Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)

KELOMPOK 2

1. ANNISA MUZRIAH
2. EKA MARDIANTI
3. DIANA NOVITA
4. GUNAWAN FEBRIANTO

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1

MATARAM

2020

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang
ini.
Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “Respiratory Distress Syndrome (RDS)”. Makalah
ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh. Kami
berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 15 April 2020


Kelompok 2
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Respiratory Distress Syndrome (RDS) 3
A. Definisi 3
B. Etiologi 4
C. Manifestasi Klinis 5
D. Patofisiologi 7
E. Pathway 9

F. Pemeriksaan diagnostik 9

J. Komplikasi 10

H. Penatalaksanaan 11

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 11


A. Pengkajian 11

B. Diagnosa Keperawatan 13

C. Intervensi Keperawatan 14

D. Evaluasi 19

BAB III PENUTUP 20

3.1 Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan


kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran
pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor
organ pernafasan , keadaan pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa
hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang
penuh. Penilaian keadaan pernafasan dapat dilaksanakan dengan mengamati gerakan
dada dan atau perut.Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal.
Bila anak sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal. Pola
pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu
inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu
ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi
beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering adalah takipneu.
Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
organic, trauma, alergi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru
lahir. Gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL)
termasuk respiratory distress syndrome (RDS) atau idiopatic respiratory distress
syndrome (IRDS) yang terdapat pada bayi premature. Sindrom gawat nafas pada
neonatus (SGNN) dalam bahasa inggris disebut respiratory disstess syndrome,
merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispneu atau hiperpneu. Sindrom ini dapat
terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru. Oleh karena itu, tindakannya
disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Beberapa kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit
membram hialin (PMH), pneumonia, aspirasi, dan sindrom Wilson- Mikity (Ngastiyah,
1999).

1
1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Respiratory Distress Syndrome (RDS)


A. Devinisi

Distres respirasi atau gangguan nafas merupakan masalah yang sering dijumpai
di hari pertama bayi baru lahir, ditandai dengan takipnea, nafas cuping hidung ,
retraksi intercostal, sianosis dan apnue. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
sering disebut sebagai penyakit Membran Hialin. Gangguan nafas dapat
mengakibatkan gagal nafas akut yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
memelihara pertukaran gas agar dapat memnuhi kebutuhan tubuh dan
mengakibaakan hipoksemia dan/atau hiperkarbia (Kosim,2014)
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. (Marmi &
Rahardjo,2012)
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus.Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama hyaline membran
desease (HMD) atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit ini selalu
ditemukan membrane hialin yang melapisi alveoli (Surasmi, dkk, 2003).
RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline
Membrane Disesae (Suryadi, 2001).
RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas
gejala dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih pada
saat ekspirasi; terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan epigastrium. Pada
penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada

3
membran paru yang rusak. Kerusakan pada paru timbul akibat kekurangan
komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan
pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga dapat mencegah pergesekan dan
timbulnya kerusakan pada alveoli yang selanjutnya akan mencegah terjadinya
kolaps paru. (Yuliani, 2001)

B. Etiologi
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu,
faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor ibu meliputi hipoksia pada
ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih,
sosial ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu
pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan lain-
lain. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil,
plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus
meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-
lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada system pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru. Sementara afiksia
neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi
beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini disebabkan karena adanya
masalah-masalah kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi & Rahardjo, 2012).

C. Manifestasi klinis
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory Distress
Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat
badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat
tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi RDS (Respiratory Distress
Syndrom)yang mampu bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai
prognosis yang lebih baik. Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit),

4
pernapasan dangkal, mendengkur, sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan
tidak teratur, penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan substernal, pernapasan
cuping hidung ( Surasmi, dkk 2013)

D. Patofisiologi
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan
yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan
otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah
terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan beradaptasi
terhadap kekurangan oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila
keadaan hipoksia semakin berat dan lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan
asam laktat. Dengan memburukya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah
keotak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan
iskemia. Pada stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu primer.
Pada keadaan ini bayi tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative masih baik.
Curah jantung yang meningkat dan adanya vasokontriksi perifer ringan
menimbulkan peninggkatan tekanan darah dan reflek bradikardi ringan. Depresi
pernafasan pada saat ini dapat diatasi dengaan meningkatkan implus aferen seperti
perangsangan pada kulit.Apneu normal berlangsung sekitar 1-2 menit.Apnea primer
dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi. Hipoksia
miokardium dan asidosis akan memperberat bradikardi,vasokontraksi dan hipotensi.
Keadaan ini dapat terjadi sampai 5menit dan kemudian terjadi apneu sekunder.
Selama apneu sekunder denyut jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam
darah terus menurun. Bayi tidakbereaksi terhadap rangsangan dan tidak
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadikecuali
pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera dimulai (Marmi & Rahardjo,
2012).

5
E. Path way

6
F. Pemeriksaan diaknostik
Menurut Cecily & Sowden (2009) pemeriksaan penunjang pada bayi dengan RDS
yaitu:
1. Kajian foto thoraks
a. Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang tindih.
b. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari
ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)
d. Bayangan timus yang besar
e. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit berat
jika muncuk pada beberapa jam pertama
2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau metabolik
a. Hitung darah lengkap
b. Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
c. Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan
maturitas paru Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia

G. Komplikasi

Menurut Cecily & Sowden (2009) Komplikasi RDS yaitu:


1. Ketidakseimbangan asam basa
2. Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum, pneumoperikardium,
pneumoperitonium, emfisema subkutan, emfisema interstisial pulmonal)
3. Perdarahan pulmonal
4. Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10%
5. Apnea
6. Hipotensi sistemik
7. Anemia
8. Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial)
9. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua

7
Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas
1. Paten Duktus Arteriosus (PDA) yang sering dikaitkan dengan hipertensi
pulmonal
2. Perdarahan intraventrikuler
3. Retinopati akibat prematuritas
4. Kerusakan neurologis

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis

Menurut Cecily & Sowden (2009) penatalaksanaan medis pada bayi RDS
(Respiratory Distress Syndrom) yaitu:
a. Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
b. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
c. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal untuk
mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
d. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
e. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
f. Pertahankan kestabilan suhu
g. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
h. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
i. Lakukankan transfusi darah seperlunya
j. Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
k. Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel
darah
l. Berikan obat yang diperlukan
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Surasmi (2003) penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi
tindakan pendukung yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur dengan
tujuan mengoreksi ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral tidak

8
diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi.
Pemberian minum dapat diberikan melalui perenteral.

2.2 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian Keperawatan
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah
1. Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu menderita hipotensi
atau perdarahan )
2. Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada keadaan
hipotermia)
3. Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif)
4. Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi pada bayi).
5. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti: takipnea
(>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada, pernapasan
cuping hidung, pucat, sianosis, apnea.
Riwayat maternal
1. Menderita penyakit seperti diabetes mellitus

2. Kondisi seperti perdarahan placenta

3. Tipe dan lamanya persalinan

4. Stress fetal atau intrapartus

Status infant saat lahir

1. Prematur, umur kehamilan

2. Apgar score, apakah terjadi aspiksia

3. Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar

Cardiovaskular

1. Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat

9
2. Murmur sistolik

3. Denyut jantung dalam batas normal

Integumen

1. Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral

2. Pitting edema pada tangan dan kaki

3. Mottling

Neurologis

1. Immobilitas, kelemahan, flaciditas

2. Penurunan suhu tubuh

3. Pulmonary - Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100


x)

4. Nafas grunting

5. Nasal flaring

6. Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal

7. Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase


desaturasi hemoglobin

8. Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea

Status Behavioral
Lethargy
Study Diagnostik
1. Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma
dengan overdistensi duktus alveolar

2. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.

10
Data laboratorium
1. Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion
(untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS)
2. Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas
paru
3. Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
4. Tingkat phosphatydylinositol
5. Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60
mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
6. Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel
alveolar yang rusak

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dari RDS yang sering muncul (Nanda, 2015).
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-
kapiler
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret
pada paru-paru
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, terpajan kuman
patogen
5. Hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan luar Rahim
C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan
intervensi disusun berdasarkan NANDA (2015-2017), NOC dan NIC.
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolarkapiler
Batasan karakteristik:
a. Takipneu
b. Dispnea

11
c. Nafas cuping hidung
d. Sianosis
Kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pertukaran gas
pasien menjadi efektif dengan kriteria hasil :
a. Ventilasi dan oksigenasi adekuat
b. Bebas deri tnda tanda distress pernafasan
Intervensi (NIC)
Terapi Oksigen:
a. Kelola humidifikasi oksigen sesuai peralatan
b. Siapkan peralatan oksigenasi
c. kelola O₂ sesuai indikasi
d. monitor terapi osigen dan observasi tanda keracunan O₂
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Batasan karakteristik:
a. ada retraksi dinding dada
b. akipneu
c. dispneanafas pendek suara nafas tambahan
Kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam diharapkan pola
nafas efektif dengan kriteria hasil
a. pernafasan dalam batas normal (40-60x/menit)
b. pengenbangan dada simetris
c. irama nafas teratur
d. tidak ada retraksi dinding dada
e. tidak ada suara nafas tambahan
f. tidak takipneu
Intervensi (NIC)
Monitor pernafasan:
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan upaya naik

12
b. Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, dada, dan alat bantu
c. Monitor adanya pernafasan cuping hidung
d. Monitor pola nafas bardipnea, takipnea, hiperventi, lasi, lusmaul, dan apnea
e. Monitor adanya kelemahan otot diagfragama
f. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan dan ketidakadanya ventilasi
dan bunyi nafas
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
Batsan karakteristik :
a. batuk tidak efektif
b. dispneu
Kriteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat
meningkatkan pernafasan yang adekuat dengan kriteria hasil:
a. tidak ada suara nafas tambahan
b. tidak ada retraksi dinding dada
Intervensi (NIC)
Manajemenjalan nafas:
a. Bersihkan sluran pernafasan dan pastikan airway paten
b. Monitor perilaku dan status mental pasien, kelelahan agitasi dan konfus
c. Posisikan klien dengan elevasi tempat tidur
d. Monitor efek sedasi dan anlgetikpada pola nafas klien
e. Berikan posisi semi fowler dengan posisi ateral 10 – 15 derajat atau sesuai
toleransi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman patogen
Batasan karakteristik :
a. tanda gejala infeksi
b. kulit kemerahan
c. kenaikan suhu tubuh

13
Kriteria hasil (NOC)
Dalam jangka waktu 1 jam pasien akan terbebas dari resiko infeksi dengan
kriteria hasil :
a. bebas dari tanda tanda infeksi
b. kemampuan mencegah infeksi
c. jumlah leukosit dalam batas normal
d. suhau dalam batas normal
Intervensi (NIC)
Kontrol infeksi:
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
b. Pertahankan teknik isolasi
c. Batasi pengunjung bila perlu
d. Intruksikan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
berkinjung
e. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan pasien
g. Pertahankan lingkunag naseptik selama pemasangan alat
h. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai petunjuk umum
i. Tingkatkan intake nutrisi
j. Berikan terapi antibiotik bila perlu
5. Hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan
Batasan karakteristik :
a. suhu dibawah batas normal
b. pucat
c. kulit dingin
d. kuku sianosis
Kriteria hasil (NOC)
Dalam jangka waktu 1 jam pasien akan terbebas dari hipotermi dengan
kriteria hasil:
a. suhu dalam batas normal

14
b. nadi dan HR dalam batas normal
c. tidak sianosis
d. tidak pucat
e. kulit hangat
Intervensi (NIC)
Perawatan hipotermia
a. Monitor suhu tubuh tiap 2 jam
b. Monitor warna kulit dan suhu kulit
c. Kaji tanda tanda hipertermi atau hipotermi
d. Tingkatjkan intake nutrisi dan cairan
e. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
D. Implementasi
Pada proses keperawatan implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan termonologi NIC,
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan keperawatan
khusus yang di perlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program
keperawatan). Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan
untk intervensi yang di susun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengahiri
tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap tindakan tersebut.
Implementasi mencangkup melakukan,membantu,atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada klien,menyelia dan mengevaluasi kerja anggota stap,dan
mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan
kesehatan berkelanjutan dari klien.

15
E. Evaluasi

Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk


melengkapi proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Mengakhiri rencana tindakan (klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan).

Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap


tindakan keperawatan dan kemajuan klien dalam proses pencapaian tujuan. Data di
kumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau pnggunaan sumber
eksternal (Carnevali dan Thomas, 1993). Evaluasi terjadi kapan saja perawatat
berhubungan dengan klien. perawata mengevaluasi apakah perilaku atau respon
klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa
keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawata
memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya apakah efektif
dengan menelaah respon klien dan membandingkanya dengan perilaku yang di
sebutkan dalam hasil yang di harapkan.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Distres respirasi atau gangguan nafas merupakan masalah yang sering dijumpai di
hari pertama bayi baru lahir, ditandai dengan takipnea, nafas cuping hidung , retraksi
intercostal, sianosis dan apnue. Respiratory Distress Syndrome (RDS) sering disebut
sebagai penyakit Membran Hialin. Gangguan nafas dapat mengakibatkan gagal nafas
akut yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memelihara pertukaran gas agar dapat
memnuhi kebutuhan tubuh dan mengakibaakan hipoksemia dan/atau hiperkarbia
(Kosim,2014)
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor
plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia
ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial
ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran
gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, dan lain-lain. Faktor
plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis,
plasenta tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain. Faktor
persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cecily & Sowden (2009). Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Edisi 5. Jakarta:EGC
Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1 Jakarta : CV Agung
Seto
Rahardjo dan Marmi,2012, Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah. Jakarta :
Pustaka Belajar
Surasmi,Asrining,dkk.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai