Anda di halaman 1dari 19

Makalah

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


“MANUSIA dan PERADABAN”

Diusun Oleh:

Josua Hamdani Simanjuntak (NPM 18.041.111.032)


Rivaldo Sitanggang (NPM 18.041.111.054)
Yusama Laia (NPM 18.041.111.006)
Dayu Prahmana (NPM 18.041.111.022)
Zoni Yus Batee (NPM 18.041.111.051)
Wongso Silalahi (NPM 18.041.111.049)
Aldi Gultom (NPM 18.041.111.043)
Immanuel Damanik (NPM 18.041.111.013)
Erik Silalahi (NPM 18.043.111.041)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Dalam makalah ini mengulas tentang Manusia dan
Peradaban
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan
saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan
dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Medan, November 2018

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... 1


Daftar Isi .............................................................................................................................................. 2
BAB I : Pendahuluan ............................................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Pembahasan ............................................................................................................ 4
BAB II : Pembahasan ........................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Peradaban ..................................................................................................... 5
2.2 Peradaban Klasik Kuno .................................................................................................... 6
2.3 Gugus Peradaban Dunia .................................................................................................. 6
2.4 Identitas Budaya .............................................................................................................. 7
2.5 Peradaban dan Teori System........................................................................................... 9
2.6 Masa Depan Peradaban ................................................................................................ 10
2.7 Runtuhnya Peradaban ................................................................................................... 11
2.8 Peradaban dan kritik ..................................................................................................... 14
2.9 Modernisasi ................................................................................................................... 15
Bab III : Penutupan ............................................................................................................................ 17
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………17

Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 18

2
BAB I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui
akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu
yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui
jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya melakukan sesuatu
yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat mengolah
rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.

Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena diantara
keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya.
Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya faktor
manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut.

Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat berevolusi / berubah sesuai
dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan
pada kehidupan social. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi yang
terjadi di masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari peradaban ?
2. Bagaimana Peradaban Klasik Kuno?
3. Bagaimana Gugus Peradaban Dunia?
4. Bagaimana Identitas Budaya?
5. Bagaimana Peradaban dan Teori System?
6. Bagaimana Masa Depan Peradaban?
7. Bagaimana Runtuhnya Peradaban?
8. Bagaimana Peradaban dan kritik?
9. Bagaimana Modernisasi?

3
1.3. Tujuan Pembahasan
Adapun yang tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari peradaban.
2. Untuk mengetahui Peradaban Klasik Kuno.
3. Untuk mengetahui Gugus Peradaban Dunia.
4. Untuk mengetahui Identitas Budaya.
5. Untuk mengetahui Peradaban dan Teori Sistem.
6. Untuk mengetahui Masa Depan Peradaban.
7. Untuk mengetahui Runtuhnya Peradaban.
8. Untuk mengetahui Peradaban dan kritik.
9. Untuk mengetahui Modernisasi.

4
BAB II : Pembahasan

2.1Pengertian Peradaban
Dalam Bahasa Indonesia kata “Peradaban” berasal dari kata “Adab” yang berarti
akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Seorang yang dikatakan beradab adalah
apabila dia dapat menunjukkan perilaku sopan dan mematuhi norma – norma yang berlaku
didalam kehidupannya bermasyarakat.
Dalam Bahasa Inggris istilah “Peradaban” disebut civilization yang berarti
“penyempurnaan pemikiran, tata karma, atau rasa”. (refinement of thought, manners, or
taste”) .(Webster’s , 2004 : 226 ).
“Peradaban” sering disamaartikan dengan “budaya” yang melingkupi “ kesenian,
adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan yang merupakan
cara hidup”, tatap dalam definisi yang paling banyak digunakan, istilah “Peradaban” adalah
sebuah istilah deskriptif untuk pertanian dan budaya perkotaan yang relative kompleks,
dicirikan oleh ketergantungannya pada pertanian, perdagangan jarak jauh, pemerintahan
berbentuk negara, adanya spesialisasi pekerjaan, kependudukan, dan stratifikasi kelas.
“Peradaban “ juga diartikan sebagai perilaku normative dalam konteks masyarakat,
kata ini mulai dikenal luas sejak kaisar, Justinian, pada abad ke 6, dimana cara hidup di
perkotaan dianggap lebih unggul dari cara hidup “Liar”atau “Barbar”.
Peradaban adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian atau
unsur-unsur suatu kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan indah. Dalam definisi
peradaban juga mengandung adanya perkembangan pengetahuan dan kecakapan, sehingga
orang memungkinkan memiliki tabiat ”Beradab”. Karena itu, manusia beradab salah
satunya memiliki ciri mampu mengendalikan dirinya, yakni menyangkut sopan santun,
budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Peradaban juga sering menunjuk pada
kemajuan ekonomi, teknologi, dan politik.
Albert Schweitzer, dalam The Philosophy of Civilization, menemukan dua jenis
pemikiran tentang peradaban dalam masyarakat. Pertama menyangkut peradaban yang
murni materi dan kedua menyangkut etika dan material. Ia memahami “Peradaban” sebagai
totalitas dari semua kemajuan yang dibuat oleh manusia di setiap wilayah tindakan dan dari

5
setiap sudut pandang sejauh kemajuan tersebut mendukung penyempurnaan spiritual
individu sebagai kemajuan dari semua kemajuan.

2.2Peradaban Klasik Kuno


Peradaban klasik kuno sangat dipengaruhi oleh zaman pada periode antara 600 SM
dimana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformasi, dari Cina, India, Iran,
Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban selamanya (Jasper dalam Tarnas, Richard,
1993). Julian Jaynes menhubungkannya dengan “runtuhnya pikiran bikameral”. Dimana
ide-ide bawah sadar hanya diakui sebagai subjektif, bukannya sebagai suara dari roh-roh.
William H. McNeil mengkajiya dari periode sejarah sebagai salah satu budaya di mana
kontak antara peradaban sebelumnya terpisah dengan melihat “penutupan oecumene” dan
menyebabkan perubahan sosial dipercepat dari Cina ke Mediterania, berhubungan dengan
penyebaran mata uang, kerajaan yang lebih besar dan agam-agama baru. Pandangan ini
telah diperjuangkan oleh Christopher Chase-Dunn dan ahli teori sistem dunia lainnya.

2.3Gugus Peradaban Dunia


Peradaban dunia dikelompokkan beberapa gugus yaitu perdaban Mediterania,
Perdaban Timur Tengah, Peradaban India Hindu dan Buddha, Peradaban Asia Timur, Asia
Tengah, Asia Tenggara, Kristen Barat dan perdaban Meso-Amerika.
1. Gugus Mediterania dari periode klasik meliputi peradaban Yunani Kunno dan
peradaban Hellenic, peradaban Phoenicia, Kekaisaran Romawi , Hlyria serta peradaban
Ltene Celtene Celtic.
2. Gugus Timur Tengah meliputi perdaban Persia sejak Achaemenids. Kedua Bait
Yudaisme, peradaban Phoenix, dan peradaban Islam.
3. Gugus India Hindu dan Buddha meliputi peradaban Pos-Maurya India, Kemaharajaan
Gupta di India Utara, Kerajaan Chola di India Selatan, dan peradaban Ceylon kuno.
4. Gugus Asia Tenggara meliputi peradaban Funan dan Chen-la, Angkor Kamboja,
Sriwijaya, Singahasari, Majapahit serta Peradaban Burma, Thai dan Laos.

6
5. Gugus Asia Tengah meliputi peradaban Tibet, Turki, dan Mongol. Sedangkan peradaban
Eropa meliputi peradaban Georgia dan Armenia, peradaban Kristen Barat, Byzantium,
Kristen Ortodoks Timur dan perdaban Russian.
6. Gugus Meso-Amerika meliputi; peradaban Aztec dan peradaban Maya. Karena
perjalanan penemuan oleh penjelajah Eropa-15 dan abad ke-16 terjadi perkembangan lain
di Eropa. Bentuk pemerintahan, industri, perdagangan dan budaya telah menyebar dari
Eropa Barat, ke Amerika, Afrika Selatan, Australia, dan melalui kerjaan kolonial, keseluruh
planet bumi. Hal terrsebut akan mengarahkan pemikiran bahwa kita semua adalah bagian
dari sebuah planet industrialisasi peradaban dunia dan bahasa, kecuali beberapa masyarakat
yang tidak terubungi.

2.4Identitas Budaya
“Peradaban” dapat juga menggambarkan identitas budaya dari suatu masyarakat
yang kompleks. Setiap masyarakat, baik yang dikatakan beradab maupun yang tidak
beradab, memiliki ide yang spesifik, adat istiadat, item tertentu dan seni, yang membuatnya
unik. Dalam hal seperti ini, peradaban lebih rumit dari budaya. Sastra, seni profesional,
arsitektur, agama, adat istiadat dan kompleks terkait dengan para elite termasuk dalam
peradaban ini. Untuk memiliki lebih banyak, dan memperluas sarana yang digunakan untuk
melaksanakannya, peradaban senantiasa menyebar.
Namun sampai hari ini (2009), beberapa suku atau orang-orang tetap tidak beradab.
Budayanya disebut oleh beberapa orang sebagai budaya “primitif” walaupun bagi sebagian
orang istilah “primitif” ini mengandung arti merendahkan.
Istilah “primitif” berasal dari bahasa latin “primus” yang berarti budaya “pertama”.
Sebagai ganti istilah “primitif” banyak antropologi menggunakan istilah “non-melek” (buta
huruf) untuk mengambarkan orang–orang seperti ini. ( Wikipedia free encyclopedia, 27
September 2009).
Dunia beradab menyebar dengan invasi, konversi, keagamaan, perpanjangan
birokerasi control dan perdagangan, serta dengan memperkenalkan pertanian dan budaya
menulis untuk orang-orang buta huruf yang dianggap tidak beradab. Beberapa orang

7
mungkin rela beradaptasi dengan perilaku beradab, tetapi peradaban juga disebarkan
dengan kekerasan: jika kelompok “non-melek (buta huruf) tidak ingin melaksanakan
pertanian atau menerima agama tertentu, sering dipaksa untuk berbuat yang demikian oleh
orang-orang yang beradab, dan biasanya mereka berhasil karena memiliki teknologi yang
lebih maju.
Orang-orang mengangap dirinya beradab sering menggunakan agama untuk
membenarkan tindakannya, misalnya dengan mengklaim bahwa orang yang tidak beradab
adalah “primitif,” liar, biadab, atau sejenisnya, yang harus ditundukan oleh peradaban.
Budaya rumit yang berkaitan dengan peradaban cendrung menyebar dan
mempengaruhi budaya-budaya lain, kadang-kadang berasimilasi kedalam peradaban
(contoh Jepang, Vietnam, dan negara-negara tetangga). Banyak peradaban yang benar-
benar besar yang melingkupi banyak negara dan wilayah. Identitas budaya paling luas dari
orang tersebut adalah peradaban dimana dia hidup. Etiologi peradaban adalah bahasa Latin
atau Romawi. Didefenisikan sebagai penerapan keadilan dengan “sipil,” tetapi juga
meneliti dan merenungkan peradaban Yahudi atau Ibrani.
Peradaban Ibrani tidak didefenisikan sebagai ekspresi atau peluasan dari jebakan
subjektif dan budaya masyarakat , melainkan sebagai masyarakat manusia dan budaya
menjadi ekspresi objektif tambatan moral atau etika seperti yang diketahui, dipahami dan
diterapkan sesuai dengan “ajaran Musa” (Mosaic Covenant).
Suatu peradaban “manusia” akan menjadi ekspresi dan perluasan dua pilar
“peradaban” paling dasar yaitu bobot kejujuran yang distandarisasi dan ukuran-ukuran
moral dan konstitusi kesehatan. Segala sesuatu yang lain, apakah teknologi, ilmu
pengetahuan, seni, musik, dll, adalah dengan definisi ini dianggap sebagai komentar.
Memang, untuk tingkat wilayah permukaan masyarakat manusia, yaitu, kebudayaan
adalah “beradab,” adalah tingkat medan internal (karakteristik, keperibadian, atau subtansi)
dari orang-orang dan kepemimpinan yang harus juga “di inokulasikan” (inoculated) dan
ditanamkan dengan landasan moral. (Wikipedia free encyclopedia, 27 September 2009).
Sementara masyarakat lain menjadi beradab dengan budaya, orang Yahudi telah
beradab dengan standar “kesopanan” Bibel, sementara sebagian besar sentimen Roma
terfokus pada upaya memproleh keadilan yang dilakukan dengan cara “sipil”. Pada

8
prinsipnya Alkitab Ibrani atau pendekatan terhadap keadilan orang Yahudi, tidak pernah
terbatas pada subjektifitas atau sekedar penampilan, tetapi yang lebih penting, keadilan
harus didasarkan atas prinsip-prinsip objektif. “Pada akhirnya, tidak ada kebenaran atau
“peradaban” abadi bagi setiap manusia dalam ketiadaan moral yang tenang “( Ultimately,
there is no true or lasting “civility” for any man in the absence of moral composure).
Banyak sejarawan telah berpokus pada lingkup budaya yang luas ini dan
memperlakukan peradaban sebagai unit tunggal. Salah satu contohnya adalah pada awal
abad kedua puluh filsuf Oswal Spengler, 1911, meskipun menggunakan kata Jerman
“Kultur.” “Cultur” untuk yang kita sebut “ peradaban” baru dengan potensi budaya baru
yang terbentuk di sekitar dan menarik simbol budaya baru.
Konsep “keterpaduan budaya” (unifed culture) tentang peradaban ini juga
mempengaruhi teori-teori sejawan Arnold J. Toynbee pada pertengahan abad kedua puluh.
Toynbee dalam bukunya, A study of History, mengeksplorasikan proses peradaban yang
menjajaki perkembangan dan merosotnya peradaban di berbagai wilayah dunia. Menurut
Toynbee peradaban umumnya merosot dan jatuh, karena kegagalan suatu “minoritas
kreatif” melalui kemerosotan moral atau keagamaan dari pada disebabkan ekonomi atau
lingkungan.

2.5Peradaban dan Teori System


Dengan mengunakan teori sistem, kelompok teoritisi lain melihat peradaban sebagai
suatu sustem yang kompleks, yaitu sebuah kerangka dimana sekelompok objek yang dapat
dianalisis bekerja sama untuk menghasilkan beberapa hasil. Peradaban dapat dilihat sebagai
jaringan kota-kota yang muncul dari budaya pra-perkotaa, dan didefenisikan oleh ekonomi,
politik, militer, diplomatik, dan budaya interaksi di antara mereka. Setiap organisasi adalah
suatu sistem sosila kompleks, dan peradaban adalah sebuah organisasi besar.
Ahli perkotaan “ (Urbanist), Jane Jacobs mendefinisikan kota sebagai mesin
ekonomi yang bekerja untuk menciptakan jaringan besar masyarakat. Menurut
pendapatnya, proses utama yang menciptakan jaringan kota tersebut adalah “pemindahan
imfor” (“imfort repleacement”), proses di mana “kelengkapan” kota-kota mulai

9
menggantikan barang dan jasa yang sebelumnya di impor dari kota-kota yang lebih maju.
Perpindahan impor berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi dikota-kota pinggiran
tersebut dan memungkinkan kota mengekspor barang-barang mereka ke kota-kota yang
kurang berkembang didaerah-daerah pedalaman untuk menciptakan jaringan ekonomi baru.
Mereka mengekplorasi pembangunan ekonomi diseluruh jaringan luas, bukan
memperlakukan setiap masyarakat sebagai lingkup budaya yang terisolasi.
Ahli teori sistem melihat banyak jenis hubungan antara kota-kota, termasuk
hubungan ekonomi, pertukaran budaya, dan politik atau diplomasi atau hubungan militer.
Lingkaran ini sering terjadi pada sekala yang berbeda. Sebagai contoh , sampai abad ke 19,
jaringan perdagangan jauh lebih besar daripada jaringan lingkup budaya atau politik. Rute
perdagangan yang luas, termasuk Sutra melalui Asia Tengah dan Samudra Hindia
menghubungkan rute laut Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Persia, India, dan Cina, yang
juga didirikan 2000 tahun yang lalu. Ketika itu, peradaban tersebut hampir sama dengan
politik, diplomatic, militer atau hubungan budaya. Hal ini merupakan bukti pertama seperti
perdagangan jarak jauh dalam dunia kuno. Selama fase Uruk, Guillermo Algaze (2004)
berpendapat bahwa hubungan perdagangan yang menghubungkan Mesir, Mesopotamia,
Iran, dan Afganistan). Resin ditemukan kemudian di makam-makam kerajaan Ur yang
diperkirakan diperdagangkan dari Mozambik ke utara. (Wikipedia free encyclopedia , 27
September 2009).

2.6Masa Depan Peradaban


Ilmuan politik Samuel P. Huntington mendefenisikan peradaban sebagai budaya
tertinggi kelompok masyarakat dan tingkat terluas dari identitas budaya yang membedakan
manusia dan spesies lain.”(the highest cultural grouping of people and the broadest levelof
cultural identity people have short of that which distinguishes humans from other species).
Ia mengemukakan wacana benturan peradaban” yang akan terjadi pada abd ke – 21.
Menurut pendapatnya, konflik antara peradaban akan menggantikan konflik antara Negara
– bangsa dan konflik ideologi yang menjadi ciri abad ke 19 dan abad ke – 20. (Huntington,
dalam Simon & Schuster,1996).

10
Saat ini, peradaban dunia berada dalam tahap yang telah menciptakan apa yang
dapat digolongkan sebagai sebuah masyarakat industri, menggantikan masyarakat agraris
yang mendahuluinya. Beberapa futuris percaya bahwa peradaban sedang mengalami
transformasi lain dan bahwa masyarakat dunia akan menjadi masyarakat informasi.
Beberapa ilmuan lingkungann melihat dunia memasuki fase peradaban Planetary,
yang dicirikan oleh pergeseran bebas dari terputusnya Negara – bangsa dalam
meningkatkan konektivitasnya dunia global dan lembaga – lembaga diseluruh dunia,
tantangan lingkungan, system ekonomi dan kesadaran. (Orion, 2008).
Untuk lebih memahami apa yang dimaksudkannya Planetary Fase peradaban dapat
dilihat dalam konteks penurunan dalam sumber daya alam dan meningkatnya konsumsi.
Skenario kelompok global yang menggunakan scenario analisis untuk sampai pada tiga
pola dasar berjangka yaitu :
1. Barvarisasi meningkatnya konflik baik dunia menyelesaikan merosotnya (breaking
down) benteng masyarakat.
2. Konvensional semesta alam, dimna kekuatan – kekuatan pasar atau reformasi kebijakan
perlahan – perlahan mengendapkan endapan praktek yang lebih berkelanjutan dan.
3. Konvensional semesta alam, dimna kekuatan – kekuatan pasar atau reformasi kebijakan
perlahan – perlahan mengendapkan endapan praktek yang lebih berkelanjutan dan.

Skala Kardashev mengklasifikasikan peradaban berdasarkan tingkat kemajuan


teknologi, terutama diukur oleh jumlah energi yang mampu dimanfaatkan dan membuat
ketentuan bagi peradaban yang jauh lebih berteknologi maju dari pada yang diketahui saat
ini.
2.7Runtuhnya Peradaban
Peradaban tidak selalu langgeng dan maju atau meningkat dari waktu kewaktu .
Dalam sejarah dunia sering terjadi suatu peradaban besar runtuh dan diganti peradaban baru
yang dimulai lagi dari awal, khususnya peradaban yang bersifat materil. Banyak pendapat
yang telah dianjurkan tentang keruntuhan peradaban. Edward Gibbon dalam The Decline
End Fall Of Roman Empire, mulai tertarik pada tema keruntuhan peradaban yang mulai

11
antara periode Klasik Yunani Kuno dari Roma, sampai abad pertengahan dan masa
Renaissance.(Artsi,2001).
Gibbon berpendapat bahwa keruntuhan Roma adalah wajar dan tidak terelakkan
karena efek kebesarannya yang tidak wajar. Menurut pendapatnya, kemakmuran
mematangkan prinsip pembusukan. Kehancuran disebabkan tingkat penaklukan. Setelah
kekalahan menghapus semua dukungan artificial. Roma menyerah kepada tekanan
beratnya sendiri . Hal ini cukup mengejutkan karena peradan tersebut telah subsisted begitu
lama. (“Gibbon, 2nded. Vol 4. Ed. 4). Gibbon menyatakan bahwa tindakan akhir
keruntuhan roma adalah jatuhnya konstantinopel ke Turki Ustmani pada tahun 1453
Masehi.
Berbeda dengan Gibbon. Oswald Spengler, dalam “Decline of the west” menolak
devisi kronologis Petrarch dan mengatakan bahwa pertumbuhan budaya berkembang
kearah peradaban imperialistis yang akhirnya runtuh dan diganti dengan bentuk - bentuk
pemerintahan demokratis.
Dari sisi pandang sejarah, Arnold J. Toynbee dalam “A Study of History”
berpendapat bahwa penyebab runtuhnya sebuah peradaban terjadi karena seorang elite
budaya menjadi parasite elit, dan menyebabkan munculnya proletariat – proletariat internal
dan eksternal.
Berbeda dengan Toynbe, Joseph Tainter dalam The Collapse of Complex Societies
mengaitkan bahwa ada hal – hal yang semakin mengurangi kompleksitasnya karena sebagai
Negara yang mencapai kompleksitas maksimum, akan runtuh jika secara uktual
peningkatan selanjutnya menghasilkan nilai yang negative. Tainter mengatakan bahwa
Roma mencapai angka ini apda abad ke 2 Masehi.
Jared Diamond dalam bukunya “Collapse : How Societies Choose to Fail or
Succeed menunjukkan lima alasan utama keruntuhan 41 studi budaya yaitu: (1) kerusakan
lingkungan, seperti pengundulann hutan dan erosi tanah, (2) perubahan iklim, (3 )
ketergantungan pada perdagangan jarak jauh untuk memerlukan sumber daya, (4) semakin
tingginya tingkat kekerasan internal dan eksternal, perang atau inovasi dan (5)
ketikperdulian masyarakat pada masalah – masalah linkungan.

12
Turchin dalam Historical Dynamiics dan Andrey Korotayev et al. dalam
Introduction to Social Macrodynamics, Seculer Cycles, and Millenial Trends berpendapat
bahwa sejumlah model matematika agrarian menggambarkan runtuhnya peradaban.
Sebagai contoh, model logika dasar “fiscal- demografis” Turchin yang diuraikan sebagai
berikut : selama fase awal dari siklus sociodemographic kita mengamati tingkat produksi
dan komsi yang relative tinggi per kapita, yang bukan hanya mengarah untuk tingkat
pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, tetapi juga relatif tingginya tingkat surplus
produksi. Pada tahap ini penduduk mampu membayar pajak, mengumpulkan aneka pajak
sangat mudah, dan pertumbuhan penduduk disertai dengan pertumbuhan pendapatan
Negara.
Selama fase menengah, peningkatan populasi yang berebih menyebabkan
penurunan dan tingkat konsumsi perkapita yang menyebabkan pemungutan pajak menjadi
lebih sulit sementara penerimaan Negara berhenti berkembang sedangkan pengeluaran
Negara bertambah akibat pertumbuhan penduduk yang dikendalikan Negara. Sebagai
hasilnya, selama fase ini Negara mulai mengalami masalah fiscal yang cukup besar. Pada
tahap akhir pra- keruntuhan kelebihan populasi menyebabkan penurunan lebih lanjut per
kapita, surplus produksi semakin berkurang, pendapatan Negara menyusut, sementara
Negara membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mengendalikan pertumbuhan
penduduk. Akhirnya keadaan mengarah pada kelaparan, wabah, kerusakan Negara, dan
demografis dan peradaban runtuh. (Turchin, 2003:121-127).
Beda pendapat Turchin, Heater dalam The Fall of t he Roman Empire: A New
History of Rome and the Barbarians berpendapat bahwa peradaban tidak berakhir karena
alasan moral atau ekonomi, tetapi karena kontak berabad – abad dengan barbar diseberang
perbatasan yang menghasilkan musuh sendiri dengan membuat mereka jauh lebih canggih
dan lawan yang berbahaya. Fakta bahwa Roma membutuhkan pendapatan lebih besar
untuk membekali dan memperlengkapi tentara yang berung kali kalah di
lapangan,menyebabkan kemunduran kekaisaran. Meskipun argument ini adalah khusus
untuk roma , dapat juga diterapkan pada Kekaisaran Asiatic, Mesir, pada dinasi Han dan
Tang di Cina , kepada kaum muslim kekhalifahan Bani Abbasiyah, dan lain – lain .

13
Perkins, dalam bukunya The Fall of Romae the End of Cifilization menunjukkan
kengerian yang sebenarnya berkaitan dengan runtuhnya sebuah peradaban bagi orang –
orang yang menderita akibat – akibatnya. Runtuhnya masyarakat yang kompleks berarti
bahwa “saluran” (plumbing) dasar menghilang dari benua selama 1.000 tahun, serupa
dengan runtuhnya “abad kegelapan”(Dark Age) yang dilihat dari runtuhnya zaman
perunggu akhir di Mediterania Timur, keruntuhan Maya, di Pulau Paskah dan ditempat lain.
Sehubungan dengan kebudayaan Maya di Amerika . Arthur Demarest dalam Acient
Maya: The Rise and Fall of a Rainforest Civilization berargumentasi dengan menggunakan
perspektif bukti holistic terbaru dari arkeologi, paleoecology, dan epigrafi, bahwa tidak ada
satu penjelasan yang cukup tetapi serangkaian erratic, berupa kompleks peristiwa,
hilangnya kesuburan tanah, kekeringan dan meningkatnya tingkat kekerasan internal dan
eksternal menyebabkan diintegrasi kerajaan – kerajaan Maya yang memulai spiral
kemunduran dan kehancuran.
Bukti sejarah menunjukkan bahwa peradaban masa lalu cenderung berlebihan
mengeksploitasi hutan mereka, dan penyalahgunaan sumber daya penting telah menjadi
faktor signifikan dalam penurunan mengeksploitasi masyarakat secara berlebihan.
Thomas,Homer-Dixon dalam The Upside of Down: Catasrophe, Creativity, and the
Renewal of Civilization, menganggap bahwa penurunan laba atas investasi energi. Energi
yang dikeluarkan untuk menghasilkan rasio energi merupakan pusat untuk membatasi
kelangsungan hidup peradaban . Tingkat kompleksitas social yang berhubungan erat
dengan pendapatnya, dengan jumlah energi lingkungan sekali pakai, memungkinkan sistem
ekonomi dan teknologi. Bila jumlah ini dikurangi peradaban harus mengakses sumber –
sumber energi baru atau mereka akan runtuh. ( When this amount decreases civilizations
either have to acces new energy sources or they will collapse).

2.8Peradaban dan kritik


Dengan berbagai alasan, peradapan telah dikritik dari berbagai sudut pandang .
Beberapa kritikus berkeberatan dengan semua aspek peradapan. Kritikus lainya
berpendapat bahwa peradaban membawa campuran yang baik dan yang buruk. Beberapa
tokoh lingkungan seperti Derrick Jensen (2006) mengkritik peradapan yang

14
mengeksploitasi lingkungan. Hienberg (2007) menyorotinya dari sisi pertanian intensif dan
petumbuhan perkotaan. Ia berpendapat bahwa pertanian intensif dan petumbuhan perkotaan
cenderung menghancurkan pengaturan peradapan dan habitat alami, serta menguras sumber
daya dimana dia bergantung (depends). (‘‘culture”.Wiktiory.25 Agustus 2007). Budaya
seperti ini disebutnya seperti “budaya Dominator”para pendukung bacaan ini percaya
bahwa massyarakat tradisional ini hidup dalam harmoni lebih besar dengan alam daripada
masyarakan dalam perdaban. Orang lebih bekerja dengan alam dari pada berusaha untuk
menaklukkannya. Gerakan hidup berkelanjutan adalah dorongna dari pada beberapa
anggota untuk mendapatkan kembali peradapan yang selaras dengan alam.
Peradaban bertentangan dengan filsafat primitivisme. Peradaban menuduh kaum
primitif membatasi potensi manusia, menindas yang lemah, dan merusak lingkungan.
Sementara paham praktivisme ingin kembali secara hidup yang lebih primitif, yang mereka
anggap sebagai yang terbaik bagi alam dan manusia. Pendukung termuka adalah Jhon
Zerzhan dan Derrick Jensen, sedangkan yang mengkritisi adalah Roger Sandall.
Tidak semua kritisi masa lalu dan perdaban masa kini percaya bahwa cara hidup
primitif adalah lebih baik. Karl Marx,berpendapat bahwa awal peradapan adalah awal dari
penindasan dan eksploitasi ,tetapi dia percaya bahwa hal-hal ini pada akhirnya akan teratasi
dengan mendirikan komunisme diseluruh dunia. Dia membayangkan komunisme diseluruh
dunia. Dia membayangkan komunisme bukan sebagai ideal kembali kemasa lalu, tetapi
sebagai sebuah pendapat tahap baru .
Mengingat saat ini masalah peradaban dihubungkan dengan industri berkelanjutan,
Derrick Jensen, yang memposisikan peradaban menjadi inheren yang tidak berkelanjutan,
berpendapat bahwa kita perlu mengembangkan bentuk sosial “Pasca-Peradapan “ sebagai
peradapan yang berbeda dari peradaban masa lalu dengan masyarakatnya yang pra-beradap.

2.9Modernisasi
Kata modern berasal dari bahasa latin modo, modernus yang berarti “sekarang”( just
now ). Dalam bahasaa prancis disebut moderne , kata ini memberikan juga pengertian
tentng karakteristik yang terjadi padaa masaa kini ataau kesekarangan, dan bukan yang
lama atau kuno. Dalam pengertian lebih jauh kata modern juga dapat diartikan “siap

15
dipakai” (up to date) Modernisme sering dilawankan dengan tradisi, menjadi modern
adalah merubah tradisi ( to be modern is to breaks tradision) dan meninggalkan masa
lampau” ( break to be the past ), berarti meninggalkan cara-cara hidup masa lalu dan
berusaha mencari kesadaraan baru dengan bentuk bentuk ekspresif. (Silverman,1990 : 2 )
Pemikiran bahwa manusia dapat menginterpretasi alam ( Bacon ) atau penemuan
jagat raya melalui intrument (Galleo ), dan berpendapat bahwa manusia dapaat membentuk
dan mengontrol kembali dunia melalui ilmu, merayakan pandangan dunia modern. Proyek
modernitas dibangun pada abaat ke-18 ole para filsuf pencerahan dalam usaha mereka
untuk memperoleh pengetahuan obyektif, moraltas, hukum universal dan otonomi seni.
Filsuf seperti Condercet ingin menciptakaan budaya khusus untuk memperkaya akumulasi
kehidupan ini. Tetapi yang terjadi dilapangan adalah kehidupan yang kontraks dengan
hrapaan-harapan ideal tokoh abad pencerhan tersebut.Secara teratur domain-domain
modernitas ini kemudian melembaga. Ilmu, moralitas dan seni dalam gagasaan modernitas
ini telah menjadi domain otonom yang terpisah dari kehidupa sehari hari. Struktur-struktur
dari kognitif-instrumental, moral–praktris dan rasionalitas estetika-ekspresif telah berada
dicengkraman para ahli-ahli khusus (Madan Sarup :1988 :130).
Dalam bidag antropologi, Kuntjaraningrat (1990-140-141) menjelaskan modernisasi
sebagai “usaha untuk hidup sesuai dengan jaman dan konsetelasi dunia sekarang”. Antony
D.Smith (1973 :62) dalam Indra Siswarini (2006:11 ) mengemukakan bahwa medrnisasi(
modernization ) adalah a conscius set of plant and polices for change a particular society in
the direction of contemporary societies which the leaderthing are more advance in certain
respect. Modernisasi adalah proses yang dilandasi seperangkat rencana untuk mengubah
masyarakat kearah kehidupan masa kini yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya.

16
Bab III : Penutupan
3.1 Kesimpulan
Peradaban merupakan organisasi sosial manusia, kelanjutan dari proses tamaddun
(semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling), merupakan keseluruhan
kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku, atau
agama, yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan sendirinya.
Manusia sebagai makhluk beradab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi untuk
berlaku sopan, berahlak dan berbudi pekerti yang luhur menuju pada prilaku pada manusia.
Pengaruh besar kemajuan jaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
proses evolusi kebudayaan manusia yang sudah sampai pada taraf kompleksitasnya.
peradaban manusia mengalami dinamika (perubahan dan perkembangan). Perubahan itu
menuju pada kemajuan, apalagi di era global dewasa ini. Perubahan yang terjadi demikian
pesatnya. Peradaban dunia berada dalam tahap yang telah menciptakan apa yang dapat
digolongkan sebagai sebuah masyarakat industri, menggantikan masyarakat agraris yang
mendahuluinya. Beberapa futuris percaya bahwa peradaban sedang mengalami
transformasi lain dan bahwa masyarakat dunia akan menjadi masyarakat informasi dan
modernisasi adalah proses yang dilandasi seperangkat rencana untuk mengubah masyarakat
kearah kehidupan masa kini yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya.

17
Daftar Pustaka
Tambunan, Ramli. 2018 Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan

https://pengertian-secara-umum.blogspot.com/2017/11/pengertian-peradaban-secara-
umum.html

Abdulkadir, Muhammad. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung : PT Citra Aditya
Bakti.

Muntahhari, Murtadha. 2002. Manusia, Dan Alam Semesta. Jakarta: Lentera Basritama.

Ranchman, Budhy Munawar. 2011. Membaca Nurcholish Madjid Islam Dan Pluralisme.
Jakarta: Democracy Project.

http://ompuworo.blogspot.in/2013/07/makalah-manusia-dan-peradaban.html/.

http://oktavianipratama.wordpress.com/about/.

http://pendidikan-emaagustina.blogspot.com/2011/04/manusia-dan-peradaban.html.

18

Anda mungkin juga menyukai