Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga
merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai
hak dan kewajiban, di tuntut pengabdian dan pengorbanan.

Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan
fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan
semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam
diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar
yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung
jawab masing-masing individu berbeda.

Keragaman budaya dan kesederajatan manusia adalah keniscayaan yang ada di Bumi
Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keeradaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok
suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat
kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang
ada di daerah tersebut. Dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta orang dimana mereka
tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia.

Kesetaraan adalah komitmen bersama yang perlu untuk terus dipupuk dan dikembangkan
dalam proses berbangsa dan bernegara di NKRI kita. Dengan prinsip kesetaraan tersebut
diharapkan kita kembali memperlihatkan jati diri dan harga diri sebagai bangsa (self-nation-
esteem) menghadapi berbagai persoalan kebangsaan yang terus-menerus datang di setiap zaman.
Dengan prinsip kesetaraankita bias membangun kemitraan yang kokoh untuk kemudian saling
berinteraksi, bersosialisasi dan berekspresi satu dengan lainnya.
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain:

1. Apa definisi dan makna dari keseragaman dan kesederajatan ?

2. Apa unsur-unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia ?

3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman sosial dan budaya dalam
masyarakat ?

4. Apa pengaruh keragaman terhadap kehidupan berbangsa, bermasyarakat, berbudaya dalam


kehidupan global saat ini ?

5. Apa masalah-masalah yang dapat ditimbulkan dari banyaknya keragaman sosial budaya yang
ada dalam masyarakat ?

6. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang dapat ditimbulkan dari
banyaknya keragaman sosial budaya yang ada di dalam masyarakat ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, antara lain:

1. Mengetahui definisi dan makna dari keseragaman dan kesederajatan.

2. Mengetahui unsur-unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia.

3. Mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan keragaman sosial dan budaya dalam


masyarakat.

4. Mengetahui pengaruh keragaman terhadap kehidupan berbangsa, bermasyarakat, berbudaya


dalam kehidupan global.

5. Mengetahui masalah-masalah yang dapat ditimbulkan dari banyaknya keragaman sosial


budaya yang ada dalam masyarakat.

6. Mengetahuin solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang dapat ditimbulkan
dari banyaknya keragaman sosial budaya yang ada di dalam masyarakat.
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat serta
kasih-Nya, atas anugerah hidup serta kesehatan yang telah saya terima, dan petunjuk-Nya
sehingga memberikan kemampuan serta kemudahan bagi saya di penyusunan makalah ini.Di
makalah ini saya selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan dengan topik
“Manusia, Keragaman dan Kesederajatan ”. Di mana materi tersebut ada beberapa hal yang bisa
kita pelajari khususnya pengetahuan tentang keragaman dan kesederajatan dalam kehidupan.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan serta pemahaman kami tentang


keragaman dan kesederajatan, menjadikan keterbatasan kami juga untuk memberikan penjabaran
yang lebih mendalam tentang masalah ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih terdapat
banyak kekurangan serta kesalahan pada penyusunan makalah ini. Harapan kami, semoga
makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir
kita tentang bagaimana merancang bangunan di kehidupan kita.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Herman, selaku Dosen ISBD atas
bimbingan serta dukungannya, dan untuk teman-teman atas kerjasamanya.

Pekanbaru, 23 april 2018

Kelompok 4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Makna Keragaman dan Kesederajatan

 Definisi dan Makna Keragaman

Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
artinya:
1) Tigkah laku
2) Macam, jenis
3) Lagu, musik langgam
4) Warna, corak, ragi
5) (ling) laras (tata bahasa).
Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam: berjenis-jenis, perihal ragam, hal jenis.
Keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat
perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi.

 Definsi dan Makna Kesederajatan.

Kesederajatan berasal dari kata sederajat yang menurut KBBI artinya adalah sama tingkatan
(pangkat, kedudukan). Dengan demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi
dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memilik satu kedudukan yang
sama dan satu tingkatan hierarki.

2.2 Unsur-Unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia

Unsur-unsur keragaman dalam masyakarat Indonesia, antara lain:

 Suku Bangsa dan Ras

Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Marauke sangat
beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokkan besar manusia yang
memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warnaa kulit, ukuran-ukuran tubuh,
mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya.
Di Indonesia, terutama di bagian barat mulai dari Sulawesi adalah termasuk ras Mongoloid
Melayu Muda (Deutero Malayan Mongoloid). Kecuali Batak dan Toraja yang termasuk
Mongoloid Melayu Tua (Proto Malayan Mongoloid). Sebelah timur Indonesia termasuk ras
Austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok
pribumi adalah golongan Chia yang termasuk Astratik Mongoloid.
 Agama dan Keyakinan

Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang
dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang
tak dapat ditangkap dengan panca indera. Namun mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan rinci. Hal ini pula
yang barangkali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama.
Namun apapun bentuk kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya memang
memiliki ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama primitif maupun agama monoteisme.
Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan sebagai
ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan.
Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam
praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah:
1. Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang
2. Berfungsi penyelamat
3. Berfungsi sebagai perdamaian
4. Berfungsi sebagai social control
5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6. Berfungsi transformatif
7. Berfungsi kreatif
8. Berfungsi sublimatif
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa
Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui Indonesia.

 Ideologi dan Politik

Ideolologi ialah suatu istuilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap
tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan
yang fundamental. Ideologi membantu untuk lebih memperkuat landasan moral bagi sebuah
tindakan. Politik mencakup baik konflik antara individu-individu dan kelompok untuk
memperoleh kekuasaan, yang digunakan oleh pemenang bagi keuntungannya sendiri atas
kerugian dari yang yang ditaklukkan. Politik juga bermakna usaha untuk menegakkan ketertiban
sosial.
Keragaman masyarrakat Indonesia dalam ideologi dan politik dapat dilihat dari banyaknya partai
politik sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya Indonesia hanya mengakui satu
ideologi, yaitu Pacasila yang benar-benar mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

 Tata Krama

Tata krama yang dianggap dari Bahasa Jawa yang berarti “adat sopan santun, basa basi” pada
dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah
atau norma tertentu.
Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dan terdiri dari aturan-aturan
yang kalau dipatuhi diharapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif. Indonesia
memiliki beragam suku bangsa di mana setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun,
karena adanya sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun-temurun dan berkesinambungan dari
generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatu suku bangsa yang
sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.

 Kesenjangan Ekonomi

Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian akan menjadi salah satu perhatian yang
terus ditingkatkan. Namunumumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi
menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak
dapat dihindari lagi.

 Kesenjangan Sosial

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat,


pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini, dapat terlihat dan dirasakan dengan jelas
dengan adanya penggolongan orang berdasarkan kasta.
Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang tidak saja dapat menyakitkan,
namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu bahkan bisa menjadi
sebuah pemicu perang antar-etnis atau suku.

2.3 Faktor-faktor Terjadinya Keseragaman Sosial-Budaya

Faktor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya keseragaman sosial dan budaya


ada dua macam, yaitu yang berasal dari luar masyarakat dan dari dalam masyarakat itu sendiri.

 Faktor yang Berasal dari Luar Masyarakat

1. Akulturasi berarti suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur-unsur


kebudayaan asing yang sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing
tersebut melebur atau menyatu ke dalam kebudayaan sendiri, tetapi tidak menyebabkan
hilangnya kepribadian.

2. Difusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain, sedikit
demi sedikit, hal ini berlangsung berkaitan dengan terjadinya perpindahan atau penyebaran
manusia dari satu ke tempat lain.

3. Penetrasi ialah masuknya masuknya unsur kebudayaan asing dengan tidak sengaja dan tanpa
paksaan dalam kebudayaan setempat sehingga saling mempengaruhi, penetrasi semacam ini
disebut Penetration Pasifique, seperti masuknya agama dan kebudayaan Hindu, Budha, Islam
ke dalam kebudayaan Indonesia.
4. Invasi yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing kedalam kebudayaan setempat dengan
peperangan (penaklukan) bangsa asing terhadap bangsa lain, penaklukan itu pada umumnya
dilanjutkan dengan penjajahan, selama masa penjajahan itulah terjadi pemaksaan masuknya
unsur-unsur asing kedalam kebudayaan bangsa-bangsa terjajah.

5. Asimilasi kebalikan dari penetrasi adalah proses penyesuaian seseorang atau kelompok orang
asing terhadap kebudayaan setempat.

6. Hibridisasi adalah perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuran antara
orang asing dengan penduduk setempat. Hibridisasi umumnya bersifat individu, walaupun
tidak menutup kemungkinan perubahan akibat perkawinan campuran meluas hingga
kelingkungan masyarakat sekelilingnya, akibat hibridisasi ialah munculnya kebudayaan baru,
yaitu setengah kebudayaan asing dan setengah kebudayaan setempat.

7. Milenarisme merupakan salah saru bentuk gerakan kebangkitan, yang berusaha mengangkat
golongan masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial
yang rendah dan memiliki ideologi subkultural yang baru.

 Faktor Yang Berasal Dari Dalam

1. Sistem pendidikan yang maju :


- Inovasi,.
- Discovery.
- Invention.
- Enkulturasi atau pembudayaan.

2. Menghargai hasil karya orang lain.

3. Adanya keterbukaan di dalam masyarakat.

4. Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation).

5. Penduduk yang heterogen.

2.4 Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,


Bernegara, Dan Kehidupan Global
Berdirinya negara Indonesia dilatar belakangi oleh masyarakat yang demikian majemuk, baik
secara etnis, geografis, kultural, maupun religius. Kita tidak dapat mengingkari sifat pluralistik
bangsa kita. Sehingga kita perlu memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku bangsa
dan kebudayaan beragama yang dianut oleh warga negara Indonesia. Masalah suku bangsa dan
kesatuan dan kesatuan nasioanal di Indonesia telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu negara
yang multi etnik memerlukan suatu kebudayaan nasional untuk menginvestasikan peranan
identitas nasional dan solidaritas nasional diantara warganya.
Dikehidupan sehari-hari, kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama
dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan kita.
Berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi, bahkan mampu untuk saling
menyesuaikan (fleksibel) dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh sifat dasar yang
selalu dimiliki oleh masyarakat sebagaimana dijelaskan oleh Van de Berghe:

1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan


yang berbeda.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-
komplementer.

3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai


sosial yang bersifat dasar.

4. Secara relatif sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

2.5 Masalah-Masalah Yang Dapat Timbul Akibat Keragaman

Realitas diatas harus diakui dengan sikap terbuka, logis, dan dewasa karena dengannya,
kemajemukan yang ada dapat dipertumpulkan. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap
dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta maslah-masalah yang menggoyahkan persatuan
dan kesatuan bangsa, seperti:

1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan
dunia lingkungannya. Disharmonisasi dibawa oleh virus paradoks yang ada dalam globalisas.
Paket globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan tawarannya akan keseragaman
global untuk maju bersama dalam komunikasi gaya hidup manusia yang bebas dan harmonis
dalam tatanan dunia, dengan menyampaikan keunikan dan keberagaman manusia sebagai
pelaku utamanya.

2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak
menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam,


antara lain; keyakinannya bahwa secara kodrati ras/ sukunya kelompoknya lebih tinggi dari
ras/ suku/ kelompok.
2.6 Problematika Diskriminasi

Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau
sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, dan kelas
sosial-ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi
dan politik, serta batas negara, dan kebangsaan seseorang.

Pasal 281 Ayat (2) UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa: “setiap orang berhak
bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” Sementara itu Pasal 3 UU No.
30 Tahun 1999 tentang HAM telah menegaskan bahwa “… setiap orang dilahirkan bebas dengan
harkat dan martabat yang sama dan sederajat…” ketentuan tersebut merupakan landasan hukum
yang mendasari prinsip non-diskriminasi di Indonesia.

Pencantuman prinsip ini pada awal pasal dan berbagai instrumen hukum yang mengatur
HAM pada dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah menjadi sebuah realitas yang
problematik, sehingga:

1. Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi di berbagai


belahan dunia.

2. Prinsip nondiskriminasi harus mengawali kesepakatan antarbangsa untuk dapat hidup dalam
kebebasan, keadilan, dan perdamaian.

Dalam demokrasi, diskriminasi seharusnya telah ditiadakan dengan adanya kesetaraan dalam
bidang hukum, kesederajatan dalam perlakuan adalah salah satu wujud ideal dalam kehidupan
negara yang demokratis. Akan tetapi, berbagai penelitian dan pengkajian menunjukkan bahwa
kondisi di Indonesia saat ini belum mencerminkan penerapan asas persamaan di muka hukum
secara utuh.

Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena adanya beberapa
faktor penyebab, antara lain adalah:

1. Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan. Terutama ekonomi.
Timbullah persaingan antara kelompok pendatang dan kelompok pribumi, yang kerap kali
menjadi awal pemicu terjadinya diskriminasi.

2. Tekanan dan intimidasi biasanya dilakukan oleh kelompok yang dominan terhadao keompok
atau golongan yang lebih lemah. Artistoteles membagi masyarakat dalam suatu negara
menjadi tiga kelompok: kaya, miskin dan yang berada di antaranya. Kelompok-kelompok
kaya (bangsawan, tuan tanah) biasanya melakukan intimidasi dan tekanan sehingga
mendiskriminasikan orang-orang miskin.
3. Ketidakberdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan membuat mereka
terus terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.

Problematika lainnya yang timbul dan harus diwaspadai adalah adanya disintegrasi bangsa.
Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah
negara, dapat disimpulkan adanya enam faktor utama yang secara gradual bisa menjadi penyebab
utama proses itu, yaitu:

1. Kegagalan kepemimpinan.

2. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama.

3. Krisis politik.

4. Krisis social.

5. Demoralisasi tentara dan polisi.

6. Intervensi asing.

Dalam hal ini maka terdapat teori yang menunjukkan penyebab konflik di tengah masyarakat,
antara lain:

1. Teori hubungan masyarakat, memiliki pandangan bahwa konflik yang sering muncul di
tengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan
permusuhan diantara kelompok yang berbeda, perbedaan bisa dilatarbelakangi SARA bahkan
pilihan ideology politiknya.

2. Teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras dimasyarakat tidak lain
disebabkan identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau
penderitaan masa lau yang tidak terselesaikan.

3. Teori kesalahpahaman antar budaya, teori ini melihat konflik disebabkan ketidakcocokan
dalam cara-cara berkomunikasi diantara budaya yang berbeda.

4. Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadinya konflik adalah


ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial-budaya dan ekonomi.

.
Komunitas Internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi diberbagai
belahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk
dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan perdamaian.

1). Diskriminasi di antara Demokrasi dan Hak Asasi

Manusia memiliki seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia, hal ini disebut Hak Asasi Manusia.
Seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan
tegaknya hak asasi manusia disebut sebagai Kewajiban Dasar Manusia. Diskriminasi adalah
setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak didasarkan pada
pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, bahasa, dan keyakinan politik.

2) Integrasi dan Disintegrasi

Integrasi yaitu proses penyatuan dan perpaduan berbagai macam unsur masyarakat
berbeda, menjadi satu kesatuan saling berhubungan organis dan “sama kedudukannya”,
sederajad atau sejajar. Makin komplek tingkat keberagamanya : ‘problem serius & rumit’ bagi
proses integrasi.

Integrasi butuh “kerjasama & akomodasi”. Kerja bersama sama, saling pahami dan
terima kelebihan dan kekurangan setiap unsur masyarakat. Integrasi mutlak butuh “konsensus
nilai”, dijadikan ‘pedoman’ hidup bersama. Butuh “komitmen” semua anggota masyarakat. Jauhi
“prasangka negatif, egoisme, diskriminasi dan dominasi”. Proses integrasi butuh kesadaran
“esensi keberagaman, kesederajadan kodrati & pengendalian diri”.

Perpecahan / disintegrasi : kehendak atau keinginan berpisah dan lepaskan diri dari ikatan
kesatuan. Ada berbagai macam alasan dan kepentingan : “perbedaan”. Spirit “primordialisme,
pluralisme, fanatisme, rasisme dan egoisme” – akar fundamental perpecahan. Keinginan untuk
“lebih baik dan unggul” dari yang lain : ‘potensi’ perpecahan & disintegrasi yang implikasinya
sangat besar.

3) Bhinneka Tunggal Ika Upaya Mengatasi Keragaman Sosiokultura

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara pada suatu asas kultural yang melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai
kenegaraan itu terletak pada sila-sila Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
4) Problematika Keragaman Kultural dalam Perkembangan Peradaban dan Hidup Beradab

Keragaman kultural seringkali menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan dan


kesalahpahaman antarsuku tersebut. Contohnya konflik berbau SARA dan konflik bersenjata di
beberapa daerah, teror bom, dan lainnya.

5) Pengaruh Keragaman dan Globalisasi terhadap Pengembangan Kepribadian Masyarakat

Keragaman dan globalisasi terhadap pengembangan kepribadian masyarakat dapat


menimbulkan pengaruh dalam kehidupan. Pengaruh tersebut dapat mendatangkan hal posotif dan
negatif. Pengaruh positifnya yaitu adanya IPTEKS yang sangat berguna dalam globalisasi dunia,
sedangkan pengaruh negatifnya adalah kebudayaan luar yang masuk secara langsung atau dapat
menggeser kebudayaab asli.

6) Kesederajatan versus Diskriminasi

Kesederjatan artinya setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun pemerintah dan Negara. Diskriminasi lebih
menunjukan kepada suatu tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Diskriminasi dihubungkan
dengan prasangka dan seolah-olah menyatu. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial
biasanya bertindak diskriminansi terhadap ras yg diprasangkainya.

7) Diskriminasi sebagai Realitas yang Problematika

Dalam kehidupan bermasyarakat ada sesuatu yang dihargai yaitu kekayaan, kekuasaan,
ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Hal itu merupakan awal terbentuknya pelapisan sosial yang
dapat menimbulkan diskrimisnasi sosial. Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai
dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atas, begitu pula sebaliknya.

8) Persaingan, Tekanan atau Intimidasi dan Ketidakberdayaan sebagai Faktor Terjadinya


Diskriminasi Sosial

Diskriminasi terjadi karena faktor persaingan. Diskriminasi karena faktor tekanan atau
intimidasi biasanya terjadi karena pihak yang lemah cenderung menjadi pihak yang ditekan oleh
pihak yang kuat. Dan karena merupakan pihak yang tertekan, umumnya tidak berdaya sehingga
tidak dapat melepaskan belenggu diskriminasi tersebut dari kehidupan mereka.
2.7 Solusi Mengatasi Dampak Dari Pengaruh Keragaman Sosial-Budaya

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:

1. Semangat religius
2. Semangat nasionalisme
3. Semangat pluralisme
4. Semangat humanisme
5. Dialog antar-umat beragama
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar
agama, media massa, dan harmonisasi dunia.

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran
kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi
terwujudnya sebuah bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman dan beragam
dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan didekatkan, segala keanekaragaman dipandang
sebagai kekayaan bangsa, milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola pikir
masyarakat untuk menuju Indonesia Raya merdeka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam makalah ini, antara lain:

 Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan


dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan, serta situasi ekonomi.

 Kesederajatan adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada
manusia tetap memilik satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman antara lain terdiri faktor yang berasal
dari luar masyarakat dan dari dalam masyarakat.

 Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia :


1. Suku Bangsa dan Ras
2. Agama dan Keyakinan
3. Ideologi dan Politik
4. Tata Krama
5. Kesenjangan Ekonomi
6. Kesenjangan Sosial

 Masalah yang dapat ditimbulkan akibat keragaman, antara lain:


1. Disharmonisasi.
2. Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu.
3. Eksklusivisme, rasialis.

Cara mengatasi dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari keragaman, antara lain:
a. Semangat religius
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Semangat humanisme
e. Dialog antar-umat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antar
agama, media massa, dan harmonisasi dunia.

3.2 Saran
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi/kelompok
manusia harus memiliki kesadaran diri terhadap realita yang berkembang di tengah masyarakat
sehingga dapat menghindari masalah yang berpokok pangkal dari keragaman dan keserataan
sebagai sifat dasar manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Elly, dkk. 2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Putri, Galuh. 2012. Keragaman dan Kesederajatan. (diakses dari http://galuhputride.


blogspot.com/2012/12/isbd-manusia-keragaman-dan-keseder ajatan.html

Syamsul. 2010. Manusia, Keseragaman, dan Kesederajatan.

Tumanggor, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Uranium, Dewi Eka. 2013. Kerahaman dan Kesederajatan.

Anda mungkin juga menyukai