Disusun oleh
Kelompok 1:
1. PUPUT AULIA
2. RIFQI ALIF DARMAWAN
FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hakikat Keragaman dan
Kesetaraan Manusia “ ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Montisa
Mariana, S.H.,M.H pada mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia”
bari para pembaca.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari , makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keragaman dan kesetaraan dapat menyadarkan kepada manusia bahwa keragaman merupakan
keniscayaan hidup manusia, termasuk di Indonesia. Dalam paham multikulturalisme,
kesederajatan, dan atau kesetaraan sangat dihargai untuk semua budaya yang ada dalam
masyarakat. Paham ini sebenanya merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar)
terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya,
penting sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam hidup manusia.
Untuk konteks Indonesia sebagai masyarakat majemuk, sehubungan dengan pentingnya ketiga
hal tersebut : manusia, keragaman, dan kesetaraan, tatkala berbicara tentang keragaman, hal itu
mesti dikaitkan dengan kesetaraan. Karena keragaman tanpa kesetaraan akan memunculkan
diskriminasi : kelompok etnis yang satu bisa memperoleh lebih dibanding yang lain; atau
kelompok umur tertentu bisa mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya. Keragaman yang
didasarkan pada kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas, persaingan yang
sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesaling-mengertian. Perkembangan
pembangunan yang terjadi dalam dua dekade terakhir di Indonesia menjadikan pertemuan antar
orang dari berbagai kelompok suku dan budaya sangat mudah terjadi. Hal itu tentu saja akan
menimbulkan banyak goncangan dan persoalan. Karena itu sebelum menjadi sebuah konflik
yang keras, Indonesia sudah selayaknya mempersiapkan masyarakatnya mengenai adanya
keragaman. Keragaman itu supaya menghasilkan manfaat besar harus diletakkan dalam bingkai
kebersamaan dan kesetaraan.
Dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep kesetaraan dan keragaman.
Konsep kesetaraan biasanya dihubungkan dengan gender, status, hirarki sosial, dan berbagai hal
lainnya yang mencirikan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan.Sedangkan konsep
keragaman merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat
manusia.Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai landasan
dasar yang bertolak belakang.Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris (berpusat pada
manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan Islam, menunjukkan ciri
teosentris (berpusat pada Tuhan).
Dengan demikian konsep-konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi, mengandung
elemen dasar serba manusia, manusia-lah yang menjadi pusat perhatiannya. Sedangkan Timur
mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan dan keberagaman, berdasarkan
apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya Penilaian atas realisasi kesetaraan dan
keragaman pada umat manusia, khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur
universal kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat. Pada makalah ini, dikaji
3
tentang keragaman dan kesetaraan yang ada dalam diri manusia sebagai individu, terutama
dalam kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Uraian pada makalah ini membahas tentang
Manusia, keragaman, dan kesetaraan.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keragaman dan kesetaraan.
2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi keragaman di Indonesia.
3. Mengetahui apa yang memengaruhi keragaman terhadap kehidupan beragama,
bermasyarakat, bernegara, dan kehidupan global.
4. Mengetahui apa yang saja problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam.
5. Mengetahui unsur-unsur keragaman masyarakat Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Bentuk keragaman dalam masyarakat dapat kita lihat karena manusia juga merupakan
makhluk sosial yang tiap kelompoknya hidup beragam. Perbedaan itu dapat dilihat dari jenis
kelamin, ras, suku, agama, etnis, budaya, tingkat ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan,
daerah tempat tinggal, dan lain sebagainya. Keragaman sejatinya adalah hal yang lumrah terjadi
dan tidak dapat ditolak oleh manusia. Tuhan telah menjadikan manusia begitu beragam dimuka
bumi dengan latarbelakang yang begitu berbeda. Demikian pula kita sebagai bagian dari suatu
masyarakat memiliki perbedaaan dengan masyarakat lainnya.
Jika keragaman individu terletak pada perbedaan secara individu atau perorangan
sedangkan keragaman sosial terletak pada keragaman dari masyarakat satu dengan masyarakat
lainnya.Jadi, manusia sebagai pribadi unik dan beragam.Selain makhluk individu,manusia juga
sebagai makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup.Masyarakat sebagai
persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan. unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat adalah agama,suku,ras,ideologi dan politik,adat dan
kesopanan,kesenjangan ekonomi dan sosial,jenis kelamin,daerah tempat tinggal, dain lain-lain.
6
Keragaman manusia sudah menjadi fakta sosial dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga pernah
muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis tertentu. Dalam
sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa orang berkulit
hitam ladalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit putih. Contohnya di
Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh perlakuan diskriminatif, baik secara social dan politik
dari suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah terjadi adalah kekeliruan, karena
perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah tindakan tidak masuk akal dan
menyesatkan, sementara semua orang dan semua bangsa adalah sama dan sederajat. Sehingga
keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat perbedaan-
perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi,
adat kesopanan serta situasi ekonomi.
Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamis, antara lain ditandai oleh
keragaman suku bangsa, agama, dan kebudayaan. Sebagaimana diketahui bahwa bangsa
Indonesia memiliki keragaman suku bangsa yang begitu banyak, terdiri dari berbagai suku
bangsa, mulai dari sabang hingga Merauke, ada suku Batak, suku Minang, suku Ambon, suku
Madura, suku Jawa, suku Asmat, dan masih banyak lainnya.
Keragaman dapat diartikan dengan suatu hal yang “banyak macamnya”, “beda” atara satu dan
sifatnya tidak tunggal. Konsep keragaman mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu,
keragaman menunjukan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen
bahkan tidak bisa disamakan. Keragaman Indonesia terlihat dengan jelas pada aspek-aspek
geografis, etnis, sosiokultural dan agama serta kepercayaan.
Setara berarti sama tingkatannya (pangkatnya, kedudukannya) dan kesetaraan berarti perihal
kesamaan tingkatan. Dengan demikian konteks kesetaraan disini adalah suatu kondisi dimana
dalam perbedaan dan keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang
sama dan satu tingkatan hierarki termasuk perlakuan yang sama dalam bidang apapun tanpa
membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, daan lainnya.
Kesetaraan dapat diartikan sebagai “sama”, ”tidak Berbeda” atau “sederajat”. Konsep
kesetaraan adalah konsep yang dipakai dalam sistem komunisme atau sentralistik dan tentu saja
konsep ini bertentangan dengan konsep keragaman. Kesetaraan lebih mengacu pada bagaimana
perbedaan yang ada harus hidup serasi dan selaras, tanpa harus meninggalkan identitas
perbedaan yang ada pada masing-masing individu tersebut.
7
kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi kesetaraan dapat diartikan sebagai
sama, tidak berbeda, atau sederajat.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), derajat
artinya sama tingkatan(Kedudukan ,pangkat). Jadi, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan
adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama , tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah
antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan
bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu
sebagai mahkluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Dihadapan Tuhan, semua
manusia adalah sama derajat, kedudukan atau tingkatannya.
Yang membedakan nantinya adalah tingkatan ketakwaan manusia tersebut terhadap
Tuhan. Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan
bahwa semua manusia itu tidak dibedakan dan diciptakan dengan kedudukan yang sama,yaitu
sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk lain.
Persamaan kedudukan atau tingkatan manusia ini berimplikasi pada adanya pengakuan
akan kesetaraan atau kesederajatan manusia. Jadi kesetaraan tidak sekedar bermakna adanya
persamaan kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap menagakui adanya persamaan
derajat , persamaan hak dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
8
B. Faktor yang Mempengaruhi Keragaman di Indonesia
Keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari faktor penyebabnya.
Faktor penyebab keberagaman sosial, yaitu:
1. Faktor Sejarah
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Barat. Bangsa Barat yang
pernah menjajah Indonesia antara lain Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda. Berdasarkan sejarah
panjang bangsa Indonesia menjadikan Indonesia memiliki keragaman, baik dari agama,
stratifikasi sosial, suku bangsa, budaya, bahasa, dan lain sebagainya.
2. Faktor Geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di
daratan maupun di dasar laut. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang
erat dengan aktivitas manusianya.
Letak geografis Indonesia sangat berpengaruh terhadap keberadaan wilayah Indonesia, baik
dilihat dari keadaan fisik dan sosial maupun ekonomi dan politik.
Faktor - faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial juga ada 2
macam, yaitu yang berasal dari luar masyarakat dan dari dalam diri itu sendiri.
1. Faktor yang berasal dari luar masyarakat :
a. Akulturasi atau cultural contact berarti suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan
unsur – unsur kebudayaan asing yang sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur –unsur
kebudayaan asing tersebut melebur atau menyatu kedalam kebudayaan sendiri, tetapi tidak
menyebabkan hilangnya kepribadian
9
b. Difusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ketempat lain. Sedikit demi
sedikit, hal ini berlangsung berkaitan dengan terjadinya perpindahan atau penyebaran manusia
dari satu tempat ke tempat lain.
c. Penetrasi adalah masuknya unsur-unsur masuknya kebudayaan asing secara paksa, sehingga
merusak kebudayaan bangsa yang di datangi penetrasi tersebut, dinamakan Penetration Violent,
misalnya ketika bangsa Spanyol dan Portugis datamg ke Amerika Latin sehingga kebudayaan
maya dan inka menjadi musnah. Selain itu masih ada jenis penetrasi lain yaitu masuknya unsur
kebudayaan asing dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan dalam kebudayaan setempat sehingga
saling mempengaruhi, penetrasi semacam ini disebut Penetration Pasifique, seperti masuknya
agama dan kebudayaan Hindu, Budha, Islam kedalam kebudayaan Indonesia.
d. Invasi, yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing kedalam kebudayaan setempat dengan
peperangan (Penaklukan) bangsa asing terhadap bangsa lain, penaklukan itu pada umumnya
dilanjutkan dengan penjajahan, selama masa penjajahan itulah terjadi pemaksaan masuknya
unsur – unsur asing kedalam kebudayaan bangsa – bangsa terjajah.
e. Asimilasi kebalikan dari penetrasi. Asimilasi adalah proses penyesuaian seseorang atau
kelompok orang asing terhadap kebudayaan setempat.
f. Hibridisasi adalah perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuran antara
orang asing dengan penduduk setempat. Hibridisasi umumnya bersifat individu, walaupun tidak
menutup kemungkinan perubahan akibat perkawinan campuran meluas hingga kelingkungan
masyarakat sekelilingnya, akibat hibridisasi ialah munculnya kebudayaan baru, yaitu setengah
kebudayaan asing dan setengah kebudayaan setempat.
g. Milenarisasi merupakan salah satu bentuk gerakan kebangkitan, yang berusaha mengangkat
golongan masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan deolo
yang rendah dan memiliki deology sub kultural yang baru.
10
c. Adanya keterbukaan di dalam masyarakat
d. Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
e. Penduduk yang heterogen
Iklim yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain menimbulkan kondisi alam yang
berbeda, sehingga menyebabkan keaneka- ragaman mata pencaharian.
11
Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta
masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti :
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia
lingkungannya.
2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak
menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam - macam,
antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras atau sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras,
suku atau kelompok lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
1. Semangat Religius
2. Semangat Nasionalisme
3. Semangat Fluralisme
4. Dialog antar umat beragama.
12
1)Berfungsi edukatif : ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang
2)Berfungsi penyelamat
3)Berfungsi sebagai perdamaian
4)Berfungsi sebagai Social control
5)Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6)Berfungsi transformatif
3. Ideologi dan politik
Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam
situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Sedangkan politik
bermakna usaha dalam menegakkan keteriban sosial. Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral
dalam suatu tindakan. Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan
politik. Meskipun pada keyataanya Indonesia hanya mengakui pancasila sebagai satu-satunya ideologi.
4. Tatakrama
Tatakrama yang dianggap arti bahasa jawa yang berarti “ adat sopan santun, basa basi “ pada
dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma
tertentu. Adat terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat yang fungsinya mengikat
masyarakat tersebut, sedangkan kesopanan berasal dari masyarakat itu sendiri yang dapat menilai
baik dan buruknya sikap lahir dan tingkah laku manusia.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang merupakan ungkapan yang
menggambarkan masyarakat Indonesia yang “majemuk” atau “heterogen”. Masyarakat Indonesia
terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku bangsa dan beraneka ragam latar belakang kebudayaan,
agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebut Kebudayaan Nasional.
Terciptanya “tunggal ika” dalam masyarakat yang “bhineka” dapat diwujudkan
melalui“integrasi kebudayaan” atau “integrasi nasional”. Dalam hubungan ini, pengukuhan ide
“tunggal ika” yang dirumuskan dalam wawasan nusantara dengan menekankan pada
aspek persatuan disegala bidang merupakan tindakan yang positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal
Ikaini harus benar-benar dipahami dan menjadi sebuah pedoman dalam berbangsa dan bernegara.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdulkadir, M. (2008). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Pt Citra Aditya
Bakti
2. Alessandra,T., Michael, J.O., &Janice.V.D. (2010). Tips Mengenali dan
Menghadapi Berbagai Tipe Kepribadian. Jakarta: PT Indeks
3. Arikunto, S. 1998. Prosedur Peneliian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
4. Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
5. Diane E.P, Sally,W.O., &Ruth, D.F. (2009). Human Development Perkembangan
Manusia.Jakarta: Salemba Humanika
6. Ekasari, A.,& Irma, B. (2009). “Attactment pada Ayah dan Penerimaan P eer
Groupdengan Resiliensi ” Studi Kasuspada Siswa Laki-laki di Tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP).Jurnal Soul, Vol. 2, No.2, September
2009. 42
7. Feist, J., &Gregory, J,F. 2012. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba
Humanika
8. Mulyatiningsih, D.E. (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
9. Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
10. Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha nasional
11. Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta
12. Matondang, Z. (2009). Validitas dan Reabilitas suatu Instrumen Penelitian.
Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol.6 No.1, Juni 2009 , 3-11
13. Neemann, J., & Susan, H. (2012). Self-Perception Profile for College.
15