Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGARUH GLOBALISASI DAN PRESPEKTIF TRANSKULTURAL


TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. ANNISYA HIRDAYANTI (003STYC18)


2. DWI DARMAYANTI (012STYC18)
3. FENI FERNIANSYAH (017STYC18)
4. FITRA ALUYA (019STYC18)
5. HUSNUL CHATIMAH (027STYC18 )
6. JINAN ESTIDA HAYATI UMAJAN ( 032STYC18 )

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
T.A 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi
besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “PENGARUH GLOBALISASI DAN PERSPEKTIF
TRANSKULTURAL TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA”.Makalah ini kami
susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh.Kami berusaha
menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah


memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Aamiin.

Mataram, 28 November 2019

Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang. .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Globalisasi ............................................................... 3
B. Pengertian Budaya .................................................................... 3
C. Pengertian Manusia ................................................................... 4
D. Karakteristik Manusia ............................................................... 4
E. Perkembangan Manusia ............................................................. 5
F. Hubungan Antara Manusia, Masyarakat, Dan Budaya ............. 6
G. Transkultural Nursing ................................................................ 7
H. Pengaruh Budaya Terhadap Pengobatan (Etnofarmakologi) .... 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14
KESIMPULAN ............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Dalam praktik pelayanan kesehatan, perawat adalah tenaga kesehatan yang
paling dekat dengan klien. Hal ini karena perawat tidak hanya memberikan asuhan
keperawatan medis, tetapi juga memberikan asuhan keperawatan lain, seperti asuhan
latar belakang budaya.
Latar belakang budaya sangat erat kaitannya dengan asuhan keperawatan.
Dalam masalah ini, latar belakang budaya sangat mempengaruhi asuhan keperawatan
yang akan diberikan pada klien. Perspektif transkultural dalam keperawatan
diharapkan dapat membantu klien untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang baik
sesuai dengan kondisi dan keadaan klien.
Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan
jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini memungkinkan
adanya multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini
menuntut setiap tenaga kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui
dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif global dan medis bagaimana
merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur atau budaya yang
berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan memperhatikan namun tetap pada
tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Penanganan
pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan transkultural nursing.
B. Rumusanmasalah
1. Apa yang di maksuddenganglobalisasi?
2. Apayang di maksuddenganbudaya ?
3. Apa yang di maksuddenganManusia?
4. Apa yang di maksuddenganKarakteristikmanusia?
5. Apa yang di maksudPerkembanganmanusia?
6. Bagaimanadenganhubunganantaradenganmanusia, masyarakat, danbudaya ?
7. Apa yang di maksuddengan transcultural nursing?

1
C. Tujuan
1. Untukmengetahuiartidariglobalisasi
2. Untukmengetahuiapa yang di maksuddenganbudaya
3. Untukmengetahuipenjelasantentangmanusia
4. Untukmengetahuibagaimanakarakteristikmanusia
5. Untukmengetahuiperkembanganmanusia
6. Untukmengetahuihubunganantaramanusia, masyarakat, danbudaya
7. Untukmengetahuiapa yang di maksuddengan transcultural nursing

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Globalisasi
Istilah globalisasi (globalization) diartikan tahapan perubahan sosial budaya
yang telah memcapai kemajuan berbagai aspek kehidupan dengan penuh persaingan
(competiton) yang ditandai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Kemajuan iptek tersebut umumnya akan membawa peradaban masyarakat menjadi
kelas dunia, sehingga melalui iptek dunia seolah-olah tanpa sekat karena telah
mengglobal (mendunia). Melalui tanda-tanda kemajuan dalam bidang teknologi saat
ini, maka persaingan dalam bidang pembangunan menjadi hal yang paling utama,
bukan hanya dalam bidang pembangunan secara fisik, namun persaingan juga terjadi
dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Persoalan yang amat serius adalah bahwa di belakang kemunduran-kemunduran
dalam kehidupan ekonomi dan sosial budaya, ketika memasuki era globalisasi secara
alamiah akan terjadi beberapa sifat kelemahan dalam mentalitas masyarakat
Indonesia, dan dapat menjauhkan dari jiwa pembangunan itu sendiri. (Eko, Digdoyo.
2015)
B. Pengertian Budaya
Budaya bisa diartikan dari sebagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya
biasanya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan
material dan nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini. Adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu panggilan arkeologi, mangkok tanah liat,
perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang
barang, seperti televisi, pesaat terbang , stadion olahraga , pakaian, gedung pancakar
langit,dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan – ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi , misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan
lagu atau tarian tradisional.
Perilaku dari berbagai kelompok masyarakat dunia berbeda- beda, perilaku
tersebut akan membentuk budaya tertentu. Respon masyrakat terhadap suatu
peristawa dalam kehidupan berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan
sekelompok masyrakat tersebut dalam menangani masalah. Setiap individu memiliki

