Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

FISIOTERAPI OKSIGEN DAN TERAPI DADA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

1. ANNISYA HIRDAYANTI
2. DWI DARMAYANTI
3. KHUSNUL CHATIMAH
4. JINAN ESTIDA HAYATI UMAJAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
T.A 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman
yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta dalam
memberikan tugas makalah “FISIOTERAPI OKSIGEN DAN TERAPI DADA”.Makalah ini
kami susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh.Kami berusaha
menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan
sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan
pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.Aamiin.

Mataram, 25 novenmber , 2019

Penyusun
Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
A. Latar Belakang. ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................2
A. Terapi Oksigen ...........................................................................2
1. Pengertian .............................................................................2
2. Tujuan ....................................................................................5
3. Indikasi .................................................................................5
4. Kontra indikasi ......................................................................5
5. Persiapan alat dan bahan........................................................5
6. Prosedur pelaksanaan ............................................................6
B. Prosedur Kerja ...........................................................................6
C. Fisioterapi Dada .........................................................................17
1. Tujuan .................................................................................17
2. Indikasi ................................................................................17
3. Kontra indikasi .....................................................................17
4. Persiapan alat dan bahan ......................................................17
BAB III PENUTUP ......................................................................................24
KESIMPULAN ................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lama perawatan dan berbagai penyakit yang terjadi di saluran pernafasan dapat
mengakibatkan terkumpulnya secret dalam paru-paru, hal ini mengakibatkan
terkumpulnya secret dalam patu-paru, hal ini mengakibatkan tersumbatnya jalan
nafas sehingga oksigen dan karbondioksida tidak dapat berjalan lancer.
Posrtural drainage dan fisioterapi dada adalah salah satu tindakan berfungsi untuk
membantu pasien dalam mengeluarkan secret.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan terapi oksigen dan bagaimana tindakannya ?
2. Apa yang di maksud dengan terapi dada dan bagaimana tindakannya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan terapi oksigen dan tindakan apa
saja yang di lakukan
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan terapi dada dan tindakan apa saja
yang di lakukan

1
BABII

PEMBAHASAN

A. TERAPI OKSIGEN
1. Pegertian
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam paru
melalui saluran pernafsan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melaui kanula, nasal dan
masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia.
Secara umum metode pemberian oksigen ada dua cara yakni, dengan cara aliran
rendah dan aliran tinggi. Cara aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan, memberikan oksigen pada afrekuensi aliran kurang
dari volume inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara ruanga, mengingat
oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka Fi O2 aktual yang diberikan
pada pasien tidak dikethui, dan menghasilkan FiO2 bervariasi tergantung pada
tipe pernafasan dengan dasar volume tidal pasien.
Pemberian oksigen dengan aliran rendah tepat utnuk pasien stabil denga pola
napas, frekuensi dan volume ventilasi normal, seperti pasien dengan tidal
volume 500ml dengan kecepatan pernfasan 16-20 kali permenit.
Dalam penggunaan oksigen aliran rendah, dengan konsentrasi rendah,
seperti pemberian melalui kateter nasal. Kanul nasal atau nasal porong, dan
aliran rendah dengan konsentrasi tinggi, seperti pemebrian menggunakan
sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreating, sungkup
muka dengan kantong no rebreathing. (Musrifatul, Uliyah & A.Aziz Alimul
Hidayat, 2011)
a. Kateter nasal, merupakan suatu alat sederhana untuk pemberian oksigen
secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/ menit dengan konsentrasi 24%-44%
yang dimasukkannya kateter oksigen yang mencapai paru-paru beragam

2
sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal
membengkakk atau pada pasien yang bernafas melalui mulut.
b. Kanul, nasal merupakan suatu alat sederhana utnuk pemberian oksigen
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 24%-
44%. Persentase O3 pasti tergantung ventilasi permenit pasien. Pada
pemberian oksigen dengan nasal kanul jalan nafas harus paten, dapat
digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut. (Musrifatul, Uliyah &
A.Aziz Alimul Hidayat, 2011)
Estimasi dari FiO2 sebagaimana dalam formula berikut : (flows x 4)
+20%/21%
Flows fiO2
1) 1 liter / menit: 24%
2) 2 liter / menit 28%
3) 3 liter / menit : 32%
4) 4 liter / menit : 36%
5) 5 liter / menit : 40%
6) 6 liter / menit : 44%
c. Sangkup muka sederhana merupakan pemberian oksigen untuk konsentrasi
oksiegen rendah sampai sedang, dengan aliran 5-8 liter/ menit dengan
konsentrasi oksigen 40-60%. Masker ini kontraindikasi pada pasien dengan
retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Pemberian aliran
O2 tidak boleh kurang dari 5 liter / menit untuk mendorong CO2 keluar dari
masker.
Estimasi FiO2 :
1) 5-6 liter / menit : 40 %
2) 6-7 liter / menit :50%
3) 7-8 liter/ menit : 60%
d. Sungkup muka dengan kanton rebreathing merupakan pemberin oksigen
dengan konsentrasi tinggi yaitu 35-60% denganaliran 6-15 liter/ menit, serta
dapat meningkatkan nilai paCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur

3
dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat
ekspirasi dan hamper menguncup waktu inspirasi. Sebelum di pasang ke
pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagaian kantong reservoir.
Estimasi Fi O2
Flows (it/mt) FiO2 (%)
1) 6 liter/menit : 35%
2) 8 liter/menit : 40-50%
e. Sungkup mukak dengan kantong non rebreathing, merupakan pemberian
oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi mencapai 90% dengan
aliran 6-15 liter / menit dengan prinsip udara ekspirasi, udara ekspirasi
keluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup, sehingga
dalam kantong dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antar kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. (Musrifatul, Uliyah
& A.Aziz Alimul Hidayat, 2011)
Estimasi FiO2 :
Flows (It/mt) FiO2 (%)
1) 6 liter/menit : 55-60%
2) 8 liter/ menit : 60-80 %
3) 10 liter / menit : 80-90%
4) 12 -15 liter/menit : 90%

Cara kedua dalam pemberian oksigen adalah dengan aliran tinggi yakni
pemberian oksigen dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2 atau
3 kali volume inspirasi pasien. Cara ini tepat untuk pasien dengan pola nafas
pendek dan pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis yang mengalami
hipoksia karena ventilator. Pemberian oksigen dengan aliran tinggi dapat
menggunakan :

4
1) Sunggkup muka dengan venture/ masker venture yakni metode yang
paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi yang tepat melalui
car non infasif. Masker ini memungkinkan aliran udara ruang bercampur
dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker venture
megguanakan prinsip entertaimen udara (menjebak udara seperti vakum
), yang memberikan aliran udar yang tinggi dengan pengayaan oksigen
terkontrol.
Estimasi FiO2
Warna dan flows (liter/menit) FiO2 (%)
a) Biru :4 liter /menit :24 %
b) Kuning :4-6 liter /menit : 28%
c) Putih :6-8 liter/menit : 31%
d) Hijau :8-10 liter/menit : 35%
e) Merah muda :8-12 liter/menit :40%
f) Oranye :12 liter/menit : 50%
2) Bag and mask, merupakan metode aliran tinggi yang umumnya
digeunakan pada pasien yang mengalami cardiac arnest, respiratory
failure, sebelum, selama dan sesudah suction. (Musrifatul, Uliyah &
A.Aziz Alimul Hidayat, 2011)
2. Tujuan:
1) Mengatasi keadaan hipoksia.
2) Menurunkan kerja pernafasan.
3) Menurunkan beban kerja otot.
4) Menurunkan kerja jantung. (Abdul Ghofar, 2011)
3. Indikasi : Pasien hipoksia
4. Kontra indikasi :
1) Kanul nasal atau kateter nasal, atau nasal prong akan permasalahan jika ada
obtruksi nasal.
2) Kateter nasal, jika ada fraktur tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan
obstruksi nasal.

5
3) Sungkup muka dengan kantong rebreathing, pada pasien paCO2 tinggi.
(Abdul Ghofar, 2011)
5. Persiapan alat dan bahan
a. Tabung oksigen lengkap lengkap dengan flow meter dan humaidifier
b. Nasal kateter, kanul atau masker.
c. Veselin/jelly
6. Prosedur pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan .
c. Atur aliran oksigen degan kecepatan yang dibutuhkan, umumnya 1-6
liter/menit untuk kateter/kanul nasal,6-10 liter/menit untuk masker oksigen.
Kemudian observasi humaidifier dengan melihat air bergelombang.
d. Atur posisi pasien semi fowler atau sesuai dengan kondisi pasien.
e. Berikan oksigen sesuai dengan cara pemberian di bawah :
1) Kateter nasal
a) Ukur dulu jarak dari lubang telinga sampai ke hiudng dan berikan
tanda, setelah itu berikan jelly / pelumas.
b) Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan
c) Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan
menekan lidah psien mengguanakan sptel (akan terlihat posisinya di
belakang uvula)
d) Fiksasi pada daerah hidung.
2) Kanula nasal
Pasang kanul nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan
pasien
3) Masker oksigen
Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur
pengikat untuk kenyamanan pasien.
f. Periksa kateter nasal, kanul/masker oksigen setiap 6-8jam
g. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien

6
h. Cuci tangan setelah prosedur dilaksanakan. (Musrifatul, Uliyah & A.Aziz
Alimul Hidayat, 2011)
B. PROSEDUR KERJA
1. Terapi Oksigen
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibadingkan dengan oksigen di atmosfer (lingkungan). Di atas permukaan
laut, konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi
oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.
Transpor oksigen ke jaringan bergantung pada factor-faktor seperti curah
jantung, kandungan oksigen arteri, konsentrasi hemoglobin yang adekuat, dan
kebutuhan metabolic. Ssemua factor ini harus diingat ketika mempertimbangkan
akan dilakukan terapi oksigen. (Arif Muttaqin, 2008)

Focus Proses Keperawatan

Pengkajian Kaji kepatenan jalan napas klien.


Kaji tanda – tanda vital
Observasi adanya tanda – tanda hipoksia
Observasi adanya tanda – tanda narcosis karbon dioksida
Tujuan Mengembalikan PO2 arterial pada batas normal
Mengoreksi kondisi hipoksia dan oksigenasi dapat diberikan
secara adekuat
Mengembalikan frekuensi pernzfasan dalam batas normal
Meningkatkan kesadaran dan keterampilan klien untuk
melakukan pernapasan dalam secara efektif terutama pada klien
yang menderita penyakit paru kronis
Implementasi Monitor klien yang sedang diberikan terapi oksigen
Lakukan pemberian oksigen dengan nasal kanul
Lakukan pemberian oksigen dengan masker.

7
Evaluasi PO2 arterial pada batas normal
Kondisi hipoksia dapat teratasi
Frekuensi pernapasan dalam batas normal
Peningkatan perilaku klien agar melakukan pernapasan dalam
secara efektif terutama pada klien yang menderita penyakit
peru kronis.

Table 9-5 Fokus Proses Keperawatan


Kewaspadaan perawat 1
Pemberian oksigen, terutama pada klien dengan PPOM akibat pemberian oksigen
tingkat tinggi akan mengganggu pusat pengatauran karbon dioksida, sehingga akan
memberikan respons terjadinya gagal napas.

Alat dan sarana Persiapan


1. Oksigen set 1. Cek atau periksa adanya instruksi medis pada
2. Oksigen status klien tentang klien jumlah pemberian
flowmeter oksigen.
3. Tempattidur 2. Perawat mencuci tangan
posisi fowler 3. Atur privasi klien dan pasang sampiran jika perlu
4. Jelaskan secara rasional tenang prosedur yang
akan dilakukan
Prosedur
1. Atur posisi klien secara semi fowler atau fowler
dan yakinkan ekspansi paru sudah maksimal
2. Anjurkan klien untuk melakukan napas dalam dan
batuk efektif sebelum pelaksanaan oksigen terapi
3. Yakinkan bahwa klien sudah terpenuhi kebutuhan
hidrasinya secara umum, terutama pada klien yang
cenderung mengalami kekentalan secret yang

8
disekresikan melalui jalan nafas
4. Atur kelembapan humidifier dan berikan oksigem
dimulai dengan awalan maksimal 4L/menit
Rasional: oksigen harus dilembabkan dengan
melewatkannya melalui sistem humidifikasi untuk
menjaga mebran mukosa saluran pernafasan
menjadi kering
5. Kaji adanya perubahan pada tanda-tanda vital dan
tingkat kesadaran secara berkala
6. Kaji klien yang mengalami PPOM dengan adanya
narcosis karbon dioksida yang meliputi:
a. Peningkatan tekanan darah
b. Peningkatan tekanan nadi
c. Kulit teraba hangat
d. Ditemukannya tanda-tanda edema serebral
7. Berikan rasa aman pada klien yang mengalami
perasaan ketakutan atau kecemasan

Kewaspadan Perawat 2

Peralatan terapi oksigen juga mengandung risiko sebagai sumber infeksi silang
bakteri. Oleh karena itu, selangnya harus sering diganti bergantung pada kebijakan
pengendalian infeksi dan jenis peralatan pemberian oksigen. (Arif Muttaqin, 2008)

Alat dan sarana Persiapan


1. Tabung 1. Cek atau periksa adanya instruksi medis pada
oksigen atau rekaman medis klien tentang jumlah pemberian
oksigen oksigen.
sentral 2. Perawat mencuci tangan
2. regulator 3. Atur privasi klien dan pasang sampiran jika perlu

9
4. Persiapkan peralatan
Prosedur
1. Jelaskan secara rasional tentang prosedur yang akan
dilakukan
2. Atur posisi klien secara semifowler / fowler dan
yakinkan klien ekspansi paru sudah maksimal
3. Letakkan kanula ke dalam rongga hidung sedalam
½ cm
4. Pelihara posisi selang agar terjaga posisinya.
Pastikan aliran oksigen adekuat dengan memelihara
selang tidak terlipat.
5. Atur aliran selang oksigen pada regulator dengan
batas maksimal pemberian 6L/menit
Rasional: pemberian melalui nasal kanul dengan
batas maksimal. Adanya variable konsentrasi
oksigen yang masuk lewat aliran oksigen dengan
prediksi untuk mendapatkan FiO2
FiO2 : 24-38% aliran oksigen 1-2 L/mnt
FiO2 : 30-35 % aliran oksigen 3-4 L/mnt
FiO2 : 38-44 % aliran oksigen 5-6 L/mnt
6. Monitor tanda vital dan kondisi umum klien secara
berkala
7. Berikan rasa aman pada klien yang mengalami
ketakutan atau kecemasan

Keperawatan perawat 3

Beriakan label “dolarang merokok” pada sisi tempat tidur atau di depan pintu untuk
menghindari bahaya kebakaran.

10
Alat dan sarana Persiapan
1. Tabung 1. Cek atau periksa adanya instruksi medis pada rekam
oksigen atau medis klien tentang jumlh pemberian oksigen.
oksigen 2. Perawat mencuci tangan
sentral 3. Atur privasi klien dan pasang sampiran jika perlu
2. Regulator 4. Persiapkan peralatan dengan menyesuaikan jenis
3. Humidifier masker yang akan dipakai (dapat dilihat pada
4. Masker- Gambar 9-4) dan ukuran yang sesuai dengan
masker kondisi klien.
oksigen Prosedur
1. Jelaskan secara rasional tentang prosedur yang akan
dilakukan.
2. Atur posisi klien secara semfowler/fowler dan
yakinkan ekspansi sudah maksimal.
3. Pasang masker oksigen
4. Atur kecepatan sesuai kebutuhan klien
5. Pelihara posisi selang terjaga posisinya. Pastikan
aliran oksigen adekuat dengan memelihara selang
tidak terlipat
6. Monitor tanda vital dan kondisi umum klien secara
berkala
7. Observasi adanya perubahan pada klien
8. Berikan rasa nyaman aman pada klien yang
mengalami ketakutan atua kecemasan sampai klien
terbiasa menggunakan masker oksigen
9. Lepas masker oksigen dang anti dengan nasal kanul
pada saat klien makan.
Tabel 9-8 Prosedur Pemberian Masker Oksigen

11
2.Pernapasan Buatan Dengan Tekanan Poistif Intermiten

Pernapasan buataan dengan tekanan positif intermiten ( intermittent)positive


pressure breating- IPPB) adalah pernapasan udara atau oksigen (atau kombinasi
keduanya) pada teknana yang lebih tinggi dari rekanan atmosfer untuk
menghasilkan aliran udara ke paru selama inshalasi. IPPB diterapkan dengan alat
mekanik yang mengembangkan paru melalui tekanan positife mendispersi medikasi
yang diresepkan. Ketika klien menghirup napas , dorongan inspirasi negatif
merangsang mesin untuk member napas tekanan positif; setelah tekanan preset
dicapai pada mesin, siklus mesin mati dan terjadi ekshalasi pasif. Mesin IPPB dapat
bertenaga listrik atau gas dan dapat dihubungkan dengan mouthpiece, masker, atau
adapter trekoestomi.
Indikasi umum penggunaan IPPB adlaah kesulitan dalam mengeluarkan
sekresi saluran pernapasan, penurunan kapasitasvital ( VC) dengan pernapasan
dalam dan batu
ketidak efektif, atau ketidak berhasilan dalam mencoba metode yang lebih
sederhana dan lebih murah untuk mengeluarkan sekresi, memberikan aerosol atau
mengembangkan paru. (Arif Muttaqin, 2008)
Fokus Proses Keperawatan

Pengkajian Kaji apakah klien memerlukan penatalaksanaan IPPB.


Evaluasi keadaan gas darah, kultur septum, dan rontgen thoraks.
Periksa ulang adanya instruksi dari dokter yang bertanggung jawab
tentang IPPB, lamanya penatalaksanaan dan obat-obatan yang telah
diberikan .
Kaji bunyi napas paru sebelum dan sesudah pemberian IPPB.
Observasi konsistensi, banyaknya, dan warna dari pengeluaran
sputum
Kolaborasi dengan fisioterapis apakah tindakan IPPB perlu
dilakukan untuk meningkatkan fungsi paru.

12
Kaji apakah tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tujuan Mengantarkan terapi aerosol secara optimal.
Menringankan keraj pernapasan.
Meningkatkan rasio ventilasi-perfusi yang baik dengan
meningkatkan bronkhodilatasi dan ventilasi alveoli.
Mencegah atau mengobati atelektasis dan menurunkan edema paru.
Meningkatkan pengeluaran mucus pada jalan napas.
Implementasi Persiapkan alat IPPB.
Lakukan pemeberian nebulizer.
Evaluasi Terjadi peningkatan pengeluaran mucus.
Keadaan gas daerah menjadi normal.
Frekuensi prnapasan dalam batas normal dan bunyi napas membaik.
Pemberian terapi aerosol optimal.
Tabel 9-10 Fokus Proses Keperawatan
Alat dan sarana Persiapan
1. Mesin 1. Cetak atau periksa adanya instruksi medis pada rekam medis
IPPB klien tentang IPPB
2. Mouthpie 2. Perawat mencuci tangan.
ce 3. Persiapkan peralatan:
3. Klip a. Set alat berfungsi dengan baik.
penjepit b. Periksa adanya aliran listrik dengan menghubungkan
hidung kabel dan mesin.
4. Set Prosedur
nebulizer 1. Jelaskan rasionalisasi mengenai prosdur yang akan dilakukan.
5. Spiromet 2. Pasang pipa karetdengan selang kompresi.
er: 3. Hubungkan pipa dengan mesin IPPB.
volume 4. Masukkan air atau obatkedalam tabung dan letakkan.
tidal 5. Sesuaikan kecepatan aliran udara yang akan diberikan pada
6. Cairan klien.

13
atau obat 6. Cekulang apakah peak flow sudah lengkap dalam keadaan
nebulizer terbuka.
7. Atur tekanan yang sesuai dengan pemberian yang akan
dilaksanankan.
8. Monitor tanda vital dan ondisi umum klien.
9. Berikan rasa aman pada klien yang mengalami ketakutan atau
kecemasan.
10. Masukkan mouthpiece ke dalam mulut.
11. Instruksikan klien untuk mengikuti perintah :
a. Tutup bibir dengan rapat lalu bernafas,keluarkan napas
melewati mouthpiece.
b. Bernapas perlahan-lahan.
c. Hidupkan mesin dan instruksikan klien untuk bernapas
dlam dengan mengupayakan uap air yang dihirup dapat
memasuki jalan napas.
d. Beri kesempatan kepada klien istirahat.
e. Ulangi pernapasan dalam dan kemudian melakukan
ekspirasi secara perlahan dilakukan sampai cairan atau
obat yang disipkan habis.
12. Bereskan, bersihkan alat-alat, dan perawat mencuci tangan.
13. Monitor tanda vital dan kondisi umum klien

5. Pengisapan Jalan Napas


Fokus Proses Keperawatan
Pengkajian Kaji apakah kllien memerlukan tindakan pengisapan jalan napas.
Kaji apakah tanda-tanda vital berada pada batasa normal.
Kaji bunyi napas paru sebelum dan sesudah tindakan pengisapan
jalan napas.
Observasi konsistensi, jumlah, dan warna dari pengeluaran

14
sputum.
ervasi status pernapasan meliputi apakah ada peningkatan
frekuensi pernapasan, napasa pendek, bunyi napas mendengkur.
Observasi tingkatkesadaran selama melaksanankan pengisapan
jalan napas.
Tujuan Menjaga kepatenan jalan napas.
Mengisap sekresi pada jalan napas.
Meningkatkan ventilasi pernapasan.
Menurunkan frekuensi pernapasan.
Meningkatkan oksigenasi jaringan.
Impplementasi Pengisapan jalan napasa dengan mengunakan suction.
Evaluasi Sekresi dapat dikeluarkan tanpa adanya komplikasi.
Terjadi peningkatan ventilasi pernapsan dengan adanya
peningkatan oksigenasi jaringan.
Suara napas bersih dan tidak ada bunyi napas tambahan.
Tabel 9-12 Fokus Proses Keperawatan

Alat dan sarana Persiapan


1. Mesin 1. Cek atau periksa adanya instruksi medis pada status klien
pengisap tentang pengisapan jalan napas.
portable 2. Persiapkan alat:
2. Selang a. Alat penghisap dalam kondisi siap pakai.
pengisap b. Ukuran diameter selang sesuai kllien (rasional: selang yang
sekali terlalu besar akan banyak mengisap oksigen).
pakai
sesuia
ukuran
pada klien
(No. 5
Gambar 9-5 Memasukkan selang pengisap pada jaan naps

15
untuk (sumber: Smith dkk, 1992)
bayi, No. Prosedur
8-10 1. Jelaskan rasionalisasi mengenai prosedur yang akan dilakukan.
untuk 2. Beri kesempatan pada klien untuk menanyakan hal-hal yang
anak- tdak dimengerti.
anak, dan 3. Atur posisi semifowler dengan posisi kepala sedikit ekstensi.
No. 18 4. Auskultasi bunyinapas.
untuk 5. Perawat mencuci tangan.
dewasa) 6. Perawat memakai sarung tangan steril.
3. Sarung 7. Perawat menghidupkan mesin suction dan mengatur tekanan
tangan pengisap.
steril 8. Perawat memasukkan selang ke dalam cairan normal saline.
4. Cairan Rasional: untuk mencoba apakah vakum suction berfungsi dan
normal untuk mencegah trauma mukosa pada jalan napas pada saat
saline peerawat memasukkan selang ke jalan napas.
steril 9. Berikan oksigen 1-2 menitsebelum pengisapan terutama pada
(tanggal klien yang tidak mampu melakukan napas dalam.
dan jam 10. Instruksikan klien untuk melakukan bentuk efektif.
dibuka 11. Masukkan selang kateter pengiap melalui rongga hidung
maksimal sedalam 6-8 cm (dapat dilihat pada gambar 9-5) dan jangan
24 jam) lakukan suction.
Rasional: pengisapan selama memasukkan selang akan
mengisap banyak oksigen dan akan mempersulit memasukkan
selang secara dalam
12. Tarik selang secara perlahan disertai dengan hidupnya mesin
pengisap. Waktu pengisap dengan menarik selang tidak lebih
dari 10 detik.
13. Berikan kesempatan klien untuk bernapas santai pada periode
antara selesai pengisapan awal dan dilakukan pengisapan lagi

16
sekitar tidak lebih dari 3 menit.
14. Ulangi prosedur di ats sampai selesai dan mayikan mesin
pengisap.
15. Intruksikan klien bernapas dalam.
16. Masukkan selang ke dalam cairan normal saline untuk
mebersihkan sisa secret.
17. Monitor tanda vitl dan kondisi umum klien.
18. Bersihkan alat-alat yang sudah dipakai.
Tabel 9-13 Prosedur Penatalaksanaan Pengisapan

C. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada termasuk di dalamnya adalah deainase postural (postural
drainage), perkusi dan vibrasi dada, latihan pernapasan/latihan ulang pernapasan,
dan bentuk efektif. Tujuan fisioterapi dada adalah membuang sekresi bronchial,
memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan. (Arif
Muttaqin, 2008)
1. Tujuan
a. Untuk mempertahankan, memperbaiki dan mencapai keefektifan dari
seluruh bagian paru.
b. Mencegah kolaps dari paru yang disebabkan karena terhambatnya
sekresinya untuk keluar.
c. Menghindarkan terjadinya kompilkasi bronchhopneumonia.
d. Mempertahankan kelancaran sirkulasi.
2. Indikasi
a. Pasien retensi sputum, reflek batuk tidak baik.
b. Pasien tidak aktif
3. Kontra indikasi
a. Pasien dalam keadaan shock.
b. Pasien dengan tekanan intra kranial ( TIK) meningkat.
c. Pasien dengan miocard infark. (Abdul, Ghofar, 2011)

17
4. Persiapan Alat Dan Bahan
a. Pot sputum berisi cairan disinfektan (lysol 2%)
b. Kertas tisu.
c. Bengkok
d. Stetoskop
e. Handscoon
f. 2 balok tempat tidur ( untuk postural drainase).
g. 1 bantal untuk (postural drainase)
h. Stetoskop. (Jean Smith – Temple & Joyce Young Johonson, 2010)
Focus Perawatan Keperawatan
Pengkajian Auskultasi suara napas. Periksa efektivitas ventilasi dan pertukaran
udara.
Tentukan irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan.
Catat kapan terakhir klien makan. Fisioterapi dapat dilakukan
minimal satu jam setelah makan.
Observasi konsistensi, jumlah, dan warna pengeluaran sputum.
Periksa adanya kondisi yang memungkn=inkan terjadinya
komplikasi seperti hipertensi, CHF, edema serebri, cedera kepala,
distensi abdominal, aritmia, dan fase akhir PPOM.
Observasi tingkat kesadarn selama melaksanakan fisioterapi dada.
Tujuan Memfasilitasai pembersihan jalan napas dari sekresi yang tidak
dapat dilakukan dengan batuk efektif.
Meningkatkan pertukaran udara yang adekuat.
Mengurangi pernapasan dangkal.
Membantu batuk lebih efektif.
Menurunkan frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi dan
pertukaran udara.
Meminimalisasi risiko komplikasi.
Implementasi Persiapkan klien yang akan dilakukan fisioterapi dada.

18
Lakukan perkusi.
Lakukan vibrasi.
Lakukan drainase postural.
Evaluasi Terjadi penurunan atau hilangnya sekresi yang melekat pada
jalannapas.
Suara napas terdengar bersih.
Rales atau ronkhi menghilang.
Pernapasan dangkal berkurang.
Batuk menjadi lebih efektif dan produktif disertai berkurangnya rasa
sakit.
Klien merasa lebih lega dalam bernapas.
Tabel 9-14 Fokus Proses Keperawatan

No. Prosedur
1 Terapkan lokasi dari setiap segmen paru.
2 Jaga posisi klien jangan sampai jatuh, gunakan pengaman yang ada pada sisi
tempat tidur.
3 Atur privasi klien dan pasangan sampiran jika perlu.
4 Penuhi hidrasi klien via oral.
5 Diskusi dengan klien mengenai teknik penatalaksanaan.
6 Jelaskan pentingnya latihan fisioterapi dada sebelum dilaksanakan tindakan
untuk menghindari efek dari hipoventilasi dan mencegah adanya komplikasi.
7. Demonstrasikan langkah demi langkah prosedur yang akan dilaksanalan
8. Instruksikan klien untuk menggunakan pernapasan diafragmaa terutama pada
klien PPOM.
9. Auskultassi seluruh lobus paru sebelum melakukan fisio terapi dada.
Jadwalkan untuk melaksanakan fisioterapi dada kembali minimal 4 jam
kemudian,apa bila setelah 30 menit dilaksanakan tindakan, secret di jalan
masih banyak

19
10 Observasi pengeluaran secret.
Tabel 9-15 Prosedur Persiapan Klien Fisioterapi Dada

Alat dan sarana Persiapan Prosedur


1. Bantal Sa tutup area yang akan di perkusi dengan kain atau tisu.
untuk Buat seperti mangkuk pada telapak tanagn dan dengan
pengaturan ringan ditepukkan pada dinding dada dalam gerakan
posisi berirama (lihat gambar).
2. Tempat
tidur yang
bisa
mengatur
posisi
trendelenbu
rg.
Atur posisi sesuai segmen atau lobus yang akan
diperkusi.
Rasional: posisi sangat memengaruhi mobilisasisekret.

20
Gambar 9-6 posisi tidur dengan kondisi segmen paru
(sumber: Smeltzer dan Bare, 2002)

Prosedur
Lakukan dengan pergelangan tangan secara bergantian
fleksi dan ekstensi sehingga dada dipukul atau ditepuk
dengan cara yang tidak menimbulkan nyeri.
Perkusi setiap areeaselama 3-5 menit.
Jangan melakukan perkusi pada tulang dada seperti pada
tulang belakang atau scapula.
Anjurkan klien untuk batuk efektif di antara perkusi ke
segmen berikutnya.
Berikan air minum putih.
Auskultasi bunyi napas pada seluruh lobus paru.
Tabel 9-16 Prosedur Perkusi

21
Perkusi pada lobus atas Perkusi pada lobus dasar anterior

Perkusi pada lobus atas Perkusi pada lobus dasar lateral


Tabel 9-7 Posisi perkusi dengan kondisi lobus paru (sumber: Smith dkk, 1992)

Alat dan sarana Persiapan


1. Bantal Sama seperti prosedur persiapan klien fisioterapi dada.
untuk Prosedur
pengaturan 1. Tutup area yang akan divibrasi dengan kain atau tisu.
posisi. 2. Intruksikan klien untuk bernapasdalam melalui hidung
2. Tempat dan mengeluarkannnya secara perlahan melalui mulut.
tidur yang 3. Letakkan satu telapak tangan pada area yang akan

22
bisa dilakukann vibrasi dan satu tangan lainnya di atas
mengatur tangan lainnya (dapat dibuat pada gambar 9-8).
posisi 4. Buat tangan menjadi lurus danlakukan getaran selama
tendelenbu 10 detik dan lakukan selama 5-10 menit.
rg.
3. Kertas
tissue.
4. Tempat
penampun
g sputum.
5. Baju gaun
pelindung.

Gambar 9-8 Teknik vibrasi yang tepat. Perhatikan


bahwa pergelangan tangan dan siku dijaga agar tetap
lurus dan gerakan memvibrasi dihasilkan oleh otot-otot
bahu (Inset) Posisi tangan yang tepat untuk vibrasi
(sumber: Smeltzer dan Bare, 2002)
5. Auskultasi bunyi napas pada seluruh lobus paru.
Tabel 9-17 Prosedur Vibrasi

23
Alat dan sarana Persiapan
1. Bantal untuk Sama seperti prosedur persiapan klien fisioterapi dada.
pengaturan Prosedur
posisi 1. Longgakrkan pakain yang ketat.
2. Tempat tidur 2. Atur posisi dengan mengatur tempat tidur dengan
yang bisa kepala lebih rendah sekitar 30o (kepala lebih rendah
mengatur daripada dada).
posisi 3. Letakkan tempat sputum pada posisi yang mudah
trendelenbur klien raih.
g. 4. Jelaskan pada klien bahwa posisi ini berlangsung
3. Kertas tisu sekitar 5-15 menit.
dan air 5. Intruksikan agar klien melakukan batuk efektif
bersih untuk untuk mengeluarkan secret pada jalan napas.
berkumur- 6. Anjurkan klien untuk melakukan pernapasan
kumur. abdominal.
4. Tempat 7. Atur posisi klien ke posisi normal secara perlahan –
penampung lahan.
sputm. 8. Lakukan oral higine dengan kumr-kumur dan
5. Baju gaun bersihkan dengan tissue.
pelindung 9. Masukkan sampel sputum ke dalam sputum pot dan
kirim untuk dilakukan pemeriksaan.
10. Auskultasi bunyi napas pada seluruh lobus paru.

Tabel 9-18 Prosedur Drainase Postural

24
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Lama perawatan dan berbagai penyakit yang terjadi di saluran pernafasan
dapat mengakibatkan terkumpulnya secret dalam paru-paru, hal ini mengakibatkan
terkumpulnya secret dalam patu-paru, hal ini mengakibatkan tersumbatnya jalan
nafas sehingga oksigen dan karbondioksida tidak dapat berjalan lancer.
Posrtural drainage dan fisioterapi dada adalah salah satu tindakan yang berfungsi
untuk membantu pasien dalam mengeluarkan secret.
Terapi oksigen merupakan Tindakan keperawatan dengan cara memberikan
oksigen kedalam paru melalui saluran pernafsan dengan menggunakan alat bantu
oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga ccara yaitu melaui
kanula, nasal dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya hipoksia.
Fisioterapi dada termasuk di dalamnya adalah deainase postural (postural
drainage), perkusi dan vibrasi dada, latihan pernapasan/latihan ulang pernapasan,
dan bentuk efektif. Tujuan fisioterapi dada adalah membuang sekresi bronchial,
memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ghofar, A. (2012). Pedoman Lengkap KETERAMPILAN PERAWATAN KLINIK . Yogyakarta:


MITRA BUKU

Hidayat, A. A. (2011). Buku Saku: Prosedur Keterampilan Dasar Praktik Klinik . Surabaya: Health
Books Publishing.

Kusyati, E. (2013). KETERAMPILAN & PROSEDURE LABORATRIUM KEPERAWATAN DASAR.


Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2008). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN.


Jakarta: Salemba Medika.

Smith- Temple, J. &. (2010). Prosedur Klinis Keperawatan Edisi 5. (A. O. Tampubolon, Ed.)
Jakarta : EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai