NIDN : 0902057504
DISUSUN OLEH :
(1052711047180)
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami sebagaimana mestinya.
Shalawat dan salam juga tak lupa pula kami kirimkan kepada baginda nabiyullah
Muhammad SAW, selaku tokoh reformasi bagi kita yang membawa kita dari zaman
jahiliyyah sampai cahaya islam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.
Makalah ini dibuat guna memenuhi kewajiban kami selaku mahasiswa, dalam
rangka memenuhi tugas yang telah diberikan oleh Dosen yang bersangkutan dan
merupakan syarat dalam memperoleh nilai tugas pada mata kuliah Komunikasi
Antarbudaya dan Agama dengan tema makalah “Hakikat Komunikasi Antarbudaya dan
Agama”
Dalam penyusunan makalah ini, kami sadar sepenuhnya atas segala kekuranganya
sehingga dibutuhkan masukan dari berbagai pihak dari demi kesempurnaan makalah
selanjutnya, dan kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih atas saran
dan masukan maupun kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu menyertai dan meridhoi kita.
Amin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Tertanda
penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................5
A. Kesimpulan...............................................................................20
B. Saran.........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-
orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi.
Sebagai bagian dari budaya yang berbeda, seharusnya bangsa Indonesia
saling menghargai dan saling mempelajari antara satu budaya dengan budaya
lainnya agar dapat tercipta sikap toleransi terhadap perbedaan yang bahkan
terkadang sangat mendalam.
Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek-
aspek budaya yang di pelajari oleh para antropolog dan para ilmuwan sosial
lainnya. Sangat penting bukan saja yang di jumpai pada setiap masyarakat yang
sudah diketahui, tetapi karena juga penting saling pengaruh mempengaruhi antara
lembaga budaya satu dengan yang lainya.
Di dalam agama itu di jumpai ungkapan materi budaya dalam tabiat manusia
serta dalam sistem nilai, moral dan etika. Agama itu saling pengaruh
mempengaruhi dengan sistem organisasi kekeluaragaan, perkawian, ekonomi,
hukum, dan politik. Agama juga memasuki lapangan pengobatan, sains dan
teknologi
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Komunikasi antarbudaya dan Agama ?
2. Apa Hakikat antarbudaya dan Agama ?
3. Apa Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya dan Agama ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Komunikasi antarbudaya dan Agama ?
2. Untuk Mengetahui Hakikat antarbudaya dan Agama ?
3. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya dan Agama ?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tukang Blog, “Komunikasi Antar Budaya dan Agama”. Di akses dari
https://tukangblog.blogspot.com/2010/11/komunikasi-antar-agama-dan-budaya.html pada November 2010
demi mencapainya suatu tujuan komunikasi yang sama serta terjalin interaksi
yang lancar pada hakekatnya.2
Kemudian, Rich (1974) menyimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya
terjadi ketika orang-orang yang berbeda kebudayaan dipertemukan. Sehingga,
dapat ditarik kesimpulan, bahwa komunikasi antar budaya ini merupakan
komunikasi yang terjadi ketika kedua orang atau lebih sedang proses
berkomunikasi, untuk mencapai pemahaman, maupun pengertian yang terjadi di
antara khalayak yang berbeda kebudayaan. Oleh karena itu, kegiatan inilah yang
membawa keselarasan dalam berkomunikasi.3
3 ( tiga ) Sasaran komunikasi antar budaya yang selalu dikehendaki dalam
proses komunikasi antar budaya, yaitu :
1. Agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang –
orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
2. Agar dapat meningkatkan hubungan antar pribadi dalam suasana antar budaya
3. Agar tercapai penyesuaian antar pribadi.4
2
Heru, “Komunikasi Antar Budaya, Fungsi, Tujuan, Imlemenntasi” di akses dari
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-antar-budaya pada tanggal 07 Maret 2017
3
“Komunikasi Antar Budaya, Fungsi, Tujuan, Imlemenntasi” di akses dari
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-antar-budaya pada tanggal 07 Maret 2017
4
Tukang Blog, “Komunikasi Antar Budaya dan Agama”. Di akses dari
https://tukangblog.blogspot.com/2010/11/komunikasi-antar-agama-dan-budaya.html pada November 2010
Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’ berasal dari bahasa Sangsekerta yang
erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti ‘’tidak
pergi’’tetap di tempat, diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung
arti menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan atau kebiasaan.
2. Hakikat Agama
Muhammad Natsir, dalam sebuah bukunya Islam dan Kristen di
Indonesia mengatakan:
Disamping itu telah diakui pula oleh sarjana bahwa agama adalah hal yang
disebut sebagai “problem of ultimare concern”, suatu problem yang mengenai
kepentingan mutlak, yang berarti jika seseorang membicarakan soal
agamanya, maka ia tak dapat tawar menawar, apabila berganti; agama bukan
sebagai rumah atau pakaian yang kalau perlu diganti, akan tetapi sekali kita
memeluk keyakinan, tak dapatlah keyakinan itu pisah dari seseorang.8
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh M Natsir, Abudin Nata,
dalam bukunya Metodologi Studi Islam mengutip pendapat Mukti Ali
mengatakan bahwa barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi
pengertian dan definisi selain dari kata agama. Pernyataan ini didasarkan pada
tiga alasan. Pertama, bahwa pengalamana agama adalah soal bathini,
subyektif, dan sangat individualis sifatnya. Kedua, barangkali tidak ada orang
yang begitu semangat dan emosional daripada orang yang membicarakan
agama. Karena itu, setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi
yang melekat erat sehingga kata agama sulit didefinisikan. Ketiga, konsepsi
7
Ade Oktavia, dkk, “Komunikasi Antar Budaya”, di akses dari
https://makalahislamilmiah.blogspot.com/2017/05/komunikasi-antar-budaya.html pada tanggal 01 Mei
2017
8
Assyifa, “hubungan Antar Agama Sebagai Komunikasi Antar Budaya”, di akses dari https://avry-
assyifa.blogspot.com/2012/10/hubungan-antar-agama-sebagai-komunikasi.html pada Oktober 2012
tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi
tersebut.9
9
Assyifa, “hubungan Antar Agama Sebagai Komunikasi Antar Budaya”, di akses dari https://avry-
assyifa.blogspot.com/2012/10/hubungan-antar-agama-sebagai-komunikasi.html pada Oktober 2012
Oleh karena itu, dengan mengerti hakikat dalam berkomunikasi, maka
sikap inklusvfitas akan lebih mudah dengan saling memahami segala macam
bentuk perbedaan yang ada.10
10
Blogger, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Antar Budaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-antarbudaya.html?m=0 pada
tanggal 22 Januari 2020
kelompok. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain faktor
kognitif seperti konsep diri, persepsi, sikap, orientasi diri, dan harga diri.
Konteks komunikasi antarbudaya juga meliputi komunikasi antarpribadi
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang pribadi
atau kelompok, termasuk latar belakang kebudayaan. Pada hakikatnya
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi seorang komunikator dengan
seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubungan prosesnya
yang dialogis.11
11
Blogger, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Antar Budaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-antarbudaya.html?m=0 pada
tanggal 22 Januari 2020
bahasa itu melalui ucap yang dalam istilah komunikasi disebut komunikasi
lisan. Selain penyampaian pesan yang dilakukan secara oral/lisan, kita
kadang-kadang mengalihkan pesan melalui tulisan. Itulah disebut komunikasi
verbal. Bahasa (lisan atau tulisan), merupakan media untuk saling
memperkenalkan kebudayaan. Seseorang dapat mempelajari atau saling
bertukar informasi tentang budayanya kedapa orang lain.
Ketika lagu-lagu diperdenganrkan, mulai dari bintang kecil hingga
Indonesia Raya. Alat musik tradisional semacam angklung pun terdengar.
Busana dikenakan juga, busana dari Sabang sampai Merauke. Ada yang
mengenakan pakaian Bali, Minang, atau Jawa. Dengan gerakan lentur dan
lucu, para penari yang masih seusia SD itu pemperlihatkan keterampilan
membawakan tari Pasambahan, Indang, hingga tari Merak. Tetapi ada yang
membedakan dengan pesta di sekolah Indonesia. Para penarinya tidak berkulit
sawo matang. Mereka adalah bocah-bocah bule, dengan mata biru atau
cokelat, atau berambut pirang. Mereka adalah murid-murid SD Benalla East,
kira0-kira 120 km dari Melbourne, Australia. Mereka, para murid sekolah itu,
tertari belajar bahasa Indonesia, termasuk keseniannya. Cerita ini
menunjukkan bahwa anak-anak Australia belajar komunikasi antarbudaya.
Medianya adalah bahasa Indonesia yang dipelajari secara verbal melalui kata-
kata dan secara nonverbal melalui tarian.12
4. Komunikasi Non Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal (bahasa)
juga memakai kode nonverbal. Kode nonverbal biasa disebut bahasa isyarat
atau bahasa diam (silent language).
Di Spanyol, untuk mamanggil seseorang, lambaian jari-jari tangan
dengan telapak tangan di bawah. Di Amerika, tangan digunakan bebas pada
saat berbicara. Ibu jari dan telunjuk bersama-sama membentuk lingkaran
dengan ketiga jari lainnya lepas (berdiri renggang) berarti ‘Oke’ atau segala
sesuatunya beres. Akan tetapi di Brazil justru isyarat Oke-nya Amerika di
12
Blogger, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Antar Budaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-antarbudaya.html?m=0 pada
tanggal 22 Januari 2020
anggap tidak senonoh. Hal ini tidak dapat dibayangkan, bagaimana jika terjadi
komunikasi antar orang Amerika dengan orang Brazil?. Petikan di atas,
menunjukkan bahwa pesan-pesan komunikasi tidak dialihkan hanya secara
verbal, tetapi dengan menggunakan bahasa isyarat, gerakan-gerakan anggota
tubuh, tangan, bahkan jari demi jari. Semua gerakan itu mempunyai makna
tertentu.
Oleh karena itu, peranan komunikasi antarbudaya sangat penting, agar
dalam berkomunikasi terhadap orang yang berbeda dengan budaya dengan
kita tidak terjadi misunderstanding of culture values. Coba bayangkan, anda
sebagai orang Amerika memakai simbol-simbol bahasa nonverbal anda di
tengah-tengah orang Brazil, maka yang terjadi adalah mereka (orang Brazil)
akan tersinggung atau kemungkinan akan mengusir anda. Oleh sebab itu,
sangat penting memahami budaya orang lain secara arif tanpa sikap
etnosentrisme ataupun stereotip.13
5. Pendidikan
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Indonesia merupakan
negara yang multi-kultur yaitu terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa, budaya
dan agama. Perbedaan tersebut membuat Indonesia rentang dengan konflik.
Di era globalisasi saat ini, pergaulan antarmanusia, bangsa, etnis, agama,
suku, dan budaya semakin hari semakin rapat, dekat, dan menyempit,
sehingga nyaris tidak ada jarak ruang dan waktu yang berarti. Dalam
masyarakat global terjadi pergumulan, perbenturan, dan percampuran nilai-
nilai yang jauh lebih mendalam, rumit, dan kompleks daripada hanya sekedar
perbenturan kategori-kategori antropologi klasik seperti suku, ras, etnis, dan
agama.
Globalisasi mempunyai kekuatan untuk mendobrak nilai-nilai tradisi
dan agama yang telah mapan. Untuk itu, diperlukan telaah ulang terhadap
nilai-nilai yang berkembang pada era global yang telah ikut membentuk pola
budaya dan perilaku sosial masyarakat Indonesia selama ini, dan kemudian
13
Blogger, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Antar Budaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-antarbudaya.html?m=0 pada
tanggal 22 Januari 2020
mencari nilai-nilai baru yang lebih kondusif bagi masyarakat yang plural di
masa mendatang. Peran pendidikan tentang multikultur sangat penting untuk
menciptakan kehidupan damai antarumat manusia khususnya di Indonesia
yang selama ini disalahartikan.
Pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk mengajarkan
keragaman dengan mengedepankan rasionalitas, intelektual, sosial dan
pragmatis secara inter-relatif yaitu mengajarkan inklusivisme, pluralisme, dan
saling menghargai semua orang, menginterpretasikan studi tentang fakta-
fakta, sejarah, kebudayaan, nilai-nilai, struktur, perspektif, dan kontribusi
semua kelompook ke dalam kurikulum sehingga dapat membangun
oengetahuan yang lebih kaya dan kompleks, dan akurat tentang kondisi
kemanusiaan di dalam dan melintasi konteks waktu, ruang dan kebudayaan
tertentu. Orientasi pendidikan semacam ini, untuk mengubah tingkah laku
individu untuk tidak berprasangka negatif, meremehkan apalagi melecehkan
budaya orang atau kelompok lain, khususnya dari kalangan minoritas. Selain
itu, juga ditujukan untuk , adalah untuk menumbuhkan pemahaman dan
toleransi dalam diri individu terhadap berbagai perbedaan rasil, etnis, agama,
gender, warna kulit dan lain sebagainya.14
6. Diskusi
Diskusi dan dialog tentang persoalan di masyarakat yang diakibatkan
perbedaan budaya, agama, ras merupakan moment untuk mendamaikan dan
menghentikan konflik tersebut.Terjadinya konflik yang bernuansa SARA,
mulai sejak tahun 1995 hingga sekarang, dipicu dan disulut oleh isu perbedaan
dan pertentangan antarsuku, ras, agama dan golongan, di Pekalongan (1995),
Tasikmalaya (1996), Rangkasdengklok (1997), Sanggau Ledo, Kalimantan
Barat (1996 dan 1997), Ambon dan Maluku (1999),[bahkan di Poso yang
hingga hari ini suasananya masih memanas. Akibat dari konflik tersebut
mendapat perhatian serius pemerintah bahkan masyarakat secara umum untuk
mencari solusi alternatif. Berbagai dialog pun dilakukan sebagai solusi untuk
membangun dan menumbuhkan kesadaran di antara mereka yang bertikai.
Meskipun sebagian kalangan menilai bahwa dialog kurang efektif
sebagai mediator untuk mereda konflik yang berbau SARA tersebut. Langkah
tersebut hanya efektif dan berguna untuk elit pemimpin agama, tetapi belum
dapat menyentuh lapis bawah dan akar rumput umat. Apakah pandangan
seperti itu benar seratus persen, apakah langkah dialog memang tidak efek?
Alasan seperti itu tentunya tidak bisa dijadikan landasan teori sepenuhnya,
untuk mengklaim bahwa dialog tidak efektif.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa tujuan dialog
adalah untuk merundingkan atau mendiskusikan permasalah yang terjadi,
tentang perbedaan ra s, agama, budaya, bahasa, dan kalim-klaim ekslusif yang
berdampak munculnya sikap egoisme dengan menganggap klaimnya yang
benar. Sikap egoisme merupakan akar permasalahan yang saat ini terjadi di
Indonesia.Suatu suku menganggap dirinya yang lebih tinggi dibangingkan
dengan suku lain, suatu agama menganggap agamanya yang paling benar, dan
tidak mengakui suku dan agama yang berbeda dengannya.
Hakikat dialog bukan sekedar memberi informasi, mana yang sama dan
mana yang berbeda, bukan pula merupakan suatu usaha agar orang yang
berbicara menjadi yakin akan eksistensi dirinya, dan menjadikan orang lain
mengikutinya, dan bukan pula merupakan usaha untuk mengitegrasikan yang
berbeda menjadi satu, bukan pula usaha untuk menciptakan sesuatu yang baru
yang dapat diterima oleh semua pihak, bukan pula mencari kemenangan atas
yang lainnya, akan tetapi dialog bertujuan untuk menciptakan kesamaan dan
saling pengertian untuk mencapai kebenaran dalam proyek-proyek yang
menyangkut kepentingan bersama.15
7. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang berlangsung di mana
pesannya dikirim dari sumber yang melembanga kepada khalayak yang
sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televise,
surat kabar dan film. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi
lainnya. Komunikasi massa memiliki ciri tersendiri, yaitu sifat pesannya
terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, golongan,
suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan.
Selain itu, sifat penyebaran pesan komunikasi massa berlangsung sangat
cepat, serempak dan luas. Ia mampu mengatasi jarak dan waktu, serta tahan
lama bila didokumentasikan. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi
antara orang-orang yang berbeda budaya (ras, etnik, agama, atau perbedaan-
perbedaan sosio- ekonomi).Karena ciri masyarakat Indonesia adalah plural
yang terdiri dari berbagai macam suku, adat-istiadat, bahasa, budaya dan
agama, maka efektivitas peran media komunikasi sangat membantu untuk
menyampaikan pesan-pesan baik budaya maupun agama. Dalam hal ini,
komunikasi antarbudaya dan agama sangat memungkinkan untuk dilakukan
mengingat media dan sarana tersebut merupakan bagian dari komunikasi
antarbudaya dan agama itu sendiri.