3
budaya baik disadari maupun tidak disadari , budaya merupakan struktur dari
kehidupan. Istilah budaya pertamakali didefinisikan oleh antropologinggris tylor
tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk dalam pengetahuan ,
keppercayaan, seni, hukum, adat dan kebiasaan lain yang dilakukan manusia sebagai
anggota masyarakat. (Pratiwi, Arum. 2011)
C. Pengertian Manusia
Sebelum mengetahui lebih lanjut apa itu manusia dan kaitannya manusia,
masyarakat, dan kebudayaan maka perlu kita ketahui bahwa manusia terdiri atas dua
dimensi yaitu dimensi fisik dan dimensi psikis. Sikap, perbuatan, dan emosi
merupakan refleksi gabungan dari dua dimensi ini. Setiap dimensi pada dasarnya
mempunyai potensi. Potensi lahirnya yang mengacu pada potensi fisik dapat berupa
gerakan-gerakan anggota badan, pancaindra, refleks tubuh, dan lain-lain, sedangkan
potensi batiniah mengacu pada potensi psikis dapat berupa intelegensi, emosi,
kepribadian, dan lain-lain. Kehadiran individu dalam keluarga maupun masyarakat
ditandai dengan wujud fisiknya. Ia lahir, menjadi dewasa, kemudian mati.
Perkembangan motorik kasar, motrorik hakus, dan psikimotor dapat diukur dan amati
dari waktu ke waktu. Seorang perawat mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan DDST (Denver Developmental Screening Test). Adanya instrumen
tersebut dapat membantu perawat dalam mendeteksi apakah seorang anak mengalami
keterlambatan (delay), normal, atau perkembangan yang lebih (advance). Sebagai
makhluk hidup, manusia mempunyai ciri sendiri yang selalu mengalami perubahan
dan perkembangan psikis. Wujud manusia tidak pernah terlepas dari wujud psikisnya.
Wujud psikis ini bersama-sama membentuk individu. Fungsi-fungsi psikis
berpengaruh terhadap gerak dan tingkah laku fisik. Tingkah laku dan perbuatan
individu merupakan refleks psikis sebaliknya tingkah laku fisik berpengaruh pada
fungsi psikis. (Sugeng, Mashudi. 2012)
D. Karakteristik Manusia
Baik secara fisik maupun nonfisik, keberadaan manusia sejak lahir berbeda
dengan hewan. Ketika dilahirkan keadaan manusia sama sekali kurang matang, untuk
dapat hidup harus bergantung pada sesamanya atau orang lain di sekitarnya. Meskip
un manusia dilahirkan dalam keadaan yang belum matang baik secara fisik,
otak, pancaindra, dan sistem pengedaliannya, namun hal ini dapat dipengaruh,
ditempat, dan dibentuk oleh kondisi lingkungannya. Dengan demikian, manusia
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya.

4
Melalui otak dan pancaindranya menangkap rangsangan dari luar yang dapat
memotivasi kemampuan dirinya sehingga dapat berbiara dan berpikir secara abstrak.
Kemudian timbul simbol dan sistem simbolik yang berakibat pada pengalaman
manusia disimpan dan diolah. Manusia mampu memikirkan adanya alternatif-
alternatif aksi yang dapat dijalankan akan dapat dikhayalkan serta mampu
mengartikan fakta yang masih abstrak. Pengabstrakan fakta diartikan bahwa manusia
akan mampu masih bersifat hipotesis. (Sugeng, Mashudi. 2012)
E. Perkembangan Manusia
Perkembangan hidup manusia tidak hanya ditentukan oleh pengalaman
pribadinya, akan tetapi perkembangan hidup manusia lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan untuk belajar dan menerima pengajaran. Kebudayaan sebagai wadah
yang memuat pengalaman dan pengetahuan manusia, serta keseluruhan diturunkan
dan diajarkan dari generasi ke generasi berikutnya, melalui sistem simbolik. Manusia
akan melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (KDM). Dalam
diri manusia selalu ada interaksi antara emosi dan rasio. Interaksi ini merupakan salah
satu sifat khas manusia. Interaksi antara emosi dan rasio sering muncul secara
bersama-sama. Secara rasional manusia bereaksi tidak atas dasar kesadaran dan
kesengajaan. Reaksi tersebut sering terwujud secara emosional yang kadang-kadang
memang disertai dengan emosi atau tidak disertai dengan emosi. Perilaku emosional
biasa didorong oleh hawa nafsu.
Berikut ini adalah keistimewaan dan kemuliaan manusia:
1. Manusia mampu menguasai dan dapat meanfaakan semua unsur alam ini untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Manusia mampu mengatur perkembangan hidup makhluk lain di sekitarnya dan
melestarikannya.
3. Manusia mampu merencanakan agar segala yang ada di alam ini tidak saling
meniadakan.
4. Manusia mampu mengubah alam ini yang secara alamiah tidak bermanfaat menjadi
bermanfaat baik manusia sendir maupun bagi kehidupan pada umumnya.
5. Manusia mampu berkreasi untuk menciptakan benda-benda diperlukan dengan
bentuk dan model yang diinginkan.
6. Manusia memiliki sifat seni sehingga mampu menciptakan benda-benda seni yang
dapat menambah kenikmatan hidup rohaninya.

5
7. Manusia memiliki alat komunikasi dengan sesamanya yang disebut bahasa yang
memungkinkan mereka untuk dapat saling bertukar informasi demi kesempurnaan
hidup.
8. Manusia memiliki saran pengatur kehidupan yang disebut sopan santun atau tata
susila yang memungkinkan terciptanya suasana kehidupan bersama yang tertib dan
saling menghargai.
9. Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang menungkinkan manusia dapat
berkembang dan makin sempurna.Manusia memiliki pegangan hidup di dunia
maupun untuk kehidupan di akhirat, dihubungan dengan sang pencipta alam
semesta. (Sugeng, Mashudi. 2012)
F. Hubungan Antara Manusia, Masyarakat, Dan Budaya
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup tanpa berinteraksi atau berhubungan
dengan orang lain. Untuk itu, manusia harus saling berhubungan atau berinteraksi
dengan orang lain . Apabila interaksi antara manusia itu makin lama makin serius
sehingga muncul suatu kehidupan bermasyakat dan ruang lingkup yang sering disebut
sebagai masyarakat. Masyarat adalah sekelompok manusia yang terbesar dan karena
hubungan saling berinteraksi, maka masyarakat memppunyai suatu kebiasaan
tradisi,sikap, dan perasaan persatuan yang sama, pada dasarnya suatu masyarakat
mempunyai suatu budaya.
Budaya diartikan sebagai dasar dari Budi atau dasar dari akal yang berupa
cipta, karsa, dan rasa. Defini kebudayaan sangat banyak, namun semua berprinsip
sama yaitu mengakui adanya ciptaan manusia meliputi prilaku dan hasil kelakuan
manusia yang diatur oleh tata kelakuan. Selanjutnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
arti suatu budaya secara fundamental adalah kebudayaan sebagai prilaku dan budaya
diri manusia. Kebudayaan manusia bukanlah suatu hal yang hanya timbul sekali atau
bersifat sederhana. Setiap masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda
dengan masyarakat lain, kebudayaan ini dikatakan sebagai budaya apabila nilai,
norma, sikap, dan prilaku berpola dari sebagian anggota kelompok masyarakat
tertentu.
Budaya adalah milik bersama oleh karena budaya harus dipakai dalam hidup
bermasyarakat. Jadi karena kebudayaan itu bersumber dari manusia, maka tidak
ada kebudayaan tanpa manusia, tidak ada manusia tanpa kebudayaan karena
kebudayaan merupakan wujud kegiatan manusia sehingga kebudayaan itu berubah
dan berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan manusia . kebudayaan

6
sangat penting untuk dimilik setiap manusia dalam bermasyarakat, karena sikap dan
tingkah laku kita dapat mencerminkan suatu budaya pada diri kita. (Sugeng,
Mashudi. 2012)
G. Transkultural Nursing.
Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture,
trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung, sedangkan culture berarti
budaya. Menurut kamus besar bahasa indonesia; trans berarti
melintang,menembus,melintas dan melalui. Cultur berarti kebudayaan, cara
pemeliharaan, kepercayaan, nilai-nilai dan pola prilaku yang umum berlaku bagi suatu
kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti sesuatu
yang berkaitan dengan kebudayaan.Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai
pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
Transkultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya. Menurut Leininger (1991).
1. Peran Dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab
itu,penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat.
misalnya kebiasaan hidup sehari-hari,seperti tidur,makan,pekerjaan,pergaulan sosial
dan lain-lain.Kultur juga terbagi dalam subkultur. Subkultur adalah kelompok pada
suatu kultur yang tidak seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih
besar atau memberi makna yang berbeda. Nilai-nilai budaya timur,menyebabkan
sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria.dalam beberapa
keadaan,lebih mudah menerima pelayanan kesehatan dari dokter wanita dan
bidan.Hal ini menunjukkan bahwa budaya timur masih kental dengan hal-hal yang
dianggap tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan. Perawatan transkultural merupakan bidang yang relatif
baru diberfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentang
kesehatan dan hubungan dengan perawatannya.Leinenger(1991) mengatakan bahwa
taranskultural nursing merupakan suatu area kejadian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya.
Menurut Dr.Madelini Leininger,studi praktek pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahamanan atas tingkahlaku manusia dalam
kaitan dengan kesehatannya.Lininger berpendapat,kombinasi pengetahuan tentang

7
pola praktek transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin
sempurnanya pelayanan keperawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai
kultur.

2. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya


Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang memiliki
latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi situasi
ini penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki pendangan dan
interpretasi mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut
didasarkan pada keyakinan sosial-budaya klien.
Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan warisan budaya dan
tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dari
latar belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan
mendengarkan dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien.
Pengakajian tentang budaya klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan
komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik
individual, keluarga, komunitas. Tujuan engkajian budaya adalah untuk
mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan budaya ( Leininger dan MC Farland, 2002).
Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap kebudayaan klien dimulai dari
menentukan warisan kultural budaya klien, latar belakang organisasi sosial, dan
keterampilan bahasa serta menanyakan penyakit atau masalah untuk mengetahui
klie mendapatkan pengobatan rakyat secara tradisional baik secara ilmiah maupun
mesogisoreligius atau kata ramah, suci untuk mencegah dan mengatasi penyakit.
Hal ini dilakukan untuk pemenuhan komponen pengkajian budaya untuk
menyediakan informasi yang bergunadalam mengumpulkan data kebudayan klien.
Model matahari terbit dari leininger menggambarkan keberagaman budaya dalam
kehidupan sehari-hari dan membantu melaksanakan pengkajiaan budaya yang
dilakukan secara komperhensif. Model ini beranggapan bahwa nilai – nilai
pelayanan budaya, kepercayan, dan masyarakat, konteks lingkungan bahasa dan
riwayat etik atau peristiwa bersejarah dari kelompok tertentu (Potter and Perry,
Fundamental Keperawatan ed 7, 187).
Tahapan pengkajian budaya dimulai dari mengetahui perubahan demografik
populasi pad lingkungan praktik komunitas yang disebut dengan data sensus. Data

8
sensus didapatkan dari data sensus lokal dan regional serta laporan pelayanan
kesehatan. Langkah berikutnya perawta menggunakan teknik wawancara yang
terbuka, terfokus, dan kntras untuk mendorong klien menceritakan nilai-ilai,
kepercayaan, dan praktik dalam warisan budayanya( Spradley, 1979). Dalam
melaksanakan pengkajian budaya seorang perawt menjalin hubungan dengan klien
dan memiliki keterampilam dalam berkomuknikasi. Pengkajian budaya yang
komprehensif membutuhkan keterampilan, waktu hingga persiapan dan antisipasi
sangat diperlukan.
3. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan hidup yang
menjadi pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell & Paulanka, 1998 ;
Leininger, 2002).
Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk mencari
esensi. Keperawatan transkultural merupakan campuran dari antropologi dan
keperawatan dalam teori dan praktik. Antropologi mengacu pada manusia,
termasuk asal, perilaku, status sosial, fisik, mental, dan perkembangan zaman.
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan seni, maka keperawatan transkultural
memungkinkan untuk melihat profesi ini dengan perspektif yang berbeda.
Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi
komparatif dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan
dengan kepedulian akan perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta
kepercayaan mereka. Tujuannya adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan kemanusiaan untuk memberikan keperawatan dalam kebudayaan khusus dan
kebudayaan universal.
Keperawatan transkultural memerlukan kemampuan dan keterampilan untuk
menilai dan mengabalisa untuk menyusun rencana, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
Menurut Leininger (1995), keperawatan transkultural penting karena beberapa
faktor, yaitu :
1. Terjadi peningkatan imigrasi
2. Terjadi peningkatan idealitas multikultural dalam pemahaman dan
penghargaan pada perawat dan tenaga kesehatan lain
3. Peningkatan teknologi kesehatan
4. Konflik budaya yang terjadi berdampak pada interaksi budaya lain

9
5. Terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja atau berwisata kenegara lain
6. Terjadi peningkatan konflik budaya yang dihasilkan oleh praktik kesehatan
7. Adanya emansipasi wanita dan gender
8. Peningkatan permintaan untuk komunitas dan latar belakang budaya dalam
konteks lingkungan
Keperawatan transkultural adalah teori dasar sebagai panduan perawat sebagai
ketentuan dalam kompetensi keperawatan.. Keperawatan transkultural dibagi
menjadi :
a. Keperawatan transkultural dalam sejarah kesehatan. Untuk mengetahui aspek
positif dan negatif sejarah kesehatan klien, mencakup :
1) Data biografi : informasi dasar
2) Alasan : apa yang dikeluhkan oleh klien.
3) Riwayat kesehatan : sebagai penilaian dan evaluasi tentang riwayat
kesehatan klien.
4) Budaya : untuk mengantisipasi gangguan keterbatasan
budaya
5) Pengobatan saat ini : persepsi klien dan masyarakat terhadap obat
6) Sejarah : silsilah dalam keluarga dan status sosial.
b. Keperawatan transkultural dalam pemeriksaan fisik. Untuk mengidentifikasi
variasi biokultural yang dibutuhkan klien, mencakup :
1) Variasi ukuran (tinggi, proporsi, dan berat badan)
2) Variasi tanda-tanda vital (ras dan gender)
3) Variasi penampilan (tubuh secara keseluruhan)
4) Variasi kulit
5) Variasi sistem sekresi tubuh
6) Variasi wajah, mata, telinga, dan mulut
7) Variasi pleksus vena susu
8) Variasi sistem muskuloskeletal
9) Variasi penyakit
c. Beberapa model sebagai pedoman putusan, penilaian, dan tindakan keperawatan,
menurut Leininger (1991), yaitu :
1) Budaya pemeliharaan (budaya untuk memelihara nilai kepedulian)
2) Budaya negosiasi (budaya untuk beradaptasi)

10
3) Budaya penyusunan kembali (budaya untuk membantu klien untuk
mengubah gaya hidup)
d. Beberapa penilaian mengenai keperawatan transkultural, yaitu :
1) Menurut budaya
2) Model non-keperawatan
Meskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso,
1979 : Leininger, 1985a, 1985b), metode keperawatan transkultural tidak
selalu sesuai dengan teori tersebut.
3) Model keperawatan spesifik
Tujuan utamanya sebagai pengetahuan yang relevan untuk mengetahui
budaya keperawatan yang sesuai untuk masyarakat.
4) Analisis model dan alat spesifik budaya
Tripp-Reimer, Brink dan Saunders (1984) menganalisa model dan alat
dalam kebudayaan untuk menentukan perbedaan signifikan yang ada dalam
model.
5) Diagnosa keperawatan
Perawat harus memperhatikan budaya klien dalam merumuskan diagnosa
keperawatan.
6) Menurut Giger dan Davidhizar
7) Definisi keperawatan transklutural
Merupakan kompetensi yang fokus pada klien.
8) Perbedaan budaya keperawatan
9) Variasi dalam pendekatan keperawatan dibutuhkan untuk menyesuaikan
budaya.
10) Budaya individu yang unik
Masing-masing individu mempunyai budaya yang unik yang dibentuk dari
pengalaman, budaya, kepercayaan, dan norma.
11) Budaya lingkungan
Budaya dalam lingkungan sangat berpengaruh dalam proses keperawatan.
H. Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi)
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku
manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik
kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman

11
sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi
pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat
menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak
dan berbagai kultur.
Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan.
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem
pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara
yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek
pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang
berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut
budaya – budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah :

Budaya Jawa

Menurut orang Jawa , “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan
batin . Bahkan , semua itu berakar pada batin . Jika “ batin karep ragu nututi “ ,
artinya batin berkehendak , raga / badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga
berarti “ waras”. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya
sehari – hari, misalnya bekerja di ladang , sawah , selalu gairah bekerja , gairah
hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat . Dan ukuran sehat untuk anak –
anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah
main .

Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu
konsep personalistik dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit
disebabkan oleh makhluk supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang
bukan manusia ( hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang
tenung ) . Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar /
tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau
supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik
jenis penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan , keluban ,
keguna – guna , atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya .
Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.

12
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam
mengobati penyakit melalui “Japa Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh dukun
kepada pasien. Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang
mempunyai nama dan fungsi masing – masing :

1. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang


berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
2. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit
terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat.
3. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “
digawa uwong “.
4. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena
kemasukan roh halus.
5. Dukun hewan : khusus mengobati hewan
Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural
dan mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan
racun , bisa , kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas ,
angin atau udara lembab .Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “
Lumrah “ atau biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan
keselarasan , artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat
kembali . Misalnya orang sakit masuk angin , penyembuhannya dengan cara “
kerokan “ agar angin keluar kembali . Begitu pula penyakit badan dingin atau
disebut “ndrodok” ( menggigil , kedinginan ) , penyembuhannya dengan minum
jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan dihangatkan dekat
api . Di samping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan pemberian
ramuan atau “dijamoni“ .Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan
atau dedaunan yang di paur , ditumbuk , setelah itu diminum atau dioleskan
pada bagian yang sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain sebagai
pelengkap , misalnya kulit pohon randu yang sudah diberi mantera.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi


komparatif dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan
kepedulian akan perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka.
Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009) meliputi : Caring, Cultural
care, Etnosentris, Cultural imposition , Care , Diskriminasi, Cultural Shock , Cultural
pain, Cultural variation, dan Stereotyping . Pengkajian asuhan keperawatan budaya
bertujuan untuk menemukan budaya keperawatan klien, mendapatakan informasi
budaya keperawatan secara menyeluruh, mengidentifikasi daerah yang berpotensi
mengalami konflik budaya, dan mengidentifikasi perbandingan informasi keperawatan
budaya antar klien. Sedangkan komponen-komponen yang memengaruhi pengkajian
asuhan keperawatan antara lain Faktor teknologi, agama dan falsafah hidup, sosial dan
keterikatan keluarga, Nilai-nilai budaya dan gaya hidup, kebijakan dan peraturan yang
berlaku, ekonomi, dan Faktor pendidikan.
Instrument-instumen dalam pengkajian budaya meliputi Etnisitas dan religi.
Dalam budaya etnik, masyarakat biasanya menganut sesuatu yang terlalu berlebihan
dalam memeluk suatu paham, misalnya agama dan bahasa. Namun seseorang dapat juga
mengadopsi dari kebudayaan lain. Sedangkan dengan adanya religi etnisitas dapat dikaji
ulang untuk mendapatkan klasifikasi yang kongkrit. Religi juga dapat digunakan untuk
merumuskan filosofi dan sistem melalui sistem keyakinan. Pengaruh budaya terhadap
pengobatan dapat dilihat dari Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan, budaya Jawa
misalnya. Pada kepercayaan budaya Jawa ini biasanya menentukan sebab – sebab suatu
penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik dan konsep naluralistik . Dalam
konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural, makhluk yang
bukan manusia, dan manusia. Penyakit ini disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ (
tidak wajar / tidak biasa ) .

14
DAFTAR PUSTAKA

Digdoyo, E. (2015). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mashudi, S. (2012). BUKU AJAR SOSIOLOGI KEPERAWATAN KONSEP DAN APLIKASI. Jakarta: EGC.

Pratiwi, A. (2011). BUKU AJAR KEPERAWATAN TRANSKULTURAL. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

https://www.academia.edu/37940172/Transkultural_dan_globalisasi.

https://id.scribd.com/document/389320330/Globalisasi-Dalam-Perspektif-Transkultural.

15

Anda mungkin juga menyukai