Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI BISNIS

Pentingnya komunikasi bisnis

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Nyoman Resa Adhika, SE., MM

OLEH:

Kelompok 3

1.Putu Diah Apsari (05)

2.Ni Komang Alisa Andriani (33)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar

2021

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Komunikasi Bisnis Lintas Budaya” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Nyoman Resa Adhika, SE., MM pada mata kuliah Etika Bisnis.

Penulis menyadari dalam penuisan ini masih belum sempurna. Dengan demikian penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat kepada para pembaca. Dan akhir kata penulis mengucapkan terimakasih

Om Shanti, Shanti, Shanti OM

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. iv

1.1 latar belakang ................................................................................................................ v


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... v
1.3 Tujuan makalah ............................................................................................................. v

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

2.1 Pentingnya komunikasi bisnis ...................................................................................... 7

2.2 Memahami Budaya dan perbedaan Budaya .................................................................. 8

2.3 Mengenali perbedaan budaya ....................................................................................... 8

2.4 Menghadapi hambatan bahasa .................................................................................... 11

2.5 Menghadapi reaksi Etnosentris ................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 17

3.2 saran ............................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena manusia tidak bisa lepas dari
komunikasi, karena dengan berkomunikasi manusia dapat saling berinteraksi atau
berhubungan satu sama lainnya baik dalam kehidupan sehari-hari, dirumah, pasar atau dimana
tempat mereka berinteraksi. Disadari sepenuhnya bahwa komunikasi yang dilakukan manusia
selalu mengandung potensi perbedaan budaya, sekecil apa pun perbedaan itu sangat
membutuhkan upaya untuk keberhasilan proses komunikasi secara efektif yakni dengan
menggunakan informasi budaya mengenai pelaku-pelaku komunikasi yang bersangkutan. Tak
dapat di elak lagi komunikasi lintas budaya menjadi kebutuhan bagi semua kalangan untuk
menjalin hubungan yang baik dan memuaskan bagi setiap orang, terutama mereka yang
berbeda budaya. Pada awalnya studi Lintas Budaya berasal dari perspektif antropologi sos-bud
yang bersifat depth description yaitu penggambaran mendalam tentang perilaku komunikasi
berdasarkan kebudayaan tertentu. Sehingga diawalnya Komunikasi Lintas Budaya diartikan
sebagai proses mempelajari komunikasi diantara individu maupun kelompok suku, bangsa dan
ras yang berbeda negara. Alasannya karena beda negara pasti beda kebudayaannya. Sebaliknya
adalah Komunikasi Antar Budaya yang dilakukan oleh pribadi-pribadi dalam suatu bangsa
yang sama. Studi KLB ini berkembang dari studi-studi mengenai antropologi budaya yang
mempelajari proses-proses komunikasi dalam berbagai ragam budaya yang berbeda (karya
Edward T Hall seperti “The Silent Language”, “The Hiden Dimension” dan “Beyond Culture.
melalui pemahaman lintas budaya, akan ditarik serat-serat perbedaan atau persamaan lintas
budaya secara individu atau masyarakat, selanjutnya dapat pula di identifikasi unsur-unsur
yang dapat melanggengkan komunikasi. Tentu saja untuk memahami budaya orang lain, setiap
perilaku komunikasi harus terlebih dahulu memahami budayanya sendiri. Dengan kesadaran
lintas budaya, selanjutnya akan muncul sikap saling menghargai bagi setiap kebutuhan,
aspirasi, perasaaan dan masalah manusia. Komunikai lintas budaya (cross-cultural
communication) atau sering juga disebut dengan istilah komunikasi antar budaya bersifat
informal, personal dan tidak selalu terikat antar bangsa atau antar negara.

iv
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu:
a. Bagaiamana pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya ?
b. Bagaiamana pentingnya memahami budaya dan perbedaannya ?
c. Bagaiamana mengenali perbedaan budaya ?
d. Bagaimana menghadapi perbedaan budaya ?
e. Bagaiamana menghadapi reaksi etsonestris ?
1.3 Tujuan makalah
Adapun tujuan dari makalah diatas yaitu:
a. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya
b. Untuk mengatahui pentingnya memahami budaya dan perbedaannya
c. Untuk mengetahui cara mengenali perbedaan budaya
d. Untuk mengetahui cara menghadapi perbedaan budaya
e. Untuk mengetahui cara menghadapi reaksi etsonestris

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya

Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses mengirim dan menerima pesan bisnis
antarindividu yang berbeda budaya. Perbedaan budaya merupakan salah satu hambatan
komunikasi yang paling sulit diatasi. Namun, berkomunikasi dengan seseorang yang berbeda
budayanya tidak mungkin dihindari, terlebih lagi dalam era globalisasi ini. Perusahaan
keluarga atau tertutup telah banyak berubah menjadi perusahaan terbuka (public company).
Perusahaan lokal dan nasional telah berkembang menjadi Multinational Company (MNC)
yang berskala internasional. Misalnya, Unilever, P&G, IBM, dan Coca-Cola membuka
cabangnya di berbagai negara atau berafiliasi dengan perusahaan asing. Meningkatnya kerja
sama perdagangan dan berkurangnya halangan untuk memasuki pasar akan memperluas arena
perdagangan internasional. Contoh kerja sama perdagangan global adalah WTO, AFTA, dan
NAFTA. Operasi global akan meningkatkan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan budaya
asing. Baik berada di negara sendiri maupun di negara asing, tetap ada kemungkinan untuk
berkomunikasi dengan seseorang dengan berbagai latar belakang budaya dan bahasa. Interaksi
lintas budaya terjadi dalam komunikasi internal maupun eksternal perusahaan. Dalam
komunikasi internal akan terjadi interaksi antarpekerja yang berasal dari berbagai bangsa.
Sementara dalam komunikasi eksternal, perusahaan akan berhadapan dengan pelanggan,
pemasok, investor, dan pesaing dari berbagai negara. Untuk mempermudah komunikasi,
pekerja tidak hanya dituntut mampu menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional,
tetapi juga meningkatkan pemahaman terhadap budaya asing.

Beberapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya yang beragam dan
berbeda.Kelompok budaya utama terdiri atas beberarapa kelompok budaya yang cenderung
homogen. Kelompok budaya yang cenderung homogen yang ada dalam suatu budaya utama
disebut subbudaya. Misalnya, budaya Indonesia terdiri atas beberapa subbudaya etnik Jawa,
Sunda, Bali, Betawi, Dayak Sasak, dan lain-lain. Selain itu, terdapat kelompok-kelompok
masyarakat yang tidak memenuhi kriteria sebagai subbudaya, tetapi memiliki ciri-ciri yang
mencolok. Kelompok itu sering disebut subkelompok yang menyimpang (deviant subculture).

6
Contoh kelompok itu adalah kaum homoseks, waria, pecandu obat bius, dan penganut sekte
agama yang dilarang. Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan
dan perbedaan dalam aspek-aspek tertentu. Setiap manusia menganut budayanya
sendirisendiri. Budaya memenuhi seseorang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia,
bahkan perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh budaya. Komunikasi lintas
budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari interaksi antara orang-orang yang
budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi dalam orang-orang yang budayanya
sama, tetapi subbudaya atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara
budaya yang satu dengan yang lain tergantung pada tingkat keunikan masing-masing.
Mengakui dan mengakomodasi perbedaan budaya tanpa mengharapkan orang dari budaya
mana pun untuk meninggalkan identitas merupakan langkah penting ke arah komunikasi lintas
budaya yang efektif. Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman
terhadap perbedaan budaya. Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman terhadap
perbedaan budaya sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan. Mengenali Perbedaan
Budaya Ketika seseorang berkomunikasi, pada umumnya terdapat kecenderungan untuk
menggunakan asumsi budayanya sendiri dan menganggap orang lain memiliki budaya,
bahasa, dan persepsi seperti dirinya. Perbedaan budaya yang semakin besar akan berakibat
pada semakin besarnya perbedaan persepsi. Perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial,
gagasan mengenai status, kebiasaan membuat keputusan, sikap terhaddap waktu, penggunaan
ruang, konteks budaya, bahasa tubuh, sopan, santun, dan tingkah laku etis.

2.2 Memahami Budaya dan Perbedaan Budaya

Budaya adalah simbol, keyakinan, sikap, nilai, harapan, dan norma tingkah laku yang
dimiliki bersama (Bovee dan Thill, 2003:68). Budaya juga diarti- kan sebagai konvensi-
konvensi kebiasaan, sikap. dan perilaku sekelompok orang (Heart, 2004:125). Semua anggota
suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana seharusnya berpikir, bertingkah
laku, dan ber- komunikasi. Mereka bertindak cenderung dengan cara yang serupa sesuai asumsi
yang dianut. Budaya dimiliki oleh seluruh manusia, hanya saja terdapat persamaan dan
perbedaan dalam aspek – aspek tetentu. setiap manusia menganut budayanya sendiri-sendiri.
Budaya memengruhi seseorang sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, bahkan
perlakuan setelah meninggal dunia pun dipengaruhi oleh budaya. Komunikasi lintas budaya

7
terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari interaksi antara orang-orang yang budayanya
berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi antara orang-orang yang budayanya sama, tetapi
subbudayanya atau subkelompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang
satu dengan yang lain terganntung pada tingkat keunikan masing-masing. Mengakui dan
mengakomodasikan perbedaan budaya tanpa mengharapkan orang dari budaya mana pun untuk
meninggalkan identitas diri merupakan langkah penting ke arah komunikasi lintas budaya yang
efektif. Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap
perbedaan budaya. Selain mempermudah hubungan bisnis, pemahaman terhadap perbedaan
budaya sekaligus juga meningkatkan reputasi perusahaan.

2.3 Mengenali Perbedaan Budaya


ketika seseorang sedang berkomunikasi, pada umumnya orang tersebut akan berasumsi
mengenai budayanya sendiri dan menganggap orang lain memiliki budayanya sendiri.
perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai sosial, gagasan mengenai status, kebiasaan
membuat keputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang, konteks budaya, bahasa
tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis.
a. Nilai-Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. nilai-nilai sosial dapat
mempengaruhi tindakan seseorang
b. Peran dan Status
Budaya juga menentukan cara seseorang dalam menunjukkan rasa hormat kepada
atasan. konsep status juga berbeda-beda. misalnya, manajer puncak di Amerika Serikat
emiliki ruang kerja khusus. namun di prancis, manajer puncak bekerja diruang terbuka
dan dikelilingi para menajer menegah.
c. Adat Pembuatan Keputusan
Di amerika serikat dan kanada, pelaku bisnis berusaha memcapai keputusan secepat
dan seefisien mungkin. manajer puncak cukup memikirkan hal-hal pokok saja.
sedangkan di yunani, mengabaikan rincian dianggap sebagai sikap menghindar dan
tidak dapat di percaya. di pakistan, pengambilan keputusan cukup dilakukan oleh
eksekutif tinggi. di sina dan jepang, pengambilan keputusan dilakukan secara

8
konsensus melalui proses yang rumit dan waktu yang panjang. persetujuan harus
lengkap dan tidak ada aturan mayoritas.
d. Konsep Mengenai Waktu
Perbedaan konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah pengertian. bagi
eksekutif Amerika Serikat dan Jerman, waktu menjadi penentu rencana kerja agar bisa
efisien dan fokus pada satu kegiatan pada periode tertentu. pengaturan berbagai
aktivitas dibatasi oleh waktu. Bagi eksekutif di Asia, membangun fondasi hubungan
bisnis jauh lebih penting daripada menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. waktu
yang dierlukan untuk saling mengenal dan menjajagi latar belakang relasi bisnis cukup
fleskibel.
e. Konsep Ruang Pribadi
Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. prang kanada dan
amerika serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika berbicara mengenai
bisnis. jarak tersebut terlalu dekat bagi orang jerman dan jepang. akan tetapi, bagi orang
arab dan amerika latin. jarak tersebut tidak nyaman karena terlalu jauh.
f. Konteks Budaya
Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk memberikan arti pada sebuah pesan
adalah menuruti konteks budayanya. Konteks budaya merupakan petunjuk fisik dan
pemahaman implisit yang menyertai makna di antara mereka yang berkomunikasi.
Antropolog Edward T. Hall (dalam Quible. 1996:409) membagi konteks budaya
menjadi dua tingkat. yaitu budaya konteks tinggi (high context culture) dan budaya
konteks rendah (low context culture).

