Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGANTAR SOSIOLOGI

"Unsur kemasyarakatan dan Kebudayaan"

Oleh :
Kelompok 5

Nama :
- Alvaro Andrew
- Nurrahmawati. I (15816599)
- Tanya Apriska Putri (17816298)
- Rahmat Abdillah

Kelas : 1MA03

Dosen Pembimbing : Dr. Nuriyati Samatan

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
2016

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah“Kebudayaan dan Masyarakat”,. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang kebudayaan dan
masyarakat yang diperlukan dalam suatu harapan dapat menambah wawasan pembaca
khususnya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Pengantar Sosiologi”.
Dalam proses pendalaman materi ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen
Pengantar Sosiologi yaitu Ibu Nuriyati Samantan dan rekan rekan mahasiswa yang telah
mendukung kami. kami sadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan,
maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Depok, 20 Oktober 2016

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A.   Latar belakang....................................................................................1
B.   Rumus masalah..................................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah...............................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A.  Definisi Kebudayaan dan Masyarakat...............................................2
A.1. Kebudayaan...........................................................................2
A.2. Masyarakat............................................................................2
B.   Unsur-unsur dan komponen Kebudayaan..........................................3
B.1. Unsur-Unsur Kebudayaan ....................................................3
B.2. Unsur-Unsur Kebudayaan Menurut
Koentjaraningrat...........................................................................3
B.3. Komponen-Komponen Kebudayaan.....................................3
B.3.1. Kebudayaan material..............................................3
B.3.2.Kebudayaan nonmaterial.........................................3
C.     Fungsi dan Kebudayaan Bagi Masyarakat.......................................3
D. Proses pembentukan kebudayaan......................................................7
D.1. Tinjauan Antropologis Terhadap Pembentukan
Budaya............................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern ini, banyak sekali perbincangan tentang kebudayaan dan hubungan
kebudayaan dengan masyarakat. Setiap saat kita melihat , mempergunakan, dan terkadang
merusak atau melakukan tindakan yang dapat menghilangkan budaya. Namun apakah kita
tahu apa itu kebudayaan ? apakah kebudayaan tersebut penting bagi kehidupan.
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan secara teliti dipelajari oleh antropologi
budaya. Akan tetapi walaupun demikian, seorang yang memperdalam tentang sosiologi perlu
memusatkan perhatiannya terhadap kebudayaan, karena kebudayaan berhubungan erat
dengan masyarakat.
Masyarakat adalah yang hidup bersama dan yang menghasilkan kebudayaan. Dengan
demikian, tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Walaupun secara teoritas
dan untuk kepentingan analistis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan dipelajari
secara terpisah.
Seorang ahli antropologi terkemuka yaitu  Koentjaraningrat mengemukakan teorinya tentang
Kebudayaan dan masyarakat.
B.   Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep kebudayaan menurut Koentjaraningrat?
2. Bagaimana Proses terbentuknya kebudayaan?
3. Apa saja Unsur-Unsur Kebudayaan dan Masyarakat?

C.    Tujuan pembuatan makalah


1. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan kebudayaan dan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Kebudayaan dan Masyarakat

A.1. Kebudayaan
Secara harfiah, istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu dapat diartikan hal-
hal yang bersangkutan dengan budi dan akal (Koentjaraningrat, 1994:9). Mempertegas
pendapatnya, Koentjaraningrat (1990:181) mengemukakan adanya sarjana lain yang
mengupas kata budaya sebagai perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya
dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Demikianlah budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa itu. Akhirnya Koentjaraningrat
mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. (Koentjaraningrat 2000:191)
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan
mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala suatu yang dipelajari dari pola prilaku yang
normative. Artinya mencakup segala cara berpikir.
Ada suatu kesalahan umum yang terdapat dalam masyarakat yang beranggapan bahwa ada
masyarakat yang memiliki kebudayaan sedangkan yang lain tidak. Secara sosiologis semua
manusia dewasa yang normal pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan bisa diartikan sebagai
keseluruhan tingkah laku dan kepercayaan yang dipelajari yang merupakan ciri anggota suatu
masyarakat tertentu. Kata kunci dari definisi diatas adalah dipelajari, yang membedakan
antara kebudayaan dengan tindak tanduk yang merupakan warisan biologis manusia.

Pengertian kebudayaan menurut dari beberapa pendapat:


Kebudayaan adalah peradaban yang mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman.
dan perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat. (Taylor, 1981)
A. Menurut Koentjoroningrat (1980)
Budaya berasal dari kata BUDHAYAH yang berasal dari kata budhi yang berati budi atau
akal. Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kata budaya berati
perkembangan majemuk dari budi dan daya. Jadi kebudayan adalah hasil cipta rasa dan karsa

B. Menurut Sidi Gozaila


Kebudayaan dalah cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan dari golongan manusia yang membentuk satu kehidupan sosial dalam ruang dan
waktu

C. Menurut Ki Hajar Dewantara


Terdapat 2 pengertian mengenai kebudayaan:
a.) Kebudayaan adalah buah budi manusia
b.)Kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yakni
alam dan jaman (kodrat dan manusia) dalam perjuangan mana terbukti kejayaan hidup
manusia

D. Menurut Iris Beaber dan Linda Beaner


Kebudayaan sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, dibagi, atau
yang dipertukarkan oleh sekelompok orang

E. Menurut Larry A. Samovar & Richard E. Porter


Kebudayaan berarti sebagai simpanan akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, nilai, sikap,
makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep yang luas dan obyek
material atau kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu
generasi

F. Menurut Gudykunt dan Kim (1992)


Sistem pengetahuan yang dipertukarkan oleh sejumlah orang dalam kelompok yang besar

G. Menurut Edward T. Hall (1981)


Kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan

H. Menurut M.J Herkovits & Bronislaw Malinowski


Cultural Determinism yang berarti bahwa segala sesutu yang terdapat di dalam masyarakat
ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

A.2. Masyarakat
Definisi masyarakat dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi oleh Koentjaraningrat. “
Masyarakat dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socious ,
yang berarti kawan . Istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab Syaraka yang
berarti ikut serta, berpartisipasi . ” ( koentjaraningrat : 1981 : Hal 144).
“Definisi masyarakat secara khusus dapat kita rumuskan sebagai berikut : Masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu , dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama . ” ( koentjaraningrat :
1981 : Hal 146-147).
Kita memang tidak boleh terlalu termakan oleh Altrulisme karena Altrulisme ini bisa bersifat
positif dan negatif. Kolektiva itu penting jika itu baik. Contohnya saat Altrulisme bersifat
negatif kasus terorisme , sedangkan yang baik contohnya kolektiva yang terbangun di dalam
gen atau kekerabatan.
Masyarakat bisa dikatakan sebagai suatu bentuk komunitas karena orang yang sama
berkumpul di luar sistem ( Victor Turner). “Adanya prasarana untuk berinteraksi memang
menyebabkan bahwa warga dari suatu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi.”
( koentjaraningrat : 1981 : Hal 144).

B. Unsur-unsur dan komponen Kebudayaan

B.1. Unsur-Unsur Kebudayaan


Ada 7 Unsur Kebudayaan, yang disebut sebagai Unsur-Unsur Kebudayaan Universal
Clyde Kluckhohn, menyebutkan 7 unsur kebudayaan yaitu:
1.Sistem Pencaharian Hidup
2.Sistem Peralatan dan Teknologi
3.Sistem Organisasi Kemasyarakatan
4.Sistem Pengetahuan
5.Bahasa
6.Kesenian
7.Sistem Religi dan Upacara Keagamaa

B.2. Unsur-Unsur Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat


Sedangkan 7 unsur kebudayaan universal yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat adalah:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem mata pencaharian
4. Organisasi sosial
5. Sistem peralatan hidup dan teknologi
6. Kesenian
7. Sistem religi
Ketujuh Unsur Kebudayaan tersebut, dikatakan sebagai Unsur-Unsur Kebudayaan Universal
karena dapat dijumpai pada setiap kebudayaan manapun di seluruh dunia, baik dalam
masyarakat pedesaan maupun masyarakat kota besar.

