Anda di halaman 1dari 21

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Komunikasi Bisnis

Oleh:

KELOMPOK 3

Danuarta Lingga (21304034)


Fitriani (21304040)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyusun dan menyelesaikan

makalah yang berjudul “Komunikasi Bisns Lintas Budaya dan Negara”.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ibu

Dra. Jetje Fonny Sumampou M.Si. selaku dosen pada mata kuliah Komunikasi

bisnis. Selain itu ditujuankan untuk menambah pengetahuan bagi penulis pada

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Jetje Fonny

Sumampou M.Si. yang telah memberikan tugas ini serta membimbing dalam

penulisan makalah ini sehingga penulis memperoleh banyak ilmu, informasi dan

pengetahuan selama penulis menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik dan saran

yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Tondano, 30 oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA DAN NEGARA...................................... 1


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
A. Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya dan Negara..................................... 6
B. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya dan Negara ..................................... 8
C. Kerjasama Bisnis Lintas Budaya dan Negara ........................................................ 11
D. Etika Komunikasi Bisnis dalam Negosiasi Bisnis Lintas Budaya dan Negara ..... 14
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut manusia harus berinteraksi

dengan pihak lain yang menuju kearah global, sehingga tidak memiliki lagi batas-

batas, sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Oleh karena itu, masyarakat

harus siap untuk menghadapi situasi-situasi baru dengan keberagaman kebudayaan

atau lainnya. Antara komunikasi dan interaksi harus berjalan antara satu dengan

yang lainnya.

Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering kali

menemui masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat memicu terjadnya

konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau

norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Pada hal syarat untuk terjalinya

hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau

makna antara satu dengan lainnya.

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi

bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut

menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi,

komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma- norma

budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada

masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi

berikutnya.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud komunikasi bisnis lintas budaya dan negara?

2. Bagaimana pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya dan negara?

3. Bagaimana kerjasama bisnis lintas budaya dan negara?

4. Bagaimana etika komunikasi bisnis dalam negosiasi bisnis lintas budaya

dan negara?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini

adalah sebagai beriku.

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian komunikasi bisnis lintas

budaya dan negara

2. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya komunikasi bisnis lintas

budaya dan negara

3. Untuk mengetahui dan memahami kerjasama bisnis lintas budaya dan

negara

4. Untuk mengetahui dan memahami etika bisnis dalam negosiasi bisnis

lintas budaya dan negara

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya dan Negara

Beberapa defenisi komunikasi lintas budaya yang dikutip oleh Ilya

Sunarwinadi (1993:7-8) berdasarkan pendapat para ahli antara lain:

a. Menurut Sitaram (1970) komunikasi lintas budaya adalah seni untukmemahami

dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan.

b. Menurut Samovar dan Poter (1972) komunikasi antar budaya terjadi manakalah

bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawaserta latar

belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang

dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai.

c. Menurut Rich (1974) komunikasi lintas budaya terjadi ketika orang-orang

berbeda kebudayaan.

d. Menurut Stewart(1974) komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah

suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada

dan kebiasaan

e. Menurut Carley H. Dood (1982) komunikasi antar budaya adalah pengiriman

dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang

menghasilkan efek-efek yang berbeda.

f. Menurut Young Yun Kim (1984) komunikasi antar budaya adalah suatu

peristiwa yang merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik

6
secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya

yang berbeda.

Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan

pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam

berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya

memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan

perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi

titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu individu atau

kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan

interaksi.

Secara sederhana, komunikasi bisnis lintas budaya dan negara adalah

komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun

non verbal dengan memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah,

atau negara. Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya

asing (internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang diberbagai

daerah dalam wilayah suatu negara.

Komunikasi bisnis lintas budaya menuntut perusahaan atau organisasi agar

lebih peka terhadap penghormatan budaya. Penghormatan ini didasarkan pada

bahwa konsumen memiliki hak terhadap budayanya. Menghormati budaya yang

ada dalam konsumen dapat menentukan kesuksesan pemasar. Apabila para pelaku

bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke negara lain,

pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi sangat penting

artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di suatu negara.

7
Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal yang dapat

mengakibatkan kegagalan bisnis.

B. Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya dan Negara

Komunikasi lintas budaya menjadi salah satu hal penting dalam sebuah

proses komunikasi, keeratan hubungan antar manusia bergantung pada efektivitas

komunikasi yang dilakukan. Ketika akan melakukan komunikasi lintas budaya,

seseorang perlu memahami budaya dari lawan bicaranya. Budaya dan komunikasi

mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari perilaku

komunikasi, sehingga komunikasi akan berperan dalam menentukan, memelihara,

mengembangkan atau mewariskan budaya tersebut.

Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda

pula, oleh sebab itu memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting,

tentunya tidak terlepas dari bahasa, aturan dan norma masing-masing budaya.

Dengan memahami komunikasi lintas budaya, maka ketika berhadapan dengan

lawan bicara, kita dapat memahami bahwa lawan bicara memiliki budaya tertentu

yang tentunya akan ada sedikit banyak perbedaan dengan budaya kita, sehingga kita

dapat berinteraksi dengan orang tersebut yang akan menghasilkan keselarasan

dalam berkomunikasi.

Bagi para pelaku bisnis, pemahaman yang baik terhadap budaya di suatu

daerah, wilayah, atau negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaiantujuan

organisasi bisnis. Dalam praktik komunikasi bisnis, banyak pengusahayang sering

mengalami masalah berkaitan dengan adanya perbedaan budaya (Lestari, 2006:7)

karena itu diasumsikan bahwa:

8
1. Setiap individu memiliki nilai-nilai budaya yang mendasari persepsi, sikap, dan

perilakunya, termasuk stereotip antaretnik;

2. Setiap individu memiliki stereotip tertentu terhadap etnik yang diajak

berkomunikasi, seperti, pengusaha Jawa memiliki strereotip terhadap orang

Cina bahwa bagi mereka etnik Cina itu ulet, mau bekerja keras, tetapi pelit;

3. Dalam komunikasi bisnis muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan

stereotip antaretnik, seperti, orang Batak dalam melakukan transaksi bisnis yang

dianggap agak kasar atau kurang sopan, berbeda dengan orang Jawa yang

dianggap lebih sopan;

4. Stereotip antaretnik yang positif dapat meningkatkan kompetensi komunikasi

dalam bisnis.

Selain itu, konsep komunikasi dan kebudayaan memiliki keterkaitan antar

keduanya. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan:

1. Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu

kelompok kebudayaan khusus tertentu.

2. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya

dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana komunikasi.

Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan

antara komunikasi dan kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut:

1. Kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari

dan dimiliki bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan

9
komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-

lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.

2. Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling

menentukan.

3. Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktifitas komunikasi para

individu anggotanya.

4. Secara kolektif prilaku mereka secara bersama-sama menciptakan realita

(kebudayaan) yang mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat

menjadi bagian dari unit.

Maka jelas bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi hubungan

yang sangat erat. Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk

menciptakan bahasa simbolik, tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna,

simbol-simbol, nilai-nilai, aturan-aturan dan tata, yang memberi batasan dan bentuk

pada hubungan-hubungan, organisasi-organisasi dan masyarakat yang terus

berlangsung. Demikian pula, tanpa komunikasi tidak mungkin untuk mewariskan

unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kegenerasi berikutnya, serta dari satu

tempat ke tempat lainnya. Komunikasi juga merupakan sarana yang dapat

menjadikan individu sadar dan menyesuaikan diri dengan subbudaya- subbudaya

dan kebudayaan-kebudayaan asing yang dihadapinya. Tepat kiranya jika dikatakan

bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan daan dipelajari melalui

komunikasi.

Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku, kerangka acuan dari individu-

individu sebahagian terbesar merupakan hasil penyesuaina diri dengan cara- cara

10
khusus yang diatur dan dituntut oleh sistem sosial dimana mereka berada.

Kebudayaan tidak saja menentukan siapa dapat berbicara dengan siapa, mengenai

apa dan bagaimana komunikasi sebagainya berlangsung, tetapi juga menentukan

cara mengkode atau menyandi pesan atau makna yang dilekatkan pada pesan dan

dalam kondisi bagaimana macam-macam pesan dapat dikirimkan dan ditafsirkan.

Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi individu terutama tergantung pada

kebudayaanya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan pondasi atau landasan

bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan praktek-praktek

komunikasi yang berbeda pula.

C. Kerjasama Bisnis Lintas Budaya dan Negara

Manajemen budaya merupakan suatu proses evaluasi budaya dalam

organisasi yaitu meliputi beberapa hal diantaranya adalah mengidentifikasi budaya

organisasi saat ini, budaya yang diperlukan oleh organisasi danmengidentifikasi

kesenjangan antara budaya saat ini dan budaya yang diperlukan organisasi.

Komponen kompetensi komunikasi memiliki tiga ( 3 ) hal yang perluh diperhatikan

yaitu Motivation, Knowledge Functions and Skill. Ketiga hal tersebut saling

terkait satu sama lainnya dalam menentukan outcomes (sppropriateness,

effectiveness) dalam context (culture, place, relations, purpose).

Beberapa hal dalam melakukan manajemen lintas budaya dalam organisasi

yang dapat kita lakukan. Berikut langkah – langkah dalam melakukan manajemen

lintas budaya dalam organisasi.

1. Planning

11
Tahap yang paling pertama yang harus perusahan lakukan yaitu

merencanakan suatu program yang ingin dan akan di capai oleh suatu

lembaga ataupun perusahaan. Planning ini dilakukan untuk mencapai tujuan

atau sebuah misi yang diinginkan. Membuat sebuah rencana atau planning

sangat dibutuhkan agar dapat mencapai sebuah tujuan sesuaidengan proses

yang kita inginkan terlaksanakan. Dalam melakukan sebuah planning

tentunya tidak dilakukan secara acak – acakan , namun ada beberapa

landasan yang mendasari dalam proses planning tersebut. Diantaranya

landasan utama dalam membuat program rencana yaitu beberapa metode,

rencana atau logika bukan pada dugaan.

2. Organizing

Tahap yang kedua yang dapat dilakukan yaitu pengorganisasian. Dalam

tahap ini seseorang dalam manajer yang bertanggung jawab yaitu manajer

perusahaan akan lebih memiliki peran yang sangat penting karena dalam

tahap ini akan membutuhkan seorang manajer yang dapat menjadi seorang

leader yang mengorganisir anak buahnya.

Komunikasi antara budaya akan benar – benar efektif apabila mencapai

suatu keberhasilan dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melakukan kerja sama bisnis antar budaya yaitu :

1. Menghormati anggota budaya lain sebagai seorang manusis.

2. Menghormati budaya lain sebagaimana apa adanya dan bukan

sebagaimana yang dikehendaki.

12
3. Menghormati hak anggota budaya lain untuk bertindak berbeda dari cara

mereka bertindak

4. Komunikator linta budaya yang kompeten harus belajar menyenangi hidup

bersama orang lain dari budaya lain.

Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan kerjasama bisnislintas

budaya dan negara yaitu:

1. Motivasi komunikasi, diukur melalui hal-hal yang mendukung motivasi

komunikasi bisnis antarbudaya yaitu:

a. Adanya percaya diri dalam berkomunikasi bisnis dengan orang yang

berbeda budaya;

b. Harapan akan adanya imbalan yang relevan dalam berkomunikasi bisnis

dengan orang dari budaya lain;

c. Adanya pendekatan kepribadian yang relevan dalam berbisnis dengan orang

yang berbeda budaya; (d) Harapan adanya rasio antara biaya yang

dikeluarkan dengan keuntungan yang akan diperoleh.

2. Pengetahuan komunikasi bisnis antarbudaya, diukur dengan:

a. Pengetahuan tentang prosedur komunikasi bisnis dengan orang yang

berbeda budaya;

b. Pengetahuan tentang penguasaan strategi komunikasi bisnis dengan orang

yang berasal dari budaya yang berbeda;

c. Pengetahuan tentang identitas diri dan perbedaan peranan dalam

komunikasi bisnis antarbudaya;

13
d. Pengetahuan tentang perbedaan watak dan perilaku komunikasi bisnis

dengan orang yang berbeda budaya;

e. Pengetahuan tentang relasi yang akrab dengan mitra bisnis dari budaya

yang berbeda.

3. Keahlian komunikasi bisnis antarbudaya, diukur dengan:

a. Fokus pada orang yang diajak berkomunikasi bisnis antarbudaya;

b. Koordinasi komunikasi dengan orang yang berbeda budaya;

c. Ketenangan dan kepercayaan dalam berperilaku;

d. Penuh perhatian dan penuh perasaan (empati);

e. Adaptasi pembicaraan (verbal dan nonverbal).

D. Etika Komunikasi Bisnis dalam Negosiasi Bisnis Lintas Budaya dan

Negara

Berbagai aspek etika komunikasi bisnis, seperti bagaimana kita memanggil

nama, kenalan, meyapa, berjanji, melakukan presentasi, melakukan negosiasi,

melakukan kontrak, semua itu berkaitan dengan budaya. Jadi, tidak ada etika

komunikasi bisnis yang universal.

Etika berbicara, seperti dikemukaakn Lewis (1996) bervariasi dalam bisnis.

Misalnya, umumnya orang Jerman dan Swedia adalah pendengar yang baik.

Namun tidak demikian halnya dengan orang Italia dan orang Spanyol; mereka

malah sering memotong pembicaraan dengan bahasa tubuh dan isyarat tangan yang

hidup dan terkesan berlebihan. Di Jepang dan di Finlandia, diam adalah suatau

bagaian integral dalam percakapan; jeda dianggap sebagai istirahat, ramah, dan

pantas. Kesulitan bisa muncul saat kita pertama kali betemu dengan

14
calon mitra bisnis, bagaimana kita harus menyapa, menggunakan gelarnya, untuk

menghormatinya atau memanggil nama pertamanya supaya cepat dan akrab.

Sebagaimana juga bahasa verbal, bahasa non verbal seperti sikap tubuh,

gerak-gerak, sentuhan, ekspresi wajah, senyuman, kontak mata, nada suara, diam,

pakaian, penggunaan ruang, konsep waktu, pengendalian emosi, dll yang dianut

suatu kelompok budaya juga sangat rumit dan berbeda dari suatu budaya kebudaya

lainnya. Baik disadari ataupun tidak, seringkali perilaku-perilaku nonverbal

tersebut merupakan bagian dari etika komunikasi yang harus dipenuhi dalam proses

komunikasi bisnis.Pesan nonverbal paling bermakna adalah ekspresi wajah,

khususnya pandangan mata.

Dalam negosiasi antarbudaya, proses komunikasi yang terjadi jelas lebih

rumit daripada dalam negosiasi dengan orang-orang yang berbeda budaya sama.

Dalam hal ini, idealnya negosiasi harus memahami bahasa verbal, bahasa nonverbal

dan nilai-nilai lain yang dianut mitra bisnis mereka, sehingga mereka menjadi peka

terhadap perbedaan budaya, menyadari bagaimana perbedaan tersebut

memengaruhi proses negosiasi yang akan mereka lakukan dari awal hingga akhir

(mulai dari perkenalan hingga penandatanganan persetujuan bisnis yang mungkin

memakan waktu relatif lama). Problemnya adalah bahwa apa yang dianggap

perilaku baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan dalam

suatu budaya seringkali dipersepsikan berbeda atau bahkan bertentangan dengan

budaya lain. Misalnya, mamanggil nama pertama kepada atasan di Indonesia

dianggap tidak sopan, seperti juga di Jepang dan di Korea, sementara hal tersebut

biasa saja di Amerika atau di Australia.

15
Tidak berlebihan bila perbedaan-perbedaan dalam orientasi nilai budaya

juga dapat menimbulkan kesalah pahaman dalam berbagai perilaku dan presentasi

bisnis. Banyak kegagalan manajemen dan bisnis yang dialami para manajer atau

pengusaha disebabkan karena ketidak mampuan untuk memahami bahsa verbal,

non verbal, dan nilai-nilai yang dianut mitra bisnis mereka. Sikap mereka yang

berorientasi pada nilai-nilai budaya sendiri dan kurang memperhatikan nilai-nilai

budaya calon mitra bisnis mereka.

Masalah akan timbul bila etika komunikasi suatu pihak dihadapkan kepada

pihak lain. Lewis (1996) menggambarkan bagaimana konsep kebenaran berada

antara suatu bangsa dengan bangsa lainnya, yang jug dapat berlaku dalam konteks

bisnis.

Kerumitan komunikasi didasari oleh fakta bahwa komunikasi manusia

bersifat omnipresent (ada di mana-mana). Karena komunikasi manusia itu pelik,

maka etika komunikasi manusia juga pelik. Kita biasanya menilai etikakomunikasi

kita sendiri berdasarkan niat yang kita miliki. Namun ketika kita menilai etika etika

komuniakasi orang lain, kita menilai etika komunikasi mereka berdasarkan

tindakan-tindakan mereka yang kasat mata. Biasanya niat yang sama mungkin

diwujudkan lewat tindakan yang berbeda, atau tindakan yang sama mungkin

berdasarkan niat yang berbeda.

Robbin, SP. (2002:18) menjelaskan ketika berkomunikasi dengan orang

dari budaya yang berbeda, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi

salah persepsi, salah mengartikan dan salah mengevaluasi yaitu:

16
1. Mengasumsikan perbedaan sampai terbukti ada kesamaan.

Paling banyak dari kita beranggapan bahwa orang lain lebih mirip

dengan kita daripada kenyataannya mereka. Tetapi orang dari Negara yang

berbeda seringkali sangat berbeda dari kita. Sehingga jauh lebih kecil

kemungkinannya untuk berbuat salah jika menganggap orang lain berbeda

daripada menganggap sama sampai perbedaan terbukti.

2. Menekankan penjelasan daripada penilaian/penafsiran.

Menafsirkan atau menilai yang dikatakan dan dilakukan seseorang,

berbeda dengan penggambaran, penilaian didasarkan atas budaya dan latar

belakang pengamat dan bukan pada situasi yang diamati.

3. Berempat

Sebelum mengirim pesan, tempatkan diri kita dalam posisi penerima

pesan. Berusaha untuk mengetahui nilainya, pengalaman dan kerangka acuan,

pendidikannya, pola pengasuhannya dan latar belakang yang dapat member

pemahaman tambahan. Berusaha melihat orang lain sebagaimana orang tersebut

sesungguhnya

4. Menganggap interpretasi/penafsiran sebagai hipotesis kerja/dugaaansementara.

Ketika kita memberikan penafsiran terhadap situasi atau pemikiranbaru

dari budaya asing, maka penafsiran tersebut dijadikan hipotesis yang harus diuji

lebih lanjut, perlu melakukan penilaian dengan hati-hati terhadap umpan balik

yang diberikan oleh penerima informasi, guna memastikan bahwa umpan balik

sesuai hipotesis.

17
Kinicki,A & Kreitner,R (2003:137) menjelaskan bahwa ada tiga pilihan

dalam melakukan komunikasi lintas budaya yaitu:

1. Tetap berpegang pada bahasanya sendiri;

2. Tergantung pada penerjemah bahasa;

3. Mempelajari sendiri bahasa lokal.

Lebih lanjut dijelaskan berdasarkan pengalaman manajer internasional yang

berhasil dari ketiga pilihan tersebut maka pilihan ketiga yaitu mempelajari bahasa

lokal/negara tempat bekerja dianggap yang paling efektif dalam melancarkan

komunikasi dengan rekan bisnis. Pengabaian bahasa lokal/keengganan mempelajari

bahasa lokal berarti berpeluang kehilangan pemahaman arti tertentu padahal bisa

jadi sangat penting untuk kelangsungan usaha.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi bisnis lintas budaya dan negara adalah komunikasi yang

digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun non verbal dengan

memperhatikan faktor-faktor budaya di suatu daerah, wilayah, atau negara.

Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing

(internasional), tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang diberbagai daerah

dalam wilayah suatu negara.

Dengan melihat perkembangan yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas

budaya sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka.

Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda pula, oleh

sebab itu memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting, tentunya tidak

terlepas dari bahasa, aturan dan norma masing-masing budaya. Oleh karena itu,

komunikasi bisnis lintas budaya ada etika-etika yang harus diperhatikan demi

keberhasilan suatu komunikais bisnis.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap para pembaca khususnya

mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana konsep komunikasi

lintas budaya dan negara serta beberapa hal penting didalamnya. Selain itu,

19
penulis membutuhkan kritik dan saran untuk perbaikan penulisan karya

selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dyah Gandasari, A. Z. (2021). Komunikasi Lintas Budaya. Medan: Yayasan Kita


Menulis.

Khiriyah, K. (2012, Mei 31). Etika Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Retrieved
November 27, 2022, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/www.quietepuella.com/5510caa0a33311b52
dba9628/etika-komunikasi-bisnis-lintas-budaya

Merlyn Marantika Bamanty, P. L. (2020). Model Kompetensi Komunikasi Bisnis


Lintas Budaya Indonesia dan Jerman. Jurnal Ilmu Komunikasi, 17(1), 1- 15.

Natasya, N. I. (2022). Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Pengertian, Manfaat dan


Hambatan. Retrieved November 27, 2022, from HaloEdukasi.com:
https://haloedukasi.com/komunikasi-bisnis-lintas-budaya

Nofrion, N. NOFRION: Etika Berkomunikasi Berbasis Budaya.

Rahayuningsih, I. (2014). KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM


ORGANISASI. Psikosains: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Psikologi,
9(2), 91-100.

Rulli, N. (2012). Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Yulia Segarwati, A. R. (2020). ETIKA KOMUNIKASI BISNIS BUDAYA


ITALIAPADA PERUSAHAAN LEO VINCEDI INDONESIA.
LINIMASA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 101-112.

21

Anda mungkin juga menyukai