Anda di halaman 1dari 18

PENGKAJIAN BUDAYA

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah


Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Oleh Kelompok 10
1. Dessy Kashariyanti ( 221211994 )
2. Echa Irza Sahrira ( 221211997 )
3. Mutia Annisa Amta ( 221212011 )

2A

Dosen Pengampu
Ns. Ulfa Suryani M.Kep. Sp. Kep.J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “
Pengkajian Budaya ” untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Psikososial
dan Budaya dalam Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ns. Ulfa Suryani M.Kep. Sp. Kep.J selaku dosen mata kuliah Psikososial dan
Budaya dalam Keperawatan
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan kelas yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang.

Padang, 23 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHALUAN.............................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................

B.
Rumusan..................................................................................................................

C. Tujuan……………………………………………...……………………………..

BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Pengertian Budaya.................................................................................................
B. Pengkajian Budaya................................................................................................
C. Kebudayaan dan Kesehatan...................................................................................
D. Konsep Dan Prinsip Pengkajian Budaya Dalam Asuhan
Keperawatan..................
E. Prinsip Pengkajian Budaya....................................................................................
F. Konsep Pengkajian
Budaya....................................................................................
G. Pengakjian Budaya dalam Asuhan
Keperawatan...................................................
H. Cara Pengkajian Budaya........................................................................................
I. Instrumen Pengkajian
Budaya................................................................................

BAB III PENUTUP…………………….…………………………………………….

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….

B.
Saran………………………………………………………………………………
KEPUSTAKAAN…………………………………………....……………………….

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21.
termasuk pada asthan keperawatan yang berkualitin akan akan semakin bertambah.
Dengan adanya globalami, dimana perpindahan penduduk antar negara
dimungkinkan, menycbabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body know lage yang kuat dan
dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam keperawatan
Teori yang diungkapkan pada midle range theory yaitu Transcultural Nursing
Theory. Teori yang berasal dari antropologi lalu dikembungkan dalam konteks
keperawatan. Teori yang menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
Memperhatikan keanekaragaman budaya serta nilai-nilai yang diterapkan dalam
asuhan keperawatan terhadap pasien. Bila diabaikan oleh perawat, maka akan
terjadinya cultural shock.
Cutural shock ini akan dialami oleh pasien ketika perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan budaya dan kepercayaan, maka hal ini akan
mengakibatkan ketidak nyamanan dan akan mengiami disorientasi, Sehingga akan
berakibat menunya kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari budaya?
2. Apa yang dimaksud dengan pengkajian budaya?
3. Apa saja konsep dan prinsip pengkajian budaya dalam asuhan keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
Mendeskripsikna apa yang dimaksud pengkajian budaya dalam asuhan
keperawatan serta memaparkan konsep dan prinsipnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya
Pengertian Budaya Pengertian secara umum kata "kebudayaan" berasal dari kata
sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Dengan
demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bersang bersangkutan dengan akal.
Pengertian kebudayaan yang sering dipakai di Indonesia adalah pengertian
kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002; 180) kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia belajar". Berdasarkan
definisi tersebut dapat diartikan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah
kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupannya yang tidak
perlu dibiasakan melalui belajar. Sedangakan A. L. Kroeber dan C.Kluckhon. A. L.
dalam bukunya Culture, A Critcal Review of Concepts and devinitions (1952)
mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa
manusia dalam arti seluas luasnya. (Noorkasiani,2009)
Koentjaraningrat lebih jauh menguraikan kebudayaan dalam tiga wujudnya yaitu:
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya; 2) Wujud kebudayaan sebagi suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; 3)
Wujudkebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Kebudayaan adalah hasil belajar dan bukan warisan biologi. Kebudayaan
dikaitkan dengan norma, nilai, dan tradisi yang diwariskan dari generasi kegenerasi.
Ini juga dianggap sama dengan etnik,ras, kebangsaan, dan bahasa (Kleinman dan
Benson, 2006).

B. Pengkajian Budaya
Globalisasi dan perkembangan teknologi modern berdampak pada perubahan
kebudayaan di seluruh dunia. Di nergara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan teknologi kesehatan modern juga telah membawa perubahan
kebudayaan yang sangat luar biasa. Di satu pihak, kebudayaan berubah sebagai
akibat dari proses adaptasi terhadap perubahan lingkungan, sedangka di pihak
lainnya terjadi perubahan kebudayaan karena beradaptasi dengan perkembangan
teknologi modern yang merupakan hasil dari perkembangan peradaban manusia.
Menurut Purnell dan Paulanka (2003), pengaruh utama yang membentuk pandangan
seseorang terhadap dunia dan tingkatan mereka mengidentifikasi kelompok budaya
asli mereka disebut dengan karakteristik primer dan sekunder dari kebudayaan.
Karakter primer dari kebudayaan meliputi: kebangsaan, ras, warna kulit, jenis
kelamin, usia dan agama. Sedangkan karakteristik sekunder menurut Purnell dan
Paulanka (2003) meliputi status pendidikan, status sosial ekonomi, pekerjaan,
pengalaman dalam kemiliteran, tempat tinggal, status pernikahn, status parental,
status karakteristik fisik,orientasi seksual, status imigrasi, dan lam tinggal di suatu
aerah atau negara yang bukan daerah atau negara asalnya. Karajteristik primer dan
sekunder akan mempengaruhi pandangan budaya seseorang yang ada didalam suatu
masyarakat karena kebudyaan merupakan serangkaian model kognitif yang dimiliki
manusia dan digunakan secara selektif untuk menghadapi lingkungan yang terwujud
dalam tingkah laku dan tindakannya.
Dalam dunia profesi keperawatan, maka wujud kebudayaan dalam bentuk adat-
istiadat yang terdiri dari nilai-nilai budaya, pandangan hidup. cita-cita, norma-norma
serta pengetahuan dan keyakinan serta dalam wujud sistem sosial perlu dikaji secara
lebih mendalam. Dalam menelaah kebudayaan pasien, perawat akan menemukan
bahwa pasien dapat memiliki kebudayaan yang ideal yang secara khusus memiliki
nilai-nilai budaya, pandanagan hidup, cita-cita, norma serta pengetahuan dan
keyakinan. Selain itu, pasien juga memiliki suatu rangkaian aktivitas dan tindakan
yang saling berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain dalam melaksanakan
segala hal dalam suatu sistem sosial. Hal ini yang perlu mendpat perhatian dari para
perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang kongruen secra budaya
(Novicastari, 2013).

C. Kebudayaan dan Kesehatan


Kesehatan ada kaitannya dengan kebudayaan yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Penyakit dapat merupakan hasil dari interaksi manusia terhadap
lingkungannya. Sebagai contoh karena lingkungan tempat hidup manusia itu kotor
maka manusia dapat terserang penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan yang kotor
tersebut. Hubungan antara penyakit dan berbagai kebudayaan bersifat kompleks dan
banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Kebudayaan juga ada kaitannya dengan
persepsi seseorang terhadap kesehatannya. Seperti halnya dengan kebutuhan biologis
manusia yang lain, maka kebutuhan kesehatan juga dipengaruhi oleh kebudayaan.
Perilaku yang berhubungan dengan sehat dan sakit juga erat kaitannya dengan
perilaku budaya seseorang. Para ahli perilaku yang mempelajari penyakit, menyadari
bahwa kebudayaan berperan dalam membentuk tingkah laku orang yang sakit.
Sejumlah faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya sangat
memengaruhi tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien (Foster &
Anderson, 2006). Penyakit yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda
pada pasien yang berbeda tergantung pada faktor-faktor tersebut. Sebagai contoh
pasien yang menderita penyakit kronis yang sama dapat berespons berbeda
tergantung pada asal suku bangsanya. Orang Sunda atau Jawa akan lebih menerima
kondisi penyakit kronis dengan berespons tenang dan menerima (nrimo),
dibandingkan dengan orang Sumatera yang lebih agresif dalam mencari bantuan
kesehatan. Berdasarkan pengalaman memberikan pelayanan keperawatan langsung,
para peneliti juga mengamati bahwa pasien yang berasal dari suku Batak lebih
ekspresif dalam mengungkapkan rasa sakit mereka dibandingkan dengan pasien dari
suku lain seperti suku Jawa. Seorang pasien yang tidak mengeluh sakit secara verbal
kepada perawat bukan berarti bahwa tidak ada rasa sakit yang diderita oleh pasien.
Begitu juga sebaliknya, seorang pasien yang selalu berteriak-teriak kesakitan tidak
selalu berarti mengalami rasa sakit yang lebih hebat dibandingkan dengan pasien
yang tidak mengeluh sakit. (Novicastari, 2013).
Kebudayaan dapat memengaruhi persepsi pasien dan profesi kesehatan tentang
kondisi kesehatan dan penanganannya. Menurut Winkelman (2009), kebudayaan
memengaruhi perilaku terhadap penyakit dan alasan untuk mencari bantuan
perawatan, cara menangani gejala atau masalah kesehatan dan ketaatan kita terhadap
penanganan penyakit. Perilaku sakit dan cara mengungkapkan rasa sakit dipengaruhi
oleh budaya yang dimiliki oleh pasien. Perbedaan budaya antara tenaga kesehatan
dan pasien mereka yang beragam dapat menimbulkan adanya ketidak pahaman lintas
budaya yang tidak dapat dihindari dan dapat diprediksi. Oleh karena itulah
pengetahuan tentang kebudayaan dan kesadaran budaya menjadi sangat penting bagi
semua profesi kesehatan. Perkembangan teknologi bidang kesehatan juga telah
membawa perubahan kebudayaan di seluruh dunia. Sistem pengobatan modern yang
dikembangkan berdasarkan teknologi barat telah memengaruhi sistem pengobatan
tradisional suatu masyarakat. Namun demikian sistem pengobatan modern tidak
selalu menggantikan sistem pengobatan tradisional. Dalambmasyarakat seringkali
ditemui bahwa pengobatan tradisional tetap dijalankan dan pengobatan modern
ditempuh sebagai salah satu pilihan alternatif bila cara tradisional tidak memberikan
harapan. Di Negara-negara Asia, kedua sistem pengobatan ini saling mengisi satu
sama lain. Demikian juga halnya di Indonesia, sistem pengobatan atau sistem
kesehatan modern dan pelayanan kesehatan tradisional merupakan sistem
pengobatan yang diakui dan berlaku serta telah diatur dalam Undang-undang RI
nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
D. Konsep Dan Prinsip Pengkajian Budaya Dalam Asuhan Keperawatan
Salah seorang pelopor Teori perawatan budaya (Culture Care Theory) adalah
Madeliene Leininger. Beliau adalah perawat profesional pertama yang memperoleh
Ph. D di bidang antropoligi sosial budaya. Leininger telah mengembangkan suatu
model yang dikenal dengan Model sunrise. Model ini memberikan panduan kognitif
untuk memperjelas fenomena budaya perawatan dari perspektif holistik beragam
faktor yang mempengaruhi perawatan dan kesejahteraan seseorang. Model sunrise
memberikan gambaran yang holistik dan komprehensif untuk merefleksikan totalitas
pengetahuan seseorang dalam kehidupan dunia atau budaya mereka.
E. Prinsip Pengkajian Budaya
Secara umum pengkajian budaya mempunya prinsip prinsip sebagai berikut:
a) Jangan menggunakan asumsi.
b) Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,
orang Jawa halus.
c) Menerima dan memahami metode komunikasi.
d) Menghargai perbedaan individual.
e) Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.
f) Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi
Sedangkan, menurut Leininger (Marriner-Tomey & Alligood, 2010) ada empat
prinsip utama yang dikonseptualisasi dan diformulasikan dalam Theory Culture Care
yaitu:
1. Ekspresi, pemaknaan, pola, dan praktik perawatan budaya beragam atau
bervariasi, namun demikian ada beberapa kesamaan (commonalities) dalam pola
dan kesamaan beberapa atribut yang sifatnya universal.
2. Pandangan dunia (worldviews) terdiri atas banyak faktor struktur sosial seperti
agama, ekonomi, nilai-nilai budaya, ethnohistory, konteks lingkungan, bahasa,
dan perawatan generik dan profesional, yang sangat memengaruhi pola-pola
perawatan budaya untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan, penyakit,
penyembuhan, dan cara-cara masyarakat menghadapi ketidakmampuan dan
kematian.
3. Generic emic (folk) dan professional etic care dalam konteks lingkungan yang
berbeda dapat sangat memengaruhi outcomes kesehatan dan penyakit.
4. Tiga bentuk tindakan dan keputusan yang berbasis budaya untuk memberikan
perawatan yang kongruen, aman dan bermakna secara budaya adalah (1)
preservasi atau pemeliharaan budaya perawatan (2) akomodasi atau negosiasi
budaya perawatan; (3) pembuatan pola baru atau restrukturisasi budaya
perawatan. Bentuk Keputusan dan tindakan berdasarkan pada keperawatan
budaya diprediksi sebagai faktor kunci untuk mencapai perawatan yang kongruen,
aman dan bermakna.

Leininger (2002) mendefinisikan keperawatan transkultural sebagaistudi


perbandingan budaya untuk memahami kesamaan mereka (budaya yang universal)
dan perbedaan di antara mereka (budaya yang khusus untuk kelompok tertentu).
Tujuan keperawatan transkultural adalah untuk memberikan asuhan budaya yang
sama, atau perawatan yang sesuai dengan pola, nilai, dan sistem makna kehidupan
seseorang. Pola dan makna dibuat oleh orang-orang itu sendiri daripada dari kriteria
yang telah ditentukan. Misalnya, daripada menginstruksikan semua pasien untuk
selalu meminum obat mereka pada waktu yang sama selama sehari, Anda
mempelajari pola gaya hidup mereka, kebiasaan makan, kebiasaan tidur, dan
keyakinan tentang obat-obatan dan kemudian mencoba untuk merencanakan jadwal
dosis yang sesuai dengan kebutuhan setiap pasien. Perawatan yang sesuai dengan
budaya kadang-kadang berbeda dari nilai dan makna sistem perawatan kesehatan
profesional. Menemukan nilai-nilai budaya, keyakinan dan praktik-praktik budaya
yang berkaitan dengan keperawatan dan perawatan kesehatan mengharuskan Anda
untuk mengambil peran pelajar dan bermitra dengan pasien dan keluarga mereka
untuk menentukan apa yang dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang
bermakna dan bermanfaat (Leininger dan McFarland, 2002). Perawatan yang efektif
mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan keyakinan individu, keluarga, dan
masyarakat dengan perspektif dari tim multidisiplin penyedia layanan kesehatan.

F. Konsep Pengkajian Budaya


Konsep dalam transcultural nursing adalah:
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak danmenggambil keputusan.
b. Nilai Budaya
Keinginan individu yang diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada
waktu tertentu.
c. Perbedaan Budaya Dalam Asuhan Keperawatan
Bentuk optimal dalam pemberian asuhan keperawatan.
d. Etnosentris
Budaya yang dimiliki orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu menganggap
budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Yang berkaitan dengan manusia rasa tau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umumnya dikenal kaukasoid, negroid, mongloid.
g. Etnografi Ilmu Budaya
Pendekatan metologi pada penelitian etnologi agar perawat bias mengembangkan
pada pemberdayaan budaya disetiap individu.

h. Care
Fenomena dengan bimbingan bantuan dan dukungan individu maupun keluarga agar
terpenuhinya kebutuhan actual ataupun potensial demi meningkatnya kondisi dan
kualitas pada kehidupan manusia.
i. Caring
Tindakan untuk membimbing dan mendukung individu ataupun kelompok pada
kenyataan yang nyata, dan antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kehidupan
manusia.
j. Cultural Care
Kemampuan mengetahu niali dan menduklung individu/kelompok untuk
mempertahankan kesehatan dan berkembangnya pertahanan hidup dalam
keterbatasan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural Imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan praktek dan nilai
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok
lain.

Paradigma transcultural nursing (Leinenger 1985) adalah cara


pandang,keyakinan,konsep dan nilai dalam asuhan keperawatan, 4 konsep sentral
keperawatan yaitu:
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma- nomma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).

c. Lingkungan
Lingkungan yaitu, fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan
prilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai totalitas kehidupan klien dengan
budayanya saling berinteraksi.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada tindakan keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar budayanya.Strateginya yaitu
dperlindungan atau mempertahankan budaya klien( Leinenger, 1991).

G. Pengakjian Budaya dalam Asuhan Keperawatan


Peran perawat dalam transkultural nursing adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui
asuhan keperawatan.
Tindakan Keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan, yaitu:
Cara I: Mempertahankan budaya
Dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasinya diberikan dan disesuaikan dengan nilai yang telah dimiliki klien
sehingga klien mampu meningkatkan kesehatannya,missal budaya olahraga setiap
pagi.
Cara II: Negosiasi Budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi pada budaya tertentu yang lebih menguntungkan terhadap kesehatan.
Misalnya pada klien yang sedang hamil mempunyai pantangan terhadap makanan
yang berbau amis dan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
Cara III: Restruksisasi budaya
Dilakukan bila budaya yang dimiliko klien merugikan terhadap status kesehatan.
Maka perawat berupaya merestruksi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi berhenti. Pola rencana hidupnya tergantung kepercayaan yang dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar,
1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada "Sunrise
Model" yaitu:
a. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan pada individu memilh dan mendapatkan penawaran untuk
menyelsaikan masalah dalam pelayanan kesehatan, perwat perlu mengkaji : persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat, cara mengatasi masalah kesehatan, alasan-alasan
mencari bantuan kesehatan dan pengobatan alternative.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya. Faktor yang harus dikaji adalah agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinshop and Social factors)
Faktor-faktor yang harus dikaji oleh perawat adalah: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah
yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya. Yang perlu di kaji
pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsii sakit berkaitan dengan aktivitas seharihari dan kebiasaan membersihkan
diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew
and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

H. Cara Pengkajian Budaya


Sebagai perawat professional, melakukan semua pengkajian dengan kompetensi
budaya adalah hal yang penting. Hal ini melibatkan melibatkan pemahaman tentang
budaya pasien sehingga dapat memberikan perawatan yang lebih baik dalam system
nilai yang berbeda, dan bertindak dengan penghormatan dan pemahaman tanpa
menghalangi perilaku dan kepercayaan anda sendiri (Seidel et al., 2003).
Pengkajian tidak dapat dilakukan dengan lengkap dan akurat tanpa
mempertimbangkan latar belakang budaya pasien. Jika terdapat perbedaan budaya
antara perawat dan pasien, maka kenalilah dengan segera. Anda harus yakin bahwa
anda telah menangkap apa yang pasien maksud, serta tau pasti apa yang klien
pikirkan mengenai anda dalam kata dan tindakan. Jika anda tidak yakin pada apa
yang dikatakan pasien, bertanyalah untuk memperjelas memperjelas hal tersebut. Hal
ini dapat menghindarkan menghindarkan anda dari kesimpulan diagnosis yang salah.
Jangan membuat asusmsi mengenai nilai budaya dan perilaku tanpa melakukan
konfirmasi pada klien (Seidel et al., 2003).
Teknik komunikasi yang baik merupakan hal yang penting saat anda mengkaji
pasien yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan anda. Jika dilihat
dari segi perasaan yang diungkapkan secara verbal maupun nonverbal, maka
komunikasi dan budaya saling berhubungan. berhubungan. Jika anda dapat
mempelajari mempelajari bagaimana bagaimana orang dengan budaya yang berbea
saling berkomunikasi, anda akan dapat mengumpulkan informasi yang lebih akurat
dari klien. Sebagai contoh, bangsa spanyol dan perancis menggunakan kontak mata
saat berkomunikasi. Namun, hal ini merupakan sesuatu yang kasar dan tidak sopan
bagi budaya bangsa Asia dan Timur Tengah. Orang Amerika cendrung suka
menggerakan bola matanya (Seidel et al., 2003).
Menggunakan pendekatan yang tepat mengenai kontak mata akan menunjukan
penghargaan kepada penghargaan kepada klien anda sehingga klien anda sehingga
klien akan memberikan klien akan memberikan informasi lebih banyak informasi
lebih banyak. Adalah hal yang mudah untuk mengeksplorasi perbedaan budaya jika
anda menyisihkan sedikit waktu untuk memikirkan dengan cemmat jawaban klien
dan memberikan pertanyaan dengan nyaman. (Seidel et al., 2003).

I. Instrumen Pengkajian Budaya


Sejalan berjalannya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh
beberapa ahli, diantaranya:
a. Sunrise model (Leininger)
Yang terdiri dari komponen:
1) Faktor teknbologi (Technological Factors)
- Persepsi sehat-sakit
- Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
- Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
- Alasan memilih pengobatan alternative
- Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah
kesehatan
2) Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)
- Agama yang dianut
- Status pernikahan
- Cara pandang terhadap penyebab penyakit
- Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan
3) Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)
- Nama lengkap & nama panggilan
- Umur & tempat lahir,jenis kelamin
- Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)
- Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas
- Bahasa yang digunakan
- Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
- Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-
hari
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya, meliputi:
- Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
- Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
- Cara pembayaran
6) Faktor ekonomi (Economical Factors)
- Pekerjaan
- Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
- Sumber biaya pengobatan
- Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.
- Patungan antar anggota keluarga
7) Faktor Pendidikan (Educational Factors)
- Tingkat pendidikan klien
- Jenis pendidikan
- Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
- Pengetahuan tentang sehat-sakit

b. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar


Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
1) Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),
penggunaan bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’.
2) Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang
gerak dan pergerakan tubuh.
3) Orientasi social (social orientastion)
Budaya, etnisitas, tempat, peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang,
persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
4) Waktu (time)
Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan
menjalin hubungan social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang.
5) Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-
sakit.
6) Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim
dan genetik, penyakit yang spesifik pada populasi terntentu, kerentanan terhadap
penyakit tertentu, kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis, koping
dan dukungan social.

c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle


Komponen-komponenya meliputi:
1) Identitas budaya
2) Ethnohistory
3) Nilai-nilai budaya
4) Hubungan kekeluargaan
5) Kepercayaan agama dan spiritual
6) Kode etik dan moral
7) Pendidikan
8) Politik
9) Status ekonomi dan social
10) Kebiasaan dan gaya hidup
11) Faktor/sifat-sifat bawaan
12) Kecenderungan individu
13) Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan
pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya
melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian budaya adalah upaya untuk memperoleh informasi yang akurat dari
seorang pasien yang memungkinkan untuk merumuskan rencana perawatan yang
saling diterima dan relevan secara budaya untuk setiap masalah kesehatan pasien.
Perawat mebutuhkan keterampilan untuk melakukan pengkajian budaya yang
sistematis terhadap individu, kelompok, dan masyarakat terkait dengan keyakinan,
nilai,dan praktik budaya mereka

B. Saran
Setelah memahami mengenai pengkajian budaya dalam keperawatan, diharapkan
mampu menerapkannya. Dengan adanya teori Leininger tersebut mampu
memberikan sedikit arahan kepada para perawat bagaimana cara menyikapi
perbedaan budaya yang dimiliki setiap pasien dan perawat itu sendiri, sehingga
perbedaan budaya tidak akan berpengaruh terhadap proses asuhan keperawatan yang
akan dilakukan terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Hari, Dwi. 2018. Modul Praktikum: Psikososial Budaya. Jombang: Icme Press.
Hermawan, Angga, dkk. 2018 Pengkajian Budaya Dalam Keperawatan. Makalah.
https://www.scribd.com/document/397579549/6-Pengkajian-Budaya-Dalam-
Keperawatan. 5 Juni 2021.
Octaviani, Shella., dkk. 2016. Pengkajian Budaya. Makalah.
https://www.scribd.com/document/361849177/MAKALAH-FON-4-Pengkajian-
Budaya. 5 Juni 2021.
Potter, Patricia A., dkk. 2020. Dasar-Dasar Keperawatan. Novieastari, Enie.,dkk,
editor. Indonesia (ID): ELSEVIER.

Anda mungkin juga menyukai