Unsur-Unsur Kebudayaan Universal dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai
bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia
dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.

Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa
yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu.
Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara
membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun,
keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran
suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan
tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi
perkembangan bahasa sering terjadi.

2. Sistem pengetahuan 

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya

Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem
pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan
kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah,
saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya
didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang
bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus
mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut.
Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan
bintang di langit

Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui
dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu,
manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan
mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu
mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda,
dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia
memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:

a. alam sekitarnya;

b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;

c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;

d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;

e. tubuh manusia;

f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;

g. ruang dan waktu.

3. Sistem mata pencaharian 

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara
mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain

a. berburu dan meramu;

b. beternak;

c. bercocok tanam di ladang;

d. menangkap ikan;

e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di
daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam
mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk
tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya.
Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya
dalam mencari pekerjaan.

4. Organisasi sosial 

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi
untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok
sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat
istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana
dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi
social dalam kehidupannya.

Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena
perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

5. Sistem peralatan hidup dan teknologi 

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat
berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi
yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk
dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

6. Kesenian 

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut
berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,
dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama
dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan
seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri
atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat
ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah
wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan
koreografi.

7. Sistem religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat
adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu
melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar
Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

B.3. Komponen-Komponen Kebudayaan


Komponen Kebudayaan  Tiap-tiap unsur kebudayaan universal itu menadi dalam ketiga
wujud kebudayaan yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak. Berdasarkan wujudnya, kebudayaan
digolongkan dari dua komponen adalah sebagai berikut.

B.3.1. Kebudayaan material

Kebudayaan material, adalah kebudayaan yang mengacu ke semua ciptaan masyarakat yang


nyata dan konkret. Termasu dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi, seperti mangkuk tanah liat, perhiasan, dan senjata.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang misalnya komputer, pesawat terbang,
televisi, mesin cuci dan gedung pencakar langit. 

B.3.2. Kebudayaan nonmaterial,

Kebudayaan nonmaterial adalah cenderung memusatkan perhatian kebudayaan nonmaterial,


yaitu ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam masyarakat. 
C.     Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat
Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, karena kekuatan yang
harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggotanya (misalnya kekuatan alam) yang
tidak selalu baik bagi mereka. Ditambah lagi manusia sebagai masyarakat itu sendiri perlu
kepuasan baik spiritual maupun material. Apabila manusia sudah dapat mempertahankan diri
dan menyesuaikan diri dengan alam serta hidup damai dengan manusia-manusia lainnya,
maka akan timbul keinginan untuk menyatakan perasaan dan keinginan yang akan disalurkan
seperti kesenian.
Jadi, fungsi kebudayaan bagi masyarakat dapat kita bagi sebagai berikut:
1. Melindungi diri dari alam
Hasil karya manusia melahirkan tekhnologi yang mempunyai kegunaan utama di dalam
melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Dengan tekhnologi, manusia dapat
memanfaatkan dan mengolah alam untuk kebutukan hidupnya, sehingga manisia dapat
menguasai alam.
2. Mengatur tindakan manusia
Dalam kebudayaan ada norma, aturan kaidah, dan adat istiadat yang kesemuanya itu
berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup
dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan
dinamakan pula sebagai “design for living” artinya kebudayaan adalah garis-garis pokok
tentang perikelakuan atau “blue print for behavior”, yang menetapkan peraturan-peraturan
mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Unsur-unsur normativ yang merupakan bagian dari kebudayaan itu diantaranya adalah:
• Unsur yang menyangkut pertanian, berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk,
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Misalnya, perilaku laki-laki yang memakai anting,
kalung, tato, rambut panjang, dan lain sebagainya yang terdapat dalam kehidupan
bermasyarakat dan pasti ada yang menilai baik dan buruknya.
• Unsur keharusan, yaitu apa yang harus dilakukan seseorang.
• Unsur kepercayaan. Misalnya, harus mengadakan upacara adat pada saat kelahiran,
perkawinan, kematian, dan lain-lain.
3. Sebagai wadah segenap perasaan
Kebudayaan berfungsi sebagai wadah atau tempat mengungkapkan perasaan seseorang dalam
masyarakat ataupun untuk memuaskan keinginan, misalnya dengan adanya seni-seni dalam
masyarakat.