15
Blogger, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Antar Budaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-antarbudaya.html?m=0 pada
tanggal 22 Januari 2020
Salah satu bentuk dan kelebihan komunikasi massa, adalah pesan yang
disampaikan tidak mesti harus bertatap muka dengan komunikan, akan tetapi
cukup dengan melalui media massa, komunikan dapat menerima pesan-pesan
yang disampaikan. Apakah itu melalui televise, radio, telepon, iklan, film dan
lain sebagainya.
Walaupun media massa lebih bersifat pada komunikasi satu arah, akan
tetapi isi pesan yang disampaikannya dapat merubah dan mempengaruhi sikap
dan perilaku komunikan (khalayak), apakah feed back-nya itu negatif
begitupun sebaliknya.16
Kehadiran media komunikasi sangat sulit dibendung dengan berbagai
dampak yang ditawarkan. Oleh karena itu, subtansi dalam komunikasi antar
budaya dan agama dapat tercapai, harus dilakukan sensor secara substantif
yang berperan sebagai korektor terhadap penyimpangan norma sosial yang
dominan, dengan melancarkan tekanan korektif terhadap subsistem yang
mungkin keluar dari keseimbangan fungsional. Pengungkapan skandal atau
perbuatan yang merugikan kepentingan umum dan melecehkan nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, harus disiarkan dengan fungsi sebagai
pemeliharaan kestabilan. Sedang kontrol secara distributif, berfungsi
memelihara keseimbangan sistem melalui diseminasi selektif dan berbagai
ragam teknik-teknik penyebaran maupun penyaringan informasi, yang
mungkin dapat mengundang kemelut dalam masyarakat atau menimbulkan
perpecahan, justru media komunikasi dituntut untuk dapat menampilkan
berbagai informasi yang bersifat apresiatif terhadap budaya masyarakat lain.
Diharapkan dengan kahadiran media-media tersebut (radio, televise,
internet, iklan, dan lain sebagainya) dapat memberikan kontribusi yang bisa
membantu efektivitas pelaksanaan komunikasi antarbudaya dan agama.17
16
Blogger, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Antar Budaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-antarbudaya.html?m=0 pada
tanggal 22 Januari 2020
17
Blogger, “Bentuk-Bentuk Komunikasi Antar Budaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-antarbudaya.html?m=0 pada
tanggal 22 Januari 2020
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi antar budaya adalah satu komunikasi yang antara
sumber sebagai satu faktor utama yang paling penting dan
penerimanya yang adalah faktor penunjang dalam terjadinya proses
komunikasi berasal dari budaya yang berbeda.
Agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan
haluan,peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan.
Sedangkan menurut Istilah agama adalah undang-undang atau
peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya
dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam
Hakikat Komunikasi Antar Budaya terdiri dari Elkulturasi dan
Akulturasi.
Agama adalah hal yang disebut sebagai “problem of ultimare
concern”, suatu problem yang mengenai kepentingan mutlak, yang
berarti jika seseorang membicarakan soal agamanya, maka ia tak dapat
tawar menawar, apabila berganti; agama bukan sebagai rumah atau
pakaian yang kalau perlu diganti, akan tetapi sekali kita memeluk
keyakinan, tak dapatlah keyakinan itu pisah dari seseorang
Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya dan agama diantaranya
adalah komunikasi antar pribadi, komunikasi antar verbal, dan
komunikasi antar verbal.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih
terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Assyifa, “hubungan Antar Agama Sebagai Komunikasi Antar Budaya”, di akses dari
https://avry-assyifa.blogspot.com/2012/10/hubungan-antar-agama-sebagai-
komunikasi.html pada Oktober 2012
Blogger, “Bentuk-bentuk Komunikasi antarbudaya dan Agama” di akses dari
https://www.kumpulanmakalah.com/2016/04/bentuk-bentuk-komunikasi-
antarbudaya.html?m=0 pada tanggal Januari 2020