MODERASI BERAGAMA
“DINAMISME MODERASI BERAGAM”
Disusun Oleh:
Dahnia Santari (2215010039)
Madhuri dypsy (2215010055)
Annisa Putri (2215010047)
Dosen Pembimbing:
Prof.Dr.Eka Putra Wirman,M.A
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca. Guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan........................................................................................................................
A.Latar Belakang....................................................................................................................
B.Rumusan Masalah...............................................................................................................
C.Tujuan Penulisan.................................................................................................................
Bab 2 Pembahasan........................................................................................................................
A.Moderasi Beragama di Indonesia Masyarakat Multikultural dan Budaya Lokal
B.Konflik Timbulnya Moderasi Beragama
C. Moderasi Islam; Solusi Masyarakat Multikultural
BAB III Penutup...........................................................................................................................
A.Kesimpulan.........................................................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia memiliki keragaman,mencakup beraneka ragam
etnis,bahasa,agama,budaya,dan status sosial. Keragaman dapat menjadi “integrating force” yang
mengikat kemasyarakatan namun dapat menjadi penyebab terjadinya benturan antara
budaya,antar ras,etnik,agama dn antar nilai-nilai hidup.
Keragaman budaya (multikultural) merupakan peristiwa alami karena bertemunya
berbagai budaya,berinteraksinya beragam individu dan kelompok dengan membawa perilaku
budaya,memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Keragaman seperti keragaman budaya,latar
belakang keluarga,agama,dan etnis tersebut saling berinteraksi dalam komunikasi masyarakat
Indonesia.
Dalam masyrakat multikultural,interaksi sesama manusia cukup tinggi
itensitasnya,sehingga kemampuan sosial warga masyarakat dalam berinteraksi antar manusia
perlu dimiliki setiap anggota masyarakat. Keragaman suku,ras,agama,perbeaan bahasa dan nilai-
nilai hidup yang terjadi di Indonesia sering berbuntut sebagai konflik. Konflik di masyarakat
yang bersumber pada kekerasan anatar kelompok yang meledak secara sporadis di berbagai
kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam
negara bangsa ,betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya saling
pengertian antar kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masyarakat multikultural dan budaya lokal
2. Bagaiman konflik timbuknya modersi beragama
3. Bagaimana kesulitan menjalankan moderasi beragama pada mayarakat multikultural
C. Tujuan Penulisan
Konflik masyarakat dan pemicu disharmoni masyarakat yang pernah terjadi dimasa lalu
berasal dari kelompok ekstrim kiri (komunisme) dan ekstim kanan (islamisme). Namun sekarang
1
Gunung djati conference series,vol. 8 (2022)
2
Jurnal diklat keagamaan,vol 13,no.2,februari-maret 2019
3
Jurnal Bimas Islam vol.12 No.1
ini ancaman negara kadang berasal dari globalisasi dan islamisme,yang disebut sebagai dyan
fundamentallisme.
Dalam konteks fundamentalisme agama,maka untuk menghindari disharmoni perlu di
tumbuhkan cara baragama yang moderat,atau cara berislam yang ingklusif atau sikap beragama
yang terbuka,yang di sebut sikap moderasi beragama. Berbagai konflik dan ketegangan antar
ummat manusia dalam keragamaan agama,suku,faham dan sebagainya telah memunculkan
ketetapan internasional lewat perserikatan bangsa-bangsa yang menetapkan tahun 2019 ini
sebagai “tahun moderasi internasional” (the international year of moderation). Penetapan ini
jelas sangat relevan dengan komitmen kementrian agama untuk menggunakan moderasi
beragama.
Agama menjadi pedoman hidup dan solusi jalan tengah (the middle path)yang adil dalam
menghadapi masalah hidup dan kemasyarakatan,agama menjadi cara pandang dan pedoman
yang seimbang antara urusan dunia dan akhirat,akal dan hati, rasio dan norma,idealisme dan
fakta,individu dan masyarakat. Hal sesuai dengan tujuan agama diturunkan ke dunia ini agar
menjadi tuntutan hidup,agama diturunkan ke bumi untuk meenjawab berbagai mikro maupun
makro, keluarga mau pun negara.4
4
Jurnal diklat keagamaan,vol.13,no.2,februari-maret 2019
Ketut gunawan dan yohanes rante, manajemen konflik atasi dampak masyarakat multikultural di indonesia, jurnal
mitra ekonomi dan manajemen bisnis, vol.2, oktober 2011, 212-224
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarlan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa moderasi beragama merupakan cara
pandang ,sikap dan perilaku dengan mengambil jalan tengah. Kunci terciptanya toleransi dan
kerukunan,baik di tingkat lokal,nasional,maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak
ekstrenisme dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan,demi terpeliharanya
peradaban dan terciptanya perdamaian.
Dengan cara inilah masing-masing umat beragama dapat memperlakuakan orang lain
secara terhormat,menerima perbedaan,serta hidup bersama dalam damai dan harmoni. Dalam
masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan
melainkan keharusan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, A. (2019). Moderasi beragama dalam keragaman Indonesia. Inovasi-Jurnal Diklat
Keagamaan, 13(2), 45-55.
Dawing, D. (2017). Mengusung moderasi Islam Di tengah masyarakat multikultural. Rausyan Fikr:
Jurnal Ilmu Studi Ushuluddin Dan Filsafat, 13(2), 225-255.