Oleh :
Kelompok 5
Nama :
- Alvaro Andrew
- Nurrahmawati. I (15816599)
- Tanya Apriska Putri (17816298)
- Rahmat Abdillah
Kelas : 1MA03
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah“Kebudayaan dan Masyarakat”,. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang kebudayaan dan
masyarakat yang diperlukan dalam suatu harapan dapat menambah wawasan pembaca
khususnya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Pengantar Sosiologi”.
Dalam proses pendalaman materi ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen
Pengantar Sosiologi yaitu Ibu Nuriyati Samantan dan rekan rekan mahasiswa yang telah
mendukung kami. kami sadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan,
maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................1
B. Rumus masalah..................................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah...............................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A. Definisi Kebudayaan dan Masyarakat...............................................2
A.1. Kebudayaan...........................................................................2
A.2. Masyarakat............................................................................2
B. Unsur-unsur dan komponen Kebudayaan..........................................3
B.1. Unsur-Unsur Kebudayaan ....................................................3
B.2. Unsur-Unsur Kebudayaan Menurut
Koentjaraningrat...........................................................................3
B.3. Komponen-Komponen Kebudayaan.....................................3
B.3.1. Kebudayaan material..............................................3
B.3.2.Kebudayaan nonmaterial.........................................3
C. Fungsi dan Kebudayaan Bagi Masyarakat.......................................3
D. Proses pembentukan kebudayaan......................................................7
D.1. Tinjauan Antropologis Terhadap Pembentukan
Budaya............................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................11
A. Kesimpulan.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern ini, banyak sekali perbincangan tentang kebudayaan dan hubungan
kebudayaan dengan masyarakat. Setiap saat kita melihat , mempergunakan, dan terkadang
merusak atau melakukan tindakan yang dapat menghilangkan budaya. Namun apakah kita
tahu apa itu kebudayaan ? apakah kebudayaan tersebut penting bagi kehidupan.
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan secara teliti dipelajari oleh antropologi
budaya. Akan tetapi walaupun demikian, seorang yang memperdalam tentang sosiologi perlu
memusatkan perhatiannya terhadap kebudayaan, karena kebudayaan berhubungan erat
dengan masyarakat.
Masyarakat adalah yang hidup bersama dan yang menghasilkan kebudayaan. Dengan
demikian, tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Walaupun secara teoritas
dan untuk kepentingan analistis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan dipelajari
secara terpisah.
Seorang ahli antropologi terkemuka yaitu Koentjaraningrat mengemukakan teorinya tentang
Kebudayaan dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep kebudayaan menurut Koentjaraningrat?
2. Bagaimana Proses terbentuknya kebudayaan?
3. Apa saja Unsur-Unsur Kebudayaan dan Masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
A.1. Kebudayaan
Secara harfiah, istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu dapat diartikan hal-
hal yang bersangkutan dengan budi dan akal (Koentjaraningrat, 1994:9). Mempertegas
pendapatnya, Koentjaraningrat (1990:181) mengemukakan adanya sarjana lain yang
mengupas kata budaya sebagai perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya
dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Demikianlah budaya
adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa itu. Akhirnya Koentjaraningrat
mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. (Koentjaraningrat 2000:191)
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan
mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala suatu yang dipelajari dari pola prilaku yang
normative. Artinya mencakup segala cara berpikir.
Ada suatu kesalahan umum yang terdapat dalam masyarakat yang beranggapan bahwa ada
masyarakat yang memiliki kebudayaan sedangkan yang lain tidak. Secara sosiologis semua
manusia dewasa yang normal pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan bisa diartikan sebagai
keseluruhan tingkah laku dan kepercayaan yang dipelajari yang merupakan ciri anggota suatu
masyarakat tertentu. Kata kunci dari definisi diatas adalah dipelajari, yang membedakan
antara kebudayaan dengan tindak tanduk yang merupakan warisan biologis manusia.
A.2. Masyarakat
Definisi masyarakat dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi oleh Koentjaraningrat. “
Masyarakat dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socious ,
yang berarti kawan . Istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab Syaraka yang
berarti ikut serta, berpartisipasi . ” ( koentjaraningrat : 1981 : Hal 144).
“Definisi masyarakat secara khusus dapat kita rumuskan sebagai berikut : Masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu , dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama . ” ( koentjaraningrat :
1981 : Hal 146-147).
Kita memang tidak boleh terlalu termakan oleh Altrulisme karena Altrulisme ini bisa bersifat
positif dan negatif. Kolektiva itu penting jika itu baik. Contohnya saat Altrulisme bersifat
negatif kasus terorisme , sedangkan yang baik contohnya kolektiva yang terbangun di dalam
gen atau kekerabatan.
Masyarakat bisa dikatakan sebagai suatu bentuk komunitas karena orang yang sama
berkumpul di luar sistem ( Victor Turner). “Adanya prasarana untuk berinteraksi memang
menyebabkan bahwa warga dari suatu kolektif manusia itu akan saling berinteraksi.”
( koentjaraningrat : 1981 : Hal 144).
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai
bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia
dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa
yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu.
Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara
membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun,
keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran
suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan
tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi
perkembangan bahasa sering terjadi.
2. Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem
pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan
kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah,
saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya
didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang
bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus
mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut.
Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan
bintang di langit
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui
dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu,
manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan
mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu
mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda,
dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia
memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a. alam sekitarnya;
e. tubuh manusia;
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara
mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain
b. beternak;
d. menangkap ikan;
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di
daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam
mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk
tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya.
Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya
dalam mencari pekerjaan.
4. Organisasi sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi
untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok
sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat
istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana
dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi
social dalam kehidupannya.
Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena
perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat
berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi
yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk
dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
6. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut
berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,
dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama
dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan
seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri
atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat
ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah
wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan
koreografi.
7. Sistem religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat
adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu
melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar
Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
Tinjauan antropologis yang dimaksud adalah tinjauan dari aspek penciptaan budaya oleh
manusia. Tinjauan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan sampai seberapa jauh
aspek-aspek manusiawi yang mempengaruhi lahirnya kebudayaan, terutama pembinaan
moral bangsa. Suatu ketentuan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa manusia merupakan
makhluk budaya, dalam arti dengan seluruh potensi yang dimiliki, ia mampu melahirkan
cipta, rasa, dan karsa. Inilah yang paling menarik perhatian para pemikir, baik dari kalangan
umum maupun dari kalangan Islam, sehingga banyak di antara mereka menghabiskan
waktunya untuk melakukan penelitian-penelitian dalam bidang ini.Dengan behavioral
science, mereka melakukan analisis psikologis terhadap tingkah laku manusia guna
memperoleh kejelasan terhadap kerja cipta, rasa, dan karsa, melauli beberapa aspek antara
lain: cognitive dan emosi.5 Dari penelitian-penelitian tersebut didapat berbagai potensi yang
terdapat pada manusia sejak ia dilahirkan. Pada saat diciptakan, manusia telah dilengkapi
dengan empat fitrah (dorongan) yang menjadi potensi bagi pengembangan budaya. 6 dari
keempat dorongan itu manusia mampu menciptakan budaya sebagai pengejawantahan dari
cipta, rasa, dan karsa. Dorongan-dorongan itu ialah:
1. Dorongan Naluri (hidayah fitriyah). Sejak dilahirkan, manusia telah menampakkan
gejala-gejala sebagai pertanda bahwa dia adalah makhluk berbudaya, antara lain terlihat pada
saat lapar ataupun haus, ia mengeluarkan suara tangisan dan pada saat disusui ibunya, ia
mampu menghisap air susu ibu tersebut tanpa ada yang mengajarinya. 7 Gejala yang disebut
juga denganinstinct Inilah yang mendasri penciptaan budaya, meskipun dalam bentuk
prima.8 Potensi naluri yang terdapat pada diri manusia secara natural ini, dimiliki juga oleh
binatang dan tumbuh-tumbuhan.
agar gejala-gejala yang sebenarnya dapat diketahui. Dengan potensi berfikir daya khayalnya,
manusia mampu melakukan apreseasi(apperception), dan menyalurkan apresiasinya itu
melalui cipta, rasa, dan karsa. Dari kemampuan akal ini, manusia mampu membuat alat untuk
memudahkan keperluan-keperluannya, dari yang sederhana sampai yang canggih, sehingga
oleh orang Barat disebut dengan the tool making animal (makhluk pembuat alat). Makin
tinggi daya kreasi manusia, makin canggih pula bentuk-bentuk budaya materialnya.12 Ia tidak
hanya mampu menciptakan alat dengan meniru benda-benda alam, tetapi juga mampu
menciptakan konsep-konsep baru yang didapat dengan daya pikirannya. 13Melalui indera
pendengarannya, manusia mampu menangkap getaran-getaran suara dari hembusan angin,
gesekan batang pohon, dan sumber suara lainnya yang terekam dalam apresepsi material.
Melalui daya ciptanya, manusia mampu melahirkan gambaran-gambaran bunyi yang
mengandung arti tertentu untuk berkomunikasi dengan sesamanya atau dengan makhluk yang
lai, sehingga oleh para filosof disebut dengan zoon politicon 14 atau dalam bahasa Arab
disebut al-hayawan al-Atiq (makhluk yang berbicara).
Berdasarkan potensi yang ada pada manusia tersebut, pembentukan budaya dapat dibagi
menjadi empat fase: 1) Fase Instinctive. Fase di mana dorongan pembentukan budaya itu
semata-mata timbul dari naluri, 2) Fase Inderawi. Fase pembentukan budaya yang didorong
oleh hasil penginderaan manusia pada alam sekitar, 3) fase Akal. Fase di mana manusia
membentuk budayanya dengan jalan menggunakan kekuatan pikirannya serta imajinasinya,
sehingga mampu menciptakan budaya, 4) Fase Religi. Bimbingan wahyu, intuisi atau bisikan
yang dirasakan datangnya dari Maha Pencipta, sehingga memberikan dorongan-dorongan
bagi manusia untuk melengkapi hasil budayanya dengan nilai-nilai keagamaan.
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Berdasrkan Materi diatas dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat karena setiap anggota dan lapisan masyarakat memiliki
karakter yang terbentuk dari kebudayaan masyarakat itu sendiri. Dan kebudayaan
terbentuk dari kebiasaan masyarakat yang berlangsung lama. Kebudayaan dapat dilihat
dari suatu entitas yang menjadi perbedaan antara kelompok masyarakat dengan kelompok
masyarakat lainnya.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
J.Cohen, Bruce dan Sahat Simamora. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Bina
Aksara
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
________________. 1974. Kebudayaan Mentalitet. Jakarta: PT. Gramedia
Lamm P, Robert dan Schaefer T, Richard. 1995. Sociology Fifth Edition. McGraw-Hill: New
York
Siany L dan Atiek Catur. 2009. Buku Elektronik Antropologi. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Suh Suhardi. 2009. Buku Elektronik Sosiologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional