan. Karena kata kebudayaan
itulah, yang menjadi kunci pemahaman konsep
multikulturalisme.Kebudayaan merupakan sekumpulan nilai moral untuk
meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaan. Multikulturalisme adalah
sebuah paham yang mengakui adanya perbedaan dalam kesetaraan, baik
secara individual maupun kelompok dalam kerangka kebudayaan.
Heterogenitas kekayaan budaya negara-bangsa Indonesia selama ini
terekatkan dalam sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Dengan kata lain, kekayaan
budaya dapat bertindak sebagai faktor pemersatu, yang sifatnya majemuk
dan dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila bukan terbentuk dari
kebudayaan masyarakat yang lebih kecil.Sebagai sebuah konsep,
multikulturalisme menjadi dasar bagi tumbuhnya masyarakat sipil yang
demokratis demi terwujudnya keteraturan sosial. Sehingga, bisa menjamin
rasa aman bagi masyarakat dan kelancaran tata kehidupan
masyarakat.Melihat kemajemukan Indonesia yang begitu luasnya – terdiri
dari sedikitnya 500 suku bangsa, maka multikulturalisme hendaknya tidak
hanya sekadar retorika, tetapi harus diperjuangkan sebagai landasan bagi
tumbuh dan tegaknya proses demokrasi, pengakuan hak asasi manusia, dan
akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus
dilakukan jika melihat berbagai konflik yang terjadi di sejumlah daerah di
tanah air, beberapa waktu lalu. Konflik itu mengindikasikan belum
tuntasnya pembentukan masyarakat multikultural di Indonesia. Munculnya
konflik antarsuku, misalnya, menunjukkan belum dipahaminya prinsip
multikulturalisme yang mengakui perbedaan dalam kesetaraan. Penanaman
nilai-nilai kesetaraan dalam perbedaan itulah yang senantiasa dilakukan
secara aktif baik oleh tokoh masyarakat, tokoh partai, maupun lembaga
swadaya masyarakat. Dengan demikian, pemahaman bahwa bangsa
Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari beragam kebudayaan
harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.Kesetaraan setiap warga masyarakat dan dijaminnya hak
masyarakat tradisional merupakan unsur dasar dari prinsip demokrasi, yang
terkandung pengakuan terhadap kesetaraan dan toleransi terhadap
perbedaan dalam kemajemukan.