Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan
seluruh alam karena atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan
Makalah berjudul “KONSEP-KONSEP DASAR KONSELING LINTAS BUDAYA
DALAM MASYARAKAT”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
ﷺPenulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh karena itu,
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis terima.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.
Penulis
ii
Daftar Isi
A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konselor yang demikian adalah konselor yang menyadari benar bahwa secara
kultural, individu memiliki karakteristik yang unik dan ke dalam proses konseling ia
membawa serta karakteristik tersebut. Untuk memiliki kepekaan budaya, konselor
dituntut untuk mempunyai pemahaman yang kaya tentang berbagai budaya di luar
budayanya sendiri, khususnya berkenaan dengan latar belakang budaya klien di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pandangan Rendon (1992) perbedaan budaya bisa terjadi pada ras atau
etnik yang sama ataupun berbeda. Oleh sebab itu definisi konseling lintas budaya yang
dapat dijadikan rujukan adalah sebagai berikut.Konseling lintas budaya adalah pelbagai
hubungan konseling yang melibatkan para peserta yang berbeda etnik atau kelompok-
kelompok minoritas; atau hubungan konseling yang melibatkan konselor dan konseli
yang secara rasial dan etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang dikarenakan
variabel-variabel lain seperti seks, orientasi seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia
(Atkinson, Morten, dan Sue, 1989:37). Dedi Supriadi (2001:6) mengajukan alternatif
untuk keefektifan konseling, setelah mengemukakan definisi konseling lintas budaya.
Bagi Dedi, konseling lintas budaya melibatkan konselor dan konseli yang berasal dari
latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh
6
terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak
berjalan efektif. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan
budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi
diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif secara
kultural.Dengan demikian, maka konselingdipandang sebagai “perjumpaan budaya”
(cultural encounter) antara konselordan klien.
Muhtar Bukhori (2001) menyatakan ada 3 hal yang penting yang perlu di
perhatikan dalam pelayanan bimbingan dewasa ini, yaitu bimbingan dalam teknik –
teknik belajar, bimbingan untuk mengenali kesempatan kerja dan perguruan tinggi, serta
bimbingan transformasi sosio – kultural, sosio – cultural.
Bersama perubahan yang besar cepat dalam masyarakat terbawa pula perubahan
budaya dengan nilai – nilainya ini merupakan suatu dimensi masalah yang bagi orang
tertentu sering menimbulkan masalah, mereka mengalami keterkejutan massa depan
(future shock) yang pada hakekatnya budaya (cultural shock). Dalam keadaan
ketidakpastian (uncertainty) dan kesemrawutan (chaos), mengalami stress akulturasi,
menjadikan orang gamang dan limung dalam menghadapi, memilih nilai hidup. Nilai –
nilai rujukan yang ada menjadi amat rentan dengan datangnya nilai baru yang mungkin
7
dangkal dan instrumental. Sehingga banyak orang yang mengalami kebingungan, konflik
nilai, dan kemampuan hidup.
Masih menurut Koentjaraningrat (2011: 81) bahwa kebudayaan terdiri atas tujuh
unsur, yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan
teknologi, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, dan kesenian. Tiap unsur
kebudayaan universal tentu juga terdapat dalam tiga wujud kebudayaan (sistem budaya,
sosial, dan kebudayaan fisiknya). Dengan demikian sistem ekonomi dapat berupa konsep,
rencanan, kebijakan, adat-istiadat yang ada hubungannya dengan ekonomi, tetapi juga
berupa tindakan- tindakan dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang,
ahli transpor, dan pengecer dengan para konsumen atau berbagai unsurnya, seperti
peralatan, komoditi, dan benda-benda ekonomi. Sistem religi dapat mempunyai wujud
sebagai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, ruh-ruh
halus, neraka, surga, dan lain-lain, tetapi juga sebagai berbagai bentuk upacara (baik yang
musiman maupun yang kadangkala), maupun berupa benda-benda suci serta religius.
Kesenian pun dapat berwujud berbagai gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng, atau
syair yang indah, tetapi juga dapat mempunyai wujud sebagai berbagai tindakan interaksi
9
Sedangkan nilai budaya yang khas (unik) adalah suatu nilai yang dimiliki oleh bangsa
tertentu.
Lebih dari itu, nilai-nilai ini hanya dimiliki oleh masyarakat atau etnis tertentu di
mana keunikan ini berbeda dengan kelompok atau bangsa lain. Keunikan nilai ini dapat
menjadi barometer untuk mengenal bangsa atau kelompok tertentu (Sulistyarini &
Jauhar, 2014: 265).
C. Unsur-unsur pokok dalam konseling lintas budaya
Dalam pengkajian isu tentang budaya, Locke dalam Brown (1988) mengemukakan
tiga unsur pokok dalam konseling lintas budaya, yaitu :
1. Individu adalah penting dan khas
2. Konselor membawa nilai-nilai yang berasal dari lingkungan budayanya
3. Klien yang dating menemui konselor juga membawa seperangkat nilai dan
sikap yang mencerminkan budayanya.
Selanjutnya Brown menyatakan bahwa keberhasilan bantuan konseling sangat
dipengaruhi oleh faktor bahasa, nilai, stereotype, kelas sosial, suku, dan juga jenis
kelamin.
Menurut Sue, faktor-faktor budaya yang berpengaruh dalam dalam konseling
adalah pandangan mengenai sifat hakikat manusia, orientasi waktu, hubungan dengan
alam, dan orientasi tindakan. Sehubungan dengan hal tersebut, Clemon E. Vontres dalam
dialognya dengan Morris Jacson mengemukakan bahwa budaya terdiri dari lima
lingkaran sosialisasi yang melingkupi dan mempengaruhi sikap, nilai-nilai dan bahasa.
Lima lingkup yang dimaksud meliputi : interaksi universal (dunia), ekologi
nasional (negara), regional, ras, dan etnis. Unsur tersebut mempengaruhi manusia sebagai
individu dalam berbagai bentuk kondisi.
Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa unsur pokok yang perlu diperhatikan
dalam konseling lintas budaya adalah sebagai berikut.
1. Klien sebagai individu yang unik, yang memiliki unsur budaya tertentu yang
berpengaruh pada sikap, bahasa, nilai,dan sebagainya.
2. Konselor sebagai individu yang unik juga tidak terlepas dari pengaruh unsur
budaya seperti halnya klien yang dilayani.
3. Dalam hubungan konseling konselor harus menyadari unsur tersebut dan
menyadari bahwa unsur budaya itu akan mempengaruhi keberhasilan proses
konseling.
10
D. Permasalahan konseling lintas budaya dalam masyarakat
Sue seperti dikutip oleh Jumarin (2002: 43-44) mencatat tiga hal yang menjadi
sumber hambatan atau kegagalan layanan konseling lintas budaya, yaitu:
(1) program pendidikan dan latihan konselor.
(2) literatur konseling dan kesehatan mental.
(3) proses dan praktek konseling.
1. Program pendidikan dan latihan konselor; Umumnya1. Program
pendidikan/latihan konselor (kurikulum, proses pembelajaran, dll.) mengacu
pada budaya kelas menengah ras kulit putih, sehingga para konselor kurang
memiliki pemahaman, kesadaran, keterampilan, dan pengalaman konseling
yang memiliki budaya berbeda dengan budaya barat (Eropa-Amerika).
11
BAB III
PENUTUP
A, Kesimpulan
Uraian di atas telah menjelaskan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang dihuni
oleh ratusan juta manusia yang memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Hal ini
wajar karena penduduk Indonesia terdiri dari berbagai suku yang mendiami beragam pulau
tersebut. Di sisi lain keragaman budaya, agama, dan bahasa merupakan salah satu pemicu
terjadinya konflik. Adakalanya konflik tersebut terjadi akibat gesekan-gesekan kecil maupun
besar yang apabila tidak diselesaikan akan menjadi masalah yang lebih besar. Maka dari itu
konseling dibutuhkan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang timbul. Terlebih lagi
yang dihadapi konselor terdiri dari manusia yang berbeda latar belakang budayanya.
Konselor dalam proses konseling lintas budaya harus paham dan mengerti beragama
budaya dari masing-masing klien, semisal klien dari suku Jawa, Madura, Bugis, Sunda, dan
sebagainya. Apabila konselor sudah paham dan mengerti siapa kliennya maka akan sangat
membantu dalam proses konseling selanjutnya. Permasalahan lain yang mungkin timbul dalam
proses konseling lintas budaya adalah apabila antara konselor dan konseli terdapat perbedaan
jenis kelamin berada dalam ruangan tertutup. Seperti diketahui tidak semua agama memiliki
persepsi yang sama ketika ada lawan jenis sedang berduaan di suatu ruangan, karena ditakutkan
terjadinya fitnah. Apabila tidak ada kesepahaman antara konselor dan konseli dalam masalah
tersebut maka dapat menghambat proses konseling.
Untuk itu seperti dijelaskan di atas konselor lintas budaya harus memiliki karakteristik
tertentu yakni, pertama: konselor lintas budaya harus sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang
dimilikinya dan asumsi terbaru tentang perilaku manusia. Kedua, konselor lintas budaya harus
sadar terhadap karakteristik konseling secara umum. Ketiga, konselor lintas budaya harus
mengetahui pengaruh kesukuan, dan harus mempunyai perhatian terhadap lingkungannya.
Keempat, konselor lintas budaya tidak boleh mendorong seseorang klien untuk dapat memahami
budayanya (nilai-nilai yang dimiliki konselor). Dan kelima, konselor lintas budaya dalam
melaksanakan konseling harus mempergunakan pendekatan eklekti
12
DAFTAR PUSTAKA
Sue, D.W. Dan Sue, D. 2003. Counseling The Culturally Diverse Theory And Practice. New
York John Wiley And Sons, Inc.
Sulistyarini & Mohammad Jauhar, 2014, Dasar-Dasar Konseling, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Berry, Jhon W, et.al. (1999). Psikologis Lintas Budaya, Riset dan Aplikasi (terjemahan).
Jakarta: Gramedia. Cohen, Yehudi A. (1971). The shaping of men’s minds: Adaptation to the
imperatives of culture. In Anthropological Perspectives on Education (Wax et/al edit ). New
York: Basic Bookks, Inc, Publishers.
Source: https://www.materikonseling.com/2021/02/konsep-konseling-lintas-budaya.html