Budaya konteks tinggi (misalnya., Korea dan Taiwan) cenderung lebih memperhatikan petunjuk
yang bersifat nonverbal (ekspresi muka, bahasa tubuh) daripada verbal. Sebaliknya, budaya
konteks rendah (misalnya, Amerika dan Eropa) lebih memperhatikan pesan yang diungkapkan
secara verbal. Oleh karena itu, bagi budaya konteks rendah, persetujuan tertulis dianggap lebih
mengikat karena memiliki dasar hukum yang kuat. Sebaliknya, bagi budaya konteks tinggi,
jaminan dan kepercayaan pribadi lebih penting daripada kontrak dan pandangan terhadap hukum
yang lebih fleksibel. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berasal dari kelompok
budaya yang sama akan berlangsung lebih lancar dan mudah.

9
a. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh bisa dipergunakan untuk membantu menjelaskan pesan yang
membingungkan. Namun, bahasa tubuh juga bisa menjadi penyebab adanya salah
pengertian antarbudaya. Menguasai bahasa suatu budaya tidak berarti juga menguasai
bahasa tubuhnya. Orang-orang dari budaya berbeda kadang-kadang salah membaca tanda
yang dikirimkan oleh bahasa tubuh. Misalnya, untuk menyatakan ‘tidak’, orang Amerika
Serikat dan Kanada akan menggeleng, orang Bulgaria mengangguk, orang Jepang
mengangkat tangan kanan, dan orang Sisilia mengangkat dagunya. Ucapan selamat datang
disampaikan oleh orang Indonesia dengan cara bersalaman. Sementara suku Indian
mengucapkan selamat datang dengan menjulurkan lidah. Bagi orang Amerika Serikat,
menjulurkan lidah merupakan suatu ejekan.
b. Tingkah Laku Sosial dan Sopan Santun
Sesuatu yang dianggap sopan oleh suatu budaya mungkin dianggap kasar oleh budaya lain.
Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain.
Memberi hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan oleh orang Arab. Menaikkan
kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan tangan kiri dianggap biasa oleh orang
Amerika Serikat, tetapi dianggap sebagai penghinaan oleh orang Mesir. Di Spanyol,
jabatan tangan berlangstung lima sampai tujuh kali ayunan, dan menarik tangan terlalu
cepat bisa diartikan sebagai penolakan. Sementara di Perancis, orang lebih suka berjabatan
tangan hanya dengan sekali ayunan. Tuan rumah di negara-negara Arab akan merasa
dipermalukan apabila tamunya menolak makanan, minuman, dan keramahtamahan dalam
bentuk apapun.
c. Tingkah Laku Legal dan Etis
Di beberapa negara, perusahaan sering memberi bayaran ekstra kepada pejabat pemerintah
untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal itu sudah menjadi kehiasaan yang rutin dan
tidak dianggap ilegal. Namun, di Amerika Serikat hal ini dipandang sebagai suap, ilegal,
dan tidak etis. Perusahaan yang berdiri di Amerika Serikat dilarang membayar ekstra
kepada pegawai negeri di mana pun. Di Inggris dan Amerika Serikat, seseorang dianggap
tidak bersalah hingga terbukti menang bersalah. Di Meksiko dan Turki, seseorang dianggap
bersalah hingga bisa mem- buktikan tidak bersalah. Perbedaan itu sangat penting bagi
perusahaan yang terlibat perselisihan legal di negara lain.

10
d. Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah cara perusahaan melakukan sesuatu. Budaya membentuk
perasaan orang mengenai perusah.an dan pekerjaan yang dilakukan, cara
menginterpretasikan dan mengartikan tindakan yang dilakukan orang lain, harapan yang
menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagaimana cara pandang terhadap perubahan
tersebut. Lebih dari separuh kemitraan perusahaan gagal karena adanya benturan budaya
perusahaan.
2.4 Menghadapi Hambatan Bahasa
Dalam Kehidupan modern yang telah ditandai dengan adanya peningkatan kualitas
perubahan sosial yang lebih jelas, kita sudah meninggalkan fase transisi untuk menjalani era
globalisasi. Kehidupan masyarakat modern sudah kosmopolitan dengan kehidupan individual
yang sangat menonjol, profesional di segala bidang dan penghargaan terhadap profesi menjadi
kunci hubungan sosial di antara elemen masyarakat. Namun di sisi lain sekularisme menjadi
sangat dominan dalam sistem religi dan kontrol sosial masyarakat dan sistem kekerabatan
sudah mulai diabaikan.Anggota masyarakat hidup dalam sistem yang sudah mekanik, kaku,
dan hubungan-hubungan sosial ditentukan berdasarkan pada masing-masing kepentingan
masyarakat. Masyarakat modern pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
dari masyarakat transisi sehingga memiliki pengetahuan yang lebih luas dan pola pikir yang
lebih rasional.Dari semua tahapan kehidupan masyarakat sebelumnya, walaupun kadang
pendidikan formal saja tidak cukup untuk mengantarkan masyarakat pada tingkat pengetahuan
dan pola pikir semacam itu. Sebab, secara demografis masyarakat modern menempati
lingkungan perkotaan yang cenderung gersang dan jauh dari situasi yang sejuk dan rindang
Kurang lebih, seperti itulah gambaran fenomena komunikasi lintas budaya. Hambatan tersebut
dijelaskan Chaney dan Martin (2004) dalam bukunya Intercultural Business Communication,
bahwa yang dimaksud dengan hambatan komunikasi atau communication barrier adalah segala
sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif.
Perbedaan budaya sendiri merupakan salah satu faktor penghambat dalam komunikasi antar
budaya, karena hambatan – hambatan komunikasi tersebut juga sering disebut sebagai
hambatan komunikasi antar budaya. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai sebagai hambatan
dalam proses komunikasi yang terjadi karena adanya perbedaan budaya antara si pengirim
pesan (komunikator) dan dan si penerima pesan (komunikan). Faktor Hambatan Fenomena

11
Komunikasi Antar Lintas Budaya. Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya yang
sering terjadi antara lain: fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa
(verbal), nonverbal, dan kompetisi.
1. Fisik – Hambatan komunikasi yang berasal dari waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan
media.
2. Budaya – Hambatan komunikasi yang berasal dari etnis, agama, dan sosial yang
berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
3. Persepsi – Hambatan komunikasi yang timbul karena perbedaan persepsi yang dimiliki
oleh individu mengenai sesuatu. Perbedaan persepsi menyebabkan perbedan dalam
mengartikan atau memaknakan sesuatu.
4. Motivasi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan tingkat motivasi penerima
pesan. Rendahnya tingkat motivasi penerima pesan mengakibatkan komunikasi
menjadi terhambat.
5. engalaman – Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang
dimiliki individu. Perbedaan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu
dapat menyebabkan perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap sesuatu.
6. Emosi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari
pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang
terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7. Bahasa – Hambatan komunikasi yang terjadi ketika pengirim pesan (sender) dan
penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa atau kata-kata yang tidak dimengerti
oleh penerima pesan sehingga menimbulkan ketidaksamaan makna.
8. Nonverbal – Hambatan komunikasi yang berupa isyarat atau gesture.
9. Kompetisi – Hambatan komunikasi yang timbul ketika penerima pesan sedang
melakukan kegiatan lain di saat menerima pesan.

Berbagai hambatan komunikasi yang terjadi ini, bisa pula diatasi dan diperbaiki. Untuk bisa
mengatasi serta memperbaiki komunikasi yang ada sehingga tercipta komunikasi yang lebih
efektif, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Kawan bicara, berikut adalah cara mengatasi
hambatan komunikasi menurut Bovee dan Thill, 2002 sebagai berikut;.

1. Memelihara iklim komunikasi agar senantiasa terbuka

12
2. Bertekad untuk memegang teguh etika dalam berkomunikasi dan menjalannya dengan
baik
3. Memahami akan adanya kesulitan komunikasi antar budaya
4. Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada penerima pesan.
5. Menggunakan tekonogi yang ada secara bijaksana dan bertanggung jawab agar dapat
memperoleh dan membagi informasi dengan baik dan efektif.
6. Menciptakan serta memproses pesan secara efektif dan juga efisien. Hal ini bisa
dilakukan dengan beberapa cara yakni : memahami penerima pesan, menyesuaikan
pesan dengan si penerima, mengurangi jumlah pesan, memilih salurah atau media
secara tepat, meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
2.5 Menghadapi Reaksi Etnosentris
Etnosentrisme merupakan penilaian terhadap kebudayaan lain dengan menggunakan sudut
pandang budayanya sebagai tolak ukur. Dalam konteks berbangsa dan bernegara,
etnosentrisme bisa dipandang sebagai fanatisme, yaitu kecintaan berlebihan terhadap
suku/budaya sendiri, sehingga menimbulkan penilaian yang lebih rendah kepada
individu/kelompok lain yang tidak satu kelompok dengannya. Sedangkan dalam konteks
komunikasi, kita dapat mengartikan etnosentrisme sebagai kecenderungan masyarakat untuk
berkomunikasi sesuai dengan budaya atau bahasa daerahnya. Etnosentrisme dalam hal
komunikasi dapat memberikan sesuatu yang positif. Misalkan dalam hal bahasa daerah,
etnosentrisme dapat menjaga keutuhan bahasa tersebut agar dapat diwariskan turun-temurun
dalam masyarakat, serta menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap tradisi daerahnya.
Namun, etnosentrisme juga dapat menjadi hambatan dan memberikan efek yang negatif.
Apabila etnosentrisme bersifat infleksibel, seseorang akan kesulitan untuk menilai perilaku
orang lain berdasarkan latarbelakangnya karena ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif
yang dimilikinya. Selain itu, etnosentrisme juga dapat menjadi hambatan komunikasi lintas
budaya. Apabila seseorang masih memiliki pemikiran bahwa budayanya lebih unggul, ia akan
cenderung untuk membatasi komunikasinya dengan individu/kelompok dari budaya asing
yang bertentangan dengan budayanya.Pada dasarnya, komunikasi bertujuan untuk
menyampaikan pesan kepada penerima/komunikan. Oleh karena itu, komunikator perlu
menggunakan tata bahasa yang dapat dimengerti oleh komunikan, sehingga komunikan dapat
menafsirkan pesan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh komunikator.

13
Apabila keduanya berasal dari budaya atau latar belakang yang berbeda, mereka perlu
mengontrol atau mengendalikan etnosentrime masing-masing agar dapat menghasilkan proses
komunikasi efektif. Dan dalam artikel ini, akan diuraikan beberapa cara untuk menghadapi
etnosentrisme dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut :
a. Bersikap terbuka
Supaya komunikasi dapat berhasil, masing-masing pihak perlu berpikir terbuka dan
terbiasa dengan berbagai pemikiran. Kemampuan ini akan membantu kita
mengendalikan pandangan dan tanggapan kita terhadap sesuatu hal. Sehingga, output
yang keluar tidak hanya berdasarkan pendapat pribadi, melainkan sesuatu yang bersifat
umum dan bisa diterapkan atau dipahami oleh pihak lain. Sikap yang terbuka ini berasal
dari pola pikir bahwa setiap orang memiliki pendapat masing-masing dan kita tidak
bisa menilai hanya dari persepsi diri sendiri.
b. Memahami, mengakui, dan menerima adanya perbedaan
Cara selanjutnya untuk menghadapi etnosentrisme dalam komunikasi adalah dengan
menghargai perbedaan. Pahami bahwa setiap orang memiliki perbedaan. Bahkan,
dalam satu suku saja masing-masing individu dapat memiliki keyakinan atau
kepercayaan yang berbeda.Karena pada dasarnya, manusia menciptakan lingkungan
atau budaya sendiri sebagai proses adaptasi terhadap lingkungan fisik maupun biologis.
Dan seiring berjalannya waktu, perubahan-perubahan lain akan terus terjadi karena
munculnya penemuan baru, penyebaran kebudayaan, dan penerimaan
kebudayaan.Etnosentrisme mungkin tidak akan berpengaruh pada masyarakat yang
memiliki banyak persamaan, namun masalah akan timbul apabila mereka
berkomunikasi dengan masyarakat dari budaya luar atau bahkan dari negara yang
berbeda. Ketidakmampuan untuk memahami hakikat perbedaan menjadi salah satu
penyebab kegagalan komunikasi antar budaya.
c. Memandang perbedaan sebagai kekayaan
Etnosentrisme mungkin masih dapat dipertahankan, namun dengan batasan tertentu
dan dengan pemahaman yang berbeda mengenai sebuah perbedaan. Di satu sisi,
etnosentrisme dapat mempererat kekeluargaan dan dapat saling memberikan rasa aman
dalam suatu kelompok.
d. Hindari sikap menghakimi

14
Seperti yang telah disinggung di poin nomor satu, pemikiran yang terbuka dapat
membuat kita terbiasa dengan pemikiran baru, sehingga kita dapat mengontrol output
yang keluar dari diri kita. Dan salah satu bentuk kontrol tersebut adalah dengan
menghindari sikap menghakimi orang lain. Apabila kita sedang berkomunikasi,
terutama dengan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, posisikan dia
sejajar dengan kita.
e. Jangan membuat asumsi dini
Apabila seseorang menyampaikan pemikirannya, dengarkan dan hargai pendapatnya.
Jangan memberikan asumsi sebelum benar-benar melihat dari sudut pandangnya,
sehingga kita juga dapat menangkap apa yang ia maksud sesuai dengan jalan
pikirannya. Dengan begitu, satu dengan yang lain dapat saling mengisi dan memberi
masukan. Karena apabila kita ingin dihargai, maka kita juga harus menghargai orang
lain.
f. Bangun kerjasama dan komunikasi dengan individu dan budaya lain
Untuk membiasakan diri terhadap perbedaan, Anda perlu terbiasa menjalin komunikasi
dengan setiap orang, sekalipun mereka memiliki latar belakang dan budaya yang
bertolak belakang dengan Anda. Apabila sudah terbiasa, Anda akan lebih mampu untuk
menilai sesuatu dari berbagai sisi dan pertimbangan. respon yang keluar tidak hanya
berlaku bagi diri Anda atau kelompok tertentu, melainkan bisa dipahami dan
dimengerti oleh berbagai pihak. Hal ini akan sangat berguna dalam komunikasi di
tempat kerja dan menjadi salah satu faktor untuk mencapai komunikasi dalam dalam
lingkungan bisnis. Anda akan sangat membutuhkan skill poin nomor enam ini apabila
Anda memiliki tujuan untuk menjadi seseorang yang sukses dalam dunia profesional.
g. Berpikir positif
Mungkin Anda adalah orang yang sudah dapat mengendalikan etnosentrisme, namun
lingkungan Anda tidak sepenuhnya memahami makna perbedaan. Nah, inilah
tantangan bagi Anda bagaimana cara untuk menanggapinya. Satu-satunya jalan agar
etnosentrisme tidak menjadi masalah dalam hubungan komunikasi adalah dengan
memberikan respon yang positif. Jangan mudah tersinggung dan jangan mudah
terpancing.

15
16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena manusia tidak bisa lepas dari
komunikasi, karena dengan berkomunikasi manusia dapat saling berinteraksi atau
berhubungan satu sama lainnya baik dalam kehidupan sehari-hari, dirumah, pasar atau dimana
tempat mereka berinteraksi. Disadari sepenuhnya bahwa komunikasi yang dilakukan manusia
selalu mengandung potensi perbedaan budaya, sekecil apa pun perbedaan itu sangat
membutuhkan upaya untuk keberhasilan proses komunikasi secara efektif yakni dengan
menggunakan informasi budaya mengenai pelaku-pelaku komunikasi yang bersangkutan. Tak
dapat di elak lagi komunikasi lintas budaya menjadi kebutuhan bagi semua kalangan untuk
menjalin hubungan yang baik dan memuaskan bagi setiap orang, terutama mereka yang
berbeda budaya.

Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari interaksi antara
orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam interaksi antara orang-
orang yang budayanya sama, tetapi subbudayanya atau subkelompok budayanya berbeda.
Besarnya perbedaan antara budaya yang satu dengan yang lain terganntung pada tingkat
keunikan masing-masing. Mengakui dan mengakomodasikan perbedaan budaya tanpa
mengharapkan orang dari budaya mana pun untuk meninggalkan identitas diri merupakan
langkah penting ke arah komunikasi lintas budaya yang efektif. Komunikasi lintas budaya
yang efektif bergantung pada pemahaman terhadap perbedaan budaya. Selain mempermudah
hubungan bisnis, pemahaman terhadap perbedaan budaya sekaligus juga meningkatkan
reputasi perusahaan.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu dalam komunikasi lintas budaya ini kita
lebih bisa open minded terhadap segala sesuatu yang terjadi, seperti dalam komunikasi bisnis ini
kita bisa melihat bagaimana cara memahami perbedaan budaya,hambatan bahasa reaksi
etnosesntris dan juga masih banyak lagi contoh yang lainnya yang perlu kita pelajari.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/cara-menghadapi-etnosentrisme-dalam-komunikasi/amp

https://pdfcoffee.com/21-pentingnya-komunikasi-bisnis-lintas-budaya-pdf-free.html

18

Anda mungkin juga menyukai