D. Proses terbentuknya kebudayaan

D.1. Tinjauan Antropologis Terhadap Pembentukan Budaya

Tinjauan antropologis yang dimaksud adalah tinjauan dari aspek penciptaan budaya oleh
manusia. Tinjauan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan sampai seberapa jauh
aspek-aspek manusiawi yang mempengaruhi lahirnya kebudayaan, terutama pembinaan
moral bangsa. Suatu ketentuan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa manusia merupakan
makhluk budaya, dalam arti dengan seluruh potensi yang dimiliki, ia mampu melahirkan
cipta, rasa, dan karsa. Inilah yang paling menarik perhatian para pemikir, baik dari kalangan
umum maupun dari kalangan Islam, sehingga banyak di antara mereka menghabiskan
waktunya untuk melakukan penelitian-penelitian dalam bidang ini.Dengan behavioral
science, mereka melakukan analisis psikologis terhadap tingkah laku manusia guna
memperoleh kejelasan terhadap kerja cipta, rasa, dan karsa, melauli beberapa aspek antara
lain: cognitive dan emosi.5 Dari penelitian-penelitian tersebut didapat berbagai potensi yang
terdapat pada manusia sejak ia dilahirkan. Pada saat diciptakan, manusia telah dilengkapi
dengan empat fitrah (dorongan) yang menjadi potensi bagi pengembangan budaya. 6 dari
keempat dorongan itu manusia mampu menciptakan budaya sebagai pengejawantahan dari
cipta, rasa, dan karsa. Dorongan-dorongan itu ialah:
1. Dorongan Naluri (hidayah fitriyah). Sejak dilahirkan, manusia telah menampakkan
gejala-gejala sebagai pertanda bahwa dia adalah makhluk berbudaya, antara lain terlihat pada
saat lapar ataupun haus, ia mengeluarkan suara tangisan dan pada saat disusui ibunya, ia
mampu menghisap air susu ibu tersebut tanpa ada yang mengajarinya. 7 Gejala yang disebut
juga denganinstinct Inilah yang mendasri penciptaan budaya, meskipun dalam bentuk
prima.8 Potensi naluri yang terdapat pada diri manusia secara natural ini, dimiliki juga oleh
binatang dan tumbuh-tumbuhan.

2. Dorongan Indrawi (hidayah hissiyah). Di samping naluri, manusi juga diberi


kemampuan menerima rangsangan dari luar seperti panas ataupun dingai, bunyi-bunyian,
pemandangan yang indah, bau-bauan, danmanis ataupun asin dengan perantaraan panca
inderanya yaitu: alat peraba, pendengar, pengelihat, pencium, dan perasa.9 Berbagai budaya
yang berupa bunyi-bunyian, bentuk-bentuk pemandangan, peralatan, dan sebagainya adalah
hasil tiruan manusia dari apa saja yang dapat ditangkap oleh pancainderanya. Dengan potensi
itu manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya, melindungi dirinya dari bahaya yang
mangancam, memenuhi kebutuhan minum, makan, bertempat tinggal, dan memenuhi
kepuasan-kepuasan untuk dirinya. 10Di samping pada manusia, potensi ini juga didapati pada
dunia binatang, tetapi tidak pada tumbuh-tumbuhan.

3. Dorongan Akal hidayah 'aqliyah). Gejala-gejala lahir yang ditangkap oleh pancaindera


kadang-kadang menyimpang dari realitas yang sebenarnya, seperti halnya jalan karena api
yang sebenarnya sejajar, tetapi pada jarak tertentu terlihat bertemu di satu titik, dan tongkat
yang sebenarnya lurus, apabila dicelupkan ke dalam air tampak
membengkok.  Penyimpangan seperti itu tentu harus dikontrol dengan kemampuan akal,
11

agar gejala-gejala yang sebenarnya dapat diketahui. Dengan potensi berfikir daya khayalnya,
manusia mampu melakukan apreseasi(apperception), dan menyalurkan apresiasinya itu
melalui cipta, rasa, dan karsa. Dari kemampuan akal ini, manusia mampu membuat alat untuk
memudahkan keperluan-keperluannya, dari yang sederhana sampai yang canggih, sehingga
oleh orang Barat disebut dengan the tool making animal (makhluk pembuat alat). Makin
tinggi daya kreasi manusia, makin canggih pula bentuk-bentuk budaya materialnya.12 Ia tidak
hanya mampu menciptakan alat dengan meniru benda-benda alam, tetapi juga mampu
menciptakan konsep-konsep baru yang didapat dengan daya pikirannya. 13Melalui indera
pendengarannya, manusia mampu menangkap getaran-getaran suara dari hembusan angin,
gesekan batang pohon, dan sumber suara lainnya yang terekam dalam apresepsi material.
Melalui daya ciptanya, manusia mampu melahirkan gambaran-gambaran bunyi yang
mengandung arti tertentu untuk berkomunikasi dengan sesamanya atau dengan makhluk yang
lai, sehingga oleh para filosof disebut dengan zoon politicon 14 atau dalam bahasa Arab
disebut al-hayawan al-Atiq (makhluk yang berbicara).

4. Dorongan Religi (hidayah diniyah). Karena daya pemikiran manusia tidak dapat


menjangkau apa yang terdapat di balik alam maya pada, maka perlu disambung dengan
bimbingan sang Pencipta alam semesta yang diturunkan melalui para rasul-Nya 15. Dengan
bimbingan ini manusia dapat mengetahui apa yang semestinya dilakukan, sehingga budaya
yang diciptakan dapat berguna baik bagi dirinya, makhluk sesamanya, ataupun makhluk-
akhluk yang lain. Menurut sifatnya, manusia adalah makhluk berberagama, atau disebut
dengan istilah homo-relegiosi16. Dengan berpedoman pada agama, manusia dapat
memperhalus budinya, sehingga ia bisa menjelaskan tugasnya sebagai Master of the World/
khalifahtullah di muka bumi ini.

Berdasarkan potensi yang ada pada manusia tersebut, pembentukan budaya dapat dibagi
menjadi empat fase: 1) Fase Instinctive. Fase di mana dorongan pembentukan budaya itu
semata-mata timbul dari naluri, 2) Fase Inderawi. Fase pembentukan budaya yang didorong
oleh hasil penginderaan manusia pada alam sekitar, 3) fase Akal. Fase di mana manusia
membentuk budayanya dengan jalan menggunakan kekuatan pikirannya serta imajinasinya,
sehingga mampu menciptakan budaya, 4) Fase Religi. Bimbingan wahyu, intuisi atau bisikan
yang dirasakan datangnya dari Maha Pencipta, sehingga memberikan dorongan-dorongan
bagi manusia untuk melengkapi hasil budayanya dengan nilai-nilai keagamaan.

BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan
Berdasrkan Materi diatas dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat karena setiap anggota dan lapisan masyarakat memiliki
karakter yang terbentuk dari kebudayaan masyarakat itu sendiri. Dan kebudayaan
terbentuk dari kebiasaan masyarakat yang berlangsung lama. Kebudayaan dapat dilihat
dari suatu entitas yang menjadi perbedaan antara kelompok masyarakat dengan kelompok
masyarakat lainnya.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bassis S, Michael. 1995. Sociology An Introduction. McGraw-Hill: New York

Haviland A, William dan Soekadijo. 1988. Antropologi. Jakarta: Erlangga

J.Cohen, Bruce dan Sahat Simamora. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Bina
Aksara
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
________________. 1974. Kebudayaan Mentalitet. Jakarta: PT. Gramedia

Lamm P, Robert dan Schaefer T, Richard. 1995. Sociology Fifth Edition. McGraw-Hill: New
York

Siany L dan Atiek Catur. 2009. Buku Elektronik Antropologi. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional

Soerjono Soekanto. 1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali

Schaefer T, Richard. 2009. Sociology A Brief Introduction. McGraw-Hill: New York

Suh Suhardi. 2009. Buku Elektronik Sosiologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai