Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERADABAN SUNGAI NIL (MESIR)


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran
Sejarah Peminatan

Disusun Oleh :
Kelompok 4
 Silpia Damayanti
 Amelia Putri Keysa
 Nenden Pajriah Lubis
 Rizki M. Adi Reza
 Apipudin Baehaqi

KELAS X IIS 2

MA AL-MUTHOHHAR
PLERED – PURWAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Peradaban Yunani.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Purwakarta,  November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
A. Manusia dan Peradaban.................................................................................... 3
B. Kebudayaan Sebagai Peradaban....................................................................... 5
C. Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban............................................................ 6
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat
manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang
"kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman,
berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun
dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari
istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia
dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat
istiadat, kebiasaan , kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi
yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat". Namun, dalam definisi yang paling
banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks
untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh
kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.
Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah
istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks
sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau
"biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya
(dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian yang sama,
peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa". masyarakat
yang mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki pembagian kerja; dan
kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk kota-kota. "Peradaban" dapat
juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat
pencapaian manusia dan penyebarannya (peradabanmanusia atau peradaban global).
Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia
untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti
tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya seuah
peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan
IPTEK.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.   Apa itu peradaban ?
2.   Bagaimana kebudayaan sebagai peradaban ?
3.   Apakah mungkin terjadinya peradaban universal?

C. Tujuan Penulisan
1.  Ingin mengetahui apa itu peradaban ?
2.  Ingin mengetahui bagaimana kebudayaan sebagai peradaban ?
3.  Ingin mengetahui apakah mungkin terjadinya peradaban universal?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia dan Peradaban


Manusia dan peradaban merupakan dua hal yang tidak mungkin terpisahkan.
Manusia melalui kemampuan cipta dan karya selalu melakukan karya-karya di segala
bidang kehidupan. Istilah peradaban mempunyai arti yang erat kaitannya dengan
manusia. Istilah peradaban seringkali merujuk pada suatu masyarakat yang kompleks.
Peradaban manusia bisa dilihat melalui praktik pertanian, hasil karya,
permukiman, dan berbagai pandangan manusia mengenai ilmu pengetahuan, politik,
dan kehidupan.
1.   Peradaban
Peradaban merupakan terjemahan dari kata civilization yang berasal
dari kata civil (warga kota) dan sivitas (kota; kedudukan warga kota).
Biasanya, peradaban juga disamakan dengan budaya dan kebudayaan dalam
beberapa literatur. Menurut Huntington, peradaban mewujudkan puncak-
puncak dari kebudayaan. Manusia sebenarnya sudah mencapai puncak
kebudayaan walaupun masih dalam taraf primitif.
Akan tetapi, tidak semua kebudayaan bisa mencapai tahap puncaknya.
Kadang, kebudayaan manusia terhenti dengan apa yang disebut blind eyes atau
jalan buntu. Frans Boas mengartikan peradaban sebagai keseluruhan bentuk
reaksi manusia terhadap tantangan dalam menghadapi alam sekitar, individu
ataupun kelompok.
Peradaban bisa meliputi segala aspek kehidupan manusia, seperti
budaya materiil, relasi sosial, seni, agama, dan ditambah dengan sistem moral,
gagasan, dan bahasa.
2.   Perjalanan Peradaban
Dalam perjalanan peradaban manusia, ada suatu fenomena yang harus
dihadapi, yaitu terjadinya benturan peradaban. Hutington menyebutnya
dengan istilah clash civilization. Pada zaman modern, Hutington meyakini
bahwa peradaban-peradaban yang muncul akan menimbulkan proses
benturan-benturan. Benturan itu terjadi bisa antara peradaban Barat dan
Timur. Bisa juga karena perbedaan ideologi.

3
Satu hal yang tidak boleh terjadi adalah berhenti mempelajari
peradaban manusia. Peradaban manusia harus terus dikaji atau dipelajari.
Sejarah peradaban manusia dari tiap masa tidak boleh hilang. Karena dari
belajar peradaban di masa lalu itulah, kita bisa becermin untuk
mengembangkan peradaban manusia masa mendatang.
3.   Peradaban sungai Mesir
Beberapa alasan menyebutkan bahwa peradaban kuno biasanya
tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat di daerah yang berada di sekitar
lembah sungai atau pantai. Ini karena sungai dan pantai merupakan prasarana
perhubungan dengan bangsa lain, juga sungai dan pantai merupakan sumber
kehidupan.
Peradaban sungai Mesir terletak di Lembah Sungai Nil. Bagi bangsa
Mesir sungai Nil adalah sumber kehidupan dan pusat perhubungan
antarbangsa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika peradaban Mesir
kuno sangat maju dibanding dengan bangsa lain. Beberapa fakta yang
menyebutkan bahwa mesir kuno telah memiliki kebudayaan yang tinggi, di
antaranya sebagai berikut.
a. Pemerintahan
Bangsa Mesir sudah mengenal bentuk pemerintahan kerajaan.
Adalah daerah Mesir Utara yang beribukota Memphis dengan raja Menes,
yang pertama kali menjalankan bentuk pemerintahan kerajaan ini.
b. Kepercayaan
Bangsa Mesir percaya pada dewa-dewa (polytheisme). Mereka
memuja banyak dewa, dengan Dewa Ra atau Dewa Matahari sebagai dewa
tertinggi yang dipuja oleh sebagian besar masyarakat Mesir kuno. Bangsa
Mesir juga percaya ada kehidupan baru setelah kematian. Oleh karena itu
pada pada waktu pemakaman harta benda yang meninggal akan
diikutsertakan.
c. Bangunan
Bangunan bangsa Mesir dengan kemegahan dan misteri yang
terkandung di dalamnya sampai saat ini masih bisa dinikmati dan
membawa kekaguman tersendiri bagi masyarakat modern. Salah satu
bangunan Mesir yang dimaksud tentu saja adalah Piramida. Bangunan

4
dengan bentuk limas ini dibangun sejak dinasti ketiga untuk makam raja-
raja Mesir.
d. Seni Patung
Bangsa Mesir meninggalkan seni patung yang sangat
mengagumkan dengan ukuran yang besar-besar meskipun saat itu belum
ditemukan alat-alat atau teknologi canggih seperti yang dimiliki zaman
modern seperti sekarang ini. Seni patung Mesir menggambarkan dewa
dewi maupun raja dan keluarganya. Seni patung Mesir berhubungan
dengan bangunannya.
e. Seni Lukis
Media lukis yang dipakai Bangsa Mesir kuno adalah papyrus.
Lukisan memiliki fungsi sebagai upacara pelengkap kematian atau upacara
keagamaan. Bentuk lukisan Bangsa Mesir tidak memiliki perspektif, posisi
manusia semuanya dengan posisi menyamping. Selain itu, Bangsa Mesir
pun sudah mengenal karya sastra. ini terbukti dengan ditemuannya kitab
talkin buatan Bangsa Mesir.

B.     Kebudayaan Sebagai Peradaban


Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan
di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini
merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan
daerah-daerah yang dijajahnya.
Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata
dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat
diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas
yang "elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan
musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang
yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah
musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional
dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul
anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".
5
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya
ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu
dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini,
seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang
"berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai
orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan
lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan
tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (human
nature). Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan
antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu
-berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan
interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang
mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia.
Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas
pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life),
dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan. Saat ini kebanyak
ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam
dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan
yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-
masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular
culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan
dikonsumsi oleh banyak orang.

C.    Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban


Oswald membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Menurutnya, dua hal
tersebut merupakan dua gaya hidup yang berlawanan. Oswal berpendapat bahwa
kebudayaan lebih dominan pada nilai-nilai spiritual yang menekan manusia pada
perkembangan individu di bidang mental dan moral. Sementara itu, peradaban
menurutnya, lebih mengarah kepada hal-hal bersifat material yang menekankan pada
kesejahteraan fisik dan material.
Oswald mencontohkan bahwa gaya hidup Yunani Kuno dan Romawi Kuno
sebagai peradaban. Bieren de Han berpendapat sama dengan Oswald. Ia juga
membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Menurut Bieren, peradaban adalah
6
seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknik. Kebudayaan, bagi Bieren,
lebih menekankan kepada segala sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang
lebih murni, berada di atas tujuan praktis hubungan masyarakat.

7
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya maka kami selaku penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan
yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana
setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan
sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan , kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan
kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat". Namun,
dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif
yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat
dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam
kegiatan ekonomi dan budaya.
Sedangkan Peradaban dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk
merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya
(peradaban manusia atau peradaban global/ universal). Istilah peradaban sendiri
sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan
dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan
dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor
tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.

8
DAFTAR PUSTAKA

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan


Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja
Rosdakarya
http://www.anneahira.com/manusia-dan-peradaban.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban

Anda mungkin juga menyukai