Anda di halaman 1dari 19

DIVERSITY DALAM MASYARAKAT DAN PENGKAJIAN BUDAYA

MAKALAH

Penyusun :
Kelompok 8
Bunga Alifia Rahmalita C1AA19015
Moch Fadhil Mubarok C1AA19056
Nabilawati C1AA19067
Ricky Meidiansyah C1AA19085
Sutiragen Fitria Ulfa C1AA19107

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“DIVERSITY DALAM MASYARAKAT DAN PENGKAJIAN BUDAYA”.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karen
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dtunjukan demi kesempurnan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Sukabumi, 16 Maret 2020

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Diversity...............................................................................................................
B. Unsur Keragaman dalam Indonesia........................................................................................
C. Pengaruh Keragaman..............................................................................................................
D. Problem Deskriminasi............................................................................................................
E. Pengkajian Budaya..................................................................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
Indonesia  artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langganan,
warna corak ragam, laras. Sehingga keragaman berarti perihal beraga-
ragam berjenis-jenis; perihal ragam hal jenis keragaman yang di maksud di
sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan
dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi.Suku bangsa
yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat
beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokkan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah
yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran
kepala dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diversity?
2. Apa saja unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia?
3. Apa saja Pengaruh Keragaman dalam Kehidupan Beragama,
Bermasyarakat, Bernegara, dan Kehidupan Global
4. Apa problem Deskriminasi?
5. Apa yang dimaksud dengan pengkajian budaya?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian diversity?
2. Menjelaskan unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia?
3. Menjelaskan Pengaruh Keragaman dalam Kehidupan Beragama,
Bermasyarakat, Bernegara, dan Kehidupan Global
4. Menjelaskan problem Deskriminasi?
5. Menjelaskan pengkajian budaya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diversity
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
Indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak
ragam, laras. Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam berjenis-
jenis; perihal ragam hal jenis kergaman yang di maksud di sini suatu kondisi
dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan dalam berbagai
bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan serta situasi ekonomi.

B. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia


1. Suku Bangsa dan Ras
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai
merauke sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokkan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriyah
yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala
dan lain sebagainya.
Di Indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah
termasuk ras mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang
termasuk mongoloid melayu tua, sebelah timur Indonesia termasuk ras
austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan kelompok terbesar yang
tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan chinayang
termasuk atratic mongoloid
2. Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi
manusia. Ikatan yang di maksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi
dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat di tangkap dengan
panca indra. Namun mempunyai pengaruh besar yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari-hari ( Haru nasution: 10).
Agama sebagai keyakinan memang sulit di ukur secaratepat dan
rinci.Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk
memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun bentuknya
kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya memang memilki
ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama primitif maupun agama
monoteisme. Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa
agama berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang
menentukan yang takboleh di abaikan( psikologi agama:14)
Masalah agama tak akan mungkin dapat di pisahkan dari kehidupan
masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain
adalah :
a. Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh
dan melarang
b. Berfungsi penyelamat
c. Berfungsi sebagai perdamaian
d. Berfungsi sebagai sosial control
e. Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
f. Berfungsi tranformatif
g. Berfungsi kreatif
h. Berfungsi sublimatif

Pada dasarnya agama dan keyakinan merupkan unsur penting dalam


keragaman bangsa Indonesia.Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang
di akui di Indonesia.

3. Tata Krama
Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat
sopan santun, basa basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku,
adat istiadat, tegur sapa,ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu.
Tata krama di bentuk dan di kembangkan oleh masyarakat yang terdiri
dari aturan-aturan yang kalau di patuhi di harapkan akan tercipta interaksi
sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan.
Indonesia memiliki keragaman suku bangsa dimana di setiap suku bangsa
memiliki adat tersendiri meskipun kerena adanya sosialisasi nila-nilai dan
norma secara turun menurun dan berkisenambungan dari generasi ke
generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatu suku
bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
4. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu perhatian
yang harus di tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di
golongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi
sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat di hindari lagi .
5. Kesenjangan Sosial
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan
bermacam tingkat pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini dapat
terlihat dan di rasakan dengan jelas dengan adanya penggologan orang
berdasarkan kasta. Hal ini yang dapat menimbulkan kesenjangan social
yang tidak saja dapat menyakitkan, Namun juga membahayakan bagi
kerukunan masyarakat. Tak hanya itu bahkan menjadi sebuah pemicu
perang antara etnis atau suku.

C. Pengaruh Keragaman dalam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,


Bernegara, dan Kehidupan Global
Berdirinya negara Indonesia di latar belakangi oleh masyarakat yang
demikian majemuk baik secara etnis, biogarfis. kultural, maupun religius.Kita
tidak dapat mengingkari prulalistik bangsa kita. Sehingga kita perlu memberi
tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan
beragama yang di anut oleh warga Indonesia.Masalah suku bangsa
dan kesatuan di Indonesia telah menunjukkan kepada kita bahwa suatu negara
yang multietnik memerlukan suatu kebudayaan nasional untuk
memanifestasikan peranan identitas nasional dan solidaritas nasional di antara
warganya.Gagasan tentang kebudayaan nasional yang menyangkut kesadaran
dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat bangsa kita belum merdeka.
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai
harmoni. Perbedaan yang berwujud baik secara fisik ataupun mental,
sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai
sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi
toleransi di kehidupan sehari-hari, Kebudayaan Suku Bangsa dan kebudayaan
agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara,
mewarisi perilaku dan kegiatan kita.berbagai kebudayaan itu beriringan, saling
melengkapi. Bahkan mampu saling menyesuaikan dalam kehidupan sehari-
hari tetapi sering kali yang terjadi malah sebaliknya. Perbedaan-perbedaan
tersebut menciptakan ketegangan hubungan antara anggota masyarakat. Hal
ini di sebabkan oleh sifat dasar yang selalu di miliki oleh masyarakat
majemuk  sebagaimana di jelaskan oleh Van de Berghe:
1. Terjadinya sikmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplenter
3. Kurang mengembangkan konsensuf di antar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
5. Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelomok terhadap kelompok yang
lain.

Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa karena
dengan kemajemukan yang ada dapat di pertumpul. Jika keterbukaan dan
kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-
masalah menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti:

1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara


manusia dengan dunia lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus
paparoks yang ada dalam globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat
masyarakat dunia dengan tawarannya akan keseragman global untuk maju
bersama dan komunikasi gaya hidup ,manusia yang bebas dan harmonis
dalam tatanan dunia, dengan menyampingkan keunikan dan keberagaman
indonesia sebagai pelaku utama.
2. Perilaku diskriminatif terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu
akanmunculmasalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang
yang tentu saja yang tidak mengentungkan bagi hidup berbangsa dan
bernegara.
3. Eksklusivme,realisis, bersumber dari superioritas, alasannya dapat
bermacam-macam antara lain; keyakinan bahwa secara koadrati
ras/sukunya ke kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan memperkecil masalah yang di


akibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:

1. Semangat religius
2. Semangat nasionalisme
3. Semangat pluralism
4. Semangat humanism
5. Dialog antar umat beragama
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia.

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran globalyang bersifat inklusif,


kesadaran kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modalyang
menentukan bagi terwujudnya sebuah bangsa yang berBhineka Tunggal
Ika.menyatu dalamkeragaman, dan beragam dalam kesatuan.Segala bentuk
kesenjangan di dekatkan, segala keanekaragaman di pandang sebagaikekayaan
bangsa milik bersama.Sikap inilah yang perlu di kembangkan dalampikiran
masyarakat untuk menuju Indonesia Raya Merdeka.

D. Problem Deskriminasi
Diskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan terhadap
seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras,agama,suku, etnis, kelompok,
golongan, status, dan kelas soaial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh,
usia,orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik. serta batas negara, dan
kebangsaan seseorang.
Dalam demokrasi diskriminasi seharusnya telah ditiadakan dengan adanya
kesetaraan dalam bidang hukum, kesederajatan dalam perlakuan adalah salah
satu wujud ideal dalam kehidupan negara yang demokratis. Akan tetapi
berbagai penelitian dan pengkajian menunjukkan bahwa kondisi di Indonesia
saat ini belum mencerminkan penerapan asas persamaan di muka hukum
secara utuh.
Promblematika lainnya timbul dan harus di waspadai adalah disintegrasi
bangsa dari kajian yang di lakukan terhadap berbagai kasus disintegrasi
bangsa dan bubarnya sebuah negara dapat di simpulkan adanya enam faktor
utama secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu:
1. Kegagalan kepemimpinan
2. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
3. Krisispolitik
4. Krisis sosial
5. Demoralisasi tentara dan polisi
6. Intervensi asing
7. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural

Kemampuan untuk menampung berbagai perbedaan dan keanekaragaman


kebudayaan dalam sebuah kesatuan yang di landasi suatu ikatan
kebersamaan.Salah satu pengembangan konsep toleransi terhadap
keberagaman budaya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
multikultural dengan bentuk pengakuan dan toleransi, terhadap perbedaan
dalam kesetaraan individual maupun secara kebudayaan. Dalam masyarakat
multikultural, masyarakat antar suku bangsa dapat hidup berdampingan,
bertoleransi, dan saling menghargai.  Selain itu, alternatif penyelesaian
keberagaman budaya yang ada di Indonesia di lakukan melalui interaksi lintas
budaya dengan mengembangkan media sosial, seperti pengembangan
lambang-lambang komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang di
sepakati dan di terima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai sebagai
kerangka acuian bersama.

E. Pengkajian Budaya
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991)menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya
untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.
Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
1) jangan menggunakan asumsi \
2) jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang
padang pelit, orang jawa halus menerima dan memahami
metode komunikasi
3) menghargai perbedaan individual
4) mengahargai kebutuhan personal dari setiap individu
5) tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien
6) menyediakn ptivacy terkait kebutuhan pribadi
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan
adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan
adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya
klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah
budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi,
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi
dengan klien,
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation /Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien ,
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan,
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction /Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya


masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai
dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keragaman berarti perihal beragam-ragam berjenis-jenis; perihal ragam
hal jenis kergaman yang di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat
dimana terdapat perbedaaa-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku
bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi
ekonomi. Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat Indonesia, yaitu: Suku
Bangsa dan Ras, Agama dan Keyakinan, Tata Krama, Kesenjangan Ekonomi,
dan Kesenjangan Sosial Berdirinya negara Indonesia di latar belakangi oleh
masyarakat yang demikian majemuk baik secara etnis, biogarfis. kultural,
maupun religius.Kita tidak dapat mengingkari prulalistik bangsa
kita. Sehingga kita perlu memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan
suku bangsa dan kebudayaan beragama yang di anut oleh warga
Indonesia.Masalah suku bangsa dan kesatuan di Indonesia telah menunjukkan
kepada kita bahwa suatu negara yang multietnik memerlukan suatu
kebudayaan nasional untuk memanifestasikan peranan identitas nasional dan
solidaritas nasional di antara warganya.Gagasan tentang kebudayaan nasional
yang menyangkut kesadaran dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat
bangsa kita belum merdeka.
Diskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan terhadap
seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras,agama,suku, etnis, kelompok,
golongan, status, dan kelas soaial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh,
usia,orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik. serta batas negara, dan
kebangsaan seseorang.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Saran
Seharusnya lebih mengetahui dan memahami bagaimana keberagaman
yang ada dalam masyarakat khususnya di Indonesia, agar dalam memberikan
asuhan keperawatan dan kita bisa meminimalisir segala kendala yang
berhubungan dengan keragaman dalam masyarakat ini, sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan dapat berhasil dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/40705920/MAKALAH_KONSEP_TEORITIS_ANTR
OPOLOGI_KESEHATAN_DALAM_PEMBERIAN_ASUHAN_KEPERAWAT
AN_YANG_PEKA_BUDAYA_KEPADA_PASIEN
Afifah, Rfy. Ringkasan Materi: Unit 2 Keragaman Budaya dan Perspektif
transkultural dalam keperawatan. (Online : https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/materia
l/transkulturalnursing.pdf&ved=2ahUKEwiMssXH9-
voAhVKAXIKHUyBCtgQFjALegQIAhAB&usg=AOvVaw3Qu764MiCgY0Bv
WcYgnwX1&cshid=1587005437229 )(diakses 16 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai